1. Risiko Bisnis : Misalnya kehilangan kepercayaan konsumen, kecurangan laporan
keuangan, dan gagal dalam memperdagangkan produk. Hal ini disebabkan oleh semakin majunya sebuah bisnis secara otomatis akan bermunculan pesaing usaha yang sejenis. tunai dalam waktu yang cepat, sehingga disebut aset tidak likuid. 2. Risiko Finansial : Tidak memiliki tabungan cukup atau tidak melakukan investasi yang tepat untuk mencapai tujuan finansial, kehilangan aset investasi, pencurian atau kerusakan pada properti sebagai aset investasi. 3. Risiko Likuiditas: Risiko yang muncul akibat kesulitan menyediakan uang tunai dalam jangka waktu tertentu. Misalnya: jika suatu pihak tidak dapat membayar kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai. 4. Risiko Cidera Janji (default risk) : Debitur mau membayar, tetapi tidak mampu melakukan pembayaran oleh sebab tertentu seperti musibah bencana alam, dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia. 5. Risiko Negara (Country Risk) : Misalnya, kekurangan cadangan devisa suatu negara akan menyebabkan keterlambatan pembayaran pinjaman kepada bank kreditur di negara lain.
RISIKO SISTEMATIK (Systematic Risk)
Non Diversifiable Ris 6. Risiko Tingkat Suku Bunga (Interest Rate Risk) : Harga Saham Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat pada aktivitas pasar modal. Tingginya tingkat bunga akan menyebabkan harga saham turun. 7. Risiko Nilai Tukar Mata Uang (Exchange Risk) : Jika perusahaan menggunakan sumber dana mata uang asing akan timbul risiko baru yaitu risiko nilai tukar (foreign exchange risk) karena penggunaan hutang mata uang asing akan menimbulkan adanya exposure atas fluktuasi nilai tukar. 8. Risiko Pasar (Market Risk) : Misal, suatu perusahaan mempunyai portofolio sekuritas saham yang dibeli dengan harga Rp 1 miliar. Misalkan harga saham jatuh, sehingga nilai pasar saham tersebut turun menjadi Rp 800 juta. 9. Risiko Inflasi (Inflation Risk) : Jika seorang investor memegang 40% dari portofolio tunai Rp10.000.000 dan inflasi berjalan pada 5%, nilai tunai portofolio akan kehilangan Rp2.000.000 per tahun (Rp10 juta x 0,4 x 0,05) karena inflasi.