Anda di halaman 1dari 36

Pertimbangan-pertimbangan

dalam Penerapan
Kajian Lingkungan
Hidup Strategis
untuk Kebijakan, Rencana dan
Program Penataan Ruang
Kata Pengantar

S ejalan dengan mulai diterapkannya Kajian


Lingkungan Hidup Strategis pada beberapa produk
kebijakan, rencana, dan program yang berkaitan
tingkat pusat maupun daerah yang ada hubungannya
dengan penataan ruang.
Buku ini disusun oleh unit Asisten Deputi Urusan
dengan penataan ruang, ditemukan berbagai
Perencanaan Lingkungan dengan harapan dapat
pengalaman yang selayaknya perlu disistematiskan
memberikan informasi yang lebih baik mengenai
sebagai informasi umpan balik bagi pengembangan
pertimbangan-pertimbangan apa yang harus diketahui
selanjutnya. Buku ini dimaksudkan untuk menjawab
dalam menerapkan KLHS di bidang penataan ruang.
kepentingan tersebut, sebagai catatan perkembangan
Intisari isinya adalah merupakan ikhtisar dari Rancang-
terbaru atas dinamika yang terjadi sampai dengan
an Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
tahun 2008.
mengenai Panduan Umum Kajian Lingkungan Hidup
Kehadiran buku ini adalah untuk melengkapi, Strategis yang mengalami modifikasi untuk disesuaikan
sekaligus memperkaya buku “Kajian Lingkungan Hidup dengan isu-isu dalam penataan ruang. Tidak tertutup
Strategis dalam Penataan Ruang” yang diterbitkan kemungkinan bahwa pada tahun-tahun berikutnya
oleh KLH pada tahun 2007. Perbedaan-perbedaan akan kembali diterbitkan buku sejenis yang merupakan
mendasar yang termuat di dalamnya adalah hasil dari catatan terbaru atas tambahan pengalaman penerapan
pengamatan hadirnya generasi baru penerapan KLHS KLHS di bidang penataan ruang.
pada beberapa produk Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) maupun rancangan peraturan-peraturan di

Jakarta, ______________ 2008

Ir. Bambang Setyabudi, MURP


Asisten Deputi Urusan
Perencanaan Lingkungan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup

iii
Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Pendahuluan 1
1. Latar Belakang ........................................................................................................................................... 1
2. Maksud, Tujuan, Manfaat ....................................................................................................................... 1
3. Struktur Buku ........................................................................................................................................... 2
Pokok-Pokok Penerapan KLHS dalam Penataan Ruang 3
1. Definisi dan Kaidah-kaidah ....................................................................................................................... 3
2. Pendekatan KLHS ...................................................................................................................................... 3
3. Tata Laksana KLHS dalam Perencanaan Tata Ruang .............................................................................. 4
4. Penyusunan Dokumen KLHS ..................................................................................................................... 4
5. Melebur Proses KLHS dengan Proses Penyusunan RTRW/KRP Tata Ruang .......................................... 7
KLHS Untuk Menolong Terbentuknya KRP Tata Ruang 9
1. KLHS untuk mengembangkan wawasan dan Pengetahuan atas Keadaan ............................................... 9
2. KLHS untuk Mengembangkan agenda tindak lanjut dan menjadi instrumen Partisipasi Masyakarat ...... 10
3. KLHS untuk merumuskan substansi KRP ................................................................................................... 10
Partisipasi dan Konsultasi Masyarakat 11
Daftar Pustaka

Lampiran 1
Kerangka Telaah KLHS dalam Pentaan Ruang 15
Lampiran 2
Contoh Penilaian Mutu Dokumentasi KLHS 23
Lampiran 3
Contoh Daftar Uji KLHS terhadap RTRW/KRP Tata Ruang 25

v
Daftar Tabel

Tabel Halaman
1. Contoh Integrasi Penyusunan Dokumen KLHS dalam Penyusunan RTRW Propinsi.…………......................... 6

Daftar Gambar

Gambar Halaman
1. Kerangka Kerja KLHS Secara Umum…………………………………………………..….………………………........................... 5
2. Contoh Integrasi Penyusunan Dokumen KLHS dalam Evaluasi Laporan RTRW Propinsi…........................... 6
3. Pola Penyelenggaraan KLHS Inisiatif Sendiri atau Swadaya Masyarakat..………………………........................... 9
4. Hubungan antara Fungsi KLHS…………………..…………………………………………………………………............................ 11

vi
Bab

1 Pendahuluan

1. Latar Belakang lingkungan dan keberlanjutan dipertimbangkan


dalam KRP tata ruang. Posisinya berada pada relung

D alam Undang-Undang, penataan ruang meliputi


seluruh kegiatan yang termasuk dalam sistem
proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
pengambilan keputusan. Oleh karena siklus dan
bentuk pengambilan keputusan dalam perencanaan
tata ruang tidak selalu gamblang, maka manfaat
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang KLHS bersifat khusus bagi masing-masing RTRW. KLHS
keterkaitan satu sama lainnya bersifat sekuensial. bisa menentukan substansi RTRW, bisa memperkaya
Pemahaman bahwa sistem ini merupakan siklus proses penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa
menyebabkan hasil-hasil yang diperoleh dari proses dimanfaatkan sebagai instrumen metodologis
perencanaan tata ruang ditempatkan sebagai acuan pelengkap (komplementer) atau tambahan
dari kegiatan-kegiatan pemanfaatan dan pengendalian (suplementer) dari penjabaran RTRW, atau kombinasi
pemanfaatan ruang. Berdasarkan hal tersebut diatas, dari beberapa atau semua fungsi-fungsi diatas.
maka Rencana Tata Ruang Wilayah adalah wujud
formal kebijakan, rencana, dan program (KRP) acuan Keberadaannya yang kontekstual menyebabkan
yang mengatur penataan ruang sebuah wilayah pokok-pokok pikiran dalam buku ini tidak bisa dipahami
tertentu. sebagai sebuah aturan yang baku, melainkan sebagai
sebuah arahan untuk memilih alternatif-alternatif
Dalam pelaksanaannya, perbedaan cara penanganan pemanfaatan yang sesuai dengan kebutuhan.
dan karakteristik khusus sebuah satuan wilayah
membedakan jenis Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) tersebut. Sebuah RTRW yang mengatur
satuan wilayah yang luas memuat arahan dan acuan 2. Maksud, Tujuan dan Manfaat
yang lebih strategis dan umum daripada RTRW yang Maksud dari buku ini adalah untuk mengarusutamakan
mengatur satuan wilayah yang lebih kecil. Akibatnya, (mainstreaming) perencanaan pembangunan
semakin luas wilayah yang diatur, semakin panjang yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,
dimensi kerangka waktu (time-frame) yang bisa dicakup menyebarluaskan pengertian, konsep, prinsip dan
aturan tersebut. Oleh sebab itu, hirarki RTRW yang kerangka kerja mengenai KLHS dalam perencanaan
disusun berdasarkan luasan wilayah sebenarnya juga tata ruang wilayah, serta menunjukkan langkah-
mencerminkan hirarki operasionalitas arahan yang langkah pemanfaatan KLHS dalam penataan ruang
dimuat. Sebuah RTRW skala nasional sebenarnya yang sesuai hingga saat ini.
memuat kebijakan-kebijakan, sementara RTRW skala
Tujuan buku ini adalah menolong para perencana
kawasan lebih banyak memuat kumpulan program.
tata ruang dan pengambil keputusan KRP tata ruang
Perbedaan-perbedaan ini mempengaruhi pola untuk menerapkan prinsip dan kerangka kerja KLHS,
pemahaman mengenai bagaimana aspek-aspek dan melengkapi Pedoman Umum Kajian Lingkungan
lingkungan hidup diterapkan dalam muatan RTRW Hidup Strategis yang ditetapkan oleh Menteri Negara
yang berbeda jenjangnya. Praktek menunjukkan Lingkungan Hidup maupun buku panduan KLHS
bahwa banyak hambatan dan keterbatasan yang mengenai Tata Ruang sejenis yang telah terbit
bersifat struktural maupun operasional menciptakan terdahulu.
ketidaksinambungan antar jenjang (vertikal), juga
Walau buku ini bisa berdiri sendiri, Pedoman Umum
antar satuan wilayah RTRW yang berada dalam jenjang
tersebut tetap menjadi acuan resmi penyusunan Bab
yang sama (horisontal). Kondisi ini menyebabkan
KLHS.

1
lingkup dan penjabaran aspek-aspek pengelolaan
lingkungan hidup dalam masing-masing RTRW belum Penerapan KLHS dalam penataan ruang ini bermanfaat
tentu sesuai dengan harapan dan acuan. dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah
atau instrumen pengelolaan lingkungan lainnya,
sebuah bentuk tindakan strategik dalam menuntun,
menciptakan tata pengaturan yang lebih baik
mengarahkan, dan menjamin efek negatif terhadap
melalui pembangunan keterlibatan para pemangku

Pendahuluan | 1
kepentingan dan kerjasama lintas batas wilayah dalam perencanaan tata ruang.
administrasi, serta memperkuat pendekatan kesatuan
Bagian 2 : Penerapan KLHS dalam proses perencanaan
ekosistem dalam satuan wilayah (kerap juga disebut
tata ruang yang diatur dalam Undang-
"bio- region" dan/atau "bio-geo-region").
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang

3. Struktur Buku Lampiran : Rincian panduan pendukung yang memuat


penjelasan tata laksana maupun contoh-
Buku ini disusun dalam struktur berikut : contohnya.
Bagian 1 : Pendahuluan yang menjelaskan tentang
latar belakang disusunnya panduan,
maksud dan tujuan panduan, serta
konteks pemanfaatan penerapannya

Bab

2 | Pendahuluan
Bab Pokok-Pokok Penerapan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis dalam
2 Penataan Ruang

1. Definisi dan Kaidah-kaidah dan lain sebagainya.

Definisi KLHS untuk Indonesia: Keadilan (justice) untuk menekankan agar dapat
dihasilkan kebijakan, rencana dan program yang
“KLHS adalah proses sistematis untuk tidak mengakibatkan pembatasan akses dan
mengevaluasi pengaruh lingkungan hidup kontrol terhadap sumber-sumber alam, modal dan
dari, dan menjamin diintegrasikannya prinsip- infrastruktur, atau pengetahuan dan informasi kepada
prinsip keberlanjutan dalam, pengambilan sekelompok orang tertentu.
keputusan yang bersifat strategis”.
Atas dasar kaidah-kaidah diatas, maka penerapan KLHS
SEA is a systematic process for evaluating the dalam penataan ruang bertujuan untuk mendorong
environ- mental effect of, and for ensuring pembuat dan pengambil keputusan atas KRP tata
the integration of sustainability principles ruang menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
into, strategic decision-making.
• Apa manfaat langsung atau tidak langsung dari

S ecara umum, KLHS berfungsi untuk menelaah


efek dan/atau dampak lingkungan, sekaligus
mendorong pemenuhan tujuan- tujuan keberlanjutan
usulan sebuah Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) atau KRP Tata Ruang?

pembangunan dan pengelolaan sumberdaya dari suatu • Bagaimana dan sejauh mana timbul interaksi
kebijakan, rencana atau program pembangunan. antara manfaat RTRW atau KRP Tata Ruang
dengan lingkungan hidup dan keberlanjutan
Kaidah terpenting KLHS dalam perencanaan tata pengelolaan sumberdaya alam?
ruang adalah pelaksanaan yang bersifat partisipatif,
dan sedapat mungkin didasarkan pada keinginan • Apa lingkup interaksi tersebut? Apakah interaksi
sendiri untuk memperbaiki mutu KRP tata ruang (self- tersebut akan menimbulkan kerugian atau
assessment) agar keseluruhan proses bersifat lebih meningkatkan kualitas lingkungan hidup? Apakah
efisien dan efektif. interaksi tersebut akan mengancam keberlanjutan
dan kehidupan masyarakat?
Asas-asas hasil penjabaran prinsip keberlanjutan yang
mendasari KLHS bagi penataan ruang adalah : • Dapatkah efek-efek yang bersifat negatif diatasi,
dan efek-efek positifnya dikembangkan?
• Keterkaitan (interdependency)
• Keseimbangan (equilibrium) • Apabila RTRW atau KRP Tata Ruang
• Keadilan (justice) mengintegrasikan seluruh upaya pengendalian
atau mitigasi atas efek-efek tersebut dalam
Keterkaitan (interdependency) menekankan muatannya, apakah masih timbul pengaruh
pertimbangan keterkaitan antara satu komponen negatif dari RTRW atau KRP Tata Ruang tersebut
dengan komponen lain, antara satu unsur dengan terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan
unsur lain, atau antara satu variabel biofisik dengan secara umum?
variabel biologi, atau keterkaitan antara lokal dan
global, keterkaitan antar sektor, antar daerah, dan
seterusnya.
2. Pendekatan KLHS
Keseimbangan (equilibrium) menekankan aplikasi
keseimbangan antar aspek, kepentingan, maupun Jenis-jenis pendekatan KLHS dalam penataan ruang Bab
interaksi antara makhluk hidup dan ruang dibentuk oleh kerangka bekerja dan metodologi
hidupnya, seperti diantaranya adalah keseimbangan
laju pembangunan dengan daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup, keseimbangan
berpikirnya. Berdasarkan literatur terkait, sampai
saat ini ada 4 (empat) model pendekatan KLHS untuk
penataan ruang, yaitu :
2
pemanfaatan dengan perlindungan dan pemulihan
cadangan sumber daya alam, keseimbangan antara
pemanfaatan ruang dengan pengelolaan dampaknya,

Pokok-Pokok Penerapan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam Penataan Ruang | 3


KLHS dengan Kerangka Dasar Analisis Mengenai b. Melebur proses KLHS dengan proses penyusunan
Dampak Lingkungan Hidup/AMDAL (EIA-Mainframe) RTRW atau KRP tata ruang
KLHS dilaksanakan menyerupai AMDAL, baik dari
segi langkah-langkah prosedur bekerjanya, maupun
metodologi berpikirnya, yaitu mendasarkan telaah 4. Penyusunan Dokumen KLHS
pada efek dan dampak yang ditimbulkan RTRW atau Pola seperti ini sesuai untuk dilakukan dalam kondisi-
KRP tata ruang terhadap lingkungan hidup. kondisi berikut :
KLHS sebagai Kajian Penilaian Keberlanjutan a . RTRW atau KRP tata ruang yang berlaku
Lingkungan Hidup (Environmental Appraisal) mengalami proses evaluasi dan/atau revisi, atau
KLHS yang memiliki pendekatan ini menempatkan b . konsep RTRW atau KRP tata ruang yang akan/
posisinya sebagai uji kebijakan untuk menjamin sedang disusun membutuhkan masukan telaah
keberlanjutan lingkungan hidup, sehingga bisa kajian lingkungan yang spesifik dan mendalam,
diterapkan sebagai sebuah telaah khusus yang berpijak atau
dari sudut pandang aspek lingkungan hidup.
c . dibutuhkan dokumentasi proses kajian lingkungan
KLHS sebagai Kajian Terpadu/Penilaian Keberlanjutan tersendiri yang gamblang untuk menguatkan
(Integrated Assessment/ Sustainability Appraisal) akuntabilitas dan kredibilitas seluruh proses
Pendekatan ini menempatkan posisinya sebagai bagian perencanaan tata ruang.
dari uji kebijakan untuk menjamin keberlanjutan se- Proses kegiatan penyusunan dokumen harus
cara holistik, sehingga sudut pandangnya merupakan berinteraksi langsung dengan proses penyusunan KRP
paduan kepentingan aspek sosial, ekonomi, dan tata ruang, dimana integrasinya berlangsung menurut
lingkungan hidup. langkah-langkah sebagai berikut :
KLHS sebagai pendekatan Pengelolaan Berkelanjutan • Langkah 1 : Pelingkupan :
Sumberdaya Alam (Sustainable Natural Resource proses sistematis dan terbuka untuk
Management) atau Pengelolaan Berkelanjutan mengidentifikasi isu- isu penting atau konsekuensi
Sumberdaya (Sustainable Resource Management) lingkungan hidup yang akan timbul berkenaan
KLHS diaplikasikan dalam kerangka pembangunan dengan rancangan KRP.
berkelanjutan, dan a) dilaksanakan sebagai bagian • Langkah 2 : Penilaian atau telaah/analisis teknis:
yang tidak terlepas dari hirarki sistem perencanaan proses identifikasi, deskripsi, dan evaluasi
penggunaan lahan dan sumberdaya alam, atau b) mengenai konsekuensi dan efek lingkungan akibat
sebagai bagian dari strategi spesifik pengelolaan diterapkannya RTRW atau KRP tata ruang; serta
sumberdaya alam. Model a)menekankan pertimbangan- pengujian efektivitas muatan RTRW atau KRP
pertimbangan kondisi sumberdaya alam sebagai dasar tata ruang dalam menerapkan prinsip-prinsip
dari substansi RTRW atau KRP tata ruang, sementara keberlanjutan. Kegiatan telaah dan analisis teknis
model b) menekankan penegasan fungsi RTRW atau harus didasarkan pada:
KRP tata ruang sebagai acuan aturan pemanfaatan
a. pemilihan dan penerapan metoda serta teknik
dan perlindungan cadangan sumberdaya alam.
analisis yang sesuai dan terkini,
Aplikasi-aplikasi pendekatan diatas dapat diterapkan b. penentuan dan penerapan aras rinci (level of
dalam berbagai bentuk kombinasi, baik dari segi detail) analisis agar sesuai dengan kebutuhan
cara maupun metoda telaahnya, sesuai dengan : 1) rekomendasi, dan
hirarki dan jenis KRP tata ruang atau RTRW yang akan c. sistematisasi proses pertimbangan seluruh
dihasilkan/ditelaah, 2) lingkup isu yang menjadi fokus, informasi, kepentingan dan aspirasi yang
3) kapasitas institusi dan sumberdaya manusia selaku dijaring.
pelaksana dan pengguna KLHS, serta 4) kemauan
• Langkah 3 : Penetapan alternatif :
politis pemanfaatan KLHS untuk KRP tata ruang.
a. substansi pokok/dasar RTRW atau KRP tata
ruang (misalnya: mengubah pola atau struktur
3. Tata Laksana KLHS dalam Peren- ruang dari yang semula diusulkan),
b. program atau kegiatan penerapan muatan
canaan Tata Ruang RTRW atau KRP tata ruang (misalnya:
Bab Pada prinsipnya, proses KLHS harus dilakukan mengubah lokasi atau besaran infrastruktur

2
terintegrasi dengan proses perencanaan tata ruang. yang dibutuhkan), dan
Beragamnya kondisi yang mempengaruhi proses c. kegiatan-kegiatan operasional pengelolaan
perencanaan tata ruang menyebabkan integrasi efek lingkungan hidup (misalnya: penerapan
tersebut bisa dilaksanakan dalam 2 (dua) cara, yaitu: kode bangunan yang hemat energi).
a. Penyusunan dokumen KLHS untuk menjadi
masukan bagi RTRW atau KRP tata ruang

4 | Pokok-Pokok Penerapan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam Penataan Ruang


Identifikasi sasaran yang ingin Pengumpulan data dan informasi
dicapai KLHS dasar

Pelingkupan

Identifikasi isu dan Pengembangan kerangka


permasalahan pikir KLHS

Konsultasi lingkup KLHS

Uji kesesuaian/kecocokan sasaran


KRP dengan sasaran KLHS

Telaah,
Analisis, dan/ Telaah prediksi efek-efek KRP
atau Penilaian

Telaah evaluasi atas efek- Pengembangan arahan


efek KRP mitigasi efek-efek negatif

Pengembangan alternatif
Pengembangan
Alternatif
Pengembangan arahan
pemantauan

Analisis lanjutan dan pembuatan


laporan

Pelaporan
Konsultasi materi KRP dan KLHS

Pengambilan keputusan dan


pengumumannya
Pengambilan
Keputusan
Penetapan tujuan dan metode
pemantauan

Bab
Pelaksanaan pemantauan

2
Gambar 1. Kerangka Kerja KLHS Secara Umum (Dapat disesuaikan dengan keadaan)

Pokok-Pokok Penerapan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam Penataan Ruang | 5


Tabel 1. Contoh Integrasi Penyusunan Dokumen KLHS dalam Penyusunan RTRW Propinsi

Prosedur KLHS Tahap 1 Tahap 1 Tahap 1 Tahap 1 Tahap 1


Tahap 1
Tahap Telaah/ Alternatif Analisis dan Keputusan Rencana
Pelingkupan
Penyusunan RTRWP penilaian KRP Pelaporan Alternatif Pengelolaan

Tahap 1 :
√ 0 0 0 0 0
Persiapan
Tahap 2 :
√ √ 0 0 0 0
Review RTRW
Tahap 3 :
0 √ 0 0 0 0
Pengumpulan Data
Tahap 4 :
0 0 √ √ 0 0
Analisis
Tahap 5 :
0 0 0 0 √ 0
Konsepsi Rencana
Tahap 6 :
0 0 0 0 0 √
Diskusi Terbuka
Tahap 7 :
0 0 0 0 0 0
Pengesahan
Keterangan: √ --> tahap RTRWP dan KLHS memiliki kesamaan substansi kegiatan
o --> tahap RTRWP dan KLHS berbeda substansi kegiatannya

Tahap 1: Persiapan RTRWP

Tahap 2: Review RTRWP

Laporan Pendahuluan KLHS : Pelingkupan

Tahap 3: Pengumpulan Informasi

Tahap 4: Analisis

Laporan Buku Data & Analisis KLHS : Telaah, pembuatan opsi dan
alternatif, analisis, penyusunan laporan
Tahap 5: Konsepsi Rencana

Laporan Buku Rencana KLHS : Keputusan opsi/alternatif terbaik

Tahap 6: Diskusi Terbuka

Tahap 7: Pengesahan

Gambar 2. Contoh Integrasi Penyusunan Dokumen KLHS dalam


Evaluasi Laporan RTRW Propinsi

Bab

6 | Pokok-Pokok Penerapan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam Penataan Ruang


keberlanjutan akan bisa dikaitkan langsung dengan
indikator-indikator pembangunan berkelanjutan,
LANGKAH 1, 2, DAN 3 DIDOKUMENTASIKAN DALAM
d) keterkaitan KRP tata ruang dengan KRP-KRP
SEBUAH LAPORAN UNTUK MEMPERMUDAH
lain bisa dijelaskan dengan baik, dan e) konflik
PELAKSANAAN LANGKAH-LANGKAH SELANJUTNYA
kepentingan antara KRP tata ruang dengan KRP-
• Langkah 4 : Formulasi pelaksanaan dan KRP lain segera bisa teridentifikasi.
pengambilan keputusan tentang pilihan muatan
2. Uji Relevansi Informasi yang Digunakan.
materi bagi KRP tata ruang :
Kepentingan utama pengujian ini adalah bukan
dengan mempertimbangkan hal-hal :
menilai kelengkapan dan validitas data, tetapi
a. kesimpulan-kesimpulan pokok yang dire-
identifikasi kesenjangan antara data yang
komendasikan KLHS,
dibutuhkan dengan yang tersedia serta cara
b. langkah-langkah kegiatan yang dire-
mengatasinya. Hal ini terasa penting ketika
komendasikan KLHS,
KRP tata ruang diharuskan memperhatikan
c. aspirasi dan pandangan dari berbagai
kesatuan fungsi ekosistem dan wilayah-wilayah
lapisan dan golongan masyarakat yang
rencana selain wilayah administratifnya sendiri.
berkepentingan, serta
Selanjutnya pengujian juga lebih mengutamakan
d. aspirasi dan pandangan dari instansi
relevansi informasi dan sumbernya agar proses
pemerintah yang bertanggungjawab dan
kerja bisa efektif namun tetap memperhatikan
berkepentingan (misalnya : instansi lingkungan
kendala-kendala setempat.
hidup daerah, instansi kesehatan daerah, dan
lain-lain). 3. Uji Pelingkupan Isu-isu Lingkungan Hidup dan
Keberlanjutan dalam KRP.
• Langkah 5 : Pemantauan dan Tindak Lanjut : sesuai
Pengujian ini ditujukan untuk memandu penyusun
dengan kebutuhannya, kegiatan pemantauan dan
KRP memperhatikan isu-isu lingkungan hidup
tindak lanjut dapat diatur berdasarkan peraturan
maupun keberlanjutan di tingkat lokal, regional,
perundangan yang berlaku.
nasional, maupun internasional, dan melihat
Untuk memastikan dokumen KLHS memenuhi
relevansi langsung isu-isu tersebut terhadap
mutu yang diinginkan, indikator-indikator ujinya
wilayah perencanaannya.
dijelaskan dalam Lampiran 2.
4. Uji Pemenuhan Sasaran dan Indikator Lingkungan
Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan.
5. Melebur Proses KLHS dengan Pengujian ini efektif bila konsep rencana sudah
mulai tersusun, sehingga dapat dilakukan
Proses Penyusunan RTRW/KRP penilaian langsung atas arahan-arahan rencana
Tata Ruang pemanfaatan dan pola ruang terhadap
indikator-indikator teknis lingkungan hidup dan
Peleburan proses KLHS ke dalam proses perencanaan pembangunan berkelanjutan. Uji ini sebenarnya
tata ruang sesuai untuk kondisi-kondisi berikut: merupakan iterasi atau pengembangan dari uji
a. belum ada arah maupun konsep RTRW atau yang dilakukan di awal proses penyusunan RTRW
KRP tata ruang, atau sebagaimana dijelaskan pada nomor 1.
b . pihak berkepentingan memiliki keterbatasan 5. Uji Penilaian Efek-efek yang Akan Ditimbulkan.
waktu dan sumber daya, atau Pengujian ini membantu penyusun KRP untuk
dapat memperkirakan dimensi besaran dan
c. konsep RTRW atau KRP tata ruang perlu diuji
waktu dari efek-efek positif maupun negatif yang
secara cepat, atau
akan ditimbulkan. Bentuk pengujian ini dapat
d. konsep RTRW atau KRP tata ruang tidak disesuaikan dengan kemajuan konsep maupun
membutuhkan kajian atas isu-isu lingkungan ketersediaan data, sehingga pengujian dapat
secara gamblang, spesifik atau mendalam bersifat kuantitatif atau kualitatif. Pengujian
secara kuantitatif maupun kualitatif sama-sama
Hal-hal tersebut menyebabkan rangkaian kajian
bernilai apabila diikuti dengan verifikasi berupa
dilakukan dengan menerapkan daftar uji pada setiap
proses konsultasi maupun diskusi dengan pihak-
langkah proses perencanaan tata ruang.
pihak yang terkait.
Secara umum daftar uji tersebut mencakup :
6. Uji Penilaian Skenario dan Pilihan Alternatif. Bab
1. Uji Kesesuaian Tujuan dan Sasaran KRP. Pengujian ini membantu penyusun KRP untuk
Kepentingan pengujian adalah untuk memastikan
bahwa : a) tujuan dan sasaran umum KRP memang
jelas, b) berbagai isu keberlanjutan maupun
memperoleh pilihan alternatif yang beralasan,
relevan, realistis dan bisa diterapkan. Keputusan
pemilihan alternatif bisa dilakukan dengan sistem
2
lingkungan hidup tercermin dalam tujuan dan pengguguran (memilih satu opsi dan menggugurkan
sasaran umum KRP, c) sasaran terkait dengan

Pokok-Pokok Penerapan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam Penataan Ruang | 7


yang lainnya) atau mengkombinasikan beberapa mempertimbangkan kriteria-kriteria dan opsi-
pilihan dengan penyesuaian. opsi yang mendukung keberlanjutan, dan lain
sebagainya
7. Uji Identifikasi Timbulan Efek atau Dampak-
dampak Turunan maupun Kumulatif. • melakukannya secara berurut sejalan dengan
Pengujian ini merupakan pengembangan dari proses persiapan, pengumpulan data, kompilasi
jenis pengujian nomor 5, dimana jenis-jenis KRP data, analisis dan penyusunan rencana
tertentu diperkirakan juga akan menimbulkan
• melakukannya secara berulang/iteratif
efek-efek atau dampak-dampak lanjutan yang
lahir dari dampak langsung yang ditimbulkan, • mengembangkan atau memodifikasi jenis
maupun akumulasi efek dalam jangka waktu pertanyaan-pertanyaannya sesuai dengan
panjang dan pada skala ruang yang besar. kepentingan pengujian atau kemajuan
pengetahuan.
Kelompok-kelompok pengujian ini bisa dilakukan
dengan cara : Contoh beberapa model daftar pertanyaan untuk
pengujian ini dapat dilihat dalam Lampiran 3.
• mengemasnya dalam berbagai model daftar
pertanyaan, misalnya model daftar uji untuk
menilai mutu dokumen, model daftar uji untuk
menilai konsistensi muatan RTRW terhadap
prinsip-prinsip keberlanjutan, model daftar
uji untuk menuntun pengambil keputusan

Bab

8 | Pokok-Pokok Penerapan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam Penataan Ruang


Bab KLHS untuk Mendorong
3 Terbentuknya KRP Tata Ruang

P ada kondisi tertentu, KLHS dapat disusun untuk


mendorong terbentuknya KRP tertentu. Kondisi
tersebut diantaranya adalah :
1. KLHS untuk Mengembangkan
Wawasan dan Pengetahuan atas
• digagas oleh badan hukum atau kelompok
Keadaan
masyarakat sebagai masukan kepada pemerintah, Kajian ditujukan untuk mendorong para pihak yang
atau berkepentingan memperoleh informasi, wawasan,
dan pengetahuan yang mendalam mengenai
• digagas oleh satu atau beberapa instansi
keadaan wilayahnya. Umumnya kajian seperti ini
pemerintah tertentu, karena :
muncul pada wilayah-wilayah yang diduga kritis atau
o temuan-temuan persoalan di lapangan, atau
mengalami persoalan lingkungan yang pihak- pihak
o kebutuhan pemenuhan jenis informasi
berkepentingan didalamnya memiliki kesenjangan
tertentu, atau
pemahaman persoalan yang besar.
o kebutuhan antisipasi tertentu di masa
mendatang Pola penyelenggaraan kajian seperti ini dapat
dititikberatkan pada pengumpulan informasi,
Pola penyelenggaraan KLHS seperti ini secara umum
sistematisasi informasi dan data, serta memperoleh
mencakup tahap-tahap kegiatan:
definisi dan lingkup permasalahan melalui proses
Keberagaman alasan penyelenggaraan KLHS pemahaman informasi bersama antara seluruh pihak
menyebabkan titik berat pelaksanaan bervariasi. yang berkepentingan secara intensif. Intinya, KLHS
bermanfaat sebagai alat informasi maupun alat
analisis.

Sistematisasi informasi
Aspirasi dan
kepentingan
Pendefinisian permasalahan
Data lapangan
dan informasi
Pengembangan konsep sekunder

Asumsi dan
Rancangan Kebijakan/ Rancangan Agenda antisipasi
Rencana/Program Tindak Lanjut
Bab

Gambar 3. Pola Penyelenggaraan KLHS Inisiatif Sendiri atau Swadaya Masyarakat


3

KLHS untuk Mendorong Terbentuknya KRP Tata Ruang | 9


2. KLHS untuk Mengembangkan Pola penyelenggaraan kajian seperti ini akan lebih
efektif bila diikuti pengaturan kelembagaan dan
Agenda Tindak Lanjut dan Menjadi pengorganisasian yang jelas, yang antara lain
Instrumen Partisipasi Masyarakat mencakup:
Kajian ditujukan untuk mendorong para pihak yang • adanya mekanisme untuk memverifikasi hasil-hasil
berkepentingan menggunakan informasi, wawasan, dan KLHS inisiatif tersebut
pengetahuan mengenai keadaan dan permasalahan
• adanya mekanisme untuk menyalurkan usulan-
wilayahnya untuk merumuskan agenda tindak
usulan dari hasil KLHS kepada instansi/lembaga
lanjut yang diperlukan. Kajian seperti ini umumnya
yang tepat
muncul pada wilayah- wilayah yang membutuhkan
terobosan tindak lanjut yang mendesak, bisa karena • adanya mekanisme untuk mengintegrasikan hasil-
kompleksnya masalah, atau antisipasi persoalan di hasil KLHS ke dalam KRP formal (misalnya RTRW
masa mendatang. baru)
Pola penyelenggaraan kajian seperti ini sangat Berbagai bentuk mekanisme kelembagaan diatas
menekankan pada proses-proses partisipatif, negosiasi diselenggarakan atas dasar prinsip dan asas sebagai
dan kolaborasi antar pihak yang berkepentingan berikut :
dengan indikator keberhasilan berupa terbangunnya • disepakati oleh pihak pengusul dan pihak instansi
jaringan kerjasama yang didasari kepercayaan pemerintah yang diberi usulan
satu sama lain. Intinya, KLHS berperan sebagai alat
pembangun dialog. • dibentuk secara transparan dan terbuka
• disesuaikan dengan peraturan perundangan yang
berlaku namun tidak bersifat kaku dan baku
3. KLHS untuk Merumuskan Substansi • menjunjung asas-asas demokrasi
KRP • dipantau, dikoordinasikan, ditengahi, atau
Kajian ditujukan untuk mendorong pemerintah dilaksanakan oleh instansi yang ditugasi mengelola
merumuskan kebijakan, rencana, atau program lingkungan hidup atau yang ditugasi sesuai
tertentu. Kajian seperti ini muncul pada kondisi- peraturan perundangan.
kondisi dimana KRP yang ada tidak memadai untuk
Intinya, KLHS berfungsi sebagai perangkat untuk
menyelesaikan suatu persoalan tertentu atau
mempengaruhi pengambilan keputusan.
mengantisipasi persoalan di masa mendatang.

Bab

10 | KLHS untuk Mendorong Terbentuknya KRP Tata Ruang


Bab Partisipasi dan Konsultasi
4 Masyarakat

P ada umumnya, muatan RTRW atau KRP mengenai


penataan ruang ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu, sifat
c. Meningkatkan legitimasi KRP di mata masyarakat,
sekaligus memastikan komitmen semua pihak
dalam melaksanakan dan menaati muatan-muatan
aturannya tidak rinci secara teknis dan lebih banyak aturannya.
memuat arahan-arahan. Akibatnya, sifat pilihan-
Dalam memulai pelaksanaan KLHS, perlu dilakukan
pilihan alternatif KRP lebih banyak dipengaruhi
kegiatan persiapan partisipasi dan konsultasi
oleh kepentingan daripada alasan-alasan teknis.
masyarakat sebagai berikut :
Hal tersebut menyebabkan pemenuhan tujuan-
tujuan dari partisipasi masyarakat menjadi kunci a. Mengidentifikasi dan memahami “peta” kelompok-
pokok keberhasilan KLHS. Partisipasi dan konsultasi kelompok masyarakat dan pihak-pihak yang
masyarakat dalam KLHS memiliki tujuan-tujuan sebagai berkepentingan lainnya (termasuk juga instansi-
berikut : instansi pemerintah yang terlibat/ terkait)
a. Membuka kesempatan masyarakat untuk terlibat b. Memahami aspirasi/kepentingan masing-masing
dalam pengambilan keputusan pihak, dan alasan-alasan sesungguhnya yang
mendasari munculnya aspirasi tersebut
b. Membantu penyetaraan posisi setiap pihak
yang berkepentingan, agar proses pengambilan c. Mengidentifikasi “kekuatan” masing-masing pihak
keputusan tidak mudah didominasi satu kalangan
d. Memahami interaksi masing-masing pihak satu
tertentu, dan tidak serta merta melupakan
sama lain (termasuk juga tatanan hubungan antar
kalangan yang marjinal.
lembaga dalam pemerintahan).

Fungsi Analisis dan Pemahaman atas Pengembangan asas, Perumusan (Usulan)


Alat Pengaruh berbagai kebutuhan, konsep dan agenda tindak kebijakan, atau
Terhadap kepentingan, dan lanjut penyusunan rencana
KRP pendefinisian atau program
Fungsi Dialog masalah
dan Partisipasi
Mengembangkan
wawasan dan
pengetahuan tentang
keadaan
Membangun
kepercayaan

Membangun kesepakatan
dan komitmen
Bab

4
Gambar 4. Hubungan Antar Fungsi KLHS

Partisipasi dan Konsultasi Masyarakat | 11


Gambar 5 menunjukkan jenjang sasaran KLHS yang daerah. Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa
bisa tercapai dengan baik apabila proses persiapan bila KLHS diaplikasikan pada tingkat nasional atau
partisipasi dilaksanakan dengan seksama, dan propinsi, maka keterlibatan atau partisipasi masyarakat
pelaksanaan konsultasi dan pelibatan masyarakatnya lebih bersifat partisipasi politik dengan lingkup pihak
sendiri diselenggarakan dengan memperhatikan se- berkepentingan lebih luas dibanding KLHS untuk KRP
mua kaidah-kaidah partisipasi yang berlaku. di tingkat bawahnya. Bila KLHS diaplikasikan untuk KRP
dengan skala dan aras setingkat kawasan atau lebih
Tingkat keterlibatan atau partisipasi masyarakat dalam
rinci, maka proses pelibatan masyarakat atau konsultasi
KLHS sangat bervariasi tergantung pada aras (level
publik bersifat partisipasi komunitas setempat. Hal ini
of detail) RTRW yang ditelaah/diusulkan, peraturan
disebabkan cakupan muatan KRP tersebut bersifat
perundangan yang mengatur keterlibatan masyarakat,
operasional dan bersinggungan langsung dengan
serta komitmen dan keterbukaan dari pimpinan
kegiatan masyarakat.
organisasi pemerintahan baik di tingkat pusat maupun

Bab

12 | Partisipasi dan Konsultasi Masyarakat


Daftar Pustaka

Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2008). Rancangan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis. Jakarta
Kementerian Negara Lingkungan Hidup dan Danish International Development Agency (2007) Buku Pegangan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (Suryo Adiwibowo, et. Al). Jakarta.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup dan Pusat Pengembangan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Universitas
Padjadjaran (2006) Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam Penataan Ruang (Chay Asdak). Jakarta.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup dan Danish International Development Agency (2007) Kajian Lingkungan
Hidup Strategis Ciayumajakuning (Tjuk Kuswartojo, et.al). Jakarta.
Office of Deputy Prime Minister of United Kingdom (2005). Sustainability Appraisals of Regional Spatial Strategies
and Local Development Documents. London. UK
European Commission (2005) Impact Assessment Guidelines, SEC (2005) 791, EC Brussels
Convention on Biodiversity (2005) Guidelines on Biodiversity-inclusive Strategic Environmental Assessment, CBD.
Intergovernmental Panel on Climate Change (2007) New assessment methods and the characterisation
of future conditions, in Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Fourth Assessment Report
on Climate Change.
Scott, Paul & Peter Marsden (2003). Development of Strategic Environmental Assessment Methodologies for
Plans and Programmes in Ireland : Synthesis Report. Environmental Protection Agency. Wexford,
Ireland.
Sadler, Barry (2000). A Framework Approach to Strategic Environmental Assessment: Aims, Principles, and
Elements of Good Practice in Dusik, Jiri (editor) Proceedings of International Workshop on Public
Participation and Health Aspects in Strategic Environmental Assessment (2001). The Regional
Environment Center for Central and Eastern Europe. Szentendre. Hungary.
Cohen, Joel. E. (1995) How Many People Can the Earth Support?, W.W Norton & Co. New York
Petts, J. & Gev Eduljee (1994) Environmental Impact Assessment for Waste Treatment and Disposal Facilities.
John Wiley & Sons, New York.
Dale, Virginia H. & Robert V. O’Neill (1998) Tools to Characterize the Environmental Setting in Dale, V. (editor)
Tools to Aid Environ- mental Decision Making. Springer. New York.
Freudenburg, William R. (1998) Tools for Understanding the Socioeconomic and Political Setting for Environmental
Decision Making in Dale, V. (editor) Tools to Aid Environmental Decision Making. Springer. New York.
Armstrong, J. Scott (1998) Forecasting for Environmental Decision Making in Dale, V. (editor) Tools to Aid
Environmental Decision Making. Springer. New York.
Merkhofer, Miley W. (1998) Assessment, Refinement, and Narrowing of Options in Dale, V. (editor) Tools to Aid
Environmental Decision Making. Springer. New York.
Bergquist, Gilbert & Constance Bergquist (1998) Post-Decision Assessment in Dale, V. (editor) Tools to Aid
Environmental Decision Making. Springer. New York.

13
Lampiran

1 Metodologi dan Kerangka Telaah

1. Kerangka Telaah KLHS dalam


Penataan Ruang

1. 1. Tata Cara Penggunaan • Efek/dampak kegiatan manusia terhadap fungsi


ekosistem
Metodologi dan kerangka telaah KLHS yang • Tingkat keberlanjutan pengelolaan sumber daya
diilustrasikan dalam Lampiran ini digunakan dalam alam
tahap analisis atau kajian. Hal-hal yang penting untuk • Kapasitas daya dukung lingkungan
diperhatikan dalam penerapannya adalah: • Tingkat kerentanan dan kemampuan adaptasi
• Sifatnya tidak baku, dapat berkembang masyarakat terhadap perubahan iklim
atau berubah sesuai dengan perkembangan • Tingkat keberlanjutan dan potensi keanekaragaman
pengetahuan hayati
• Tidak membatasi jenis data atau informasi
yang digunakan, baik kuantitatif,
kualitatif, fakta, atau pendapat; selama 1.3. Telaah Efek/Dampak Kegiatan
diketahui cara mensistematisasikan dan
menginterpretasikannya
Manusia terhadap Fungsi
• Merupakan perangkat analisis, walaupun juga Ekosistem
dapat dijadikan acuan untuk penilaian cepat
Kerangka berpikir dari telaah model ini adalah adanya
melalui daftar uji
efek yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia terhadap
fungsi ekosistem. Perubahan fungsi ekosistem tersebut
akan mempengaruhi kualitas layanannya dan secara
1.2. Beberapa Kerangka Telaah untuk langsung akan mempengaruhi kualitas kehidupan
Isu-isu Lingkungan Hidup manusia. Efek yang timbul bisa berbentuk dampak
atau resiko, dan memiliki sifat negatif atau positif
Isu-isu lingkungan hidup amat beragam bentuknya, ditinjau dari keberlangsungan fungsi ekosistem dimana
sehingga panduan ini hanya akan memuat beberapa lokasi kegiatan dan efeknya berada.
kerangka telaah yang diperkirakan paling sering
dibutuhkan dalam proses penataan ruang, yaitu :

aktivitas aktivitas

perubahan Biofisik perubahan pola


(air, tanah, udara, sosial - ekonomi
flora-fauna) penyebab tidak
langsung

penyebab langsung (pola demografi,


perubahan budaya
layanan ekosistem dan gaya hidup,
kebijakan makro dan
mikro, perkembangan
kesejahteraan teknologi)
ekosistem manusia
(fungsi, komposisi (kebutuhan dasar,
dan struktur, kesehatan, keamanan,
proses-proses) kebebasan, hubungan
sosial)

Gambar 1 - App. Contoh Kerangka Telaah Dampak Kegiatan Manusia terhadap Ekosistem

15
Kerangka diatas mengimplikasikan beberapa kebutuhan 1.4. Telaah Tingkat Keberlanjutan
metoda analisis spesifik, seperti :
Pengelolaan Sumberdaya Alam
• Identifikasi ekosistem dan analisisnya
• Analisis perubahan biofisik Secara umum, pengukuran keberlanjutan
• Analisis perubahan sosial-ekonomi, dll. pembangunan menggunakan 3 (tiga) variabel utama,
yaitu: keberlanjutan “modal” buatan manusia
Beberapa hal penting yang perlu diketahui mengenai (misalnya infrastruktur dan kegiatan produksi),
ekosistem adalah sebagai berikut : keberlanjutan “modal” alamiah (misalnya sumberdaya

ECOSYSTEM SERVICES CONSTITUENTS OF WELL-BEING


Provisioning Security
• FOOD • PESONAL SAFETY
• FRESH WATER • SECURE RESOURCE ACCESS
• WOOD AND FIBER • SECURITY FROM DISASTERS
• FUEL
Basic Material for good life
• ...
• ADEQUATE LIVELIHOODS
• SUFFICIENT NUTRITIOUS FOOD Freedom
Supporting Regulating • SHELTER of choice
• NUTRIENT CYCLING • CLIMATE REGULATION and action
• ACCESS TO GOODS OPPORTUNITY TO BE
• SOIL FORMATION • FLOOD REGULATION ABLE TO ACHIEVE
• PRIMARY PRODUCTION • DISEASE REGULATION Health WHAT AN INDIVIDUAL
VALUES DOING
• ... • WATER PURIFICATION • STRENGTH AND BEING
• FEELING WELL
Cultural • ACCESS TO CLEAN AIR AND
WATER
• AESTHETIC
• SPIRITUAL Good social relations
• EDUCATIONAL • SOCIAL COHESION
• RECREATIONAL • MUTUAL RESPECT
• ... • ABILITY TO HELP OTHERS

Source: Millenium Ecosystem Assessment


LIFE ON EARTH - BIODIVERSITY

ARROW’S COLOR ARROW’S WIDTH


Potential for mediation by Intensity of linkages between ecosystem
socioeconomic factors services and human well-being
Low Weak
Medium Medium
High Strong

Gambar 2 - App. Fungsi Ekosistem

Keputusan yang penting dalam penataan ruang adalah alam dan proses-proses ekologis), serta keberlanjutan
memilih mana fungsi ekosistem suatu wilayah yang “modal” sosial (misalnya kapasitas dan kemampuan
akan dioptimalkan dan mana yang akan dikorbankan manusia, jejaring yang terbentuk, dan kelembagaan).
apabila suatu jenis peruntukan ruang diterapkan. Keberlanjutan alamiah, yang dalam hal ini adalah
Pendekatan telaah ini akan membantu pengambil pengelolaan sumberdaya alam memiliki keterkaitan
keputusan untuk dapat memahami “harga” yang langsung dengan kebijakan penataan ruang dan
harus dibayar apabila ada fungsi ekosistem yang berpengaruh langsung pada kualitas lingkungan
rusak atau hilang akibat keputusannya, sekaligus hidup.
juga membuat pengambil keputusan dapat secara
Prinsip-prinsip yang mendasari kerangka keberlanjutan
bijak mengembangkan potensi fungsi ekosistem yang
ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
paling bermanfaat bagi masyarakat.

16
Penerapan Prinsip Keberlanjutan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

PRINSIP KEBERLANJUTAN PENERAPANNYA DALAM KLHS

Pemanfaatan SDA Terbarukan Tingkat pemanfaatan harus Mengidentifikasi efek dari pola
sebanding dengan tingkat pemulihan pemanfaatan sumberdaya alam, baik
atau kapasitas sistem alam efek langsung maupun efek ikutan/
meregenerasikannya berganda (multiplier effect)
Pemanfaatan SDA Non-terbarukan Tingkat pengurangan harus sebanding Mengidentifikasi efek dari pola
dengan tingkat ketersediaan pemanfaatan sumberdaya alam,
sumberdaya pengganti termasuk pemanfaatan
energy
Pembuangan limbah & polutan Tingkat pembuangan harus sesuai Mengidentifikasi efek dari tingkat dan
dengan kemampuan daya tampung aliran limbah terhadap air, tanah, dan
media yang mengasimilasikannya udara
Perubahan guna lahan Tidak terjadi net-loss terhadap habitat Mengidentifikasi efek dari
alami dan keanekaragaman hayati penggunaan lahan terhadap layanan
terjaga fungsi ekosistem dan kondisi habitat
alami
Penjelasan biaya-biaya opportunity Menghindari perubahan permanen Mengidentifikasi manfaat dari
dan memiliki opsi masa depan yang pemanfaatan jasa-jasa layanan alami
baik dan memelihara kondisi alam
Sumber : Sadler, 2000

1.5. Telaah Kapasitas Daya Dukung layanan ekosistem (tingkat keberlangsungan fungsi
ekosistem akibat intervensi kegiatan manusia), atau
Lingkungan terhadap Kegiatan kerangka untuk mengukur efisiensi pemanfaatan
Pembangunan sumberdaya alam.
Secara sederhana, daya dukung lingkungan adalah
kemampuan lingkungan mendukung kehidupan
di dalamnya. Konsep dasar pendekatan ini adalah 1.6. Telaah Tingkat Kerentanan
menyesuaikan kemampuan alam menyediakan berbagai Masyarakat dan Kapasitas
bentuk kebutuhan makhluk untuk dapat hidup. Dalam
penataan ruang, daya dukung lingkungan terhadap Adaptasi terhadap Perubahan
kegiatan pembangunan diartikan sebagai penyediaan Iklim
sumber daya alam untuk digunakan manusia agar
Desakan untuk segera beradaptasi dalam menghadapi
dapat hidup dan beraktivitas.
perubahan iklim telah mendorong kebutuhan akan
Beberapa contoh teknik yang digunakan dalam informasi dan teknik telaah yang mampu menjelaskan
model telaah ini adalah Tapak Ekologis (ecological kapasitas adaptasi saat ini maupun masa mendatang,
footprints) yang menekankan penghitungan tingkat tingkat kerentanan sosial dan sumber-sumber penekan
konsumsi individu terhadap sumber daya alam, yang akan muncul, serta mengidentifikasi skenario-

tingkat konsumsi ketersediaan sumberdaya


individu/kolektif (terutama alam)

Tingkat keberlanjutan/ optimalisasi tingkat penggunaan sumberdaya

Gambar 3 - App. Kerangka sederhana pendekatan daya dukung lingkungan

dan Keseimbangan Bionomic (bionomic equilibrium) skenario pencapaian pembangunan berkelanjutan


yang membuat model ukuran populasi optimal suatu masa depan. Kerangka telaah yang berbasis pada
ekosistem atas dasar ketersediaan sumber daya alam perubahan iklim ini adalah perkembangan dari
dengan akses penuh (open-access resources). berbagai teknik telaah lingkungan yang kemudian
dikombinasikan dengan pendekatan-pendekatan yang
Kerangka telaah ini mengilhami kerangka telaah yang
sesuai.
lebih spesifik, seperti kerangka pengukuran kinerja

17
Kerangka ini memiliki tujuan analisis untuk : a) 1.7. Telaah Keberlanjutan dan Potensi
mengkaji tingkat kerentanan dan pengalaman adaptasi
yang terjadi saat ini; b) mengenali kemampuan Keanekaragaman Hayati
masyarakat untuk menghadapi kondisi-kondisi Kerangka telaah ini diangkat dari persepsi bahwa
ekstrim; c) mengidentifikasi kebutuhan peningkatan lingkungan beserta komponen keanekaragaman
kapasitas untuk beradaptasi; d) mengidentifikasi hayatinya menyediakan barang dan layanan yang tidak
ukuran dan indikator kemampuan adaptasi; e) bisa diatur secara sektoral dan dibatasi dalam kesatuan
mengkaji ketersediaan dan kebutuhan sumberdaya geografis tertentu saja. Secara sederhana, pendekatan
untuk mengimplementasikan ukuran-ukuran dari kerangka ini adalah berbasis ekosistem dengan
kemampuan adaptasi tersebut; f) integrasi telaah penekanan bahwa perlu ada ruang perlindungan untuk
kemampuan adaptasi dengan tingkat kerentanan; menjaga keberadaan keanekaragaman hayati sebagai
serta g) penyusunan program dan rencana aksi untuk cadangan hidup di masa depan.
melaksanakannya.
Keunikan dari kerangka telaah model ini adalah
Kerangka telaah yang lazim disebut Climate Change panjangnya horizon waktu dari pengaruh dampak
Impact, Adaptation, and Vulnerability Assessment terhadap keanekaragaman hayati. Lingkup analisisnya
(CCIAV) ini memiliki beberapa jenis pendekatan tidak bisa dibatasi menurut rentang masa berlakunya
sebagaimana tercantum dalam tabel berikut. RTRW, namun juga harus melihat konteks generasi-

Tabel 1. App. Karakteristik dari Beberapa Pendekatan CCIAV (Climate Change Impact, Adaptation, and
Vulnerability Assessment)
JENIS PENDEKATAN
DAMPAK KERENTANAN ADAPTASI PADUAN
(Impact) (Vulnerability) (Adaptation) (Integrated)
TUJUAN ILMIAH Dampak dan resiko Proses-proses yang Proses-proses yang Hubungan interaksi
lingkungan pada mempengaruhi mempengaruhi pola antara berbagai
kondisi perubahan kerentanan dan kapasitas adaptasi penyebab dengan
iklim di masa depan. menghadapi dampak
perubahan iklim
SASARAN Tindakan untuk Tindakan untuk Tindakan untuk Ketersedian pilihan-
OPERASIONAL mengurangi resiko- mengurangi meningkatkan mutu pilihan kebijakan
resiko. kerentanan adaptasi global dan perkiraan
biayanya
METODE PENELITIAN CCIAV Standar Indikator dan profil kerentanan Resiko Iklim Model kajian terpadu
Metoda Drivers Lampau dan masa depan Livelihood Analysis interaksi antar sektor
- Presure - State - Agent-based Methods. Metode Narasi. Persepsi pertimbangan faktor
impact - Response resiko (termasuk pengenalan ambang batas iklim sebagai drivers.
Metode Hazard Rizk kritis. Critical threshold). Kinerja kebijakan Diskusi pihak
Assessment pembangunan berkelanjutan. Hubungan antara berkepentingan.
kapasitas adaptasi dengan pembangunan Kombinasi antar
berkelanjutan. model. Kombinasi
antar metode/teknik.
LINGKUP Top-Down Bottom - Up Keterkaitan antar
KEWILAYAHAN/ Global - Lokal Lokal Regional skala/jenjang
RUANG cenderung global/
regional seringkali
berbasis grid.
TIPE-TIPE SKENARIO Skenario eksploratif Kondisi sosial ekonomi Baseline untuk Skenario eksploratif
berbasis iklim Metode inversi adaptasi Analogi exogeneous atau
Skenario Normatif adaptasi berdasarkan endogeneous
pengalaman lampau, Normative Pathways
tempat lain atau
kegiatan lain.
MOTIVASI Penelitian Penelitian/ Penelitian/ Penelitian/
kepentingan pihak kepentingan pihak kepentingan pihak
terkait terkait terkait

Diterjemahkan dari : Ch. 2, New assessment methods and the characterisation of future conditions, Climate Change Fourth Assessment
Report, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), 2007

18
generasi mendatang sebagai pengguna dan penarik (misalnya kegiatan-kegiatan manusia) dan faktor
manfaat langsung dari keanekaragaman hayati perubahan tidak langsung (misalnya kebijakan
tersebut. pemerintah) dengan dampak pada layanan ekosistem
yang terdiri dari berbagai struktur keanekaragaman
Secara umum, kerangka telaah ini menganalisis
hayati dan proses-prosesnya.
hubungan antara faktor-faktor perubahan langsung

Layanan ekosistem
1 Wilayah tertentu Ekosistem tertentu yang terpengaruh

Komposisi, struktur, atau Dampak kepada Pihak yang kena


1&2 proses-proses utama yang layanan ekosistem pengaruh
terpengaruh

Aktivitas yang Penyebab perubahan Ekosistem yang


2 mempengaruhi langsung diketahui terpengaruh
kondisi biofisik

Skenario Pembangunan

Aktivitas yang tidak Penyebab perubahan


3 mempengaruhi
kondisi biofisik
tidak langsung
diketahui

Keterangan:
1 = Kondisi dimana wilayah rencana memberikan layanan ekosistem penting
2 = Kondisi dimana kebijakan yang direncanakan akan memberikan efek langsung
3 = Kondisi dimana kebijakan yang direncanakan akan memberikan efek tidak langsung

Gambar 4 - App. Kerangka Telaah Keberlanjutan dan Potensi Keanekaragaman Hayati

19
2. Teknik dan Metodologi Analisis dalam
KLHS
Sebagai sebuah perangkat bantu untuk pengambilan best practice dalam perencanaan tata ruang banyak
keputusan yang efektif digunakan pada tahap mana menggunakan kerangka metodologi sebagai berikut:
saja dalam proses pembuatan kebijakan, rencana,
dan program, KLHS memberikan banyak pilihan Teknik dan metoda-metoda diatas dijelaskan dalam
penggunaan teknik dan metodologi analisis. Namun berbagai literatur yang berkaitan dengan metoda-
demikian, pengalaman-pengalaman yang bersifat metoda penelitian, pembangunan berkelanjutan, dan
kajian lingkungan.

KLHS

Model pendekatan Model pendekatan


kerangka AMDAL (EIA penilaian keberlanjutan
Mainframe) (sustainability appraisal)

Analisis berbasis Skenario


Pembandingan terhadap
(Scenario Analysis)
indikator-indikator keberlanjutan

• Trend dan ekstrapolasinya


• Model-model simulasinya
• Pohon kemungkinan
• Model manajemen prediksi
• Teknik-teknik dalam tabel 2.
Model transisi menuju
Pembangunan Berkelanjutan

• Pathways model
• Model dinamis
• Manajemen pengetahuan
Analisis berbasis Kriteria-kriteria
• Dll.
(Multi-criteria Analysis)

• Analytic hierarchy process


• Teori pembobotan
• Dll

Sumber: IVM-Vrije Universiteit Amsterdam, 2006


(dengan modifikasi)

Analisis berbasis Biaya-Manfaat


(Cost-Benefit Analysis)

• Teknik-teknik valuasi ekonomi


• Teknik-teknik perbandingan
biaya manfaat
• Teknik-teknik efektifitas biaya
• Dll.

Gambar 5 – App. Model dan Teknik KLHS

20
Tabel 2. App. Contoh Teknik-teknik yang Digunakan dalam Analisis
Karakteritik Kerja Kelompok Instrumen Deskripsi Contoh Teknik
Pengenalan situasi Teknik data sekunder Teknik yang menggunakan data- Model struktur ekonomi dan
data yang tersedia dan relatif bisa demografi
dikuantifikasi Studi literatur
Teknik data primer Teknik yang menggunakan data- Survei lapangan
data langsung dari lapangan Wawancara
Observasi
Teknik Gaps & Blinders Teknik yang mempertimbangkan Sensitivity analysis
kekhususan individu/situasi/kasus Keterlibatan penuh
masyarakat
Pertimbangan pakar
Prediksi dan Penilaian dan pendapat Memproses informasi melalui Metoda Delphi
proyeksi ke depan (judgement) pertimbangan pakar/ahli atau Analogi
pihak berkepentingan Dinamika kelompok
Ekstrapolasi Menggunakan nilai-nilai lampau Proyeksi eksponensial
untuk proyeksi ke masa depan
Metoda ekonometrik Ramalan ke depan berdasarkan Model-model ekonomi
hubungan-hubungan kausal
Ramalan terpadu Ramalan yang Pembobotan
(integrated forecasts) mempertimbangkan aturan- Expert system
aturan dan nilai-nilai yang
diketahui
Ramalan kombinasi Kombinasi berbagai metoda
(combined forecasts) ramalan untuk melengkapi
perspektif proyeksi ke depan
Kajian dan Telaah kemungkinan Proses sistematis dan logis untuk Teori kemungkinan
pemilihan alternatif (probabilistic assessments) mengeksplorasi, memahami, Simulasi
dan mempertimbangkan efek/ Kajian dampak lingkungan
dampak/resiko Informasi geografis
Pengambilan Analisis biaya-manfaat Proses pengambilan keputusan Rangkaian proses
keputusan (cost-benefit analysis) yang didasarkan dari perhitungan valuasi ekonomi hingga
biaya-biaya & manfaat-manfaat penghitungan
Analisis keputusan Proses pengambilan keputusan Model-model penilaian
yang valid multi criteria
Kajian paska Evaluasi pencapaian tujuan Penilaian kemampuan pencapaian
keputusan/evaluasi tujuan yang telah ditetapkan
Evaluasi pemenuhan Penilaian pemenuhan indikator Penilaian pencapaian
indikator yang telah ditetapkan indikator berkelanjutan
Sumber: Dale, Virginia H. Tools to Aid Environmental Decision Making. 1998 (dengan modifikasi)

21
Lampiran

2 Penilaian Mutu KLHS

Contoh Penilaian Mutu Dokumen KLHS

1. Tata Cara Penggunaan Penjelasan: Tipe KLHS pada proses eksplisit adalah
bersifat “tiering”, atau secara langsung mengkaji
Penilaian mutu dokumentasi KLHS disini lebih relevan konsep KRP tertentu. Atas dasar hal tersebut,
untuk diterapkan dalam kondisi-kondisi berikut: maka harus ada penjelasan mengenai KRP apa
• KLHS didokumentasikan secara tersendiri yang akan dikaji (misalnya RTRW Propinsi A).
• Ada kebutuhan verifikasi dokumen KLHS sebagai Apabila tidak ada KRP yang tertentu, adakah latar
masukan yang diperoleh dari “persandingan” belakang yang meyakinkan dan jelas mengapa
(tiering) terhadap konsep KRP tertentu atau hasil KLHS digagas?
dari suatu inisiatif Penjelasan: Latar belakang yang meyakinkan
• Dokumen diharapkan memenuhi standar minimum adalah uraian singkat yang memuat alasan,
tertentu, baik dari cakupan muatannya maupun keyakinan awal, suasana “kebatinan”, dan bukti-
tahapan pelaksanaannya bukti awal yang menjelaskan mengapa KLHS perlu
• Luwes, yaitu bisa digunakan pada tahapan mana disusun. Latar belakang yang tidak meyakinkan
saja proses penyusunan dokumen KLHS adalah uraian permasalahan yang bersifat umum
• Daftar pertanyaan tidak baku, bisa dikembangkan dan tidak menunjuk kepada suatu alasan khusus.
dan dikurangkan sesuai kebutuhan
• Interpretasi hasil uji tidak dibakukan dalam 4. Apakah ada penjelasan mengenai proses bekerja
standar nilai tertentu, namun lebih berfungsi untuk KLHS dikaitkan dengan proses penyusunan KRP?
memberikan masukan, pengetahuan, maupun Penjelasan: Untuk memastikan KLHS bermanfaat
pertimbangan bagi KRP, maka perlu ada logika keterkaitan yang
• Dapat melengkapi daftar uji muatan KLHS yang jelas antara proses kerja KLHS dan penyusunan
terdapat pada lampiran 3. KRP. Logika keterkaitan tersebut dapat mencakup
tahap-tahap bekerja (misalnya hasil pelingkupan
CONTOH DAFTAR UJI KLHS dikaitkan dengan proses penyusunan Laporan
1. Apakah dokumen memiliki struktur penulisan Pendahuluan RTRW), maupun jenis masukan yang
yang jelas? diharapkan (misalnya kegiatan konsultasi KLHS
Penjelasan: Struktur penulisan yang jelas adalah dapat menyempurnakan informasi mengenai
terlihat kerangkanya yang dapat dijabarkan dalam permasalahan tata ruang di lapangan). Penjelasan
bagian-bagian tersendiri (misalnya bab atau sub ini juga sebaiknya memuat kesepakatan mengenai
bab), memiliki logika yang berurutan (misalnya masukan apa yang diharapkan dan dapat diberikan
dimulai dari dasar pemikiran, identifikasi masalah, KLHS bagi KRP (misalnya KLHS diharapkan mengkaji
analisis, dan diakhiri dengan kesimpulan, dan muatan pemanfaatan ruang RTRW, atau hanya
tidak terjadi penjelasan yang berputar-putar), dan untuk membantu proses pengumpulan informasi)
menggunakan bahasa yang jelas (tidak campur agar tidak terjadi interpretasi dan harapan yang
aduk dengan bahasa asing, dan menggunakan berbeda-beda.
struktur bahasa yang benar dan tepat guna). 5. Apakah tertera isu/topik pokok yang diperkirakan
2. Apakah ada daftar isi di bagian depan? menjadi akar permasalahan dan harus menjadi
Penjelasan: Daftar isi memudahkan siapapun perhatian utama kajian?
untuk dapat melihat logika penulisan dan mencari Penjelasan: Isu atau topik pokok harus dijelaskan
referensi bagian atau sumber informasi yang tepat. dalam bagian tersendiri, diuraikan darimana
Daftar isi juga sebaiknya memuat bagian yang datangnya, bagaimana logika argumentasi
ditulis terpisah, misalnya dokumen tambahan atau mengapa isu tersebut yang harus diangkat,
lampiran. bagaimana proporsi dan keterkaitannya antara
satu isu atau topik dengan lainnya, dan bagaimana
3. Apakah ada penjelasan yang cukup mengenai KRP isu/topik tersebut akan dianalisis.
apa yang akan dikaji?

23
6. Apakah ada penjelasan yang jelas dan tidak rumit tatanan yang mapan haruslah yang memiliki
mengenai isu-isu/topik-topik yang kompleks? manfaat lebih besar daripada kerugian dan biaya
Penjelasan: Walau umumnya isu atau topik yang ditanggung.
permasalahan pokok dalam tata ruang bersifat
11. Apakah ada strategi pelaksanaan yang menyertai
kompleks, tidak berarti penjelasannya harus
alternatif-alternatif tersebut, termasuk pertimbangan
bertele-tele dan terjebak pada uraian-uraian
akan adanya hambatan dan kendala?
teoritis, penuh asumsi dan perumpamaan. Semakin
Penjelasan: Strategi pelaksanaan sebaiknya
gamblang dan ringkas penjelasannya, makin
mencakup tahap-tahap kegiatan dan tahap-tahap
mudah isu-isu tersebut dipahami secara seragam
pencapaian sasaran antara yang jelas, kegiatan-
oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
kegiatan persiapan untuk mengantisipasi hambatan
7. Apakah ada penjelasan yang meyakinkan dan kendala, serta kegiatan-kegiatan pemantauan
mengenai kerangka berpikir, logika analisis, dan untuk memastikan pencapaian tujuan tetap terjaga
metodologi yang digunakan untuk menelaah dengan secara jelas menunjuk kelompok sasaran
topik-topik tersebut? Apakah kerangka, logika, dan penanggungjawab pelaksana.
dan metodologi tersebut digunakan secara efektif
12. Apakah pola penulisan laporan jelas dan netral?
dan benar?
Penjelasan: Pola penulisan yang jelas dan netral
Penjelasan: Banyaknya pilihan cara dan metoda
berarti mampu menyampaikan gagasan secara
untuk melakukan kajian menyebabkan kerangka
gamblang dan tidak menimbulkan pemahaman
berpikir dan metodologi yang akan digunakan
yang berbeda-beda, menghindari pemasukan
harus meyakinkan semua pihak. Artinya kerangka
informasi atau materi yang tidak relevan, tidak
berpikir tersebut dimulai dari usaha pemahaman
subyektif atau terlalu diwarnai pendapat penulis,
akar permasalahan yang logis, mempertimbangkan
mampu menghadirkan alasan dan fakta yang jelas
berbagai faktor secara sistematis, dan berusaha
bila harus membuat pendapat, netral atau tidak
mendapat ruang lingkup kesimpulan yang
memiliki keberpihakan, tidak emosional atau
bulat. Semua logika teknis dan metodologi yang
menggunakan kalimat-kalimat yang mendorong
digunakan dalam berpikir harus masuk akal (secara
pembentukan opini yang tidak diperlukan, dan
ilmiah memang bisa digunakan untuk menelaah
tidak menghakimi atau membuat asumsi dan
isu-isu tersebut), punya alasan yang baik, dan
kesimpulan sebelum semua fakta diperoleh dan
penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan.
ditelaah dengan baik.
8. Apakah setiap topik/isu dianalisis secara
13. Apakah secara efektif menggunakan peta, gambar,
proporsional sesuai dengan tingkat pentingnya
tabel, dan grafik yang jelas dan terinterpretasi
topik/isu tersebut?
baik untuk mempermudah pemahaman?
Penjelasan: Logikanya, isu yang penting, utama,
Penjelasan: Hal-hal tertentu akan lebih mudah
dan menjadi akar masalah harus menempati
dipahami secara konsisten bila disajikan dalam
proporsi terbesar kajian, bukan sebaliknya.
peta, gambar, tabel, atau grafik. Pemakaian
9. Apakah ada bukti bahwa konsultasi dan partisipasi yang efektif adalah bila penggunaan alat bantu
masyarakat dilakukan? ini dapat mempersingkat deskripsi yang harus
Penjelasan: Sesuai dengan tingkat kepentingannya, ditulis; mensistematiskan fakta, alur, alasan, dan
KLHS yang digagas dari persoalan yang dihadapi argumentasi sehingga langsung dapat dimengerti;
masyarakat seharusnya melampirkan data- dan penyampaiannya konsisten dan mudah
data bahwa terjadi penghimpunan aspirasi dan dipahami.
informasi dari masyarakat, baik berupa data
14. Apakah istilah-istilah yang dipahami konsisten,
lapangan, rujukan kepada sumber informasi
jelas, dan bila tidak umum disertai dengan
tertentu, atau arsip proses konsultasi, yang bisa
penjelasan?
diverifikasi.
Penjelasan: Sebaiknya ada daftar istilah (glossary)
10. Apakah ada argumentasi yang jelas dan dengan definisi yang jelas dan sesuai, serta
meyakinkan bagi setiap alternatif yang diusulkan? menggunakan istilah secara konsisten. Suatu
Apakah alternatif yang diusulkan masuk akal? makna yang sama sebaiknya jangan disebut dalam
Penjelasan: Harus ada keterkaitan yang jelas istilah yang berbeda-beda, dan suatu istilah jangan
mengenai hasil temuan dan usulan solusinya, memiliki makna yang berbeda-beda.
dan didasarkan pada proporsi yang tepat
15. Apakah dokumen ringkas dan tidak bertele-tele
(misalnya alternatif harus bisa menjawab akar
serta tidak terjebak pada diskusi ilmiah yang tidak
permasalahan, bukan hanya sebagian masalah
perlu?
saja). Alternatif yang masuk akal adalah alternatif
Penjelasan: Melengkapi pertanyaan nomor 1
yang bisa dijalankan berdasarkan sistem dan
dan 12, sebaiknya dokumen tidak terlalu tebal
sumberdaya yang ada, tidak merubah tatanan
dan tidak menjadi kumpulan teori ilmiah. Rincian
kemasyarakatan maupun kelembagaan yang ada,
pembuktian ilmiah yang dilakukan dalam proses
dan tidak menimbulkan masalah baru. Alternatif
telaah dapat disampaikan dalam lampiran atau
yang bersifat terobosan dan akan mengubah
buku pendamping bila perlu.

24
Lampiran

3 Daftar Uji KLHS terhadap RTRW/KRP Tata


Ruang

Contoh Daftar Uji KLHS terhadap RTRW/


KRP Tata Ruang

• Ditujukan kepada rancangan KRP yang dikaji


Tata Cara Penggunaan (sebagai bagian dari proses KLHS yang bersifat
Daftar uji ini distrukturkan dari kerangka bekerja KLHS, implisit atau lebur ke dalam proses penyusunan
namun diterapkan dalam kondisi-kondisi sebagai KRP), atau
berikut:
• Digunakan sebagai panduan dalam menyusun
• Dapat digunakan semuanya, atau hanya memilih dokumen KLHS bila dianggap perlu.
salah satu, sesuai kepentingan dan kesepakatan
Penting untuk dipahami bahwa daftar uji ini tidak
bersama
bersifat baku, atau bisa dikembangkan, dimodifikasi,
• Saling melengkapi dengan daftar uji Lampiran 2. atau bahkan dikurangi, sesuai dengan keperluan dan
kepentingannya.

MODEL 1: DAFTAR UJI PEMENUHAN PRINSIP-PRINSIP KEBERLANJUTAN


Dalam perencanaan tata ruang harus mempertimbangkan keterkaitan/ketergantungan
PRINSIP I
(interdependency).
Sejauhmana tingkat partisipasi pemangku kepentingan (stakeholders) dalam proses pengambilan
KRITERIA keputusan perencanaan tata ruang; Kejelasan mekanisme, prosedur, dan kewenangan dalam hubungan
kerja antar sektor, antar lembaga (formal dan non-formal), dan antar wilayah.

DAFTAR PERTANYAAN INDIKATOR


- Apakah data dasar dan potensi SDA daerah telah Data dasar dan potensi SDA terdiskripsi dengan jelas dan
diidentifikasi secara menyeluruh? dimanfaatkan dalam analisis perencanaan tata ruang.
- Apakah seluruh aspek yang akan dianalisis telah Analisis integratif, misalnya menggunakan analisis SWOT
dideskripsikan dan dianalisis secara terintegrasi?
- Apakah kepentingan antar sektor, antar wilayah dan - Analisis sistem
antar lembaga sudah dianalisis secara menyeluruh - Analisis multi-kriteria
dan terintegrasi? [dalam analisis kebijakan dan strategi
pengembangan dan analisis regional berdasarkan Kep.
Men. Kimpraswil No. 327/2002]
- Apakah telah diidentifikasi batas-batas ekosistem (DAS, - Pemetaan batas ekosistem [DAS, pulau kecil/ ekosistem
pulau kecil, lainnya) dalam penataan ruang? tertentu/khas] selain batas administrasi
- Apakah partisipasi masyarakat dalam pengelolaan SDA - Pola pengelolaan SDA bersama masyarakat
yang dikuasai pemerintah telah dianalisis? - Pola pengelolaan SDA lain yang bersifat melibatkan
masyarakat secara aktif
- Apakah penyusunan RTRW Provinsi telah mempertim- - Uraian dalam RTRWP yang menunjukkan diacunya RTRWN
bangkan dan menyesuaikan terhadap RTRW Nasional? - Tidak ada substansi yg bertentangan antara RTRWP &
RTRWN
- Apakah mekanisme pemantauan dan evaluasi telah - Dokumen pemantauan dan evaluasi [monev]
menentukan dengan jelas tanggung jawab dan implementasi RTRWP termasuk menunjukkan siapa,
wewenang masing-masing pemangku kepentingan lintas melakukan apa, kapan, dan dimana?
sektor dan lintas wilayah? - Mekanisme pelaksanaan monev termasuk tindak lanjut
hasil monev

25
PRINSIP II Pertimbangan kaidah-kaidah keberlanjutan (sustainability).
Sejauhmana faktor-faktor penunjang keberlanjutan, antara lain, daya dukung dan daya tampung LH
serta faktor kemampuan sumberdaya alam pulih kembali menjadi pertimbangan perencanaan tata
KRITERIA
ruang. Penekanan pentingnya prinsip kehati-hatian dalam alokasi dan pemanfaatan ruang melalui
pertimbangan implikasi dampaknya terhadap ekosistem

DAFTAR PERTANYAAN INDIKATOR


- Apakah telah dilakukan analisis struktur dan fungsi Hasil analisis struktur dan fungsi tata ruang wilayah
lanskap (tata ruang) skala lokal dan regional? provinsi
- Apakah telah dilakukan identifikasi penyimpangan - Informasi bentuk dan lokasi penyimpangan pemanfaatan
[ketidaksesuaian] pemanfaatan ruang? Bagaimana ruang
tindaklanjut terhadap penyimpangan pemanfaatan - Peta yang menunjukkan terjadinya penyimpangan
ruang? - Tindaklanjut/respon terhadap penyimpangan
- Apakah daerah rawan bencana telah dipetakan dan - Pemetaan wilayah rawan bencana
dipertimbangkan dalam penataan ruang? - Perlakuan terhadap wilayah rawan bencana
- Apakah wetland, cagar budaya/agama, dan keunikan - Pemetaan wilayah-wilayah khusus yang perlu
lokal lainnya telah diidentifikasi & dipertimbangkan perlindungan
dalam penataan ruang?
- Apakah dalam pemanfaatan ruang, misalnya penetapan - Hasil analisis daya dukung [air, lahan, lainnya]
pola kawasan budidaya [industri, pertanian, - Hasil analisis daya tampung [limbah]
permukiman] telah dilakukan analisis daya dukung dan - Analisis kesesuaian dan kemampuan lahan
daya tampung lingkungan? - Analisis neraca air
- Apakah dalam penentuan sektor unggulan/andalan - Hasil valuasi ekonomi lingkungan terhadap penetapan
telah dilakukan valuasi ekonomi lingkungan? sektor unggulan
- PDRB hijau
- Apakah dalam pemanfaatan ruang telah memprakirakan - Informasi prakiraan dampak negatif penting
dampak positif dan negatif penting? Apa dampaknya? - Strategi mitigasi dampak negatif
Bagaimana mitigasi dampak negatif dilakukan? - Strategi peningkatan dampak positif, khususnya yang
bermanfaat bagi masyarakat
- Apakah telah dilakukan konsultasi publik dalam - Hasil konsultasi publik
perencanaan tata ruang? Dalam bentuk apa konsultasi - Bentuk/cara konsultasi publik
publik dilakukan? - Siapa yang terlibat dalam konsultasi publik

Keadilan untuk mengakses, memanfaatkan dan mengendalikan sumberdaya alam, fasilitas pendidikan,
PRINSIP III
dan fasilitas kesehatan.
Mencegah bertambahnya golongan penduduk miskin atau termarjinalisasinya sekelompok masyarakat
tertentu sebagai akibat dari penataan ruang yang menimbulkan:
(1) ketidak-adilan dalam mengakses, memanfaatkan dan mengendalikan sumberdaya alam; dan/atau
KRITERIA
(2) ketidak-berdayaan (powerlessness) pada sekelompok masyarakat untuk mengakses, memanfaatkan
dan mengendalikan sumberdaya alam, mutu lingkungan hidup, atau fasilitas pendidikan dan
kesehatan yang lebih baik

DAFTAR PERTANYAAN INDIKATOR


- Apakah terjadi kesenjangan pendapatan yang lebar Indeks Gini atau indikator lainnya yang menunjukkan
antara penduduk perkotaan dan perdesaan di suatu sebaran jumlah penduduk di suatu wilayah menurut
wilayah? Bila Ya, telusuri apakah penyebabnya terkait kelompok/kategori pendapatan (income)
dengan penataan ruang yang tidak adil?
- Apakah ada “hak” penguasaan sumberdaya alam - Struktur akses, pemanfaatan dan kontrol masyarakat
(misal, hak ulayat) yang telah ada dan menjadi bagian atas sumberdaya alam tertentu (hutan, sungai, danau,
kehidupan suatu kelompok masyarakat (masyarakat dsb), yang merefleksikan de-facto “hak” penguasaan
hukum adat)? sumberdaya alam yang hidup di tengah-tengah
- Bila ada, bagaimana struktur akses, pemanfaatan dan masyarakat.
kontrol masyarakat tersebut terhadap sumberdaya - Pemetaan partisipatif atas pola spasial akses dan
alam? kontrol masyarakat atas sumberdaya alam
- Apakah “hak” de-facto penguasaan sumberdaya alam - Struktur penguasaan sumberdaya alam oleh negara
tersebut tumpang-tindih dengan de-jure penguasaan (hutan produksi, hutan lindung, hutan konservasi, tanah
sumberdaya alam oleh negara (hutan lindung, hutan negara) di suatu wilayah
produksi, hutan konservasi)? - Pola persebaran spasial akses dan kontrol negara atas
- Apakah “hak” de-facto penguasaan sumberdaya alam sumberdaya alam
tersebut diakui atau memperoleh legitimasi dari
pemerintah?

26
DAFTAR PERTANYAAN INDIKATOR
- Apakah penetapan suatu ruang untuk peruntukkan Pemetaan persebaran spasial akses dan kontrol
tertentu (a.l, kawasan wisata pantai) berpotensi masyarakat atas sumberdaya alam terhadap rencana
menimbulkan marjinalisasi pada sekelompok pengembangan ekonomi wilayah
masyarakat karena akses menjadi tertutup?
- Apakah lokasi-lokasi tertentu yang dipandang Pemetaan partisipatif atas ruang hidup masyarakat yang
mempunyai nilai ekologi penting di mata masyarakat, dipandang penting untuk dilindungi dan dicegah dari
dan atau mempunyai nilai-nilai sakral di mata gangguan perubahan (lokasi mata air, hutan larangan,
masyarakat setempat, telah dipertimbangkan atau makam sakral, cagar budaya)
dilindungi dari perubahan peruntukkan ruang?

MODEL 2 : DAFTAR UJI PEMENUHAN INDIKATOR KEBERLANJUTAN


PRINSIP
Model Daftar Uji dikembangkan dari Isu/Akar Permasalahan yang Disepakati
PENGGUNAAN
FOCUS Keberlanjutan Daya Dukung Lingkungan Hidup bagi Masyarakat

DAFTAR PERTANYAAN KRITERIA PENGAMBILAN KEPUTUSAN


- Apakah posisi wilayah perencanaan dalam kesatuan - Ekosistem dan fungsi utama manakah yang harus
ekosistem tempatnya berada? menjadi acuan kerangka perencanaan bagi wilayah
- Ekosistem daerah aliran sungai tersebut?
- Ekosistem hutan (misalnya, menempatkan diri sebagai bagian dari
- Ekosistem lahan basah ekosistem DAS atau ekosistem perkotaan?)
- Ekosistem pegunungan
- Ekosistem pesisir dan pantai - Wilayah administratif lain manakah yang harus
- Ekosistem pulau kecil dikoordinasikan dan diharmonisasikan RTRW-nya?
- Ekosistem perkotaan
- Ekosistem pertanian/cultivated land
- Apakah sistem tata air setempat (air permukaan dan - Apakah wilayah akan memanfaatkan kebutuhan airnya
air tanah) memenuhi kebutuhan setempat? Bila tidak dari pasokan setempat sampai jangka waktu 20 tahun
sepenuhnya, siapa yang tergantung pada pemenuhan ke depan?
dari sumber setempat? - Apakah pola pemanfaatan ruang ditujukan untuk
- Apakah usaha untuk menjaga kualitas dan kuantitas menjaga kualitas dan kuantitas air, atau untuk
sumber air? meningkatkan kualitas dan kuantitas air?
- Apakah rencana untuk menjaga pasokan kebutuhan air - Apakah ada konsekuensi pembangunan yang akan
masyarakat di masa mendatang? mempengaruhi tata air setempat?
- Dimana kegiatan yang akan mengurangi keberadaan - Rekayasa apa yang dibutuhkan untuk memenuhi
sumber air setempat akan ditemui? Dalam lokasi kebutuhan air jangka panjang? Dari sisi pasokan? Dari sisi
perencanaan atau lokasi di luar wilayah perencanaan? permintaan?
- Bagaimana bentuk, lingkup, skala waktu, dan besaran - Apa instrumen yang tepat untuk menjaga tata air?
efek-efek yang akan terjadi?
- Dimana kegiatan yang akan menurunkan kualitas
sumber air setempat akan ditemui? Dalam lokasi
perencanaan atau di luar wilayah perencanaan?
- Bagaimana bentuk, lingkup, skala waktu, dan besaran
efek-efek yang akan terjadi?
- Apa dan dimanakah kegiatan yang akan menurunkan - Apakah ada konsekuensi pembangunan dan
kualitas udara? Di dalam wilayah perencanaan atau di pemanfaatan ruang yang akan memperburuk kualitas
luar wilayah perencanaan? udara?
- Pola transportasi - Apa instrumen yang tepat untuk memperbaiki kualitas
- Pola kegiatan ekonomi masyarakat udara?
- Pola industri dan kegiatan ekonomi produksi - Apakah wilayah rencana bisa maksimal memenuhi
- Pola pemakaian energi ketentuan offset gas-gas rumah kaca yang dihasilkan di
- Bagaimana bentuk, lingkup, skala waktu, dan besaran wilayahnya?
efek-efek yang akan terjadi?
- Apakah pola pemanfaatan ruang telah
mempertimbang- kan kapasitas optimal untuk
menyerap (offset) gas-gas rumah kaca yang dilepaskan
ke udara? Dimana lokasi tersebut berada?

27
DAFTAR PERTANYAAN KRITERIA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
- Bagaimana pola kecenderungan perubahan - Apakah kegiatan pertanian akan dipertahankan atau
penggunaan lahan untuk pertanian yang sedang tidak sampai dengan jangka waktu 20 tahun ke depan?
terjadi? - Apakah pola pemanfaatan ruang diperuntukkan untuk
- Apakah kegiatan di luar wilayah perencanaan menjaga luas dan produktivitas pertanian? Atau untuk
mempengaruhi perubahan penggunaan lahan untuk menambah luas atau meningkatkan produktivitas
pertanian di dalam wilayah perencanaan? pertanian?
- Apakah kegiatan pembangunan dan pola pemanfaatan - Bagaimana mengkompromikan kegiatan pertanian dengan
ruang akan mempercepat penurunan luas lahan pelepasan gas-gas rumah kaca?
pertanian rakyat? Di dalam atau di luar wilayah
perencanaan?
- Apakah kegiatan pembangunan dan pola pemanfaatan
ruang akan menurunkan luas lahan keseluruhan sektor
pertanian? Sektor apa yang akan berubah paling
signifikan? Di dalam atau di luar wilayah perencanaan?
- Apakah kegiatan pembangunan dan pola pemanfaatan
ruang akan memperbesar biaya input (air, pupuk,
pestisida, bibit, infrastruktur) yang dibutuhkan petani
untuk menjaga produktivitasnya? Kegiatan yang mana
yang paling signifikan?
- Apakah pola pemanfaatan ruang mempertimbangkan - Bagaimana cara memanfaatkan jasa-jasa lingkungan
offset pelepasan gas-gas rumah kaca dari kegiatan ekosistem secara optimal?
pertanian di wilayah perencanaannya? Dimana - Apakah pola pemanfaatan ruang diperuntukkan untuk
lokasinya? menjaga luas hábitat alami? Atau untuk menambah luas
- Bagaimana bentuk, lingkup, skala waktu, dan besaran atau meningkatkan kualitas hábitat alamiah?
efek-efek yang akan terjadi? - Apakah instrumen yang tepat untuk mencegah konversi
- Apakah kegiatan pembangunan dan pola pemanfaatan hábitat alami? Siapa sasaran instrumen tersebut, dan
ruang akan menurunkan luas hábitat alamiah? bagaimana pelaksanaannya?
- Hábitat flora
- Habitat fauna
- Ekosistem unik
- Ekosistem dengan jasa lingkungan tinggi
- Bagaimana bentuk, lingkup, skala waktu, dan besaran
efek-efek yang akan terjadi?
- Apakah kegiatan pembangunan dan pola pemanfaatan - Apakah pola pemanfaatan ruang diperuntukkan untuk
ruang akan mengubah karakteristik utama bentang menjaga karakteristik bentang alam?
alam? Bila ya, yang paling signifikan berada di dalam - Bagaimana cara mengelola konsekuensi bencana bila
atau di luar wilayah perencanaan? karakteristik utama bentang alam direkayasa?
- Apakah perubahan bentang alam akan meningkatkan - Bagaimana cara menjaga kualitas dan kesuburan tanah
resiko bencana? secara alami?
- Banjir
- Longsor
- Penurunan muka tanah/amblesan
- Erosi
- Abrasi
- Bagaimana bentuk, lingkup, skala waktu, dan
besaran efek-efek yang akan terjadi?

FOCUS Pengendalian Pencemaran, Kerusakan, dan Resiko Bencana

DAFTAR PERTANYAAN KRITERIA PENGAMBILAN KEPUTUSAN


- Apakah kegiatan pembangunan dan pola pemanfaatan - Bagaimana cara mengintervensi pola konsumsi energi
ruang akan meningkatkan produksi gas-gas rumah kaca? fosil?
- Gas-gas Karbon Pola pelepasan gas-gas rumah kaca?
- Gas-gas Metana - Bagaimana cara meningkatkan kapasitas penyerapan dan
- Gas-gas lainnya offset gas-gas rumah kaca di wilayah perencanaan? Di
- Bagaimana bentuk, lingkup, skala waktu, dan besaran luar wilayah perencanaan?
efek-efek yang akan terjadi?

28
DAFTAR PERTANYAAN KRITERIA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
- Apakah kegiatan pembangunan dan pola pemanfaatan - Bagaimana cara meminimalkan resiko bencana alam
ruang akan meningkatkan resiko bencana lingkungan? terhadap manusia dan fasilitas yang paling optimal?
- Kebakaran hutan dan lahan - Bagaimana cara mengurangi kemungkinan terjadinya
- Longsor dan banjir resiko bencana lingkungan terhadap manusia dan
- Amblesan, erosi, dan abrasi fasilitas?
- Kelumpuhan pasokan air - Bagaimana mengurangi efek bencana terhadap hábitat
- Pencemaran dan peracunan alami?
- Bagaimana bentuk, lingkup, skala waktu, dan besaran
efek-efek yang akan terjadi?
- Apakah kegiatan pembangunan dan pola pemanfaatan
akan meningkatkan efek bencana alam kepada
masyarakat?
- Apakah kegiatan pembangunan dan pola pemanfaatan
akan meningkatkan efek bencana alam kepada hábitat
alami?
- Apakah kegiatan pembangunan dan pola pemanfaatan - Bagaimana cara mengurangi produksi sampah dan limbah
ruang akan meningkatkan produksi limbah dan sampah yang efektif?
domestik perkapita? Kegiatan mana dan faktor apa
yang menjadi penyumbang signifikan?
- Apakah kegiatan pembangunan dan pola pemanfaatan
ruang akan meningkatkan produksi limbah B3 perkapita?
Kegiatan mana dan faktor apa yang menjadi
penyumbang signifikan?
- Apakah kegiatan pembangunan & pola pemanfaatan
ruang dapat mengakomodasikan usaha daur ulang &
mengelola sampah di tempat?
- Apakah kegiatan pembangunan dapat memanfaatkan
usaha-usaha daur ulang dan pemanfaatan hasil-hasil
sampah (seperti energi listrik)? Kegiatan mana dan
faktor apa yang paling signifikan?
- Apakah fasilitas-fasilitas yang tersedia dapat
menurunkan efek-efek negatif dari produksi sampah
dan limbah?

FOCUS Keberlanjutan Pengelolaan Sumberdaya Alam

DAFTAR PERTANYAAN KRITERIA PENGAMBILAN KEPUTUSAN


- Apakah keseluruhan cadangan sumberdaya alam - Sumberdaya alam manakah yang tepat untuk
telah diinventarisir dan diketahui dengan baik oleh dimanfaatkan sekarang?
pemerintah? - Sumberdaya alam manakah yang lebih baik disimpan
- Apakah pemerintah mendorong pengem-bangan untuk generasi mendatang?
sumberdaya substitusi bagi SDA tak terbarukan?
Bagaimana pola pembangunan dan pemanfaatan ruang
mampu memanfa-atkan sumber substitusi ini?
- Apakah kegiatan pembangunan dan pola pemanfaatan - Bagaimana cara mengurangi eksploitasi sumberdaya alam
ruang akan membuka kesempatan investasi eksploitasi secara ilegal? Secara berlebihan?
sumber-daya alam bagi pihak swasta secara signifikan? - Bagaimana cara mendistribusikan manfaat sumberdaya
- Apakah kegiatan pembangunan dan pola pemanfaatan alam secara adil kepada masyarakat?
ruang akan menyulitkan pengawasan eksploitasi
sumberdaya alam
- Apakah kegiatan pembangunan dan pola pemanfaatan
ruang akan menurunkan kesempatan masyarakat dalam
mengakses sumberdaya alam di sekitar tempat tinggal-
nya? Kegiatan yang mana & sumberdaya alam yang
mana yang paling signifikan?
- Apakah kegiatan pembangunan & pola pemanfaatan
ruang akan memindahkan masyarakat dalam jumlah
signifikan di suatu lokasi?
- Apakah kegiatan pembangunan dan pola pemanfaatan
ruang akan mengubah pola aktivitas ekonomi
setempat secara signifikan di suatu lokasi?

29
DAFTAR PERTANYAAN KRITERIA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
- Apakah kegiatan pembangunan akan mempersempit
ruang usaha masyarakat? Kegiatan yg mana & ruang
usaha yang mana?
- Apakah mekanisme ganti rugi dan insentif-disinsentif
telah mempertimbangkan nilai jasa lingkungan yang
dihasilkan?
- Apa sajakah persoalan-persoalan baru sebagai akibat - Bagaimana cara terbaik untuk mengantisipasi dan
turunan dari pola pemba-ngunan & pemanfaatan ruang mengelola dampak-dampak ikutan maupun akumulasi
yang dipre-diksi baru akan terasa beberapa waktu persoalan yang baru akan muncul di waktu yang akan
yang akan datang? datang?

MODEL 3 : DAFTAR UJI KELAIKAN OPSI DAN ALTERNATIF


PRINSIP
Membandingkan Opsi Terbaik dan Paling Praktis
PENGGUNAAN
CONTOH Pemilihan Opsi Pengembangan Megapolitan

DAFTAR PERTANYAAN OPSI A OPSI B TETAP SEMULA

- Manakah yang paling efisien menggunakan energi?


- Manakah yang paling efisien menggunakan air?
- Manakah yang paling efektif mempertahankan habitat
alami dan wilayah konservasi?
- Manakah yang paling efektif menurunkan kemungkinan
dampak terhadap kualitas udara?
- Manakah yang paling efektif mempertahankan kualitas air?
- Manakah yang paling efektif mempertahankan kuantitas
air?
- Manakah yang paling efisien sistem transportasinya?
- Manakah yang paling rendah bangkitan sampah dan
limbahnya?
- Manakah yang paling banyak mengembangkan ruang
terbuka hijau?
- Manakah yang paling rendah membangkitkan migrasi dan
pemindahan penduduk?
- Manakah yang paling efektif mendorong partisipasi
masyarakat memperbaiki lingkungannya?
- Manakah yang paling rendah memarjinalkan penduduk
golongan ekonomi lemah?
- Manakah yang paling baik menciptakan sarana-sarana
publik yang tidak diskriminatif?

Model-model daftar uji diatas masih terus mengalami semakin bertambahnya contoh-contoh penerapan
modifikasi dan pengembangan sejalan dengan KLHS di bidang penataan ruang.

30

Anda mungkin juga menyukai