Anda di halaman 1dari 12

Tugas Makalah

STIGMA MASYARAKAT TERHADAP ORANG DENGAN HUMAN


IMMUNODEFICIENCY VIRUS DAN ACQUIRED IMMUNE
DEFICIENCY SYNDROME (HIV DAN AIDS)

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan HIV-AIDS

Oleh:
Nama : Randy Pratama Ano
Nim : C01419091

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur Alhamdulilah senantiasa panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya. Saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita baginda nabiyullah
Muhammad shallallahu’alaihi wasallam yang telah membimbing kita menuju jalan yang
lurus dan terbebas dari kebodohan/kejahiliahan.
Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pengajar mata kuliah keperawatan
HIV/AIDS yang hingga sampai saat ini telah bekerja keras untuk mengupayakan mahasiswa
agar bisa tetap kuliah dirumah karena keadaan yang mengharuskan akibat pandemi Covid-19,
serta teman-teman yang selalu siap memberikan masukkan dan koreksi. Dan saya berharap
semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan juga bermanfaat untuk semua para
pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingganya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun.

Gorontalo, 6 Juli 2021


Yang bersangkutan

Randy Pratama Ano


DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
1.4 Manfaat .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Trend Dalam Keperawatan HIV/AIDS Di Indonesia .......................... 3
2.2 Isu Dalam Keperawatan HIV/AIDS Di Indonesia ............................... 4
2.3 Komunitas HIV/AIDS Di Indonesia ................................................... 4
2.4 Pengertian Stigma .............................................................................. 5
2.5 Stigma Terhadap ODHA ................................................................... 5
2.6 Harapan Responden............................................................................ 7
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 8
3.2 Saran .................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan data Dirjen PP & PL Kemenkes RI tahun 2016, masalah HIVAIDS
Triwulan IV (Oktober sampai Desember) jumlah penderita HIV sebanyak 13.287 orang.
Berdasarkan kelompok umur, persentase kasus HIV tahun 2016 didapatkan tertinggi pada
usia 25 – 49 tahun (68%), diikuti kelompok umur 20–24 tahun (18,1%), dan kelompok umur
50 tahun (6,6%). Persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada
heteroseksual (53%), LSL (Lelaki Seks Lelaki) (35%), lain-lain (11%) dan penggunaan jarum
suntik tidak steril pada penasun (1%). Sedangkan jumlah penderita AIDS sebanyak 3.812
orang. Berdasarkan kelompok umur, persentase kasus AIDS tahun 2016 didapatkan tertinggi
pada usia 30-39 tahun (35,3%), diikuti kelompok umur 20-29 tahun (32,3%) dan kelompok
umur 40-49 tahun (16,2%). Persentase faktor risiko AIDS tertinggi adalah hubungan seks
berisiko pada heteroseksual (71,9%), homoseksual (Lelaki Saks Lelaki) (21,3%), perinatal
(3,6%), dan penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (2,5%). Rasio HIV dan AIDS
antara laki laki dan perempuan adalah 2:1 (Kemenkes, 2016).
Kasus HIV/AIDS di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1987 sampai
Desember 2016, kasus HIV/AIDS tersebar di 407 (80%) dari 507 kabupaten/kota di seluruh
provinsi Indonesia. Provinsi pertama kali ditemukan adanya HIV-AIDS adalah Provinsi Bali,
sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Barat pada Tahun 2012.
Prevalensi HIV/AIDS pada tahun 2016 cenderung meningkat dari tahun sebelumnya.
Persentase AIDS pada laki-laki sebanyak 67,9% dan perempuan 31,5%. Sementara itu 0,6%
tidak melaporkan jenis kelamin. Jumlah AIDS terbanyak dilaporkan dari Jawa Timur
(16.911), Papua (13.398), DKI Jakarta (8.648), Bali (6.803), Jawa Tengah (6.444), Jawa
Barat (5.251), Sumatera Utara (3.897), Sulawesi Selatan (2.812), Kalimantan Barat (2.567),
dan NTT (1.954). Faktor risiko penularan terbanyak melalui heteroseksual (67,8%), penasun
(10,5%), diikuti homoseksuai (4,1%), dan penularan melalui peninatal (3%) (Kemenkes RI,
2016). Pada tahun 2016 trend penyebaran kasus HIV/AIDS yang paling banyak yaitu LSL
(lelaki suka lelaki) (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana trend dan isu keperawatan HIV/AIDS di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
a.Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah HIV/AIDS
b.Tujuan Khusus
Untuk mengetahui trend dan isu keperawatan HIV/AIDS
1.4 Manfaat
Penyusunan makalah mampu memberikan manfaat lebih jauh bagi Saya dan para
pembaca, dalam menambah literatur juga pemahaman mengenai trend dan isu
keperawatan HIV/AIDS di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Trend Dalam Keperawatan HIV/AIDS Di Indonesia
Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia Perkembangan
trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai bidang yang meliputi :
A. Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja dengan Peer Group
merupakan masa dimana fungsi reproduksinya mulai berkembang, hal ini akan
berdampak pada perilaku seksualnya. Salah satu perilaku seksual yang rentan akan
memberikan dampak terjadinya HIV/AIDS yaitu seks bebas. Saat ini sedang dikembangkan
model ”peer group” sebagai salah satu cara dalam meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan remaja akan kesehatan reproduksinya dengan harapan suatu kelompok remaja
akan dapat mempengaruhi kelompok remaja yang lain. Metode ini telah diterapkan pada
lembaga pendidikan, baik oleh Depkes maupun lembaga swadaya masyarakat. Adapun angka
kejadian AIDS pada kelompok remaja hingga Juni 2008 adalah sebesar 429 orang dan 128
orang remaja mengidap AIDS/IDU. Hal ini akan sangat mengancam masa depan bangsa dan
negara ini. Diharapkan dengan metode Peer Group dapat menurunkan angka kejadian, karena
diyakini bahwa kelompok remaja ini lebih mudah saling mempengaruhi.
B. One Day Care
merupakan sistem pelayanan kesehatan dimana pasien tidak memerlukan perawatan
lebih dari satu hari. Setelah menjalani operasi pembedahan dan perawatan, pasien boleh
pulang. Biasanya dilakukan pada kasus minimal. Berdasarkan hasil analisis beberapa rumah
sakit, di Indonesia didapatkan bahwa metode one day care ini dapat mengurangi lama hari
perawatan sehingga tidak menimbulkan penumpukkan pasien pada rumah sakit tersebut dan
dapat mengurangi beban kerja perawat. Hal ini juga dapat berdampak pada pasien dimana
biaya perawatan dapat ditekan seminimal mungkin.
2.2 Isu Dalam Keperawatan HIV/AIDS Di Indonesia
Beberapa masyarakat masih menganggap bahwa penularan HIV/AIDS melalui
meniup terompet yang sama, menggunakan baju bekas, penularan lewat makanan kaleng,
lewat pembalut dan bangku bioskop, berciuman, berpelukan, berbagi barang pribadi, berbagi
makanan, dan berbagi minuman.
Isu Etik lainya dalam HIV/AIDS yaitu :
A. Telenursing
diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan
pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk
menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai
peralatan video conference (bagian integral dari telemedicine atau telehealth). Telenursing
membantu pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan, terutama
sekali untuk self management pada penyakit kronis. Hal itu memungkinkan perawat untuk
menyediakan informasi secara akurat dan tepat waktu dan memberikan dukungan secara
langsung (online). Kesinambungan pelayanan ditingkatkan dengan memberi kesempatan
kontak yang sering antara penyedia pelayanan kesehatan dan pasien dan keluarga-keluarga
mereka.
Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak negara, terkait dengan
beberapa faktor seperti mahalnya biaya pelayanan kesehatan, banyak kasus penyakit kronik
dan lansia, sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, rural, dan daerah
yang penyebaran pelayanan kesehatan belum merata. Dan keuntungannya, telenursing dapat
menjadi jalan keluar kurangnya jumlah perawat (terutama di negara maju), mengurangi jarak
tempuh, menghemat waktu tempuh menuju pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah hari
rawat dan jumlah pasien di RS, serta menghambat infeksi nosokomial.
B. Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka.
Beberapa klinisi menganjurkan pemakaian tap water untuk mencuci awal tepi luka
sebelum diberikan NaCl 0,9 %. Hal ini dilakukan agar kotoran- kotoran yang menempel pada
luka dapat terbawa oleh aliran air. Kemudian dibilas dengan larutan povidoneiodine yang
telah diencerkan dan dilanjutkan irigasi dengan NaCl 0,9%. Akan tetapi pemakaian prosedur
ini masih menimbulkan beberapa kontroversi karena kualitas tap water yang berbeda di
beberapa tempat dan keefektifan dalam pengenceran betadine.
C. Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter.
Ada beberapa pendapat bahwa perawatan luka adalah kewenangan medis, akan tetapi
dalam kenyataannya yang melakukan adalah perawat sehingga dianggap sebagai area abu-
abu. Apabila ditinjau dari bebarapa literatur, perawat mempunyai kewenangan mandiri sesuai
dengan seni dan keilmuannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
kerusakan integritas kulit.
2.3 Komunitas HIV/AIDS Di Indonesia
Komunitas Berbagi Hidup (KBH) adalah komunitas yang terdiri atas orang dewasa
dengan status ODHA dan anak-anak yang terpapar HIV serta orang-orang yang peduli
terhadap HIV/AIDS. Upaya keseharian yang dilakukan adalah mempersiapkan mental para
ODHA dan anak-anak yang terpapar HIV untuk menyongsong hari depan mereka KBH tidak
hanya melakukan kegiatan sosialiasi, penyampaian informasi, dan edukasi tentang
HIV/AIDS, tetapi juga telah menjangkau kegiatannya dengan melakukan pendidikan dan
pendampingan kepada anak-anak yang terpapar HIV dan melalui kegiatan sekolah ceria.
2.4 Pengertian Stigma
Stigma dan diskriminasi telah menjadi hukuman sosial oleh masyarakat di berbagai
belahan dunia terhadap pengidap HIV/AIDS yang bisa bermacam-macam bentuknya, antara
lain berupa tindakan-tindakan pengasingan, penolakan, diskriminasi, dan penghindaran atas
orang yang terinfeksi HIV. Tindakan diskriminasi dan stigmatisasi membuat orang enggan
untuk melakukan tes HIV, enggan mengetahui hasil tes mereka, dan tidak berusaha untuk
memperoleh perawatan yang semestinya serta cenderung menyembunyikan status
penyakitnya. Hal ini semakin memperburuk keadaan, membuat penyakit yang tadinya dapat
dikendalikan menjadi semacam “hukuman mati” bagi para pengidapnya dan membuat
penyakit ini makin meluas penyebarannya secara terselubung.
2.5 Stigma Terhadap Odha
Stigma dan diskrimansi terhadap ODHA merupakan tantangan yang bila tidak teratasi,
potensial untuk menjadi penghambat upaya penanggulangan HIV dan AIDS. Diskriminasi
yang dialami ODHA baik pada unit pelayanan kesehatan, tempat kerja, lingkungan keluarga
maupun di masyarakat umum harus menjadi prioritas upaya penanggulangan HIV dan AIDS.
Oleh sebab itu perlu dukungan dan perberdayaan kelompok-kelompok dukungan sebaya
(KDS) sebagai mitra kerja yang efektif dan mahasiswa sebagai kelompok yang potensial
dalam mengurangi stigma dan diskriminasi (Komisi Penanggulangan AIDS, 2007).
2.6 Harapan Responden
Harapan merupakan suatu bentuk keinginan mendapatkan sesuatu di waktu yang akan
datang. Masyarakat memiliki harapan terhadap masa yang akan datang dimana tidak ada lagi
stigma maupun diskriminasi yang terjadi kepada orang yang hidup dengan HIV dan AIDS.
Harapan setiap masyarakat berbeda-beda sesuai dengan pemikiran dan keinginan setiap
masyarakat. Harapan masyarakat terhadap stigma yang terjadi pada ODHA di lingkungan
Kelurahan Kebon Jeruk telah diidentifikasi dan diklasifikan menjadi empat poin
1. Harapan responden terkait edukasi HIV dan AIDS kepada masyarakat
Responden berharap pada para pemangku kepentingan seperti mahasiswa (civitas
academica, dinas kesehatan, pemerintah, tokoh agama hingga media massa untuk dapat
berkontribusi dalam memberikan informasi mengenai penyakit HIV dan AIDS. Informasi
ini dapat berupa bagaimana cara penularan, dampak ataupun perkembangan virus HIV
menjadi AIDS di dalam tubuh manusia. Selain itu, informasi juga dapat berupa
penyuluhan kepada masyarakat ataupun dengan memanfaatkan media iklan dari media
massa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pemahaman
masyarakat terhadap cara penularan virus HIV masih kurang sehingga masyarakat masih
merasa takut untuk berhadapan langsung dengan ODHA. Selain itu, pemberian edukasi
yang diberikan kepada masyarakat juga terkait dengan perilaku-perilaku berisiko sehingga
masyarakat dapat menjauhi perilaku tersebut sehingga terhindar dari virus HIV dan AIDS.
2. Harapan responden terhadap program rehabilitasi bagi ODHA
Responden berharap pada pemerintah untuk menyediakan pusat rehabilitasi sosial yang
dikhususkan bagi ODHA sebagai penerima manfaat dan keluarga sebagai significant others.
Program rehabilitasi ini bertujuan untuk memberikan pelayanan yang menyeluruh melalui
intervensi, terapi secara holistik dan sistemik untuk meningkatkan kapabilitas penerima manfaat
(ODHA) dan memperkuat tanggung jawab personalnya sehingga dapat kembali hidup ke
lingkungan masyarakat. Selain itu, salah satu sasaran dalam program rehabilitasi adalah keluarga
dengan tujuan agar keluarga dapat memahami kondisi anggota keluarga yang terinfeksi virus HIV
serta dapat menerima keadaan dari ODHA untuk kembali pada keluarga
3. Harapan responden stigma dan diskriminasi di masyarakat
Responden berharap bahwa tidak terjadi lagi stigma maupun diskriminasi terhadap ODHA
di lingkungan masyarakatnya. Harapan ini juga mengacu pada keinginan masyarakat agar ODHA
dapat diterima dengan baik di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu ODHA jangan menutup dan
menarik diri sehingga dapat bersosialisasi dengan baik bersama masyarakat. Selain itu, untuk
mengurangi stigma dan diskriminasi dalam masyarakat, ODHA dapat melakukan aktivitasnya
seperti orang biasa pada umumnya dan tidak bergantung pada orang lain. ODHA merupakan
manusia biasa dimana mereka juga berhak untuk mendapatkan perlakuan yang sama sehingga
tidak dibolehkan adanya stigma ataupun diskriminasi yang menimpa ODHA. Stigma dan
diskriminasi juga akan berkurang ketika masyarakat telah memahami bagaimana virus HIV itu
berkembang di dalam tubuh, cara penularan dan pencegahan yang dapat dilakukan.
4. Harapan responden terhadap pola hidup sehat ODHA
Responden berharap kepada ODHA untuk dapat menerapkan pola hidup sehat selama
menjalani pengobatan dengan menggunakan obat Antiretroviral (ARV). Pola hidup sehat yang
dapat diterapkan diantaranya adalah makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup dan
olahraga yang teratur. Selain itu, masyarakat juga berharap agar ODHA yang dilatarbelakangi oleh
perilaku seks bebas agar dapat mengubah perilaku tersebut dan hidup normal di lingkungan
masyarakat. Kesehatan ODHA tidak hanya dilihat dari fisiknya saja tetapi juga dari psikologisnya.
Kesehatan mental ODHA juga berpengaruh terhadap penyakit yang ia rasakan. Oleh karena itu,
peranan keluarga sangat penting dalam memberikan kurangnya pemahaman dari masyarakat
terkait dengan ODHA dan penyakitnya dukungan dan motivasi kepada ODHA sehingga ODHA
dapat sehat secara fisik dan mentalnya.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trend tentang HIV/AIDS di Indonesia sangatlah berpengaruh untuk masyarakat.
Trend seperti peer group dan one day care meminimalisir angka terjadinya HIV/AIDS. Isu
HIV/AIDS juga masih banyak tersebar dalam masyarakat Indonesia tetapi sudah tertutupi
dengan adanya program seperti telenursing, tapwater, dan didorong dengan bantuan
komunitas HIV/AIDS di Indonesia.
3.2 Saran
Demikian makalah yang saya susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para
pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa yang telah menyusun makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam., Kurniawati &Ninuk Dian. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi
HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.
Widoyono.2005. Penyakit Tropis : Epidomologi, penularan
pencegahandanpemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical
Ramaputra,S.2018.Forum Publik (Online). Diakses pada 22 Agustus 2018
Setiati, Siti. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta:
InternalPubishing.
Silvia Rizk, i Lina Favourita Sutiaputri,Wawan Heryana. (2020). STIGMA MASYAR AKAT
TERHADAP ORANG DENGAN HUMAN IMUNODEFICIENCI VIRUS.
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosia , 2, 1.

Anda mungkin juga menyukai