Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN

Sterilisasi Ruang

Di susun
Oleh :
Zulfa Nisa (1930801034)

Dosen Pengampuh :
Ikek Apriani, M. Si

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2021
Abstrak
Sterilisasi adalah suatu proses dimana kegiatan ini bertujuan untuk
membebaskan alat ataupun bahan dari berbagai macam mikroorganisme. Suatu
bahan bisa dikatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen
maupun tidak baik dalam bentuk vegetatip walaupun bentuk nonvegetatif (spora).
Sterilisai bertujuan mengetahui cara sterilisasi untuk ruang kerja (isolasi) dalam
kultur jaringan, mengetahui cara sterilisasi untukr ruang inkubasi/kultur dalam
kultur jaringan.
Kata Kunci : Sterilisasi Ruang
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara


vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan
cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, protoplasma, sel,
sekelompok sel, jaringan maupun organ , serta menumbuhkannya dalam
keadaan aseptik serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media
buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah
tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak
diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap (sany, 2007). 
    Sterilisasi merupakan hal yang erat dengan pembuatan medium isolasi
dan pembiakan mikroorganisme secara murni. Pengertian umum sterilisisasi
adalah suatu proses yang berusaha membebaskan bahan atau alat dari
mikroorganisme. Namun perlu diketahui bahwa bahan atau alat yang telah
melalui proses sterilisasi tidak akan benar-benar bebas dari mikroorganisme.
Tujuan utama sterilisasi adalah untuk meminimalkan gangguan oleh
mikroorganisme yang tidak dikehendaki (kontaminan), sekaligus
meminimalkan gangguan akibat proses sterilisasi itu sendiri sekecil mungkin
(sany, 2007). 
    Sterilisasi dalam segala kegiatan kultur jaringan harus dilakukan di
tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga
steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol
yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan.  Teknisi
yang melakukan kultur jaringan pun juga harus dalam keadaan steril. Tidak
hanya terbatas pada peralatan, namun ruangan yang akan digunakan pun harus
dalam kondisi aseptik. Tujuan utama dari sterilisasi ruangan maupun peralatan
kultur pada dasarnya untuk menghindari kontaminasi oleh mikro organisme
yang ada di peralatan maupun di udara bebas sekitar ruangan. Perlakuan
tersebut mutlak dilakukan terutama pada ruang penabur atau tempat yang
digunakan untuk penanaman eksplan (Marlin, 2012).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan kultur jaringan
yaitu bahan sterilisasinya, kandungan unsur kimia dalam media, hormon yang
digunakan, substansi organik yang ditambahkan dan terang atau gelapnya saat
inkubasi. Dari sekian banyak permasalahan yang harus diteliti dan
diperhatikan adalah komposisi media tumbuh pada kultur jaringan karena
sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan
serta bibit yang dihasilkannya. Teknik aseptik merupakan salah satu kunci
keberhasilan dalam kutur jaringan. Keaseptikan harus dijaga dalam proses
pengkulturan, selain itu juga termasuk sterilisasi bahan tanaman (eksplan).
Pada tahap ini dilakukan berbagai perlakuan untuk membersihkan kotoran
yang ada di permukaan bahan tanaman (disinfestasi). Selain itu, zat pengatur
tumbuh adalah senyawa organik bukan hara yang dalam jumlah sedikit dapat
mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologi tanaman
(Marlin, 2012).

B. Tujuan
Adapun tujuan dari Praktikum kultur jaringan yang berjudul Sterilisasi
Ruang sebagai berikut :
1. Mengetahui cara sterilisasi untuk ruang kerja (isolasi) dalam kultur
jaringan
2. Mengetahui cara sterilisasi untukr ruang inkubasi/kultur dalam kultur
jaringan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan  suatu proses  untuk  mematikan semua organisme
yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Sterilisasi basah dapat
digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja  yang dapat tembus uap air dan
tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 110-121 .
Sterilisasi dalam setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik yang
membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme atau usaha
untuk membebaskan alat dan bahan dari segala bentuk kehidupan terutama
mikrobia (Hadioetomo, 1985). 

Menurut Nugroho (1997), bahwa sterilisasi dalam setiap proses yang


umum dilakukan dapat berupa: (a). Sterilisasi secara fisik (pemanasan,
penggunaan sinar gelombang pendek yang dapat dilakukan  selama senyawa
kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur
atau tekanan tinggi). Dengan udara panas, dipergunakan alat “bejana/ruang
panas” (oven dengan temperatur 170–180  dan waktu yang digunakan 2 jam
yang umumnya untuk peralatan gelas), (b). Sterilisasi secara kimia (misalnya
dengan penggunaan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin), (c).
Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat
pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya
adalah dengan saringan/filter. Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain
adalah melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini
adalah mikroba).
B.  Sterilisasi Ruang Kultur dan Transfer
Sterilisasi ruang kultur yang paling baik adalah dilakukan dengan
penggunaan sinar ultraviolet (UV). Waktu sterilisasi bervariasi tergantung dari
ukuran ruang transfer itu sendiri dan harus dilakukan apabila tidak ada
kegiatan dalam ruang tersebut. Radiasi UV sangat berbahaya bagi mata dan
kulit. Ruang transfer dapat juga disterilisasi dengan mencuci/mengepel 1-2
kali setiap bulan dengan bahan anti jamur (fungisida) komersial. Ruang kerja
dalam laminar flow biasanya sudah dilengkapi dengan lampu UV, sehingga
sterilisasinya dilakukan dengan UV dan diikuti dengan membasuh/melap
permukaan tempat bekerja dalam laminar dengan alkohol 95% sebelum mulai
bekerja. Ruang kultur harus dibersihkan dengan sabun kemudian dilap dengan
Na-hypoklorit 2% (merek komersial seperti Sunclin, Bayclin atau pembersih
lantai lain yang mengandung disinfektan) atau alkohol 95%. Lantai ruangan
dan dinding harus dibesihkan seminggu sekali dengan bahan yang sama
(Hadioetomo, 1985). 
C. Sterilisasi Peralatan Gelas dan Peralatan Lain.
Peralatan yang terbuat dari metal, gelas, aluminium foil, dll., dapat
disterilsasi dengan cara pengeringan dalam oven pada suhu 130o-170oC
selama 2-4 jam. Semua peralatan tersebut harus dibungkus sebelum di oven,
tetapi jangan menggunakan kertas karena akan akan terdekomposisi pada suhu
170oC. Sterilisasi dengan menggunakan autoclave tidak dsarankan untuk
bahan yang erbuat dari metal karena akan menyebabkan karat. Untuk
peralatan diseksi yang akan digunakan pada ruang transfer atau laminar,
setelah disterilisasi dalam oven harus direndam dahulu dalam alkohol 96%
kemudian dibakar di atas lampu bunsen. Teknik ini disebut sterilisasi
pembakaran (flame sterilization). Teknik ini harus dilakukan dengan ekstra
hati-hati karena alkohol sangat mudah terbakar. Autoclave adalah metoda
sterilisasi dengan menggunakan tekanan uap air. Bahan-bahan atau alat yang
dapat disterilisasi dengan cara autoclave ini antara lain kapas penutup tabung,
saringan dari nylon, pakaian lab, tutup plastik, peralatan gelas, pipet, air, dan
media kultur. Hampir semua mikroba dapat mati bila diautoclave pada suhu
121oC dengan tekanan 15 psi selama 15-20 menit (Wattimena, 1992).
D. Sterilisasi Media 
Ada dua metoda untuk sterilisasi media yang umum digunakan, yaitu
dengan autoclave dan filter membran. Media kultur, air destilasi dan campuran
yang stabil dapat disterilisasi dalam autoclave dengan menggunakan wadah
yang ditutup dengan kapas, aluminium foil atau plastik. Akan tetapi, larutan
dari bahan-bahan yang bersifat tidak stabil (heat-labile) harus menggunakan
filter. Umumnya media diautoclave pada tekanan 15 psi dengan suhu 121oC.
Untuk volume larutan per wadah yang sedikit (< 100 ml), waktu yang
dibutuhkan adalah 15-20 menit, tetapi untuk jumlah yang besar (2-4 liter)
selama 30-40 menit. Tekanan jangan melebhi dari 20 psi karena dapat
mengakibatkan dekomposisi karbohidrat dan bahan lain dalam media yang
bersifat thermolabile.
Beberapa senyawa yang tergolong dalam kelompok protein, vitamin, asam
amino, ekstrak tanama, hormon dan karbohidrat ada yang bersifat
thermolabile yang mungkin akan mengakibatkan dekomposisi bila disterilisasi
dengan autoclave, sehingga harus disterilisasi dengan filter. Filter Millipore
yang mempunyai porositas ± 0.2 mikron (µm) merupakan salah satu filter
yang banyak digunakan untuk sterilisasi bahan yang bersifat thermolabile.
Peralatan gelas yang akan menampung media yang disterilisasi dengan filter
harus sudah disterilisasi dahulu dengan autoclave (Nugroho, 1997).
               
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Adapun pelaksanaan praktikum kultur jaringan mengenai ruangan kultur
jaringan dan alat-alat laboratorium, di laksanakan pada hari selasa, 01 Oktober
2021, pukul 10.30-11.30 WIB di laboratorium Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah aluminium foil, autoklaf,
botol kultur, erlenmeyer, gunting kultur, kertas pembungkus, lampu bunsen,
petridish, pinset dan scapel, sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah
aquades dan medium.

C. Cara Kerja
1. Sterilisasi untuk ruang kerja isolasi) dalam kultur jaringan silahkan
studiliteratur mengenai cara sterilisasi yang digunakan untuk mengurangi
kontaminan dalam ruang kerja kultur jaringan baik secara kimia
maupunsecarafisik.

2. sterilisasi untuk ruang inkubasi/kultur dalam kultur jaringansilahkan


studiliteratur mengenai cara sterilisasi yang digunakan untuk mengurangi
kontaminan dalam ruang inkubasi/kultur baik secara kimia maupun
secarafisik.

  
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Sterilisasi adalah suatu proses dimana kegiatan ini bertujuan untuk


membebaskan alat ataupun bahan dari berbagai macam mikroorganisme. Suatu
bahan bisa dikatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen
maupun tidak baik dalam bentuk vegetatip walaupun bentuk nonvegetatif (spora).
Sebelum melakukan percobaan maupun penelitian alat dan bahan yang akan
digunakan harus disterilisasikan terlebih dahulu. Alat yang digunakan dalam suatu
penelitian atau praktikum harus disterilkan terlebih dahulu untuk membebaskan
suatu bahan dan peralatan tersebut dari semua bentuk kehidupan. Alat – alat yang
di gunakan dalam strilisasi yaitu Autoklaf, Oven, Labu Erlenmeyer, Lampu
bunsen burner, Tabung/gelas ukur. Autoklaf Berfungsi untuk mensterilkan dan
membunuh mikroba kontaminan pada alat atau bahan yang akan digunakan. Oven
Digunakan untuk mengeringkan bahan, suhu oven yang digunakan 170⁰C selama
1 jam (Wattimena, 1992).

Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat diketahui beberapa alat-alat seperti
erlenmeyer, pipet tetes, pinset, disseting set, gunting, magnetic stirer, scaple, botol
kultur dan lain-lain. Dari alat-alat yang mempunyai fungsi dan cara pemakaian
yang berbeda, namun disterilisasikan bersama menggunakan autoklaf. Sterilisasi
adalah segala kegiatan dalam kultur jaringan yang sangat penting dan harus
dilakukan ditempat yang steril, yaitu di laminar flow. Seperti yang diungkapkan
Wetherell (1976: 1), bahwa lingkungan aseptic sebagai salah satu syarat utama
suksesnya kegiatan kultur jaringan perlu diterapkan dengan sungguh-sungguh.
Untuk itu perlu adanya usaha sterilisasi peralatan dan media yang akan digunakan
dalam proses kultur agar bebas dari mikroba.
Sterilisasi secara umum terdiri dari sterilisasi fisika, sterilisasi kimia dan
sterilisasi modifide yaitu gabungan antara sterilisasi fisika dan kimia. Menurut
Wrtherell, (1976). bahwa ada beberapa metode sterilisasi alat dan bahan tanaman
yang dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan pembakaran, pemanasan
kering, pemanasan basah, penyaringan atau secara kimiawi. Sterilisasi alat dan
bahan tanaman juga dilakukan sterilisasi dalam kegiatan  kultur jaringan harus
dilakukan di tempat yang steril, dan menggunakan alat-alat yang juga steril yaitu
sterilisasi lingkungan kerja, sterilisasi alat dan media dan sterlisasi bahan tanam.
Jenis sterilisasi yang baik digunakan adalah sterilisasi menggunakan
autoklaf.         Autoklaf yaitu alat yang berfungsi untuk sterilisasi dengan uap
panas bertekanan. Autoklaf dipakai untuk sterilisasi medium atau larutan atau
alat-alat yang tidak tahan suhu tinggi. Prinsip kerjanya yaitu mensterilkan dengan
bantuan uap. Menurut Wetherell (1976: 1), dalam waktu 10-15 menit hampir
semua sel-sel mikroba dapat terbunuh oleh uap air yang sangat panas. Untuk
mensterilisasi alat-alat dibutuhkan suhu uap air 250 oF (121°C) dalam waktu 15
menit. Untuk menaikkan suhu yang lebih tinggi dari titik didih tersebut yaitu
dengan menaikkan tekanan uap air. Sedangkan menurut Wrtherell, (1976)., jika
panas digunakan bersama-sama dengan uap air disebut sterilisasi basah
mengggunakan autoklaf, sedangkan jika tanpa uap air disebut sterilisasi kering
menggunakan oven. Pada praktikum yang dilakukan hanya menggunakan
sterilisasi basah yaitu menggunakan autoklaf.
Percobaan sterilisasi kultur jaringan dilakukan dengan baik, kita bisa membuat
kisaran konsentrasi dan waktu yang diperlukan untuk sterilisasi dengan rentang
yang cukup lebar. Jika dengan konsentrasi tertentu tidak terkontaminasi tetapi
eksplannya mati, berarti konsentrasinya harus diturunkan. Begitu juga sebaliknya,
jika masih banyak kontaminannya, konsentrasi bahan harus dinaikkan supaya
tidak terkontaminasi lagi. Sama juga halnya dengan waktu yang diperlukan untuk
sterilisasi. Jika masih banyak kontaminasi, berarti proses sterilisasi harus lebih
lama. Jika kita telah berhasil mendapatkan satu kultur jaringan saja yang bebas
kontaminan, maka kita dapat memperbanyaknya dalam jumlah banyak (Nugroho,.
1997).
Fungsi alat yang disterilisasikan adalah untuk menghindari adanya
mikroorganisme yang masih terbawa oleh alat-alat yang akan digunakan, karena
adanya mikroorganisme menyebabkan kontaminasi bahkan dapat menumbuh
kembangkan bakteri yang belum benar-benar steril. Suatu alat atau bahan
dikatakan steril apabila alat atau bahan  tersebut bebas dari mikrobia, baik dalam
bentuk vegetative ataupun spora. Suatu benda atau substansi hanya dapat
dikatakan steril atau tidak steril, tidak  akan pernah mungkin ada setengah steril
atau hampir steril. Untuk sterilisasi alat dan medium juga digunakan sterilisasi
dengan mengunakan alat yang disebut autoclave. Sterilisasi dilakukan untuk
membunuh bakteri dan cendawan yang melekat pada eksplan maupun pada alat
serta bahan yang digunakan dalam penanaman eksplan (Nugroho, 1997).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kultur jaringan memerlukan keadaan yang steril agar memiliki tingkat
keberhasilan yang baik, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan kultur jaringan
dilakukan sterilisasi. Proses sterilisasi meliputi sterilisasi ruang dan alat.
Sterilisasi ruangan dilakukan dengan pembersihan dengan pengelapan
meja,rak, dan pembersihan bagian atas kemudian pembersihan
LAF,pengepelan ruangan dan penyemprotan formalin.
B. Saran
Dengan adanya praktikum pengenalan alat-alat yang digunakan dalam
penelitian kultur jaringan, diharapkan cara atau metode yang dilakukan dalam
memperkenalkan alat yang ada di laboratorium lebih ditingkatkan dan tidak
terlalu terburu-buru dalam penjelasan.
DAFTAR PUSTAKA

Hadioetomo, R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek.


PT.Gramedia: Jakarta. 237 hal.
Marlin, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Kultur Jaringan. Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Nugroho, A dan H. Sugianto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Tehnik Kultur
Jaringan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sany. 2007. Pembiakan Tanaman Melalui Kultur Jaringan. Jakarta: Gramedia.
213 hal.
Wattimena, G. A. 1992. Bioteknologi Tanaman. IPB, Bogor.
Wetherell, dkk. 1976. Biologi. Jakarta: Erlangga. 211 hal.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai