Anda di halaman 1dari 19

Pertemuan ke-1 REKAYASA PONDASI 1 Rabu 22 September 2021

TUGAS 1 KTI – 1

REKAYASA PONDASI - I

“PONDASI DANGKAL”

NAMA : Rokhis Arisanto


NIM : 1934290015

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA


YAYASAN ADMINISTRASI INDONESIA
JAKARTA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memudahkan
penulis dalam menyelesaikan tugas karya tulis ini dengan baik. Makalah berjudul:
“PONDASI DANGKAL” ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah ‘REKAYASA
PONDASI’.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada agar
makalah ini dapat tersusun sesuai dengan harapan. Sebagai makhluk yang lemah di hadapan
Yang Maha Kuasa tentunya penulis masih banyak memiliki keterbatasan pengetahuan, maka
dalam makalah yang penulis susun ini belum mencapai pada tahap kesempurnaan. Mudah-
mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua dalam kehidupan sehari-
hari.
Sekian dan terima kasih.

Jakarta,
September 2021
Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………… 2
DAFTAR ISI ................................................................................................. 3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Penurunan pondasi dangkal.................................................8
Gambar 3.1. Bangunan di atas terpisah dengan ruko di kiri kanannya....13
Gambar 3.2. Lantai 1 seolah-olah tenggelam ke dalam tanah..................13
Gambar 3.3. Retak pada pondasi akibat perbedaan kondisi tanah............14
Gambar 3.4. Bentuk pondasi trapesium.......................................................15
Gambar 3.5. Kegagalan pondasi akibat pondasi yang tidak cukup dalam....15
Gambar 3.6. Ikatan antara tulangan dengan pondasi yang berbentuk angkur......16
Gambar 3.7. Ikatan antara sloof dengan pondasi...................................16
Gambar 3.8. Sloof di atas pondasi untuk mengikat antar kolom dan tulangan......16
Gambar 3.9. Ikatan segitiga antar sloof dan tulangan.........................17
Gambar 3.10. Angkur sebagai pengikat antara pondasi dan sloof.......17

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang Perkembangan Pondasi Dangkal.................................................................................4
1.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan KTI..................................................................................................5
1.3. Ruang Lingkup ....................................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN UMUM PONDASI DANGKAL............................................................................6
2.1. Pengertian Pondasi...............................................................................................................................6
2.2. Definisi Pondasi Dangkal (Shallow Foundation).................................................................................7
2.3. Stabilitas Pondasi..................................................................................................................................7
2.4. Desain Pondasi.....................................................................................................................................8
2.5. Pemilihan Bentuk Pondasi Sesuai Keadaan Tanah..............................................................................9
2.6. Penyebab Terjadinya Penurunan Pondasi..........................................................................................10
2.7. Menghitung Ukuran Pondasi .............................................................................................................10
BAB III CONTOH KASUS TERKAIT KEGAGALAN PONDASI DANGKAL............................13
3.1. Kegagalan Soft Story..........................................................................................................................13
3.2. Kasus lain yang Biasa Terjadi pada Pondasi Dangkal ......................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................18

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Perkembangan Pondasi Dangkal

Bangunan itu ibarat dengan tubuh manusia, di mana untuk dapat berdiri tegak dan
tidak jatuh, tubuh manusia membutuhkan kerja sama antarelemen seperti otot, tulang, dan
saraf. Begitu juga dengan sebuah bangunan, memiliki elemen-elemen struktur yang saling
bekerja sama mutlak diperlukan agar dapat menghasilkan bangunan yang berstruktur
kuat, stabil, kokoh, aman untuk ditempati, dan nyaman.
Elemen-elemen struktur ini terbagi menjadi dua kelas besar, sesuai dengan letak dan
tugasnya. Bagian pertama merupakan elemen struktur yang berada di bawah tanah, yang
biasa disebut pondasi. Sedangkan bagian yang lain adalah elemen-elemen struktur yang
berada di atas tanah.
Pondasi merupakan bagian dari elemen bangunan yang berfungsi meletakkan dan
meneruskan seluruh beban dari bangunan ke dasar tanah yang keras sehingga kuat
mengimbangi dan mendukung (merespon) serta dapat menjamin kestabilan bangunan,
paling tidak terhadap beratnya sendiri, beban yang bekerja serta beban gempa.
Untuk membuat pondasi diperlukan pekerjaan galian tanah. Pada umumnya lapisan
tanah dipermukaan setebal +50 cm adalah lapisan tanah humus yang sangat stabil dan
tidak mempunyai daya dukung yang baik. Oleh karena itu dasar pondasi tidak boleh
diletakkan pada lapisan tanah humus ini. Untuk menjamin kestabilan pondasi dan
memperoleh daya dukung tanah yang cukup besar, maka dasar pondasi harus diletakkan
pada kedalaman 50 cm dari permukaan tanah sampai mencapai lapisan tanah asli yang
keras. Lebar galian tanah untuk memasang pondasi dibuat secukupnya saja asal sudah
dapat untuk memasang pondasi karena tanah yang sudah terusik sama sekali akan berubah
baik sifatnya maupun kekuatannya.
Seperti sebuah pensil kalau ujung yang lancip ditekan pada telapak tangan akan terasa
sakit dan lebih mudah masuk ke dalam daging. Sebaliknya pada pangkal yang tumpul
tidak akan terasa sakit dan tidak mudah masuk ke dalam daging. Hal ini berlaku juga pada
pondasi, bila dasar pondasi lebarnya tidak memenuhi syarat, maka daya dukung
bangunannya hanya kecil dan lebih mudah amblas ke dalam lapisan tanah di bawahnya.
Dengan kata lain makin berat beban bangunan yang harus didukung, makin besar pula
daya dukung tanah yang diperlukan dan makin besar pula dasar pondasinya.
Dalam suatu konstruksi terdapat bagian-bagian penunjang bangunan (struktur) yang
terdiri dari struktur atas (upper structure) dan struktur bawah (sub structure). Kedua hal
tersebut tidak bisa dipisahkan dalam suatu konstruksi bangunan terutama struktur bagian
bawah (pondasi) karena menjadi bagian akhir penerima beban yang sangat penting
peranannya dalam suatu bangunan.
Berdasarkan kedalaman tertanam di dalam tanah, maka pondasi dibedakan menjadi
pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation), (Das, 1995).
Pondasi dangkal digunakan bila lapisan tanah baik atau lapisan batuan berada di posisi
yang dangkal dari atas permukaan bumi. Bila lapisan tanah baik atau lapisan batuan
berada pada posisi yang dalam maka digunakan pondasi dalam seperti pondasi sumuran
atau pondasi tiang.

4
1.2.Maksud dan Tujuan Penyusunan KTI
a. Memberikan informasi mengenai apa yang dimaksud dengan Pondasi Dangkal.
b. Mengetahui apa fungsi dari pondasi dangkal.
c. Untuk mnegetahui apa saja persyaratan yang harus dipenuhi saat merancang
Pondasi Dangkal.

1.3.Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dibahas pada penelitian ini adalah kapasitas daya dukung pondasi
dangkal akibat beban tarik.

5
BAB II TINJAUAN UMUM PONDASI DANGKAL

2.1. Pengertian Pondasi

Pondasi merupakan suatu komponen struktur yang sangat penting karena


semua beban yang timbul akan diterima oleh pondasi. Kestabilan berdirinya suatu
bangunan ditentukan atau tergantung pada kekuatan konstruksi pondasinya. Sebuah
bangunan tidak dapat begitu saja didirikan langsung diatas tanah, untuk itu diperlukan
adanya struktur bangunan bawah yang disebut pondasi, jadi pondasi adalah bangunan
sub struktur dibawah tanah yang berfungsi sebagai pendukung seluruh berat dari
bangunan dan meneruskan beban yang didukung ke tanah dibawahnya sekaligus
menstabilkan beban.
Suatu sistem pondasi harus dihitung untuk menjamin keamanan, kestabilan bangunan di
atasnya, tidak boleh terjadi penurunan sebagian atau seluruhnya melebihi batas-batas
yang diijinkan.
Hal yang juga penting berkaitan dengan pondasi adalah apa yang disebut soil
investigation, atau penyelidikan tanah. Pondasi harus diletakkan pada lapisan tanah
yang cukup keras dan padat. Untuk membuat pondasi maka diperlukan adanya
pekerjaan galian tanah, hal ini dilakukan karena pada umumnya lapisan tanah
dipermukaan setebal +/- 50 cm adalah lapisan tanah humus yang sangat labil dan
tidak mempunyai daya dukung yang baik, oleh karena itu pada dasar pondasi tidak
boleh diletakkan pada lapisan tanah humus ini. Untuk menjaga kestabilan pondasi dan
memperoleh daya dukung tanah yang besar, dasar pondasi harus diletakkan lebih dari
50 cm di dalam permukaan tanah sampai mencapai lapisan yang keras. Lebar galian
tanah pondasi dibuat secukupnya asal bisa untuk memasang pondasi, karena tanah
yang sudah terusik akan berubah sifat maupun kekuatannya. Secara garis besar
kondisi tanah dikelompokkan menjadi 2 tipe: a. Jenis tanah bersifat “Stabil”
b. Jenis tanah bersifat “Labil” atau tidak stabil

Tanah dikatakan stabil apabila tanah tersebut tidak mengalami perubahan


dalam musim kemarau maupun musim penghujan. Maksud tidak mengalami
perubahan ini adalah tidak terjadinya gerakan-gerakan tanah ke atas, ke bawah dan ke
samping. Tanah dikatakan labil atau tidak stabil, bila terjadi perubahan yang sangat
besar atau mencolok antara musim panas dan musim penghujan.
Apabila ditemukan tanah yang dikategorikan labil, sebaiknya dilakukan
perbaikan tanah terlebih dahulu sebelum dilaksanakan pekerjaan pondasi. Sebagai
contoh untuk pondasi dangkal, tanah diperbaiki dengan memakai cerucuk bambu atau
kayu dan kemudian ditambah lapisan pasir agar lebih stabil. Kestabilan suatu pondasi
selain ditentukan di atas, masih ada hal-hal lain yang perlu diperhatikan antara lain
ketebalan lapisan tanah keras serta kondisi lapisan tanah apakah merupakan bidang
datar atau miring. Untuk jenis pondasi dangkal sangat menguntungkan apabila lapisan
tanah kerasnya mencapai ketebalan minimum 2 m dan dalam keadaan datar.

6
Sebaliknya sangat berbahaya bila lapisan tanah merupakan suatu bidang miring yang
memungkinkan akan terjadi pergeseran.
Daya dukung suatu pondasi salah satunya ditentukan oleh luas penampang
pondasi. Prinsip kerjadari pondasi adalah seperti ujung pensil, kalau ujungnya lancip
ditekan pada telapak tangan akan terasa sakit, dan lebih mudah masuk ke dalam
daging, sedangkan jika ujungnya tumpul akan terjadi sebaliknya. Pada pondasi hal
demikian juga berlaku, jika lebar dasar pondasi kecil maka daya dukung pondasi akan
kecil pula sehingga bangunan lebih mudah ambles.
Sebaliknya jika dasar pondasi mempunyai lebar yang besar maka daya
dukungnya juga besar sehingga bangunan tidak mudah ambles ke dalam tanah. Jadi
dapat dikatakan semakin berat bangunan yang didukung, maka semakin besar pula
daya dukung tanah yang diperlukan dan lebar dasar pondasi juga semakin besar.
Beberapa syarat untuk pekerjaan pondasi yang harus diperhatikan, yaitu secara
fungsional mampu mendukung dan menyalurkan dengan baik beban-beban diatasnya
dan secara struktural pondasi tidak ambles dan tidak berubah bentuk. Untuk
memenuhi syarat tersebut perlu diperhatikan beberapa hal dalam pekerjaan pondasi
antara lain
1. Dasar pondasi harus mempunyai lebar yang cukup dan harus
diletakkan pada lapisan tanah yang keras.
2. Harus dihindarkan memasang pondasi sebagian pada tanah keras,
sebagian pada tanah lembek.
3. Pondasi harus dipasng menerus di bawah seluruh dinding bangunan
dan dibawah kolom-kolom pendukung yang berdiri bebas.
4. Apabila digunakan pondasi setempat, pondasi itu harus dirangkai satu
dengan balok pengikat (baloksloof).
5. Pondasi harus dibuat dari bahan yang awet berada didalam tanah dan
kuat menahan gaya-gaya yang bekerja padanya terutama gaya desak.
6. Apabila lapisan tanah keras tidak sama dalamnya, tapi untuk seluruh
panjang pondasi harus diletakkan pada kedalaman yang sama
Untuk mengetahui letak/kedalaman tanah keras dan besar tegangan tanah/daya
dukung tanah, maka perludiadakan penyelidikan tanah, yaitu dengan cara:
a. Pemboran (drilling): dari lubang hasil pemboran (bore holes), diketahui contoh-
contoh lapisan tanahyang kemudian dikirim ke laboraturium mekanika tanah.
b. Percobaan penetrasi (penetration test): yaitu dengan menggunakan alat yang
disebut sondirstatic penetrometer. Ujungnya berupa conus yang ditekan masuk ke
dalam tanah, dan secara otomatis dapat dibaca hasil sondir tegangan tanah
(kg/cm2)

2.2. Definisi Pondasi Dangkal (Shallow Foundation)


Disebut pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal,
hanya beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering
digunakan ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah, dibuat dari beton
atau pasangan batu, meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan ke tanah
keras.
Pondasi dangkal dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
1. Pondasi Setempat (Single Footing)
2. Pondasi Menerus (Continuous Footing)
3. Pondasi Pelat (Plate Foundation)

7
4. Pondasi Cakar Ayam
5. Pondasi Sarang Laba-laba

2.3. Stabilitas Pondasi


Stabilitas pondasi ditentukan oleh :
1. Daya dukung pondasi, yag dipengaruhi oleh:
a. Macam-macam pondasi: dimensi dan tata letak pondasi
b. Sifat tanah (indeks dan teknis): berat volume, kohesi, sudut geser
dalam.
2. Penurunan (settlement):
a. Penurunan segera (immediately settlement); akibat elastisitas tanah
b. Penurunan konsolidasi (consolidation settlement), akibat keluarnya air
pori tanah yang disebabkan oleh adanya pertambahan tegangan akibat
beban pondasi.
Bentuk terjadinya penurunan dibedakan atas:
• Penurunan seragam (uniform settlement)
• Penurunan tidak seragam (differential settlement)

2.4. Desain Pondasi


Pondasi didesain agar memiliki kapasitas dukung dengan
penurunan/settlement tertentu oleh para Insinyur geoteknik dan struktur. Desain
utamanya mempertimbangkan penurunan dan daya dukung tanah,dalam beberapa
kasus semisal turap, defleksi/lendutan pondasi juga diikutkan dalam perteimbangan.
Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan biasanya penurunan total
(keseluruhan bagian pondasiturun bersama-sama) dan penurunan diferensial (sebagian
pondasi saja yang turun/miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi struktur yang
didukungnya. Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan
tanah terhadap pondasi (tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi
adhesinya, kedalamannya, dsb), kekuatan tanah dimana ujung pondasi itu berdiri, dan
juga pada bahan pondasi itu sendiri. Dalamnya tanah serta perubahanperubahan yang
terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan, oleh karena itu para ahli geoteknik
membatasi beban yang bekerja hanya boleh, biasanya, sepertiga dari kekuatan
desainnya. Beban yang bekerja pada suatu pondasi dapat diproyeksikan menjadi:
• Beban horizontal/beban geser, contohnya beban akibat gaya tekan tanah,
transfer beban akibat gaya angin pada dinding.

8
• Beban vertikal/beban tekan dan beban tarik, contohnya:
➢ Beban mati, contoh berat sendiri bangunan
➢ Beban hidup, contoh beban penghuni, air, hujan dan salju
➢ Gaya gempa
➢ Gaya angkat air
• Momen
• Torsi

Pondasi bangunan adalah konstruksi yang paling terpenting pada suatu


bangunan. Karenapondasi berfungsi sebagai penahan seluruh beban (hidup dan mati)
yang berada di atasnya dan gaya-gaya dari luar. Pada pondasi tidak boleh terjadi
penurunan pondasi setempat ataupun penurunanpondasi merata melebihi dari
batasbatas tertentu, yaitu:

No. Jenis Bangunan Penurunan Maksimum


1. Bangunan umum 2,54 cm
2. Bangunan pabrik 3,81 cm
3. Gudang 5,08 cm
4. Pondasi mesin 0,05 cm

Pemilihan pondasi perlu mempertimbangkan:


a. Faktor Tanah
• Struktur tanah (macam tanah)
• Kekuatan tanah
• Kedalaman yang dipilih
• Letak permukaan air tanah
b. Faktor Beban
• Jumlah lantai
• Tinggi bangunan
• Besarnya/panjang bentang
Oleh karena itu, sebelum perencanaan pondasi dilakukan terlebih dahulu perlu
mengetahui perilaku tanah baik sifat fisik maupun mekanis tanah. Dimana sifat fisik
dan mekanisnya dapat diketahuidengan melakukan penyelidikan tanah yang meliputi
penyelidikan dilapangan dan laboratorium, sehingga dari data-data hasil penyelidikan
tanah tersebut dapat dipergunakan sebagai dasar dalam merekomendasikan sistem
pondasi. Untuk maksud ini diperlukan pengertian yang mendalam mengenai metode
pengujian tanah, batasan-batasan atau karakteristik dalam metode pengujian dan
bagaimana menyimpulkan hasil-hasil yang diperoleh. Pekerjaan lapangan dalam
peyelidikan tanah yang dilaksanakan meliputi pekerjaan Boring (drilling) dan
Standart Penetrasi Test (SPT). Suatu jenis pondasi mempunyai karakteristik
penggunaan tertentu. oleh karena itu, dalam mendisain pondasi perlu dibuat alternatif
yang kemudian dipilih alternatif yang terbaik berdasarkan kriteria secara teknis,
kemudahan pelaksanaan, ekonomis, dan dampak lingkungan.
Agar dapat hasil yang baik maka perlu mempunyai pengetahuan tentang
permasalahan pondasi.Pada dasarnya permasalahan pondasi ada 2 yaitu:

9
• Umum: stabilitas (daya dukung, geser, dan guling), perbaikan tanah,
kelongsoran lereng, dan pengaruh air bersih.
• Khusus: getaran, daerah lendutan tambang (minyak, air, dsb), ledakan
gempa bumi, dll.
Pada garis besarnya pondasi dapat dibagi menjadi 2 jenis:
a. Pondasi langsung, yaitu apabila pondasi tersebut langsung di atas tanah
keras.
b. Pondasi tidak langsung, yaitu apabila pondasi tersebut terletak di atas suatu
rangkaian yang menghubungkan dengan lapisan tanah keras.
Pondasi langsumg digunakan apabila tanah keras bagian dalam mencapai kedalaman
kurang lebih 1 meter. Ini tidak lain karena daya dukung pada dasar tanah dasar pada
umumnya lebih kecil dari daya dukung pasangan badan pondasi. Untuk memperkecil
beban persatuan luas pada tanah dasar, lebar pondasi dibuat lebih lebar dari pada tebal
dinding tembok di atasnya dan untuk lebih menghemat, bentuk pondasi dibuat dalam
bentuk trapesium. Di samping itu untuk memenuhi persyaratan agar tidak terpengaruh
cuaca sebaiknya kedalaman pondasi dari permukaan tanah kurang lebih 80 cm.

2.5. Pemilihan Bentuk Pondasi Sesuai Keadaan Tanah


Dalam pemilihan bentuk pondasi yang akan digunakan, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan, antara lain:
• Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati serta
beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal.
• Jenis tanah dan daya dukung tanah.
• Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat.
• Alat dan tenaga kerja yang tersedia.
• Keadaan tanah pondasi
• Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya. • Batasan-batasan dari sekelilingnya
• Waktu dan biaya pekerjaan.
Bila keadaan tersebut ikut dipertimbangkan, maka kita dapat memilih jenis-jenis
pondasinya, yaitu sebagai berikut:
1. Bila tanah pendukung Pondasi terletak pada permukaan tanah 1 meter di bawah
permukaan tanah, dalam hal ini pondasinya adalah pondasi pias.
2. Bila tanah pendukung Pondasi terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah
permukaan tanah, dalam hal ini pondasinya adalah pondasi telapak.
3. Bila tanah pendukung terletak pada kedalaman sekitar 10 meter di bawah permukaan
tanah, dalam hal ini digunakan pondasi tiang apung (floating pile foundation).
Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20 meter di bawah
permukaan tanah ,dalam hal ini tergantung dari penurunan yang di izinkan, dapat di pakai
jenis pondasi tiang pancang.

2.6. Penyebab Terjadinya Penurunan Pondasi


Penurunan pondasi harus diperkirakan dengan sangat hati-hati untuk berbagai
konstruksi misalnya jembatan, menara, dan khususnya pada bangunan. Penurunan
biasanya digolongkan sebagai berikut:
1. Penurunan seketika yaitu penurunan yang terjadi pada waktu beban ditetapkan
atau dalam suatu jangka waktu sekitar 7 hari biasanya terdapat pada tanah berbutir
halus termasuk lanau dan lempung.

10
2. Penurunan konsolidasi yaitu: penurunan yang tergantung waktu dan berlangsung
dalam beberapa bulan bahkan tahunan.
Adapun masalah penurunan pondasi yang sering terjadi, akibat pengaruh dari:
• Pengaruh kadar air tanah
• Keadaan tanah
• Terjadinya gempa bumi.
Akibat penurunan atau patahnya pondasi, maka akan terjadi:
• Kerusakan pada dinding, retak-retak, miring dan lain-lain
• Lantai pecah, retak, bergelombang
• Penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain.
Dalam menanggulangi penurunan ini, terkadang perbaikan tanah lebih menguntungkan,
yakni dengan menambah kerapatan tanah atau mengurangi rongga/pori tanah. Beberapa
cara yang dapat dilakukan dalam memodifikasi tanah, antara lain:
a. Pemampatan,
b. Pra Pembebanan,
c. Pembuatan Drainase,
d. Pemadatan dengan Alat penggetar,
e. Pengadukan Encer,
f. Stabilisasi kimia,
g. Geo-Tekstil.

2.7. Menghitung Ukuran Pondasi

Untuk bangunan tidak bertingkat tidak disyaratkan adanya hitungan konstruksi untuk
rangka bangunan dan rangka atapnya tapi untuk pondasinya harus tetap dilakukan
hitungan konstruksi untuk menentukan kekuatannya. Hitungan pondasi harus dibuat
dan direncanakan pada keadaan yang paling aman bagi konstruksi bangunan tersebut,
artinya beban bangunan yang dipakai harus yang terbesar dan sebaliknya kekuatan
daya dukung tanah di bawah pondasi dipakai yang terkecil.

Rumus Pondasi (F) =

Keterangan:
P = Beban bangunan yang didukung oleh pondasi, yaitu:
1. Berat pasangan bata termasuk kolom praktisnya
2. Berat Atap
3. Berat Plafond
4. Berat Balok Sloof, dan Balok Keliling Atas
5. Berat sendiri Pondasi
6. Berat tanah di atas Pondasi
Untuk menghitung berat konstruksi dari bangunan dan bahannya, dapat
digunakan Peraturan Muatan Indonesia, NI – 18, terdiri dari:
1. Berat pasangan bata dengan perekat 1kp: 1pc: 2ps adalah 1.700 kg/m 3. Bila
dipakai perekat 1pc: 2ps: beratnya 2.000kg/m3. Untuk pasangan bata dengan
perekat campuran kapur dan semen atau sebagian pakai perekat kapur dan
sebagian lagi dengan perekat semen dapat dipakai berat rata-rata = 1.800 kg/m 3.

11
Berat ini sudah termasuk plesterannya, jadi tebal pasangan bata yang dipakai
adalah: 12
• 15 cm untuk pasangan ½ bata
• 30 cm untuk pasangan 1 bata
Kurang dari ukuran tersebut, Kolom praktis dapat dianggap sebagai berat
pasangan bata.
2. Untuk balok sloof dan balok keliling dari konstruksi beton bertulang dipakai berat
= 2.400 kg/m3.
3. Penutup atap dari genteng+usuk+reng = 50 kg/m2, bila termasuk gordingnya
dipakai berat = 110 kg/m2. Penutup atap sirap+usuk+reng = 40 kg/m2. Penutup
asbes+gording = 50 kg/m2. Berat kuda-kuda kayu = 60 kg/m.
4. Berat plafond eternit + penggantung = 20 kg/m2.
5. Berat pondasi batu kali = 2.200 kg/m3.
6. Tanah kering – udara lembab = 1.700 kg/m 3, tanah basah = 2.000 kg/m 3, berat ini
berlaku juga untuk pasir.

Berat lantai tidak diperhitungkan sebagai beban pondasi karena langsung didukung
oleh tanah di bawahnya. σt = kemampuan daya dukung tanah yang diijinkan untuk
dipakai mendukung beban bangunan di atasnya.
Apabila tidak dilakukan penyelidikan tanah untuk mengetahui kekuatannya, maka
daya dukung tanah yang boleh dipakai sebesar-besarnya adalah 1 kg/cm2 (= 10 t/m2).
Kemampuan daya dukung tanah yang dipakai adalah yang terletak langsung di bawah
pondasi.
F = ukuran luas dasar pondasi yang direncanakan akan dipakai. Untuk ukuran bagian
atas pondasi:
• ½ bata minimum = 20 cm
• bata minimum = 30 cm
Untuk pondasi menerus hanya ditinjau setiap 1 m panjang pondasi, jadi yang
dimaksud F disini adalah = lebar pondasi x 1 m. Misalnya:
• Beban bangunan setiap m panjang (P) = 5 t/m2
• Daya dukung tanah yang diijinkan (σt) = 0,8 kg/m2 (= 8 t/m2).

F pondasi = 5/8 = 0,625


Dipakai lebar pondasi b = 0,7 m (selalu dibulatkan keatas).

12
BAB III CONTOH KASUS TERKAIT KEGAGALAN PONDASI DANGKAL

3.1. Kegagalan Soft Story


Soft story menunjuk kepada kondisi keruntuhan gedung (biasanya berlantai
lebih dari satu) dimana lantai di bawah lebih “lunak” daripada lantai di atasnya, atau
kebalikannya, lantai di atas lebih“keras” atau kaku dibanding lantai di bawahnya.
Berikut ini adalah gambar beberapa bangunan yang mengalami kegagalan
karena pengaruh soft story

13
Gambar 3.1. Bangunan di atas terpisah dengan ruko di kiri kanannya

Gambar 3.2. Lantai 1 seolah-olah tenggelam ke dalam tanah Solusi


:
• Untuk permasalahan pondasi seperti diatas antara lain adalah dengan
memperbesar ukuran pondasiatau memperbaiki kondisi tanah lunak.
• Padatkan permukaan tanah di bawah pondasi yang baru dengan cara manual
atau dengan bantuanmesin stamper sehingga daya dukung tanah meningkat.
• Jika tingginya kuat tekan air tanah merupakan penyebab terjadinya soft story
diatas sehinggamenyebabkan pondasi bergerak yang akhirnya dapat
menyebabkan bangunan menjadi miring, makasolusi yang dapat dilakukan
adalah dengan memasang Grand Anchor pada pondasi tersebut, sehingga
pondasi yang akan terangkat tertahan oleh anchor yang tertanam di dalam
tanah.

3.2. Kasus lain yang Biasa Terjadi pada Pondasi Dangkal


a. Kasus : Terjadinya penurunan tanah yang tidak bersamaan sehingga ketinggian
pondasi yang berbeda mengakibatkan struktur bangunan tersebut menjadi tidak
stabil
Solusi:

14
Membuat galian pondasi lebih dalam dari galian pondasi biasanya dan agar
kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi bangunan harus
diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras, padat dan kuat mendukung
beban bangunan tanpa menimbulkan penurunan yang berlebihan.
b. Kasus: terjadinya kenaikan pada muka air tanah yang mengakibatkan
terangkatnya sloof yang membuat bangunan tersebut tidak stabil.
Solusi:
Menambah tulangan As pada sloof
c. Kasus: penggunaan pemasangan batu kali yang tidak bertekstur kasar membuat
pasangan pondasi menerus menjadi kokoh.
Solusi:
Gunakan pondasi batu pecah yang memiliki tekstur kasar serta telah dicuci bersih
agar tidak adanya lumpur yang melekat pada permukaan batu pecah tersebut.
d. Kasus: terjadinya kemungkinan retak pada pondasi yang diakibatkan perbedaan
kondisi tanah.
Solusi:
dalam pembuatan pondasi menerus perlu dihindari penempatan pondasi di atas
tanah lembek karena pondasi menerus merupakan jenis pondasi dangkal yang
sangat berpengaruh terhadap perubahan kondisi tanah.

Gambar 3.3. Retak pada pondasi akibat perbedaan kondisi tanah

e. Kasus: retaknya pondasi yang terjadi karena berada di tepi tebing atau perubahan
elevasi tanah yang curam.
Solusi:
Bentuk pondasi yang digunakan seharusnya berbentuk trapesium agar momen
penahan tanah yang diberikan pondasi akan lebih besar dibandingkan dengan
pondasi yang berbentuk persegi. Seperti tampak pada gambar berikut.

15
Gambar 3.4. Bentuk pondasi trapesium

f. Rumah tidak mempunyai pondasi yang cukup dalam. Kedalaman pondasi


sangatlah penting dalam menahan goyangan gelombang akibat gempa bumi.
Semakin dalam pondasi, maka semakin bagus. Tetapi, kita juga harus
memperhatikan kehematan biaya dalam pembangunan pondasi ini. Haruslah bisa
memperkirakan tingkat keefektifitasan pembangunan pondasi bangunan.

Gambar 3.5. Kegagalan pondasi akibat pondasi yang tidak cukup dalam

Solusi:
• Perlu adanya ikatan antara tulangan dengan pondasi, yang berbentuk
angkur ataupun cakar ayam.

16
Gambar 3.6. Ikatan antara tulangan dengan pondasi yang berbentuk
angkur

• Tidak hanya tulangan yang diberikan ikatan berupa angkur di pondasinya,


tetapi sloofnya juga diberikan.

Gambar 3.7. Ikatan antara sloof dengan pondasi

• Perlu adanya sloof di atas pondasi untuk mengikat antar kolom dan juga
tulangan.

Gambar 3.8. Sloof di atas pondasi untuk mengikat antar kolom dan
tulangan

17
• Pada tulangan kolom, bila perlu diberikan ikatan segitiga agar sloof dan
tulangan tidak bergeser.

Gambar 3.9. Ikatan segitiga antar sloof dan tulangan

• Angkur seharusnya mempunyai panjang yang cukup

Gambar 3.10. Angkur sebagai pengikat antara pondasi dan sloof

18
DAFTAR PUSTAKA

“Bangunan Tahan Gempa”, http://blog.unila.ac.id/setyantonkc/files/2010/02/bangunan-


tahangempa.pdf

“Memilih Sistem Pondasi” http://wiryanto.blogdetik.com/memilih-sistem-pondasi

“Pondasi Dangkal” http://scribd.com/doc/pondasi-dangkal

“Pondasi”, http://imoelsker.files.wordpress.com/2010/01/pondasi.doc

“Pondasi-1”http://file.upi.edu/Direktori/E%20-
%20FPTK/JUR.%20PEND.TEKNIK%20SIPIL/196012241991011%20%20NANDAN
%20SUPRIATNA/KB%20D-3/Pondasi-1.pdf

Pondasi Setempat ”PONDASI DANGKAL”,


http://konstruksiwisnuwijanarko.blogspot.com/2008/06/pondasi-
dangkal.html
http://www.researchgate.net/publication/40995871_Studi_kelayakan_metode_pondasi_setem
pat_dengan_preloaded_bulb_dari_sisi_teknis_biaya_dan_waktu

“Teknik Pondasi” http://wikipedia.org/wiki/Teknik_Pondasi

19

Anda mungkin juga menyukai