TUGAS 1 KTI – 1
REKAYASA PONDASI - I
“PONDASI DANGKAL”
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memudahkan
penulis dalam menyelesaikan tugas karya tulis ini dengan baik. Makalah berjudul:
“PONDASI DANGKAL” ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah ‘REKAYASA
PONDASI’.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada agar
makalah ini dapat tersusun sesuai dengan harapan. Sebagai makhluk yang lemah di hadapan
Yang Maha Kuasa tentunya penulis masih banyak memiliki keterbatasan pengetahuan, maka
dalam makalah yang penulis susun ini belum mencapai pada tahap kesempurnaan. Mudah-
mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua dalam kehidupan sehari-
hari.
Sekian dan terima kasih.
Jakarta,
September 2021
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………… 2
DAFTAR ISI ................................................................................................. 3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Penurunan pondasi dangkal.................................................8
Gambar 3.1. Bangunan di atas terpisah dengan ruko di kiri kanannya....13
Gambar 3.2. Lantai 1 seolah-olah tenggelam ke dalam tanah..................13
Gambar 3.3. Retak pada pondasi akibat perbedaan kondisi tanah............14
Gambar 3.4. Bentuk pondasi trapesium.......................................................15
Gambar 3.5. Kegagalan pondasi akibat pondasi yang tidak cukup dalam....15
Gambar 3.6. Ikatan antara tulangan dengan pondasi yang berbentuk angkur......16
Gambar 3.7. Ikatan antara sloof dengan pondasi...................................16
Gambar 3.8. Sloof di atas pondasi untuk mengikat antar kolom dan tulangan......16
Gambar 3.9. Ikatan segitiga antar sloof dan tulangan.........................17
Gambar 3.10. Angkur sebagai pengikat antara pondasi dan sloof.......17
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang Perkembangan Pondasi Dangkal.................................................................................4
1.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan KTI..................................................................................................5
1.3. Ruang Lingkup ....................................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN UMUM PONDASI DANGKAL............................................................................6
2.1. Pengertian Pondasi...............................................................................................................................6
2.2. Definisi Pondasi Dangkal (Shallow Foundation).................................................................................7
2.3. Stabilitas Pondasi..................................................................................................................................7
2.4. Desain Pondasi.....................................................................................................................................8
2.5. Pemilihan Bentuk Pondasi Sesuai Keadaan Tanah..............................................................................9
2.6. Penyebab Terjadinya Penurunan Pondasi..........................................................................................10
2.7. Menghitung Ukuran Pondasi .............................................................................................................10
BAB III CONTOH KASUS TERKAIT KEGAGALAN PONDASI DANGKAL............................13
3.1. Kegagalan Soft Story..........................................................................................................................13
3.2. Kasus lain yang Biasa Terjadi pada Pondasi Dangkal ......................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................18
3
BAB I PENDAHULUAN
Bangunan itu ibarat dengan tubuh manusia, di mana untuk dapat berdiri tegak dan
tidak jatuh, tubuh manusia membutuhkan kerja sama antarelemen seperti otot, tulang, dan
saraf. Begitu juga dengan sebuah bangunan, memiliki elemen-elemen struktur yang saling
bekerja sama mutlak diperlukan agar dapat menghasilkan bangunan yang berstruktur
kuat, stabil, kokoh, aman untuk ditempati, dan nyaman.
Elemen-elemen struktur ini terbagi menjadi dua kelas besar, sesuai dengan letak dan
tugasnya. Bagian pertama merupakan elemen struktur yang berada di bawah tanah, yang
biasa disebut pondasi. Sedangkan bagian yang lain adalah elemen-elemen struktur yang
berada di atas tanah.
Pondasi merupakan bagian dari elemen bangunan yang berfungsi meletakkan dan
meneruskan seluruh beban dari bangunan ke dasar tanah yang keras sehingga kuat
mengimbangi dan mendukung (merespon) serta dapat menjamin kestabilan bangunan,
paling tidak terhadap beratnya sendiri, beban yang bekerja serta beban gempa.
Untuk membuat pondasi diperlukan pekerjaan galian tanah. Pada umumnya lapisan
tanah dipermukaan setebal +50 cm adalah lapisan tanah humus yang sangat stabil dan
tidak mempunyai daya dukung yang baik. Oleh karena itu dasar pondasi tidak boleh
diletakkan pada lapisan tanah humus ini. Untuk menjamin kestabilan pondasi dan
memperoleh daya dukung tanah yang cukup besar, maka dasar pondasi harus diletakkan
pada kedalaman 50 cm dari permukaan tanah sampai mencapai lapisan tanah asli yang
keras. Lebar galian tanah untuk memasang pondasi dibuat secukupnya saja asal sudah
dapat untuk memasang pondasi karena tanah yang sudah terusik sama sekali akan berubah
baik sifatnya maupun kekuatannya.
Seperti sebuah pensil kalau ujung yang lancip ditekan pada telapak tangan akan terasa
sakit dan lebih mudah masuk ke dalam daging. Sebaliknya pada pangkal yang tumpul
tidak akan terasa sakit dan tidak mudah masuk ke dalam daging. Hal ini berlaku juga pada
pondasi, bila dasar pondasi lebarnya tidak memenuhi syarat, maka daya dukung
bangunannya hanya kecil dan lebih mudah amblas ke dalam lapisan tanah di bawahnya.
Dengan kata lain makin berat beban bangunan yang harus didukung, makin besar pula
daya dukung tanah yang diperlukan dan makin besar pula dasar pondasinya.
Dalam suatu konstruksi terdapat bagian-bagian penunjang bangunan (struktur) yang
terdiri dari struktur atas (upper structure) dan struktur bawah (sub structure). Kedua hal
tersebut tidak bisa dipisahkan dalam suatu konstruksi bangunan terutama struktur bagian
bawah (pondasi) karena menjadi bagian akhir penerima beban yang sangat penting
peranannya dalam suatu bangunan.
Berdasarkan kedalaman tertanam di dalam tanah, maka pondasi dibedakan menjadi
pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation), (Das, 1995).
Pondasi dangkal digunakan bila lapisan tanah baik atau lapisan batuan berada di posisi
yang dangkal dari atas permukaan bumi. Bila lapisan tanah baik atau lapisan batuan
berada pada posisi yang dalam maka digunakan pondasi dalam seperti pondasi sumuran
atau pondasi tiang.
4
1.2.Maksud dan Tujuan Penyusunan KTI
a. Memberikan informasi mengenai apa yang dimaksud dengan Pondasi Dangkal.
b. Mengetahui apa fungsi dari pondasi dangkal.
c. Untuk mnegetahui apa saja persyaratan yang harus dipenuhi saat merancang
Pondasi Dangkal.
1.3.Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dibahas pada penelitian ini adalah kapasitas daya dukung pondasi
dangkal akibat beban tarik.
5
BAB II TINJAUAN UMUM PONDASI DANGKAL
6
Sebaliknya sangat berbahaya bila lapisan tanah merupakan suatu bidang miring yang
memungkinkan akan terjadi pergeseran.
Daya dukung suatu pondasi salah satunya ditentukan oleh luas penampang
pondasi. Prinsip kerjadari pondasi adalah seperti ujung pensil, kalau ujungnya lancip
ditekan pada telapak tangan akan terasa sakit, dan lebih mudah masuk ke dalam
daging, sedangkan jika ujungnya tumpul akan terjadi sebaliknya. Pada pondasi hal
demikian juga berlaku, jika lebar dasar pondasi kecil maka daya dukung pondasi akan
kecil pula sehingga bangunan lebih mudah ambles.
Sebaliknya jika dasar pondasi mempunyai lebar yang besar maka daya
dukungnya juga besar sehingga bangunan tidak mudah ambles ke dalam tanah. Jadi
dapat dikatakan semakin berat bangunan yang didukung, maka semakin besar pula
daya dukung tanah yang diperlukan dan lebar dasar pondasi juga semakin besar.
Beberapa syarat untuk pekerjaan pondasi yang harus diperhatikan, yaitu secara
fungsional mampu mendukung dan menyalurkan dengan baik beban-beban diatasnya
dan secara struktural pondasi tidak ambles dan tidak berubah bentuk. Untuk
memenuhi syarat tersebut perlu diperhatikan beberapa hal dalam pekerjaan pondasi
antara lain
1. Dasar pondasi harus mempunyai lebar yang cukup dan harus
diletakkan pada lapisan tanah yang keras.
2. Harus dihindarkan memasang pondasi sebagian pada tanah keras,
sebagian pada tanah lembek.
3. Pondasi harus dipasng menerus di bawah seluruh dinding bangunan
dan dibawah kolom-kolom pendukung yang berdiri bebas.
4. Apabila digunakan pondasi setempat, pondasi itu harus dirangkai satu
dengan balok pengikat (baloksloof).
5. Pondasi harus dibuat dari bahan yang awet berada didalam tanah dan
kuat menahan gaya-gaya yang bekerja padanya terutama gaya desak.
6. Apabila lapisan tanah keras tidak sama dalamnya, tapi untuk seluruh
panjang pondasi harus diletakkan pada kedalaman yang sama
Untuk mengetahui letak/kedalaman tanah keras dan besar tegangan tanah/daya
dukung tanah, maka perludiadakan penyelidikan tanah, yaitu dengan cara:
a. Pemboran (drilling): dari lubang hasil pemboran (bore holes), diketahui contoh-
contoh lapisan tanahyang kemudian dikirim ke laboraturium mekanika tanah.
b. Percobaan penetrasi (penetration test): yaitu dengan menggunakan alat yang
disebut sondirstatic penetrometer. Ujungnya berupa conus yang ditekan masuk ke
dalam tanah, dan secara otomatis dapat dibaca hasil sondir tegangan tanah
(kg/cm2)
7
4. Pondasi Cakar Ayam
5. Pondasi Sarang Laba-laba
8
• Beban vertikal/beban tekan dan beban tarik, contohnya:
➢ Beban mati, contoh berat sendiri bangunan
➢ Beban hidup, contoh beban penghuni, air, hujan dan salju
➢ Gaya gempa
➢ Gaya angkat air
• Momen
• Torsi
9
• Umum: stabilitas (daya dukung, geser, dan guling), perbaikan tanah,
kelongsoran lereng, dan pengaruh air bersih.
• Khusus: getaran, daerah lendutan tambang (minyak, air, dsb), ledakan
gempa bumi, dll.
Pada garis besarnya pondasi dapat dibagi menjadi 2 jenis:
a. Pondasi langsung, yaitu apabila pondasi tersebut langsung di atas tanah
keras.
b. Pondasi tidak langsung, yaitu apabila pondasi tersebut terletak di atas suatu
rangkaian yang menghubungkan dengan lapisan tanah keras.
Pondasi langsumg digunakan apabila tanah keras bagian dalam mencapai kedalaman
kurang lebih 1 meter. Ini tidak lain karena daya dukung pada dasar tanah dasar pada
umumnya lebih kecil dari daya dukung pasangan badan pondasi. Untuk memperkecil
beban persatuan luas pada tanah dasar, lebar pondasi dibuat lebih lebar dari pada tebal
dinding tembok di atasnya dan untuk lebih menghemat, bentuk pondasi dibuat dalam
bentuk trapesium. Di samping itu untuk memenuhi persyaratan agar tidak terpengaruh
cuaca sebaiknya kedalaman pondasi dari permukaan tanah kurang lebih 80 cm.
10
2. Penurunan konsolidasi yaitu: penurunan yang tergantung waktu dan berlangsung
dalam beberapa bulan bahkan tahunan.
Adapun masalah penurunan pondasi yang sering terjadi, akibat pengaruh dari:
• Pengaruh kadar air tanah
• Keadaan tanah
• Terjadinya gempa bumi.
Akibat penurunan atau patahnya pondasi, maka akan terjadi:
• Kerusakan pada dinding, retak-retak, miring dan lain-lain
• Lantai pecah, retak, bergelombang
• Penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain.
Dalam menanggulangi penurunan ini, terkadang perbaikan tanah lebih menguntungkan,
yakni dengan menambah kerapatan tanah atau mengurangi rongga/pori tanah. Beberapa
cara yang dapat dilakukan dalam memodifikasi tanah, antara lain:
a. Pemampatan,
b. Pra Pembebanan,
c. Pembuatan Drainase,
d. Pemadatan dengan Alat penggetar,
e. Pengadukan Encer,
f. Stabilisasi kimia,
g. Geo-Tekstil.
Untuk bangunan tidak bertingkat tidak disyaratkan adanya hitungan konstruksi untuk
rangka bangunan dan rangka atapnya tapi untuk pondasinya harus tetap dilakukan
hitungan konstruksi untuk menentukan kekuatannya. Hitungan pondasi harus dibuat
dan direncanakan pada keadaan yang paling aman bagi konstruksi bangunan tersebut,
artinya beban bangunan yang dipakai harus yang terbesar dan sebaliknya kekuatan
daya dukung tanah di bawah pondasi dipakai yang terkecil.
Keterangan:
P = Beban bangunan yang didukung oleh pondasi, yaitu:
1. Berat pasangan bata termasuk kolom praktisnya
2. Berat Atap
3. Berat Plafond
4. Berat Balok Sloof, dan Balok Keliling Atas
5. Berat sendiri Pondasi
6. Berat tanah di atas Pondasi
Untuk menghitung berat konstruksi dari bangunan dan bahannya, dapat
digunakan Peraturan Muatan Indonesia, NI – 18, terdiri dari:
1. Berat pasangan bata dengan perekat 1kp: 1pc: 2ps adalah 1.700 kg/m 3. Bila
dipakai perekat 1pc: 2ps: beratnya 2.000kg/m3. Untuk pasangan bata dengan
perekat campuran kapur dan semen atau sebagian pakai perekat kapur dan
sebagian lagi dengan perekat semen dapat dipakai berat rata-rata = 1.800 kg/m 3.
11
Berat ini sudah termasuk plesterannya, jadi tebal pasangan bata yang dipakai
adalah: 12
• 15 cm untuk pasangan ½ bata
• 30 cm untuk pasangan 1 bata
Kurang dari ukuran tersebut, Kolom praktis dapat dianggap sebagai berat
pasangan bata.
2. Untuk balok sloof dan balok keliling dari konstruksi beton bertulang dipakai berat
= 2.400 kg/m3.
3. Penutup atap dari genteng+usuk+reng = 50 kg/m2, bila termasuk gordingnya
dipakai berat = 110 kg/m2. Penutup atap sirap+usuk+reng = 40 kg/m2. Penutup
asbes+gording = 50 kg/m2. Berat kuda-kuda kayu = 60 kg/m.
4. Berat plafond eternit + penggantung = 20 kg/m2.
5. Berat pondasi batu kali = 2.200 kg/m3.
6. Tanah kering – udara lembab = 1.700 kg/m 3, tanah basah = 2.000 kg/m 3, berat ini
berlaku juga untuk pasir.
Berat lantai tidak diperhitungkan sebagai beban pondasi karena langsung didukung
oleh tanah di bawahnya. σt = kemampuan daya dukung tanah yang diijinkan untuk
dipakai mendukung beban bangunan di atasnya.
Apabila tidak dilakukan penyelidikan tanah untuk mengetahui kekuatannya, maka
daya dukung tanah yang boleh dipakai sebesar-besarnya adalah 1 kg/cm2 (= 10 t/m2).
Kemampuan daya dukung tanah yang dipakai adalah yang terletak langsung di bawah
pondasi.
F = ukuran luas dasar pondasi yang direncanakan akan dipakai. Untuk ukuran bagian
atas pondasi:
• ½ bata minimum = 20 cm
• bata minimum = 30 cm
Untuk pondasi menerus hanya ditinjau setiap 1 m panjang pondasi, jadi yang
dimaksud F disini adalah = lebar pondasi x 1 m. Misalnya:
• Beban bangunan setiap m panjang (P) = 5 t/m2
• Daya dukung tanah yang diijinkan (σt) = 0,8 kg/m2 (= 8 t/m2).
12
BAB III CONTOH KASUS TERKAIT KEGAGALAN PONDASI DANGKAL
13
Gambar 3.1. Bangunan di atas terpisah dengan ruko di kiri kanannya
14
Membuat galian pondasi lebih dalam dari galian pondasi biasanya dan agar
kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi bangunan harus
diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras, padat dan kuat mendukung
beban bangunan tanpa menimbulkan penurunan yang berlebihan.
b. Kasus: terjadinya kenaikan pada muka air tanah yang mengakibatkan
terangkatnya sloof yang membuat bangunan tersebut tidak stabil.
Solusi:
Menambah tulangan As pada sloof
c. Kasus: penggunaan pemasangan batu kali yang tidak bertekstur kasar membuat
pasangan pondasi menerus menjadi kokoh.
Solusi:
Gunakan pondasi batu pecah yang memiliki tekstur kasar serta telah dicuci bersih
agar tidak adanya lumpur yang melekat pada permukaan batu pecah tersebut.
d. Kasus: terjadinya kemungkinan retak pada pondasi yang diakibatkan perbedaan
kondisi tanah.
Solusi:
dalam pembuatan pondasi menerus perlu dihindari penempatan pondasi di atas
tanah lembek karena pondasi menerus merupakan jenis pondasi dangkal yang
sangat berpengaruh terhadap perubahan kondisi tanah.
e. Kasus: retaknya pondasi yang terjadi karena berada di tepi tebing atau perubahan
elevasi tanah yang curam.
Solusi:
Bentuk pondasi yang digunakan seharusnya berbentuk trapesium agar momen
penahan tanah yang diberikan pondasi akan lebih besar dibandingkan dengan
pondasi yang berbentuk persegi. Seperti tampak pada gambar berikut.
15
Gambar 3.4. Bentuk pondasi trapesium
Gambar 3.5. Kegagalan pondasi akibat pondasi yang tidak cukup dalam
Solusi:
• Perlu adanya ikatan antara tulangan dengan pondasi, yang berbentuk
angkur ataupun cakar ayam.
16
Gambar 3.6. Ikatan antara tulangan dengan pondasi yang berbentuk
angkur
• Perlu adanya sloof di atas pondasi untuk mengikat antar kolom dan juga
tulangan.
Gambar 3.8. Sloof di atas pondasi untuk mengikat antar kolom dan
tulangan
17
• Pada tulangan kolom, bila perlu diberikan ikatan segitiga agar sloof dan
tulangan tidak bergeser.
18
DAFTAR PUSTAKA
“Pondasi”, http://imoelsker.files.wordpress.com/2010/01/pondasi.doc
“Pondasi-1”http://file.upi.edu/Direktori/E%20-
%20FPTK/JUR.%20PEND.TEKNIK%20SIPIL/196012241991011%20%20NANDAN
%20SUPRIATNA/KB%20D-3/Pondasi-1.pdf
19