Anda di halaman 1dari 30

TUGAS RANGKUMAN MATERI

PERTEMUAN 2-14

Nama : Putri Ayu Wulandari

NIM : 111910176

Kelas : Ma.19.A4

PERTEMUAN 2 : PENGANTAR EKONOMI SYARIAH

 Tujuan melakukan ekonomi syariah yaitu untuk mencapai Falah (kesejahteraan di


dunia dan akhirat).
 3 pilar ekonomi syariah adalah Keadilan, Keseimbangan, dan Kemaslahatan yang
tercermin dari aktivitas ekonomi yang menghindari riba, maysir, gharar, dzalim dan
haram, adanya keseimbangan aktivitas di sektor riil-finansial, pengelolaan risk-return,
aktivitas bisnis-sosial, aspek spiritual-material dan azas manfaat-kelestarian lingkungan,
serta melindungi keselamatan kehidupan beragama, proses regenerasi, perlindungan
jiwa, harta dan akal.
 4 fondasi ekonomi syariah :
1) Ukhuwwah : muamalah (mempererat persaudaraan) untuk mencapai kesuksesan
bersama.
2) Syariah : membimbing aktivitas ekonomi sesuai aturan yang dianjurkan oleh Islam.
3) Akhlaq : kejujuran.
4) Aqidah : keyakinan/keimanan kepada Allah swt.
 Perspektif Ekonomi Islam
Level Individu
Fathanah : mendorong terbentuknya perilaku profesional dan kompeten untuk
mempertahankan kualitas dan efisiensi operasi yang tinggi.
Amanah : menciptakan disiplin dan komitmen yang akan meningkatkan akuntabilitas dan
tingkat keandalan lembaga keuangan.
Shidiq : menciptakan integritas dan konsistensi yangdiharapkan dapat meningkatkan
keamanan transaksi keuangan yang akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan
masyarakat yang tinggi.
Tabligh : mewujudkan perilaku transparan dan komunikatif yang secara konstruktif akan
mengurangi intensitas agency problem yang ada akibat asymmetric information. Nilai-
nilai yang dibangun tentunya sangat sejalan dengan konsep Good Corporate
Governance (GCG) dan market discipline yang telah menjadi semangat pengembangan
sistem keuangan dan perbankan secara internasional.
Level makro
1. Harta dalam ekonomi syariah memiliki peran yang efektif dalam memfasilitasi
kegiatan investasi, perdagangan, dan peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat.
2. Ekonomi syariah menekankan kebersamaan dalam memperoleh manfaat (sharing
economics).
3. Esensi pembatasan bentuk transaksi yang mengandung maysir melarang lembaga
untuk terlibat dalam transaksi keuangan yang tidak memiliki kaitan yang jelas dengan
sektor riil.
4. Orientasi kegiatan perdagangan dan investasi ditujukan pada hal-hal yang halal dan
thayyib.
5. Produk-produk keuangan/perbankan yang disusun mencitrakan tujuan ekonomi
syariah yang telah ditetapkan.
6. Arah pengembangan perbankan syariah didasarkan pada tujuan yang lebih luas.

PERTEMUAN 3 : SISTEM EKONOMI ISLAM

 Indonesia menganut sistem ekonomi campuran yang terdiri dari :


1) Ekonomi Kapitalisme → menjunjung tinggi liberalisme (kebebasan) → dikuasai
mutlak oleh individu → tidak memandang halal haram.
2) Ekonomi Islam → seluruh aktivitas ekonomi berdasarkan syariah Islam →
kepemilikan dijaga, boleh oleh individu/negara, tapi tidak terlalu kapitalis →
memandang halal haram.
3) Ekonomi Sosialis → seluruh aktivitas ekonomi diatur oleh pemerintah → sistem
ekonomi tidak boleh dikuasai oleh individu → tidak memandang halal haram.
 Peran negara :
 Mewujudkan politik ekonomi Islam tentang jaminan kebutuhan primer individu
 Menyusun dan menerapkan kebijakan ekonomi (pertanian, industri, perdagangan,
moneter)
 Pengelolaan kepemilikan umum dan negara melalui baitul mal
 Menjaga mekanisme pasar
 Pengawasan dan penghukuman penjahat ekonomi
 Menciptakan SDM unggul
 Karakteristik ekonomi islam :
ABDULLAH ABDUL HUSAIN AT-TARIQI (2004)
 BERSUMBER DARI TUHAN → al-Qur’an
 EKONOMI PERTENGAHAN DAN BERIMBANG : Ekonomi Islam memadukan
pribadi dan kemaslahatan masyarakat dalam bentuk yang berimbang, memberikan
hak negara untuk melakukan intervensi ekonomi, memperkuat posisi individu dan
haknya dalam tanggungjawab sosial.
 Ekonomi berkecukupan dan berkeadilan → ekonomi ditujukan untuk kebutuhan dan
kehormatan manusia
 Ekonomi Pertumbuhan dan Barakah → perputaran sektor riil/produksi
AL-MAWSU’AH AL-ILMIYAH WA AL-AMALIYAH AS-ISLAMIYAH
 Harta kepunyaan Allah dan Manusia merupakan khalifah atas harta
 Ekonomi terikat dengan akidah, syariah (hukum) dan moral
 Keseimbangan antara kerohanian dan kebendaan
 Keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan umum
 Kebebasan individu dijamin dalam Islam
 Negara diberi wewenang turut campur dalam perekonomian
 Bimbingan konsumsi → larangan kemewahan, belebihan
 Petujunjuk investasi → proyek yang halal, rezeki untuk anggota masyarakat,
memberantas kekafiaran, memperbaiki pendapatan dan kekayaan, menumbuh
kembangkan harta, melindungi kepentingan anggota masyarakat
9. Zakat
10. Larangan Riba
 Asumsi dasar dalam pengembangan ekonomi islam

  KAPITALISME ISLAM

Mementingkan diri Mementingkan diri sendiri dan


SIFAT MANUSIA
sendiri orang lain

Nilai manteri sangat Benda sebagai kebutuhan


MATERIALISME bernilai → lingkungan sekunder untuk perkembangan
rusak spiritual manusia
Hak mutlak milik Allah,
Hak mutlak milik pribadi manusia berhak memanfaatkan
yang tidak boleh segala hal dengan cara halal,
KEPEMILIKAN
diganggu gugat oleh hak membatasi untuk memanfaatkan
individu lain → bebas sumber daya alam (bertanggung
jawab kepada Allah)
Dunia sebagai tempat
manusia dan Umat manusia dan bangsa
menjalankan kebijakan diciptkaan untuk kepentingan
UNIVERSALISME
nasional demi manusia sendiri → bekerjasama
kepentingan mereka saling menguntungkan
sendiri

PERTEMUAN 4 : EKONOMI ISLAM

I – Hakikat Ekonomi

 Istilah Ekonomi:
Eko (mengatur) dan Nomos (rumah tangga) = Greek (Yunani Kuno); Maka, ekonomi
berarti kegiatan mengatur urusan harta kekayaan, baik yang berkaitan dengan: (1)
memperbanyak jumlah, dan (2) menjaga pengadaannya, maupun (3) tatacara
pendistribusiannya kepada masyarakat.
 Bidang Ekonomi:
1) Ilmu ekonomi → Memperbanyak jumlah, dan menjaga pengadaannya (Faktor
Produksi)
2) Sistem ekonomi → Tatacara distribusi kekayaan di tengah masyarakat (Pemikiran
dan Konsep Ekonomi)
 Asas dan Kaidah Ekonomi Islam:
1) Kepemilikan (Ownership) : Kepemilikan Individu (Private Ownership), Kepemilikan
Umum (Public Ownership), Kepemilikan Negara (State’s Ownership)
2) Distribusi (Distribution) : Menjamin Kebutuhan per Individu Warga Negara
3) Disposisi (Tasharruf) : Pengembangan Hak Milik, Nafkah dan Infaq
 Kebijakan Ekonomi Islam:
Kebutuhan manusia (Human Needs) :
1) Kebutuhan per individu : Kebutuhan pokok (Primery Needs), Kebutuhan Sekunder
(Scondary Needs), Kebutuhan Mewah (Luxury Needs)
2) Kebutuhan kelompok : Pendidikan (Needs for Education), Kesehatan (Needs for
Health), Keamanan (Needs for Savety)

II – Kepemilikan

 Kepemilikan adalah Izin pembuatan syariat (as-syari’) untuk memanfaatkan zat dan
jasa tertentu, yang menyebabkan pemiliknya berhak mendapatkan kegunaan (utility)-
nya, serta mendapatkan kompensasi darinya.
 Bentuk kepemilikan ada 3 : Kepemilikan Individu (Private Ownership), Kepemilikan
Umum (Public Ownership), dan Kepemilikan Negara (State’s Ownership).
 Tata cara memiliki
Manusia memiliki keinginan untuk memiliki, yang berasal dari kebutuhan jasmani dan
naluri survival :
1) Kaifiyah Tamalluk: Sebab Pemilikan  Islam (Shahih/benar)
2) Kammiyah Tamalluk: Pembatasan Jumlah  Sosialisme (Batil/salah)
3) Hurriyah Tamalluk: Kebebasan Hak Milik  Kapitalisme (Batil/salah)
 Sebab Kepemilikan Islam berasal dari Waris, Harta yang diperoleh tanpa kompensasi,
Bekerja, Kebutuhan harta penyambung hidup, dan Pemberian negara.

III - Disposisi (Tasharruf)

 Hukum Perdagangan
Halal hukumnya apabila bentuk perdagangan dilakukan dengan cara Jual-Beli, Salam,
Istishna’  barang dengan barang, dan Sharf  uang dengan uang.
Haram hukumnya apabila bentuk perdangan dilakukan dengan cara Riba  uangan
dengan uang/barang dengan barang, Ghabn Fahisy, Tadis, dan Penimbunan.
 Hukum Syarikah
Syarikah adalah akad antara dua orang atau lebih, yang keduanya sepakat untuk
melakukan kerjasama dalam bentuk kekayaan dengan tujuan untuk mencari keuntungan.
1) Akad Syar’i : Ijab dan Qabul
- Sepakat melakukan Syarikah dan Sepakat memberikan modal hukumnya
“belum sah”
- Sepakat melakukan Syarikah dalam urusan tertentu hukumnya “sah”
2) Obyek Akad: Sesuatu yang Bisa Diakadkan
- Barang dan Jasa hukumnya “sah”.
 Bentuk Syarikah dalam Islam terdiri dari Syarikah Amlak: Zat Barang dan Syarikah
Uqud: Pengembangan Harta.
 Tasharruf yang Diharamkan:
- Infaq : Isyraf – Tabdzir, Taraf (Foya-foya), Taqtir (Kikir-Bakhil)
- Pengembangan Harta: Judi, Riba, Syarikah Kapitalis, Ghabn Fakhisy, Tadis,
Ihtikar, Mematok Harga.

IV – Kepemilikan Umum

 Bentuk dan Ciri Harta Milik Umum :


1) Fasilitas Umum: Hilangnya fasilitas umum ini menyebabkan sengketa bagi
masyarakat
2) Bahan Tambang yang Tidak Terbatas: Seperti air, minyak, emas, dll.
3) Sumber Daya Alam: Sumber yang sifat pembentukannya menghalangi dimiliki
secara perorangan
 Hima dan Pemeliharaan Fasum:
 Hima adalah tempat yang dipertahankan. Hima adalah fasilitas atau harta milik umum
yang dimonopoli oleh pihak tertentu, sehingga orang lain tidak bisa
memanfaatkannya sesuai dengan fungsi asalnya. Seperti jalan, air, udara, dll. Islam
telah membatalkan monopoli seperti ini, yang disebut hima, sehingga fasum tersebut
kembali kepada fungsi asalnya.
 Larangan Hima (proteksi) tersebut berlaku untuk dua hal: (1) tanah mati, yang bisa
dihidupkan dan dipertahankan oleh setiap individu; (2) fasilitas umum yang sama-
sama dibutuhkan oleh banyak orang, seperti air, padang dan api. Tapi, negara boleh
memproteksi dua hal di atas.
 Rasulullah saw. pernah memproteksi (hima) tanah Naqi’ yang memiliki sumber air
dan tanaman yang subur. Tanah tersebut diproteksi oleh Rasul dari orang yang
hendak menghidupkan dan memanfaatkannya, selain untuk menggembala kuda-kuda
perang mereka.

V – Kepemilikan Negara

 Fai’, Ghanimah, Anfal: Ghanimah dan Anfal adalah harta rampasan yang diperoleh
melalui peperangan. Fai’ adalah harta rampasan yang ditinggalkan musuh, tanpa melalui
peperangan.
 Khumus: seperlima dari harta rampasan perang (ghanimah).
 Kharaj: Hak kaum Muslim yang ditetapkan pada tanah yang telah dijadikan rampasan
perang dari kaum Kufar, baik melalui peperangan, maupun perdamaian.
 Jizyah: hak yang diberikan oleh Allah dari kalangan kaum Kufar kepada kaum Muslim
karena ketundukan mereka kepada sistem Islam.
 Dharibah dan ‘Usyur (Bea Cukai): Harta yangdiwajibkan oleh Allah kepadakaum
Muslim untuk dibelanjakan pada kebutuhan yang diwajibkan kepada mereka, sementara
tidak ada harta di Baitul Mal.
 Harta haram: Hasil korupsi, keuntungan dari perdagangan yang diharamkan, seperti
Narkoba, dll.
 Harta Orang Murtad.

PERTEMUAN 5: RIBA DAN BUNGA BANK

 4-Tahap “Pelarangan Riba”:


- Tahap-1: Ar-Ruum: 39
- Tahap-2: An-Nissa: 160-161
- Tahap-3: Ali Imran: 130
- Tahap-4: Al-Baqarah: 278-279
 Riba dalam hadits
 Riba adalah salah satu di antara 7 dosa besar
 Tidak ada riba kecuali nasi’ah
 Emas dengan emas, perak dengan perak … sama dan kontan
 Dosa terkecil riba seperti dosa anak yang menzinahi ibu kandungnya
 Ada 73 pintu dosa bagi pemakan riba
 Para ulama sepakat bahwa hukum Riba adalah haram.
 Macam-macam Riba
 Riba
- Riba Dayn (Riba dalam pinjaman)
- Riba Bai’ (Riba dalam jual beli)
 Riba Bai’
- Riba Fadl : Riba karena pertukaran barang yang sejenis, tapi jumlahnya tidak
seimbang
- Riba Nasiah : Riba karena pertukaran yang sejenis dan jumlahnya dilebihkan
karena melibatkan jangka waktu
 9 alasan bagi yang membolehkan bunga bank
1. Boleh mengambil Bunga karena darurat.
2. Pada tingkat wajar, tidak mengapa bunga dibebankan.
3. Opportunity Lost yang ditanggung pemilik dana disebabkan penggunaan uang oleh
pihak lain.
4. Bunga untuk konsumtif dilarang, tapi untuk produktif dibolehkan.
5. Uang sebagai komoditi, karena itu ada harganya. Dan harga uang itu adalah bunga.
(Boehm-Bowerk)
6. Bunga sebagai penyeimbang laju inflasi.
7. Bunga sebagai upah menunggu (Abstinence Concept, Senior, Irving Fisher).
8. Nilai uang sekarang lebih besar daripada nilai uang pada masa depan (Time Value of
Money).
9. Di zaman Nabi tidak ada bank, dan bank bukan Syakhsiyyah Mukallafah (yang
terkena kewajiban menjalankan hukum syariah).
 Akibat Riba:
1. Dapat menimbulkan permusuhan, mengikis semangat kerjasama dan tolong-
menolong sesama manusia.
2. Menimbulkan perasaan iri kecewa dan marah sesama manusia
3. Riba merupakan salah satu strategi menjajah orang lain. Tetapi sebetulnya adalah
menjerat dan mengikat kuat pada orang lain tanpa belas kasih.
4. Dapat menimbulkan sifat pemboros sehingga melahirkan orang-orang yang miskin di
satu pihak dan orang yang semakin kaya di pihak lain, sehingga yang timbul adalah
rasa saling benci, iri, dan dendam serta menghilangkan sifat kasih sayang kepada
orang lain.
5. Nabi Muhammad saw menjelaskan siksaan pemakan riba yaitu menyelam di dalam
darah yang kotor dan berbau, kemudian Allah SWT memberi kuasa kepada malaikat
Zabaniyah untuk melemparkan batu-batu panas ke arah orang-orang yang berbuat
riba.
6. Menimbulkan kesulitan hidup dan penderitaan yang panjang.
 Sikap tehadap riba:
1. Membiasakan hidup sederhana.
2. Membiasakan menabung apabila ada kelebihan rezeki dari Allah.
3. Membiasakan menolong sesama melalui kegiatan zakat, sedekah, dan infaq baik di
masjid atau di tempat lain.
4. Menghindari kebiasaan berhutang.
5. Mengadakan usaha bersama di bidang ekonomi seperti berkoperasi di sekolah atau
di masyarakat.
6. Rajin mensyukuri nikmat Allah dengan cara memanfaatkan untuk kebaikan serta
tidak menyia-nyiakan nikmat tersebut.
7. Melakukan praktik jual beli dan hutang piutang secara baik menurut Islam.

PERTEMUAN 6: AKAD-AKAD PERBANKAN SYARIAH

 Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah.
 Kegiatan usaha:
1. Menghimpun dana: Tabungan, Giro, Deposito
2. Menyalurkan dana: Bagi hasil, Jual beli, Sewa, Pinjaman
3. Pelayanan jasa: Transfer, Remitten, Letter of Credit, Bank Garansi, SKBDN, RTGS
 Prinsip Syariah: Prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa
yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di
bidang syariah.
 Definisi akad: Perikatan antara ijab dan qabul dengan cara yang disyariatkan, yang
memiliki dampak (hukum) sesuai perikatannya.
 Hal-hal yang mempengaruhi akad:
1) Faktor internal
2) Faktor eksternal: Adanya mudharat, Menjadi wasila kepada yang haram, Merupakan
tadlis, Adanya gharar, Merupakan maysir, Mengandung riba tidak, Terpenuhinya
rukun & syarat, Tidak terpenuhinya maqashid as syariah.
 Akad berdasarkan sifatnya:
- Bathil/tidak sah
- Fasid/rusak
- Shahih/sah/benar
 Jenis akad dalam Syariah
1) Profit (tijarah)
 Natural Certainty Contract  Jual beli
- Murabahah
- Salam
- Istishna : Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(mustashni’) dan produsen (shani’).
- Ijarah
- IMBT
 Natural Uncertainty Contract  Bagi hasil
- Musyarakah
- Mudharabah : Sejumlah modal yang diberikan oleh shahibul maal untuk
diinvestasikan dalam bentuk usaha dengan keuntungan yang dibagi bersama
diantara keduanya.
2) Non Profit (tabarru)
 Pinjamkan uang
 Pinjaman jasa
 Memberi
 Riba adalah kelebihan harta tanpa adanya padanan dalam transaksi pertukaran harta
 Tadlis adalah transaksi yang mengandung suatu hal yang tidak diketahui oleh salah satu
pihak (unknown to one party). Bentuk-bentuk tadlis dalam perbankan yang harus
diwaspadai:
- Tidak menyampaikan informasi terkait produk bank dengan lengkap dan transparan
- Solisitasi kepada calon nasabah dengan memberikan keterangan yang tidak sesuai
fakta dan memanfaatkan ketidaktahuan nasabah, untuk tujuan pencapaian closing
- Mengiklankan produk kita dengan kata yang ambigu yang diduga kuat dapat
menimbulkan kesalahpahaman.
 Gharar adalah Segala sesuatu yang tidak diketahui akibatnya (Al Mabshuuth, as
Sharakhasi). Dampak transaksi yang mengandung gharar adalah pendzaliman atas salah
satu pihak bertransaksi.
 Maysir/Qimar adalah suatu bentuk permainan yang di dalamnya dipersyaratkan, jika
salah seorang pemain menang, maka ia akan mengambil keuntungan dari pemain yang
kalah dan sebaliknya.

PERTEMUAN 7: POLA KONSUMSI ISLAM

 Dalam masalah KONSUMSI, Islam mengatur mengenai apa yang boleh dikonsumsi
(halal) & apa yang tidak boleh dikonsumsi (haram)
 Pola konsumsi menurut konsep islam:
ZIS-W:
1. Zakat: fitrah, kekayaan, penghasilan, barang temuan
2. Infaq
3. Shodaqoh
4. Wakaf
 Pola konsumsi rumah tangga:
1. Faktor ekonomi: Penghasilan, Kekayaan, Harga barang, Tabungan, Kredit,
Konsumsi masa lalu, Ekspektasi.
2. Faktor sosial: Ukuran rumah tangga, Lingkungan, Pendidikan, Usia.
3. Faktor budaya: Gaya hidup, Nilai tradisi.
4. Faktor agama: Balasan surga, Ampunan dosa, Balasan berlipat ganda, Keteguhan
jiwa/hati, Jaminan keuntungan.
 Tujuan konsumsi
1) Konsep islam
Tujuan : Maslahah (Daruriyah: kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia,
Hajiayah: sesuatu yang diperlukan oleh manusia dengan tujuan untuk memperingan
dan kenyamanan untuk menanggulangi kesulitan-kesulitan, Tahsiniyah : sesuatu
diperlukan untuk tatanan hidup).
Secara syari’ah : Sesuai kebutuhan tercapainya kesejahteraan manusia.
2) Konsep konvensional
Tujuan : Satisfaction (utility)/kepuasan.
 Dasar perilaku konsumen
1) Konsep Islam
- Al-Qur’an
Makanlah dan minumlah, namun janganlah berlebih-lebihan, sesunggunhnya
Allah itu tidak menyukai orang-orang yang berlebihan (QS: 7:31).
- Al Hadist
Siapa yang mempunyai kelebihan kendaraan harus dibantukan pada yang tidak
mempunyai kendaraan. Dan siapa yang mempunyai kelebihan bekal harus
dibantukan pada orang yang tidak berbekal.
- Ijtihad.
2) Konsep Konvensional
- Tidak mempunyai dasar hukum.
 5 prinsip konsumsi menurut konsep islam (menurut Mannan)
 Prinsip Keadilan
 Prinsip Keberhasilan
 Prinsip Kesederhanaan
 Prinsip Kemurahan Hati
 Prinsip Moralitas
 Perilaku konsumen muslim
 Etika Konsumsi
- Tauhid (Unity)
- Adil (Equlibrium)
- Bebas (Free Will)
- Amanah (Responsibility)
- Halal
- Sederhana
 Sasaran konsumsi:
 Konsumsi untuk diri sendiri dan keluarga
 Tabungan
 Investasi
 Konsumsi Untuk Tanggung Jawab Sosial
 Zakat dan Konsumsi
 Kepuasan maksimum bisa dicapai menurut konsep islam:
1. Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dibumi..
(QS: 2 ; 68)
2. Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang
Kami berikan..(QS: 2 ; 172)
3. Diharamkan bagimu (makanan) bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang
(ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang
jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam bintang buas kecuali sempat dibelihnya.
(QS: 5 ; 3)
4. Jauhilah olehmu berfoya-foya karena hamba-hamba Allah (yang taat) itu bukanlah
orang yang berfoya-foya. (HR: Ahmad)
5. …Sesunggunhnya pemboros-pemboros itu saudara-saudara syetan, dan syetan itu
sangat ingkar terhadap Tuhanmu.(QS: 17 ; 27), dsb.

PERTEMUAN 9: KONSEP UANG

 Pengertian Uang
Dalam ekonomi islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu-nuqud.
Pengertiannya ada beberapa makna, yaitu al-naqdu berarti yang baik dari dirham,
menggenggam dirham, membedakan dirham, dan al-naqd juga berarti tunai. Kata nuqud
tidak terdapat di dalam Al-Qur’an dan Hadis karena bangsa Arab umumnya tidak
menggunakan nuqud untuk menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar untuk
menunjukkan mata uang yang terbuat dari emas dan kata dirham untuk menunjukkan alat
tukar dari perak. Mereka juga menggunakan wariq untuk menunjukkan dirham perak,
kata ‘ain untuk menunjukkan dinar emas. Sementara itu, kata fulus (uang tembaga)
adalah alat tukar tambahan yang di gunakan untuk membeli barang-barang yang murah.
 Syarat-Syarat Uang
1. Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu
2. Tahan lama
3. Bendanya mempunyai mutu yang sama
4. Mudah dibawa-bawa
5. Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya
6. Jumlahnya terbatas (tidak berlebih-lebihan)
7. Dicetak dan disahkan penggunaannya oleh pemegang otoritas moneter (pemerintah).
 Konsep Uang dalam Islam

KONSEP ISLAM KONSEP KONVENSIONAL

Uang tidak identic dengan modal Uang sering kali diidentikan dengan
modal
Uang adalah public goods Uang (modal) adalah private goods
Modal adalah private goods Uang (modal) adalah flow concept
bagi Fisher
Uang adalah flow concept Uang (modal) adalah stock concept
bagi cambridge school
Modal adalah stock concept  

 Fungsi Uang
- Alat tukar
- Satuan hitung
- Penyimpan kekayaan
- Standar pembayaran tunda
 Perubahan Fungsi Uang
 Uang Barang (commodity money): alat tukar yang memiliki nilai komoditas atau bisa
di perjualbelikan apabila barang tersebut di gunakan bukan sebagai uang.
 Uang Tanda/Kertas (token money): Nilai uang dikatakan sebagai uang tanda apabila
nilai yang tertera diatas uang lebih tinggi dari nilai bahan yang digunakan. Atau nilai
nominal lebih besar dari nilai intrinsik uang tersebut.
 Uang Giral (deposit money): uang yang dikeluarkan oleh bank-bank komersial
melalui pengeluaran cek dan alat pembayaran giro lainnya.
 Time Value of Money
Dalam menghitung pertumbuhan populasi digunakan rumus: Pt = Po (1 + r)
Rumus ini kemudian di adopsi begitu saja dalam ilmu finance sebagai teori bunga
majemuk menjadi: FV = PV (1 + r)
 Economic Value of Time
Islam hanya mengenal konsep economic value of time, artinya yang bernilai adalah
waktu itu sendiri. Dalam pandangan islam mengenai waktu, waktu bagi semua orang
adalah sama kuantitasnya, yaitu 24 jam. Nilai waktu antara satu orang dengan orang
yang lainnya, akan berbeda dari sisi kualitasnya. Jadi factor yang menentukan nilai
waktu adalah bagaimana seseorang bisa memanfaatkan waktu itu sendiri.
 Uang sebagai Flow Concept
Dalam islam, uang adalah flow concept dan capital adalah stock concept. Semakin cepat
perputaran uang, akan semakin baik.
 Uang sebagai Public Goods
Dalam konsep ekonomi Islam, uang adalah milik masyarakat (money is public goods).
Barang siapa yang menimbun uang atau dibiarkan tidak produktif berarti mengurangi
jumlah uang beredar yang dapat mengakibatkan tidak jalannya perekonomian. Sifat-sifat
tidak baik ini juga mempunyai imbas yang tidak baik terhadap kelangsungan
perekonomian. Oleh karenanya Islam melarang penumpukan/penimbunan harta,
memonopoli kekayaan.
 Motif Permintaan Terhadap Uang

KONVENSIONAL ISLAM

Money Demand for Transaction Money Demand for Transaction


(Permintaan akan Uang untuk
Transaksi)
Money Demand for Precautionary Money Demand for Precautionary
(Permintaan akan Uang untuk Berjaga-
jaga)
Money Demand for Speculation  
(Permintaan akan Uang untuk
Spekulasi)

Secara matematis permintaan uang konvensional dapat dirumuskan:

MD = MDT + MDP + MDS


PERTEMUAN 10: HUKUM ZAKAT DI INDONESIA

 Peran Negara dalam Mengelola Zakat di Indonesia


 Zakat sebagai alat pengumpulan logistik perlawanan Kolonialisme Belanda.
Sehingga Belanda melarang melalui kebijakannya Bijblad Nomor 1892 tahun 1866
dan Bijblad 6200 tahun 1905 melarang petugas keagamaan, pegawai pemerintah dari
kepala desa sampai bupati, termasuk priayi pribumi ikut serta dalam pengumpulan
zakat.
 Masyarakat Aceh telah menggunakan sebagian dana zakat untuk membiayai perang
dengan Belanda, sebagaimana Belanda membiayai perangnya dengan sebagian dana
pajak.
 Pengumpulan zakat di Aceh sudah dimulai pada masa Kerajaan Aceh, yakni pada
masa Sultan Alaudin Riayat Syah (1539-1567).
 Model Pengelolaan Zakat Oleh Negara
 Pertama, pengelolaan zakat diakui oleh negara yang diakomodasi dalam peraturan
perundang-undangan dan bersifat wajib kepada penduduk muslim di negara tersebut
(Era Rasul)
 Kedua, pengelolaan zakat diakui oleh negara yang diatur dalam undang-undang,
namun tidak bersifat wajib kepada penduduk muslim (Arab Saudi dan Sudan)
 Ketiga, pengelolaa zakat tidak diatur dalam tata perundang- undangan dan diserahkan
sepenuhnya kepada masyarakat.
 Zakat dan Pengelolaan Ekonomi Nasional
- Permasalahan Indonesia:
1. Kesenjangan sosial yang tinggi, Rasio Gini 0,397 (BPS, 2016)
2. Kemiskinan yang tinggi mencapai 10,86% (BPS, 2016)
3. IPM Indonesia menengah-rendah (0,684) dengan peringkat 110 dari 188 (UNDP,
2015)
4. Indonesia sebagai Wilayah Rawan Bencana.
- Peran Zakat:
 Memoderasi kesenjangan sosial;
 Membangkitkan ekonomi kerakyatan;
 Mendorong munculnya model terobosan dalam pengentasan kemiskinan;
 Mengembangkan sumber pendanaan pembangunan kesejahteraan umat di luar
APBN.
 Azas Pelaksanaan (Manajemen) Zakat
Muzakki  Amil/petugas  Mustahiq
Amil adalah mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
 Secara bahasa (etimologi), zakat berarti:
 Suci
 Tumbuh
 Berkembang Harta, Jiwa, Perilaku
 Berkah
 Beres
 Syarat dan Macam-macam Zakat
Syarat :
a. Muslim
b. Berakal
c. Balig
d. Memiliki harta sendiri dan sudah mencapai nisab.
Macam-Macam Zakat :
a. Zakat nafs (jiwa), disebut juga zakat fitrah.
b. Zakat mâl (harta).full owner, produktif, jumlah nisab, melebihi pokok, haul
c. Zakat emas, perak, dan logam mulia lainnya; nisab emas logam mulia 85 gram, perak
595 gram, 2,5%
d. Zakat uang dan surat berharga lainnya; 85 gram
e. Zakat perniagaan; 85 gram
f. Zakat pertanian, perkebunan dan kehutanan; 653 Kg gabah 10% dan 5%
g. Zakat peternakan dan perikanan; digembalakan (jika kandang masuk perniagaan).
Perikanan 85 gram
h. Zakat pertambangan; 85 gram
i. Zakat perindustrian; produksi 85 gram, jasa 653 kg gabar
j. Zakat pendapatan dan jasa; dan 653 kg gabah atau 524 kg beras
k. Zakat rikaz. 20% dari temuan Ps. 3 PMA 2014
 Makna dan Hakikat Zakat
Di dalam Al-Qur’an dan sunnah terdapat pula beberapa kata yang sering digunakan
untuk Zakat :
• Shadaqah (QS. 9:60, QS. 9:103)
• Infaq (QS. 9:34)
• Hak (QS. 6:141)
• Nafkah (QS 9:104)
• Pemaaf (QS 7:199)
 Fungsi Zakat
 Ibadah Mahdlah : Rukun Islam
Sebagai bentuk ketaatan pada aturan Allah dan perwujudan keimanan pada Allah
 Dimensi Sosial Ekonomi
Sebagai instrumen pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi berkeadilan
 Zakat, Infaq dan Shadaqah
Perbedaan antara zakat, infaq dan shadaqah adalah Tidak ada nishab (Qs 3:134), Tidak
ada prosentase, dan Penerima luas (Qs 2:215). Namun ketiganya memiliki urgensi dan
hikmah yang sama, berupa:
1. Sebagai perwujudan dari keimanan kepada Allah SWT dan keyakinan akan
kebenaran ajaran-Nya. (QS. 9:5, QS. 9:11)
2. Perwujudan syukur nikmat, terutama nikmat benda. (QS. 93:11, QS. 14:7)
3. Meminimalisir sifat kikir, materialistik, egoistik dan hanya mementingkan diri
sendiri. Sifat bakhil adalah sifat yang tercela yang akan menjauhkan manusia dari
rahmat Allah SWT. (QS. 4:37).
4. Membersihkan, mensucikan dan membuat ketenangan jiwa Muzakki (orang yang
berzakat). (Q.S. 70 : 19-25).
5. Harta yang dikeluarkan zakat dan infaq/shadaqahnya akan berkembang dan
memberikan keberkahan kepada pemiliknya. Pintu rizki akan selalu dibuka oleh
Allah SWT. (Q.S. 2 : 261, Q.S. 30 : 39, Q.S. 35 : 29-30).
6. Zakat, Infaq/Shadaqah merupakan perwujudan kecintaan dan kasih sayang kepada
sesama ummat manusia.
7. Zakat, Infaq/Shadaqah, merupakan salah satu sumber dana pembangunan sarana dan
prasarana yang harus dimiliki ummat Islam, seperti sarana pendidikan, kesehatan,
institusi ekonomi, dan sebagainya (Q.S. 9 : 71).
8. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat bukanlah
membersihkan harta yang kotor, melainkan membersihkan harta yang didapat dengan
cara yang bersih dan benar, dari harta orang lain (Q.S. 51 : 19).
9. Dari sisi pembangunan kesejahteraan ummat, zakat merupakan salah satu instrumen
pemerataan pendapatan, dengan zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan
membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan, economic with
equity (Q.S. 59 : 7).
10. Ajaran zakat, infaq/shadaqah sesungguhnya mendorong kaum muslimin untuk
memiliki etos kerja dan usaha yang tinggi, sehingga memiliki harta kekayaan yang
disamping dapat memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya juga bisa
memberi kepada orang yang berhak menerimanya.
 Selain itu juga terdapat Zakat Profesi dan Zakat Perusahaan yang wajib dikeluarkan.

PERTEMUAN 11: PEMASARAN SYARIAH

Pemasaran Syariah adalah segala aktifitas yang dijalankan dalam kegiatan bisnis yang
mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan value(nilai) dari suatu inisiator
kepada stakeholder yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-
prinsip muamalah (bisnis) dalam islam.

Konsep Spiritual Marketing

a. Islam sebagai sistem komprehensif


Komprehensif artinya bahwa Islam mempunyai ajaran yang lengkap dan sempurna
(syumul). Sebagai ajaran yang komprehensif, Islam meliputi 3 pokok ajaran, yaitu
Aqidah (berkaitan dengan keyakinan dan kepercayaan seseorang terhadap Tuhan,
Malaikat, Rasul, Kitab dan rukun iman lainnya), Syari’ah (hukum-hukum yang mengatur
tingkah laku manusia), dan Akhlak (perilaku baik-buruk, etika dan moralitas).
b. Keadilan sebagai inti Syarat Islam
Adil dalam al-Quran dari berasal dari kata ‘adl, yaitu sesuatu yang benar, sikap yang
tidak memihak, penjagaan hak-hak seseorang dan cara yang tepat dalam mengambil
keputusan.
c. Konsep dasar spiritual marketing
Spiritual marketing adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari dan mengarahkan
proses perencanaan dalam penciptaan, penawaran dan penyampaian nilai produk (ide,
barang, jasa) dengan tkt harga dan saluran yang dapat memenuhi keinginan dan kepuasan
pelanggan serta promosi yang sesuai dengan kebenaran Al-quran dan hadist.
d. Cara kerja spiritual marketing
Spiritual marketing mempunyai makna yang berkaitan dengan religius, dan disertai
dengan nilai-nilai spiritual seperti keterbukaan, kejujuran, rendah hati, bisa dipercaya dan
dibangun dengan tindakan yang mulia.
e. Konsep pemasaran dalam islam
Syariah Marketing merupakan solusi terhadap kebutuhan pasar yang memimpikan
penerapan bisnis yang sesuai dengan nilai dan kaidah agama. Ada 3 konsep dasar dalam
syariah marketing :
 Strategi untuk mind-share: cara berfikir secara kreatif, inovatif dan bijaksana dalam
mencari ide untuk memasarkan suatu produk atau jasa.
 Taktik untuk market share: bagaimana usaha kita dalam mempengaruhi sasaran pasar
melalui tulisan, gambar atau ucapan yang baik dan santun.
 Value to heart: pemasaran yang dilandaskan pada nilai-nilai agama dan dilaksanakan
dengan sepenuh hati dalam segala transaksi hingga mampu memuaskan konsumen
dan stake holder.
f. Integrasi Konsep pemasaran
Untuk memberikan kepuasan konsumen secara optimal, semua elemen-elemen
pemasaran yang ada harus diintegrasikan. Semua bagian yang ada dalam perusahaan
harus menyadari bahwa tindakan mereka sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan
dalam menciptakan dan mempertahankan langganan.
g. Etika Pemasaran Islam
Dalam Islam terdapat sembilan macam etika (akhlak) yang harus dimiliki seorang tenaga
pemasaran. Yaitu:
1. Memiliki kepribadian spiritual (takwa)
2. Berprilaku baik dan simpatik (Shidq)
3. Berprilaku adil dalam bisnis (Al-Adl)
4. Bersikap melayani dan rendah hati (Khidmah)
5. Menepati janji dan tidak curang
6. Jujur dan terpercaya (Al- Amanah)
7. Tidak suka berburuk sangka (Su’uzh-zhann)
8. Tidak suka menjelek-jelekkan (Ghibah)
9. Tidak melakukan sogok (Riswah)

PERTEMUAN 12: SAHAM SYARIAH

 Pengertian
 Saham adalah suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan.
 Saham Syariah adalah suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang
memenuhi kriteria Syariah dan tidak termasuk saham yg memiliki hak- hak istimewa.
 Jenis-Jenis Saham
 Saham Preferen: mempunyai sifat gabungan antara saham biasa dan obligasi
 Saham Biasa memiliki 3 hak:
- Hak Kontrol  Memilih pimpinan perusahaan
- Hak menerima pembagian keuntungan
- Hak Preemptive: Hak untuk mendapatkan presentasi kepemilikan yang sama
jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham.
 Saham Teasury adalah saham perusahaan yang pernah beredar dan dibeli kembali
oleh perusahaan untuk disimpan dan dapat dijual kembali.
 Pedoman Saham Syariah
 Uang tidak boleh menghasilkan uang. Uang hanya boleh berkembang bila
diinvestasikan dalam tangible economic activity.
 Hasil dari kegiatan ekonomi diukur dengan the return on investment. Return ini dapat
diestimasikan tetapi tidak ditetapkan di depan.
 Uang tidak boleh dijual untuk memperoleh uang.
 Saham dalam perusahaan, kegiatan mudharabah atau partnership musyarakah
dapat diperjual-belikan dalam rangka kegiatan investasi dan bukan untuk spekulasi
dan untuk tujuan perdagangan kertas berharga.
 Instrumen finansial Islami, seperti saham, dalam suatu venture atau perusahaan,
dapat diperjual-belikan karena ia mewakili bagian kepemilikan atas aset dari suatu
bisnis.
 Beberapa batasan dalam perdagangan sekuritas seperti itu antara lain :
- Nilai per share dalam suatu bisnis harus didasarkan pada hasil appraisal atas
bisnis ybs. (fundamental analysis)
- Transaksi tunai, harus segera diselesaikan sesuai dengan kontrak.
 Pasar Modal
Beberapa definisi dalam pasar modal:
 Pasar modal: Kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek
 Penawaran Umum: Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran Efek yang
dilakukan oleh Emiten kepada masyarakat/umum/publik (minimal 100 pihak) untuk
menjual Efek kepada masyarakat/umum/publik (minimal 50 pihak) berdasarkan
tatacara yang di atur oleh Undang-Undang dan peraturan pelaksanaannya.
 Bursa Efek: pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana
untuk mempertemukan penawaran jual dan beli pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan Efek di antara mereka
 Efek: surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,
obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak
berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek
 Efek Syariah: Efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di
bidang Pasar Modal yang akad, pengelolaan perusahaan, maupun cara penerbitannya
memenuhi prinsip-prinsip Syariah
 Emiten: Pihak yang melakukan Penawaran Umum.
 Prinsip Dasar Saham Syariah
 Bersifat musyarakah jika ditawarkan secara terbatas
 Bersifat mudharabah jika ditawarkan kepada publik
 Tidak boleh ada pembedaan jenis saham, karena risiko harus ditanggung oleh semua
pihak
 Prinsip profit/loss sharing
 Tidak dapat dicairkan kecuali dilikuidasi.
PERTEMUAN 13: ETOS KERJA

 Kerja adalah rahmat


 Rahmat adalah kebaikan yang kita terima karena kasih sayang Sang Maha Pemberi.
 Rahmat tiada pandang bulu, umur, jenis kelamin dan status.
 Sesungguhnya rahmat melimpah disekitar kita, bahkan seolah sedang mengepung
kita dari segala penjuru.
 3 jenis rahmat:
1) Rahmat umum adalah kebaikan semesta yang kita terima tanpa syarat : matahari,
bumi dan segenap sumber daya mineral dan hayatinya, air dan oksigen,
kesehatan, kecerdasan, kewarasan, hati nurani, imajinasi dan potensi-potensi
lainnya.
2) Rahmat khusus bersifat unik, dan hanya diberikan kepada orang tertentu atau
kelompok tertentu saja ; Bakat dan potensi pribadi kita yang unik serta pekerjaan
adalah rahmat khusus dari Tuhan.
3) Rahmat terselubung adalah rahmat yang bertopeng (blessing in disguise), yang
muncul dari balik peristiwa-peristiwa jahat, buruk, celaka, atau malapetaka.
 Rahmat adalah kekuatan yang mentransformasikan manusia :
- Mengubah yang culas menjadi ikhlas.
- Mengubah yang tercengkeram kemelekatan menjadi mampu bersikap legowo.
- Mengubah yang terkungkung sikap aji mumpung menjadi bajik dan bijak
- Mengubah jiwa-jiwa kerdil menjadi jiwa-jiwa besar : sanggup menerima
kekalahan dengan lapang dada bahkan rela mengalah dan dikalahkan.
- Mengubah yang pendendam menjadi pemaaf : tidak memelihara kebencian dan
tidak memupuk sakit hati.
- Mengubah yang pelit jadi mampu bekerja tulus penuh syukur: tidak pamrih, tidak
mengeluh, tidak bersungut-sungut, tidak merengek-rengek, tidak iri pada rezeki
orang, dan tidak menuntut apa yang tak patut.
- Mengubah yang tunduk pada naluri dan hasrat-hasrat rendah menjadi mampu
berperilaku mulia sesuai martabat dirinya.
- Mengubah yang selalu negatif dan reaktif menjadi senantiasa positif dan proaktif
 Kerja adalah amanah
 Kerja adalah amanah, jabatan adalah amanah. Melalui kerja kita menerima amanah.
 Amanah adalah titipan berharga yang dipercayakan kepada kita.
 Kita menerima amanah kehidupan dari Sang Pemilik Hidup, karenanya kita
bertanggungjawab atas setiap detik hidup kita yang fana ini.
 Kerja adalah panggilan
 Panggilan ( calling atau vacation ) adalah bidang pekerjaan khusus yang kita tekuni
sebangai bentuk panggilan Tuhan atas kita.
 Panggilan juga bersifat umum, di mana semua orang, tanpa kecuali, sudah sepatutnya
melakukan kebaikan, kebenaran, dan keadilan dalam segala ucapan dan
perbuatannya.
 Keutuhan ucapan, perasaan, pikiran, dan perbuatan kita pada hakikatnya itulah yang
disebut integritas.
 Melakoni panggilan hidup, dalam dan melalui pekerjaan, dengan segenap integritas
sudah sewajarnya akan mendatangkan kesukacitaan, kegembiraan, dan kepuasan
jiwa.
 Kerja adalah aktualisasi
 Kerja keras, keyakinan, dan fokus adalah tiga serangkai kunci menuju keberhasilan.
 Mengutuki masa lalu adalah kesia-siaan, karena yang lalu tak mungkin kembali, dan
yang mendatang tak mungkin ditentang.
 Mengeluh kurang waktu tidak pernah membukakan jalan-jalan yang buntu, karena
masalah sebenarnya adalah rendahnya semangat, lemahnya tekad, dan kurangnya niat
untuk bekerja keras.
 Bekerja keras mendaki gunung keberhasilan akan memperluas cakrawala pandang
dan memperkaya pengalaman.
 Orang-orang luar biasa memiliki satu persamaan : memiliki misi yang jelas,
komitmen yang kuat untuk mewujudkannya sehingga kerja keras merupakan
kenikmatan.
 Kerja adalah ibadah
 Kerja itu Ibadah, yang intinya adalah tindakan memberi atau membaktikan harta,
waktu, hati, dan pikiran kepada dia yang kita abdi. Melalui pekerjaan, kita bertumbuh
menjadi manusia yang kualitas kepribadian, karakter, dan mentalnya berkembang
kearah yang ilahi.
 Beribadah berarti berbakti dengan segenap hati, mengabdi tuntas penuh totalitas, dan
berserah pasrah dengan segenap cinta.
 Ibadah yang benar harus dilakukan dengan khusuk, serius, dan sungguh-sungguh.
Begitu pula bekerja yang benar.
 Ibadah memerlukan pengorbanan, namun pengorbanan untuk suatu idealisme adalah
kebahagiaan, dan pengorbanan yang didorong oleh rasa cinta adalah suka cita.
 Makna ibadah adalah persembahan diri, pemasrahan diri, penyerahan diri.
 Kerja adalah seni
 Etos seni adalah penjabaran pengalaman artistic kita, yaitu ekspresi budi-akhlak-iman
kita dalam ungkapan-ungkapan estetik yang berwujud karya-karya, yang pada
gilirannya akan mempertinggi kompetensi budi-aklak-iman kita, dan dengan
demikian menjadikan manusia insane kamil di bumi Tuhan.
 Kerja yang dilakoni dengan paradingma seni memuaskan dahaga jiwa kita sekaligus
mengembangkan talenta seni itu sendiri; membuat kita dipenuhi oleh daya cipta asli,
kreasi-kreasi baru, dan gagasan-gagasan inovatif. Hasilnya, buah pekerjaan kita akan
disukai orang lain, pelanggan, atau pengguna.
 Seni adalah sarana ekspresi jiwa manusia yang merefleksikan realitas hidup yang
ditangkap sebagai sebuah pengalaman batin.
 Kerja adalah penghormatan
 Kerja adalah kehormatan karena berkarya dengan kemampuan sendiri adalah
kebajikan suatu kebajikan sosial di mana kita diakui sebagai manusia produktif dan
kontributif.
 Kehormatan yang sejati bersumber pada kepribadian yang otentik,akhlak yang mulia,
pekerti yang terpuji, hati yang bersih, nurani yang bening, budi yang luhur, karya
yang unggul, kinerja yang hebat, dan kualitas yang luar biasa.
 Kekuatan kehormatan : kehormatan adalah harga diri yang dipertaruhkan
- Berprestasi tinggi mengundang rasa hormat orang.
- Secara intrinsic pekerjaan menyediakan rasa hormat diri ( self-respect ) yang
tumbuh dari kesadaran bahwa kita mandiri, kompeten, dan berguna.
- Kehormatan berarti menunjukkan perilaku kerja yang etis dan menjauhi perilaku
kerja yang nista.
- Orang yang mampu menjaga kehormatan, terutama secara moral dan
professional, biasanya akan diberi kehormatan yang lebih tinggi.
 Kerja adalah pelayanan
 Apa pun pekerjaan kita sesungguhnya kerja adalah untuk melayani. Secara sosial
pelayanan adalah yang mulia, karena itu hakikat pekerjaan kita pun mulia dan
sebagai makhluk pekerja kita semua adalah insane yang mulia.
 Cara umum untuk memperoleh kemuliaan ialah dengan melayani sebaik-baiknya
untuk khalayak seluas-luasnya
 Ciri utama kemuliaan adalah karakter yang altruistik, yaitu sikap tidak
mementingkan diri sendiri bahkan rela berkorban demi melayani orang lain.
 Dengan melayani di dalam dan melalui pekerjaan kita maka aspirasi kemuliaan kita
terpenuhi sekaligus harkat profesi kita pun bertambah mulia.
 Melalui pelayanan maka pekerjaan kita termuliakan sebagaimana juga akhlak,
kepribadian, dan budi pekerti kita.

PERTEMUAN 14: KEBIJAKAN FISKAL

 Kebijakan Fiskal dalam Islam


 Kebijakan fiskal diartikan sebagai langkah pemerintah untuk membuat perubahan-
perubahan dalam sistem pajak atau dalam pembelanjaan (dalam konsep makro
disebut dengan government expenditure).
 Kebijakan fiskal dalam islam bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang
didasarkan pada keseimbangan distribusi kekayaan dengan menempatkan nilai-nilai
material dan spiritual secara seimbang.
 Menurut metwally, setidaknya ada 3 tujuan yang hendak dicapai kebijakan fiskal
dalam ekonomi islam:
1. Islam mendirikan tingkat kesetaraan ekonomi dan demokrasi yang lebih tinggi,
ada prinsip bahwa “kekayaan seharusnya tidak boleh hanya beredar di antara
orang-orang kaya saja”. Prinsip ini menegaskan bahwa setiap anggota masyarakat
seharusnya dapat memperoleh akses yang sama terhadap kekayaan melalui kerja
keras dan usaha yang jujur.
2. Islam melarang pembayaran bunga dalam berbagai bentuk pinjam. Hal ini berarti
bahwa ekonomi islam tidak dapat memanipulasi tingkat suku bunga untuk
mencapai keseimbangan (equiblirium) dalam pasar uang (yaitu antara penawaran
dan permintaan terhadap uang). Dengan demikian, pemerintahan harus
menemukan alat alternatif untuk mencapai equilibrium ini.
3. Ekonomi islam mempunyai komitmen untuk membantu ekonomi masyarakat
yang kurang berkembang dan untuk menyebarkan pesan dan ajaran islam seluas
mungkin.
 Kebijakan pemasukan dari kaum muslimin, yaitu:
1) Zakat
2) Ushr: bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang di mana pembayarannya
hanya sekali dalam satu tahun dan hanya berlaku terhadap barangyang nilainya lebih
dari 200 dirham.
3) Wakaf: harta benda yang didedikasikan kepada umat islam yang disebabkan karena
Allah SWT dan pendapatannya akan didepositokan di baitul maal.
 Kebijakan pemasukan dari kaum non muslim, yaitu:
1) Jizyah (tribute capitis/pajak kekayaan) adalah pajak yang dibayarkan oleh orang non
muslim khususnya ahli kitab sebagai jaminan perlindungan jiwa, properti, ibadah,
bebas dari nilai-nilai dan tidak wajib militer.
2) Kharaj (tribute soil/pajak, upeti atas tanah) adalah pajak tanah yang dipungut dari
kaum non muslim ketika khaibar ditaklukkan. Tanahnya diambil alih oleh orang
muslim dan pemilik lamanya menawarkan untuk mengolah tanah tersebut sebagai
pengganti sewa tanah dan bersedia memberikan sebagian hasil produksi kepada
negara.
3) Ushr adalah bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang yang nilainya lebih
dari 200 dirham (sirojuddin, 2013: 1).
 Kebijakan pengeluaran
Di antara golongan yang berhak menerima pendapatan (distribusi pendapatan) adalah
berdasarkan atas kreteria langsung dari Allah S.W.T yang tergambar di dalam al-qur’an
QS. At-taubah ayat 90: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir,orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang
yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.“
Orang-orang yang berhak menerima harta zakat ini terkenal dengan sebutan delapan
ashnaf. Delapan asnab ini langsung mendapat rekomendasi dari Allah S.W.T sehingga
tidak ada yang bisa membatahnya. Ini artinya kriteria dalam al-qur’an terhadap orang-
orang yang berhak mendapatkan atas kekayaan negara lebih rinci dibandingkan dengan
kreteria yang tetapkan oleh pemerintah kita yang secara umum di-inklud-kan kepada
orang-orang miskin saja (Sirojuddin,2013: 1).
 Kebijakan pendapatan ekonomi islam
1. Kaidah syar’iyah yang berkaitan dengan kebijakan pungutan zakat
Ajaran islam dengan rinci telah menentukan, syarat, ketegori harta yang harus
dikeluarkan zakatnya, lengkap dengan besaran (tarifnya). Maka dengan ketentuan
yang jelas tersebut tidak ada hal bagi pemerintah untuk mengubah tarif yang telah
ditentukan.
2. Kaidah syar’iyah yang berkaitan dengan hasil pendapatan yang berasal dari
aset pemerintah
Pendapatan dari aset pemerintah dapat dibagi dua ketegori yaitu :
• Pendapatan dari aset pemerintah secara umum, yaitu berupa investasi pemerintah
yang dikelola pemerintah atau masyarakat
• Pendapatan dari aset yang masyarakat ikut memanfaatkannya, yaitu sarana-sarana
umum yang sangat dibutuhkan masyarakat.
3. Kaidah syar’iyah yang berkaitan dengan kebijakan pajak
Seandainya pungutan pajak tersebut diperbolehkan dalam islam maka kaidahnya
harus berdasarkan pada kaidah a’dalah dan kaidah dharurah, yaitu pungutan tersebut
berlaku untuk orang yang mampu atau kaya dan untuk pembiayaan yang betul-betul
sangat diperlukan dan pemerintah tidak memiliki sektor pemasukan lainnya.
 Kebijakan belanja dalam islam
Kaidah-kaidah umum yang didasarkan dari al-quran dan hadis dalam memandu
kebijakan belanja pemerintah :
1. Kebijakan atau belanja pemerintah harus senantiasa mengikuti kaidah maslahah.
2. Menghindari masyaqqah kesulitan dan mudarat garus didahulukan ketimbang
melakukan pembenahan
3. Mudarat individu dapat dijadikan alasan demi menghindari mudarat dalam skala
umum.
3. Pengorbanan individu dapat dilakukan dan kepentingan individu dapat dikorbankan
demi menghindari kerugian dan perngorbanan dalam skala umum.
4. Kaidah al-giurmu bil gunni yaitu kaidah yang menyatakan bahwa ingin mendapatkan
manfaat harus siap menanggung beban (yang ingin untung harus siap menanggung
kerugian).
5. Kaidah ma la yatimmu al waajibu alla bihi fahua wajib yaitu kaidah yang menyatakan
bahwa sesuatu hal wajib ditegakan dan tanpa ditunjang oleh faktor penunjang lainnya
tidak dapat dibangun, maka menegakan faktor penunjang tersebut menjadi wajib
hukumnya.
 Tujuan pembelanjaan dalam pemerintahan islam:
a) Pengeluaran demi memenuhi kebutuhan hajat masyarakat
b) Pengeluaran sebagai alat redistribusi kekayaan
c) Pengeluaran yang mengarah pada semakin bertambahnya permintaan efektif
d) Pengeluaran yang berkaitan dengan investasi dan produksi
e) Pengeluaran yang bertujuan menekan tingkat inflasi dengan kebijakan intervensi
pasar.
 Kebijakan Fiskal dalam Rasulullah
Ketika itu negara tidak mempunyai kekayaan apa pun, karena sumber penerimaan
negara hampir tidak ada. Segala kegiatan rasulullah dalam awal masa pemerintahan
dilakukan berdasarkan keikhlasan sebagai bagian dari kegiatan dakwah yang ada.
Umumnya para sahabat tidak meminta balasan meterial dari segala kegiatan mereka
dalam dakwah teresebut. Dalam masa rasulullah juga sudah terdapat jizyah yaitu pajak
yang dibayarkan oleh orang non muslim khususnya ahli kitab, untuk jaminan
perlindungan jiwa, properti, ibadah, bebas dari nilai-nilai, dan tidak wajib militer.
Tujuannya adalah kebersamaan dalam menanggung beban negara yang bertugas
memberikan perlindungan, keamanan dan tempat tinggal bagi mereka dan juga sebagai
dorongan kepada kaum kafir untuk masuk islam.
 Kebijakan Fiskal Masa Sahabat
 Khalifah abu bakar ash-shidiq (51 SH- 13H/573-634 M)
Langkah abu bakar dalam menyempurkan islam :
1. Perhatian dalam keakuratan perhitungan zakat
2. Pengembangan pembangunan baitul mal dan penanggung jawab baitul mal
3. Menerapkan konsep balance budget policy pada baitul mal.
 Fah umar bin khatab (40 sh-23 h/584-644 m) mengelompokkan pendapatan negara
menjadi 4 bagian :
1. Zakat dan ushr ( pendistribusian untuk lokal jika berlebihan disimpan)
2. Khums dan shadaqah (fakir miskin dan kesejahteraan rakyat)
3. Kharaj, fay, jizya, ushr, sewa tetap ( dana pensiun, dana pinjaman )
4. Pendapatan dari semua sumber ( pekerja, pemelihara anak terlantar dan dana
sosial)
 Khalifah Usman Bin Affan (47 SH-35 H/577-656 M)
1. Pembangunan pengairan
2. Pembentukan organisasi kepolisian untuk menjaga keamanan perdangan
3. Pembangunan gedung pengadilan, guna penegakan hukum
4. Kebijakan pembagian lahan luas milik raja persia kepada individu dan hasilnya
mengalami peningkatan bila dibandingkan pada masa Umar dari 9 juta menjadi
50 juta dirham.
5. Selama enam tahun terakhir dari pemerintahan usaman situasi politik negara
sangat kacau. Kepercayaan terhadap pemerintah Usman mulai berkurang dan
puncaknya rumah Usman dikepung dan beliau dibunuh dalam usia 82 tahun.
 Khalifah Ali Bin Abi Talib
1. Pendistribusian seluruh pendapatan yang ada pada baitul mal berbeda dengan
Umar yang menyisihkan untuk cadangan
2. Pengeluaran angkatan laut dihilangkan
3. Adanya kebijakan pengetatan anggaran
 Formulasi Kebijakan Fiskal Islam di Era Modern
Kebijakan fiskal tidak hanya menaruh perhatian pada pendapatan dan pembelaan
negara, tetapi juga pada pilihan berbagai instrumen kebijakan perpajakan dan pola
pembelanjaan negara. Cara yang berbeda dalam menaikan dan membelanjakan anggaran
memiliki dampak ekonomi yang berbeda.

Al-quran dan as-sunnah memiliki panduan-panduan pokok dalam kebijaksanaan fiskal:

1. Islam tidak menyukai pembelanjaan yang tidak terkendali. Israf atau berlebih-lebihan
dilarang secara keras baik dalam al-qur’an maupun sunnah. Larangan ini berlaku baik
untuk individu maupun negara.
2. Kebijasanaan fiskal harus mampu memenuhi sasaran dasar sebuah tatanan
sosioekonomi islami. Yaitu, terpenuhi kesejahteraan material dan spiritual.

Anda mungkin juga menyukai