Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia aktivitas merokok sudah menjadi kebiasaan sehari-


hari yang sudah tidak lazim di dengar. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
No.109 Tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat
adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan menyatakan bahwa rokok
adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan
dihisap atau dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana
tobacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang
asapnya mengandung nikotin yang bersifat adiktif dan tar bersifat
karsinogenik. Volkow (2015) bahkan telah mendefiniskan bahwa
kecanduan sebagai penyakit kehendak bebas. Dimana merokok
merupakan perilaku sukarela yang membuat seseorang untuk
melanjutkan atau tidak. Merokok merupakan salah satu faktor risiko utama
yang dapat menyebabkan peningkatan penyakit kardiovaskuler melalui
pengaruhnya kadar profil lipid. Rokok terdiri dari 4.000 lebih bahan kimia,
salah satu unsur utamanya yaitu nikotin. Nikotin dapat meningkatkan
sekresi adrenalin pada korteks adrenal yang mendorong peningkatan
konsentrasi serum asam lemak bebas (Free Fatty Acid/FFA) yang
selanjutnya menstimulasi sintesis dan sekresi kolesterol hepar seperti
sekresi Very Low Density Lipoprotein (VLDL) hepar yang didalamnya
terdapat trigliserida, sehingga kadar trigliserida darah meningkat (Nilawati
et al 2008).

Pelaku merokok tidak hanya didominasi oleh orang dewasa dan


orang tua bahkan pada kalangan remaja awal di desa saptamarga sudah
melakukan kebiasaan merokok layaknya orang dewasa. Kurangnya
pengetahuan tentang bahaya merokok menjadi salah satu alasan remaja
merokok, serta kurangnya perhatian penuh dari orang tua maupun
keluarga. Mulai dari umur 14 - 19 tahun keatas remaja sering nongkrong
di suatu tempat untuk merokok dan begadang hingga pagi. Tidak sedikit
diantaranya adalah keluarga tidak mampu dan tidak bersekolah.
1
Kebiasaan merokok pada kaum remaja sangat terkait dengan
pergaulannya, pada umumnya ingin sekali diterima oleh kelompok seusia
dan tidak ingin merasa kurang cocok. Beberapa alasan yang diberikan
adalah merokok dianggap bergaya, dari gambar-gambar bintang pop dan
film. Selain itu, orang dewasa yang melambangkan ‘otoritas’ sehingga
remaja menganggap bahwa merokok merupakan cara untuk
mengungkapkan penentangan dan kemandirian. Alasan lain mengapa
remaja merokok adalah adanya pendapat bahwa merokok menimbulkan
rasa santai dan merupakan cara untuk mengatasi stres (Rika, 2010).

Pengetahuan juga bisa mempengaruhi perilaku merokok. Pengetahuan


tentang merokok merupakan sejauhmana seseorang mampu mengetahui
dan memahami tentang merokok. Pengetahuan yang baik tentang
merokok terhadap kesehatan akan berbeda perilaku merokoknya
dibanding mareka yang berpengetahuan kurang (Dinkes DIY, 2010)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan maka dirumuskan


masalah penelitian yaitu :

1. Bagaimanakah tingkat pengetahuan masyarakat sebelum dilakukan


penyuluhan?

2. Bagaimanakah tingkat pengetahuan masyarakat setelah dilakukan


penyuluhan?

3. Apakah ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap bahaya


merokok pada usia remaja di desa saptamarga?

C. Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat sebelum


dilakukan penyuluhan

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat setelah dilakukan


penyuluhan

2
3. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap bahaya
merokok pada usia remaja

D. Manfaat

1. Bagi Peneliti
Menjadi pengalaman berharga dalam memperluas wawasan
keilmuan, cakrawala pengetahuan dan pengembangan keterampilan
serta sebagai ajang pengembangan diri.
2. Bagi respoden
Responde bias mendapatkan informasi mengenai bahaya merokok
terhadap pengetahuan dan sikap remaja.

BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tentang Merokok

2.1.1. Pengertian merokok

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap


asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa.
Merokok menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di
masyarakat. Meskipun telah terbukti dapat menyebabkan
munculnya berbagai kondisi patologis, secara sistemik maupun
lokal dalam rongga mulut, tetapi kebiasaan merokok ini sangat
sulit untuk dihilangkan.

2.1.2. Komponen Rokok

Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia.


Satu batang rokok yang dibakar, akan mengeluarkan 4000
bahan kimia. Rokok menghasilkan suatu pembakaran yang
tidak sempurna yang dapat diendapkan dalam tubuh ketika
dihisap. Secara umum komponen rokok dapat dibagi menjadi
dua golongan besar, yaitu komponen gas (92%) dan komponen
padat atau partikel (8%).10 Komponen gas asap rokok terdiri
dari Karbonmonoksida, Karbondioksida, Hidrogen sianida,
Amoniak, oksida dari Nitrogen dan senyawa Hidrokarbon.
Partikel rokok terdiri dari tar, nikotin, benzantraccne,
benzopiren, fenol, cadmium, indol, karbarzol dan kresol. Zat-zat
ini beracun, mengiritasi dan menimbulkan kanker (karsinogen).
Nikotin merupakan komponen yang paling banyak dijumpai di
dalam rokok.1,10 Tar, nikotin, dan karbonmonoksida
merupakan tiga macam bahan kimia yang paling berbahaya
dalam asap rokok. Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan
kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat
karsinogenik. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke rongga
mulut sebagai uap padat yang setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada

4
permukaan gigi, saluran napas, dan paru-paru. Komponen tar
mengandung radikal bebas, yang berhubungan dengan resiko
timbulnya kanker.10 Nikotin merupakan bahan yang bersifat
toksik dan dapat menimbulkan ketergantungan psikis. Nikotin
merupakan alkaloid alam yang bersifat toksis, berbentuk
cairan, tidak berwarna, dan mudah menguap. Zat ini dapat
berubah warna menjadi coklat dan berbau seperti tembakau
jika bersentuhan dengan udara.11,12 Nikotin berperan dalam
menghambat perlekatan dan pertumbuhan sel fibroblast
ligamen periodontal, menurunkan isi protein fibroblast, serta
dapat merusak sel membran.13 Gas Karbonmonoksida dalam
rokok dapat meningkatkan tekanan darah yang akan
berpengaruh pada sistem pertukaran haemoglobin.
Karbonmonoksida memiliki afinitas dengan haemoglobin
sekitar dua ratus kali lebih kuat dibandingkan afinitas oksigen
terhadap haemoglobin.2 Timah hitam (Pb) merupakan
komponen rokok yang juga sangat berbahaya. Partikel ini
terkandung dalam rokok sebanyak 0,5 µg. Batas ambang timah
hitam di dalam tubuh adalah 20 miligram per hari. Efek
merokok yang timbul dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok
yang dihisap, lamanya merokok, jenis rokok yang dihisap,
bahkan berhubungan dengan dalamnya hisapan rokok yang
dilakukan.

2.1.2. Tinjauan Tentang Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan


mandiri keperawatan untuk membantu klien baik individu,
kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya
perawat sebagai perawat pendidik (Suliha,dkk,2002). Menurut
Notoatmodjo (2010) pendidikan kesehatan adalah upaya persuasi
atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau
melakukan tindakan - tindakan untuk memelihara, dan
meningkatkan taraf kesehatannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
5
pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk kegiatan dengan
menyampaikan materi tentang kesehatan yang bertujuan untuk
mengubah perilaku sasaran.

2. Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan (Nursalam dan Efendi, 2008)


yaitu : Terjadi perubahan sikap dan tingkah laku individu, keluarga,
kelompok khusus dan masyarakat dalam membina serta
memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

3. Sasaran pendidikan kesehatan Menurut Notoatmodjo (2003)


sasaran pendidikan kesehatan dibagi dalam 3 (tiga) kelompok,
yaitu :

a. Sasaran primer (Primary Target) Masyarakat pada umumnya


menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi
kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka
sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk
masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak sekolah untuk kesehatan
remaja, dan juga sebagainya. b. Sasaran sekunder (Secondary
Target) Yang termasuk dalam sasaran ini adalah para tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut
sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan
kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk nantinya
kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat di sekitarnya. c. Sasaran tersier (Tertiary Target) Para
pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat,
maupun daerah. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang
dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak langsung
terhadap perilaku tokoh masyarakat dan kepada masyarakat
umum.

2.1.3. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

6
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba menurut
Bachtiar yang dikutip dari Notoatmodjo (2012). Pengetahuan sangat
erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa
dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin
luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan
berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak
berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu
objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif.
Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak
aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan
sikap positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (word health
organization), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan
oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri
(Wawan,2010).

2. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang


terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan
mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat
informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

b) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang


memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara
langsung maupun secara tidak langsung
7
c) Umur

Bertambahnya umur seseorang, tingkat kematangan dan


kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang
lebih dewasa lebih dipercaya dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya. Ini ditentukan dari pengalaman dan
kematangan jiwa.

2) Faktor Eksternal

a) Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar


manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok

b) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat


mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi

c. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai


intensitas atau tingkat yang berbeda – beda. Secara garis
besarnya dibagi 6 tingkat, yakni : (Notoatmodjo, 2014)

1) Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori


yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2) Memahami (Comprehensif)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek


tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang
tersebut harus dapat mengintreprestasikan secara benar
8
tentang objek yang diketahui tersebut.

3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan


wawancara atau angket yang menayakan tentang isi materi
yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden
(Notoatmodjo, 2014) Menurut Nurhasim (2013) Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan
dengan tingkat pengetahuan responden yang meliputi tahu,
memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Adapun
pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran
pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis yaitu pertanyaan subjektif, misalnya jenis pertanyaan
essay dan pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan
ganda, (multiple choice), betul-salah dan pertanyaan
menjodohkan. Cara mengukur pengetahuan dengan
memberikan pertanyaan – pertanyaan, kemudian dilakukan
penilaian 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban
salah. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan
jumlah skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan
100% dan hasilnya prosentase kemudian digolongkan menjadi
3 kategori yaitu kategori baik (76 -100%), sedang atau cukup
(56 – 75%) dan kurang (<55%). (Arikunto, 2013)

2.1.4. Tinjauan Umum Tentang Sikap

1. Pengertian sikap

Sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang


atau responden terhadap hal yang terkait dengan kesehatan,
sehatsakit dan factor resiko kesehatan. Sikap merupakan suatu

9
sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau
objek sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,
perhatian dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2012).
Sikap sebagai suatu bentuk perasaan, yaitu perasaan
mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak
mendukung (Unfavourable) pada suatu objek. Sikap adalah
suatu pola perilku, tendensi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi social, atau
secara sederhana yang merupakan respon terhadap stimulasi
social yang telah terkoordinasi.

Sikap dapat juga diartikan sebagai aspek atau penilaian


positif atau negative terhadap suatu objek (Rinaldi, 2016).
Menurut Allport (1954, dalam Notoadmodjo, 2012) sikap
mempunyai tiga komponen pokok, yaitu:

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu


objek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek.

3) Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen itu secara bersama-sama membentuk


suatu sikap yang utuh (total attitude) dan dipengaruhi oleh
pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi. Sikap mempunyai
beberapa tingkatan, diantaranya :

a) Menerima (receiving), pada tingkat ini individu mau


memperhatikan stimulus yang diberikan berupa objek atau
informasi tertentu.

b) Merespon (responding), pada tingkat ini individu akan


memberikan jawaban apabila ditanya mengenai objek
tertentu dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
menjawab dan menyelesaikan tugas yang diberikan
merupakan indikator bahwa individu tersebut telah
menerima ide tersebut terlepas dari benar atau salah
usaha yang dilakukan oleh individu tersebut.
10
c) Menghargai (valuing), pada tingkat ini individu sudah
mampu untuk mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan suatu masalah, berarti individu sudah
mempunyai sikap positif terhadap suatu objek tertentu.

d) Bertanggung jawab (responsible), pada tingkat ini individu


mampu bertanggung jawab dan siap menerima resiko dari
sesuatu yang telah dipilihnya. Tingkat ini merupakan sikap
tertinggi dalam tingkatan sikap sesorang untuk menerima
suatu objek atau ide baru.

2.1.5. Tinjauan Umum Tentang Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa


anak-anak ke masa dewasa, yang telah meliputi semua
perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa
dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik,
psikis dan psikososial. Masa remaja merupakan salah satu
periode dari perkembangan manusia. Remaja ialah masa
perubahan atau peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang
meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan
perubahan sosial (Sofia & Adiyanti, 2013) Menurut King (2012)
remaja merupakan perkembangan yang merupakan masa
transisisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini dimulai sekitar
pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 18 sampai 21 tahun.

Menurut Monks (2008) remaja merupakan masa transisi


dari anak-anak hingga dewasa, Fase remaja tersebut
mencerminkan cara berfikir remaja masih dalam koridor berpikir
konkret, kondisi ini disebabkan pada masa ini terjadi suatu proses
pendewasaan pada diri remaja. Masa tersebut berlangsung dari
usia 12 sampai 21 tahun, dengan pembagian sebagai berikut:

a. Masa remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun.

11
b. Masa remaja pertengahan (middle adolescent)umur 15-18
tahun

c. Remaja terakhir umur (late adolescent 18-21 tahun.

2. Tahap - tahap Perkembangan dan Batasan Remaja Berdasarkan


proses penyesuaian menuju kedewasaan, ada 3 tahap
perkembangan remaja yaitu: Soetjiningsih (2010)

a. Remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun Seorang


remaja untuk tahap ini akan terjadi perubahan-perubahan yang
terjadi pada tubuhnya sendiri dan yang akan menyertai
perubahanperubahan itu, mereka pengembangkan pikiran-
pikiran baru sehingga, cepat tertarik pada lawan jenis, mudah
terangsang secara erotis, dengan dipegang bahunya saja oleh
lawan jenis ia sudah akan berfantasi erotik.

b. Remaja madya (middle adolescent) berumur 15-18 tahun Tahap


ini remaja membutuhkan kawan-kawan, remaja senang jika
banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan mencintai
pada diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama
dengan dirinya, selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan
karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli,
ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimistis, idealitas atau
materialis, dan sebagainya.

c. Remaja akhir (late adolescent) berumur 18-21 tahun Tahap ini


merupakan dimana masa konsulidasi menuju periode dewasa
dan ditandai dengan pencapaian 5 hal yaitu:

1) Minat makin yang akan mantap terhadap fungsi intelek.

2) Egonya akan mencari kesempatan untuk bersatu dengan


orang lain dan dalam pengalaman-penglaman baru

3) Terbentuk identitas seksual yang tidak berubah lagi.

4) Egosentrisme (terlalu mencari perhatian pada diri sendiri)


diganti dengan keseimbangan dan kepentingan diri sendiri

12
dengan orang lain.

5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya


(privateself)

6) masyarakat umum (Sarwono, 2010).

3 . Perubahan Sosial pada Masa Remaja Tugas perkembangan


remaja yang tersulit ialah berhubungan dengan penyesuian
sosial. Remaja yang harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis
hubungan yang sebelumnya belum pernah ada sehingga
menyesuaikan diri

4. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan modifikasi dari teori Green (1980),


Bobak (2005) dan Pender (1996).

Stimulus

Organisme

13
Respon Tertutup: Respon Terbuka

1. Perhatian Perubahan Perilaku


2. Perasaan
3. Sikap
4. Persepsi
5. Pengetahuan

Motivasi

Gambar 1. Kerangka Teori Peneliti

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

variabel independen variabel dependen

14
Pengetahuan
Pendidikan Kesehatan
tentang bahaya
merokok

Sikap

Keterangan:

: variable independent

: variable dependent

: variable yang diteliti

: variable yang tidak diteliti

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah pre experiment dengan

rancangan penelitian oe group pretest-posttest. Peneitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya


15
merokok terhadap pengetahuan dan sikap remaja.

B. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian menjelaskan ruang lingkup penelitian.

Misalnya tingkat provinsi, kabupaten, kacamatan, ataupun tingkat

institusi.( Notoatmodjo, 2012),

Lokasi penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah di

desa saptamarga, Kec. Bajeng, Kab. Gowa tahun 2021.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah waktu yang digunakan untuk

pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan juni – Juli 2021

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi merupakan siapa atau golongan mana yang

menjadi sasaran (Notoatmodjo, 2012)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja di desa

saptamarga, kec. Bajeng, kab. Gowa tahun 2021.

2. Sampel

16
Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili

dari populasi yang ada (Notoatmodjo, 2012).

Sampel dalam penelitian semua remaja yang merokok di

desa saptamarga, kec. Bajeng, kab. Gowa tahun 2021.

3. Tekhnik sampling (tekhnik pengambilan sampel)

Tekhnik pengambilan sampel adalah suatu proses seleksi

sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada,

sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang

ada (Hidayat, 2015) penelitian ini menggunakan tekhnik sampel

total sampling. Total sampling adalah tekhnik penentuan sampel

bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Ariani,

2014).

D. Pengumpulan data

Tekhnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data.

Dalam penelitian ini kita mengumpulkan semua responden

setelah bertemu dengan responden kita memberikan lembar

persetujuan kepada responden, setelah responden menyetujui untuk

17
dijadikan responden dalam penelitian ini maka kita bisa membagikan

kuesioner kepada responden dan selang beberapa menit kuesionernya

dikumpul kembali lalu membagikan leaflet setelah itu kita memberikan

penyuluhan.

Adapun prosedur dalam pengumpulan data adalah Peneliti

mengajukan surat pengantar/surat izin melakukan penelitian ke kantor

Desa.

Definisi operasional dan kriteria objektif

Variabel Definisi oprasional Indikator Alat ukur Skala Skor

Pendidikan Segala bentuk kegiatan 1. Tahu - - -


kesehatan penyuluhan untuk Pengertian
mengetahui/mengingat Dampak
tentang bahaya merokok 2.Paham
 Ukuran
 pengetahuan
Dampak
Pengetahuan Hasil tahu dari seseorang 1. Baik= jika kuesioner interval  Benar=1

18
setelah melakukan skor >5  Salah=0
penginderaan melalui mata 2. Kurang
dan telinga. baik = jika
skor< 5
Sikap Reaksi atau respon remaja 1. Positif = kuesioner ordinal Jika jawabannya

baik itu respon positif maupun jika skor > positif

negative tentang bahaya 25  Sangat setuju :4


merokok 2. Negative  Setuju : 3

= jika skor  Tidak setuju :2

< 25  Sangat tidak


setuju :1
Dengan nilai
maksimum 10 dan
nilai minimum 1
Negative
 Sangat setuju :1
 Setuju: 2
 Tidak setuju:3
 Sangat tidak
setuju: 4
Nilai 1 minimum dan
nilai maksimum 10

E. Pengolahan dan analisis data

1. Pengolahan data

a. Editing

Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang

telahdikumpulkan, karena kemungkinan data yang masuk (raw

data) atau data terkumpul itu tidak logis dan meragukan. Tujuan

editing adalah untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang

terdapat pada pencatatan di laporan dan bersifat koreksi.

b. Coding

19
Coding adalah pemberian/pembuatan kode-kode pada tiap –

tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama.

c. Skoring

Kegiatan penilain data dengan memberikan skor pada

jawaban yang berkaitan dengan pengetahuan. Pernyataan

benar mendapat skor 1 dan jika salah mendapat skor 0.

d. Tabulasi

Tabulasi adalah membuat table – table yang berisikan data

yang telah diberi kode, sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

e. Entry

Kegiatan ini memasukan data dalam program komputer

untuk dianalisis.

2. Analisis data

Dalam penelitian ini menggunakan analisis Univariat.

Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan presentase dari setiap variabel (Nototmodjo, 2012).

Analisa Univariat menggambarkan variabel – variabel

20
penelitian secara tersendiri.

Data dianalisis dalam bentuk presentase dengan

menggunakan rumus distribusi sebagai berikut (Notoatmodjo,

2013) :

F
P=
N

Keterangan : P = Presentase yang dicari

F = Jumlah pengamatan

N = Jumlah sampel

F. Penyajian data

Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dengan presentase dan penjelasan tabel.

21

Anda mungkin juga menyukai