Anda di halaman 1dari 5

Flywheel: Jurnal Teknik M esin Untirta Vol. IV, No. 1, April 2018, hal.

34 - 38

FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA

Homepagejurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN


PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS
DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN
Ambo Intang1*, Darmansyah1
1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tamansiswa Jl. Tamansiswa No.261 Palembang, Indonesia

*Email Penulis: ambo.intang@gmail.com

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK


Naskah Diterima 29/04/2018 Seiring perkembangan zaman, pengeringan pakaian yang dahulu hanya memanfaatkan
Naskah Direvisi 30/04/2018
Naskah Disetujui 30/04/2018 sinar matahari, sekarang sudah banyak beralih kepada mesin pengering mekanis
Naskah Online 30/04/2018 karena membutuhkan waktu yang lebih singkat, tidak perlu tempat yang luas, terjaga
kebersihannya dan tidak tergantung pada cuaca, tapi dipengaruhi oleh temperatur
lingkungan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari
suhu lingkungan terhadap laju perpindahan kalor dan pengeringan pada mesin
pengering pakaian agar diketahui berapa beban yang ideal untuk dikeringkan dan
temperatur lingkungan yang tepat menggunakan mesin, sehingga pemakaiannya akan
lebih efektif dan efisien. Didapatkan laju perpindahan kalor terbesar terjadi pada beban
yang paling berat (5.3 kg) dan yang dikeringkan pada suhu lingkungan yang lebih
rendah (T lingkungan 27 0C) yaitu sebesar 18.89 kJ/s sedangkan laju pengeringan
tertinggi terjadi pada beban 5.3 kg (T lingkungan 34 0C) dan terendah pada beban 1.6
kg (T lingkungan 27 0C). Semakin berat beban semakin efisien penggunaannya dan
suhu lingkungan yang tinggi adalah temperatur lingkungan yang tepat menggunakan
mesin pengering sedangkan pengeringan yang membutuhkan laju perpindahan kalor
yang tinggi menandakan proses pengeringan yang lebih lama.

Katakunci: suhu lingkungan, perpindahan kalor, laju pengeringan, diagram psikrometrik

1. PENDAHULUAN

Pengeringan merupakan suatu kegiatan yang


dilakukan untuk tujuan menurunkan kadar air pada
bahan yang basah, dan di harapkan hasil pengeringan
kadar air habis hingga 100%. Sejak zaman nenek
moyang hingga sekarang pengeringan yang banyak
dilakukan secara konvesional dengan pemanfaatan sinar
matahari. Cara ini tidak memerlukan biaya yang besar
tetapi s ebaliknya cara ini sangat murah dan praktis,
akan tetapi mempunyai kendala saat keadaan cuaca
yang kurang mendukung, memerlukan tempat yang luas 1
dan waktu yang cukup lama serta kurang terjaga
kebersihannya dalam proses pengeringan (Mujumdar
2006). 2
Pengeringan dengan alat pengering mekanis yang 1
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Rancangan (Modifikasi) Mesin Pengering Pakaian
34
Flywheel: Jurnal Teknik M esin Untirta Vol. IV, No. 1, April 2018, hal. 34 - 38

(Ambo Intang,2017) Kain/pakaian yang digunakan untuk pengujian


Keterangan Gambar 1: mesin pengering terbuat dari bahan polyester dengan
1. Kipas 7. Pully
2. Heater (Selenoid burner) 8. Filter / Saringan beban divariasikan 1.6 kg, 3.7 kg dan 5.3 kg. Pakaian
3. Ruang Pembakaran 9. Motor Listrik berbahan polyester ini akan dibasahi kemudian
4. Lubang Saluran Masuk Drum 10. Fan dikeringkan menggunakan mesin pengering lalu dicatat
5. Drum Pengering 11. Casing / Pembungkus Komponen Mesin temperatur dan lama waktu pengeringanny a, dengan
6. Vant Belt / Sabuk 12. Gas LPG 3 Kg
dua suhu lingkungan yang berbeda yaitu 270 C didapat
membutuhkan waktu yang lebih singkat, tidak perlu pada malam hari dan 340C pada siang hari.
tempat yang luas, lebih terjaga kebersihannya dan tidak Penelitian ini dilakukan di ruang terbuka dan data
pengukuran y ang akan di ambil adalah suhu ruang
bergantung pada kondisi cuaca. Pengering mekanis
dalam hal ini, memerlukan sumber panas buatan yang pembakaran (0C), temperatur bola kering masuk (Tdb
berasal dari bahan bakar biomas a, bahan bakar minyak masuk), temperatur bola basah masuk (T wb masuk),
temperatur bola kering keluar (T db keluar), dan
dan gas, elemen pemanas tenaga listrik maupun
penggunaan limbah panas. Sumber panas buatan yang temperatur bola bas ah keluar (T wb keluar). Temperatur
penulis pergunakan pada penelitian ini adalah hasil dari bola kering dan temperature bola basah masuk di ambil
pembakaran gas LPG. Penggunaan gas LPG lebih pertama kali dengan mengeringkan pakaian sampai
hematdibandingkan dengan pemanas dengan tenaga 100% kering sehingga menjadi acuan untuk percobaan
berikutny a (T db keluar dan T wb keluar) yang
listrik yang membutuhkan daya ribuan watt.
Mesin pengering pakai an yang penulis gunakan menunjukkan bahwa pakaian telah kering sempurna
untuk penelitian ini adalah mesin pengering bertenaga secara kualitatif. Data hasil penelitian akan digunakan
untuk menghi tung laju pengeringan dan perpindahan
listrik yang dimodifikasi menjadi bertenaga sistem
pompa panas (ambo intang,2017) dan di novasi lanjut kalor yang terjadi selama proses pengeringan secara
dengan pemanas berbahan bakar gas dengan kuantitatif.
penambahan ki pas untuk mendapatkan efek konveksi
paksa, dimana kipas digunakan untuk mengalirkan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
udara panas menuju drum pengering. Kecepatan aliran
udara ki pas yang digunakan adalah kecepatan tetap high 3.1Hasil
speed (3. 5 m/s). Pada penelitian i ni digunakan variasi
Perhitungan Luas Penampang (A)
beban pakaian antara lain 1.6 kg, 3.7 kg dan 5.3 kg yang
akan dikeringkan (mesin pengering) di ruang terbuka
pada malam hari ( T lingkungan 27 0C) dan siang hari (T
lingkungan 34 0C). Perbedaan suhu lingkungan saat
pengujian kemungki nan akan berpengaruh terhadap
laju perpindahan kalor dan pengeringan yang terjadi.

2. METODELOGI PENELITIAN

Dalam peneliti an ini, alat yang di gunakan


D = 57
menggunakan mesin pengering pakaian dengan sistem
konveksi paksa s eperti yang ditunjukkan pada gambar1. Gambar 2. Besar Luas Penampang Drum Pengering
Proses kerja dari mesin pengering pakaian pada
penelitian ini :
A = 2
Panas hasil pembakaran ol eh heater (s elenoid burner)
[2] di ruang pembakaran [3] didorong ol eh kipas [1] = (3,14)(57cm)2
menuju ke dal am drum pengering [5] mel alui luba ng = 2550,5 cm2 = 0,255 m2
saluran masuk drum [4]. Ketika didalam drum udara
panas tersebut mengeringkan pakaian bersamaan Perhitungan Laju Aliran Massa (ṁ)
dengan putaran bolak balik drum oleh v ant belt [6] yang Nilai ρ diambil dari table A – 15 Properties of air at 1 atm
digerakkan oleh motor listrik [9], karena putaran dari pressure (lampi ran). ρ untuk T = 27 oC (malam hari)
fan [10] udara didalam drum terhisap dan tersa ring oleh adalah sebesar 1.176 kg/m 3.
filter [8] dan dibuang ke lingkungan. ṁ =ρx vx A (Moran dan Shapiro, 2000)
Aliran udara keluar dari kipas pada kecepatan = 1.176 kg/m3 x 3.5 m/s x 0.255 m 2
tertentu (VAliran Udara Kipas) berasal dari udara luar pada T = 1.049 kg/s
lingkungan 0C, kemudian mengalami pemanasan pada Sedangkan ρ untuk T = 34 oC (siang hari) adalah sebesar
ruang pembakaran y ang dialiri panas hasil pembakaran 1.149 kg/m3.
oleh heater menuju drum pengering, dan akhirnya ṁ=ρx vx A
meninggalkan drum pengering pada kondisi temperatur = 1.149 kg/m3 x 3.5 m/s x 0.255 m 2 = 1.025 kg/s
Tdb dan Twb.
Besar Nilai h in dan hout

35
Flywheel: Jurnal Teknik M esin Untirta Vol. IV, No. 1, April 2018, hal. 34 - 38

Berikut ini contoh penetuanny a: Nilai hin dan hout bisa Dari grafik diatas dapat kita lihat pengaruh suhu
didapat dengan menarik garis manual pada di agram lingkungan terhadap laju perpindahan kalor (Q). Pada
psikometrik dari temperatur bola kering dan bola basah pengeringan pakaian dengan beban yang sama (1.6 kg)
yang didapat dalam penguji an pada temepratur terlihat perbedaan besarnya laju perpindahan kalor
lingkungan 27 0C, tapi karena nilai Tdb (45 0 C) dan Twb yang terjadi. Pada pengeringan dengan beban 1.6 kg (T
(35 0 C) yang cukup tinggi, maka lebih mudah dan akurat lingkungan 27 0 C) perpindahan kalor terbes ar adalah
bila menggunakan software psikometrik yaitu CYTSoft 12.93 kJ/s lebih ti nggi dibandingkan dengan
Psychrometric Chart 2.2, berikut cara menggunakan dan pengeringan pada beban 1.6 kg (T lingkungan 34 0C)
mencari nilai hin dan hout. yang mana perpindahan kalor terbesarny a adalah 8.25
- Nilai hin didapat dari T db = 45 0C dan Twb = 35 0C, kJ/s. Hal ini disebabkan karena semakin ti nggi suhu
Sehingga nilai hin adalah 128.7997 kJ/kg 128.80 kJ/kg lingkungan maka massa jenis (ρ) udara akan semakin
- Nilai hout didapat dari T db = 38 0C dan Twb = 33 0C, berkurang (table properti es of air at 1 atm pressure),
Sehingga nilai hout adalah 116.5452 kJ/kg 116.54 kJ/kg begi tupun dengan selisih hin – hout (∆h) nya.
Berkurangnya massa jenis (ρ) udara membuat l aju
Perhitungan Besar Perpindahan Kalor (Q) aliran massany a semakin kecil. Laju aliran massa yang
Q = ṁ . ( hin – hout )(Chengel, Yunus A. 2007) kecil mengakibatkan laju perpindahan kalor (Q) semakin
= 1.049 kg/s . ( 128.80 kJ/kg – 116.54 kJ/kg ) rendah.
= 1.049 kg/s . ( 12.26 kJ/kg )
= 12.86 kJ/s 18.00 beban 3.7 kg (27
16.00 °C)
beban 3.7 kg (34
Perhitungan Laju Pengeringan(Suarnadwipa N. dan 14.00 °C)
Hendra, 2008) 12.00
- Berat basah (Massa awal bahan) = 1.6 kg 10.00
Q (kJ/s)
- Berat kering (Massa akhir bahan) = 0.8 kg 8.00
- Periode pengeringan (t) = 80 menit = 1.33 6.00
jam 4.00
2.00
Laju pengeringan = 0.00

100

130
110
120

140
30

60

90
10
20

40
50

70
80
t (menit)
=
= Gambar 4. Grafik Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Q
pada Beban 3.7 kg
= 0.6 kg/jam Dari grafik diatas dapat kita lihat pengaruh suhu
3.2 Pembahasan lingkungan terhadap perpi ndahan kalor (Q). Pada
pengeringan pakaian dengan beban yang sama (3.7 kg)
Berikut disajikan grafik lengkap hasil perhi tungan l aju terlihat perbedaan besarny a perpindahan kalor yang
perpindahan kalor (Q) terhadap waktu pengeri ngandan terjadi. Pada pengeringan dengan beban 3.7 kg (T
laju pengeringan (M) dari pengambilan data lingkungan 27 0 C) perpindahan kalor terbes ar adalah
pengeringan pada malam hari (s uhu lingkungan = 27 0C) 15.33 kJ/s lebih ti nggi dibandingkan dengan
dan siang hari (suhu lingkungan = 34 0 C)dan analisa pengeringan pada beban 3.7 kg (T lingkungan 34 0C)
hasilnya. yang mana perpindahan kalor terbesarny a adalah 9.45
1. Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Laju kJ/s. Hal ini disebabkan karena semakin ti nggi suhu
Perpindahan Kalor lingkungan maka massa jenis (ρ) udara akan semakin
berkurang (table properti es of air at 1 atm pressure),
14.00 begi tupun dengan selisih hin – hout (∆h) nya.
12.00 Berkurangnya massa jenis (ρ) udara membuat l aju
10.00 aliran massany a semakin kecil. Laju aliran massa yang
beban 1.6 kg (27 °C)
kecil mengakibatkan perpindahan kalor (Q) semakin
8.00
rendah.
Q (kJ/s)

beban 1.6 kg (34 °C)


6.00
4.00
2.00
0.00
10 20 30 40 50 60 70 80
t (menit)

Gambar 3. Grafik Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Q


pada Beban 1.6 kg

36
Flywheel: Jurnal Teknik M esin Untirta Vol. IV, No. 1, April 2018, hal. 34 - 38

20.00 1.04 kg/jam lebih tinggi dibandi ng dengan laju


18.00 beban 5.3 kg (27 °C) pengeringan pada beban 1.6 kg, 3.7 kg dan 5.3 kg (T
16.00 lingkungan 27 0C) yang hanya sebes ar 0.60 kg/jam, 0.77
14.00 beban 5.3 kg (34 °C) kg/jam dan 0.78 kg/jam. Hal ini disebabkan karena pada
Q (kJ/s)

12.00 suhu lingkungan y ang ti nggi, suhu pada ruang


10.00
pembakaran akan meningkat. Tercatat pada T
8.00
6.00
lingkungan 27 0 C (T ruang pembakaran 55-80 0C)
4.00 sedangkan pada T lingkungan 34 0C (T ruang
2.00 pembakaran 60-85 0C). Terjadi nya perubahan suhu pada
0.00 ruang pembakaran dikarenakan dampak dari tingkat
kelembaban lebih rendah pada T lingkungan y ang lebih
40

60
10
20
30

50

70
80
90

110

130

180

200
100

120

140
150
160
170

190
t (menit) tinggi.

Gambar 5. Grafik Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Q0 0250


pada Beban 5.3 kg

Periode Pengeringan (menit)


Dari grafik diatas dapat kita lihat pengaruh suhu 200
lingkungan terhadap perpi ndahan kalor (Q). Pada
pengeringan pakaian dengan beban yang sama (5.3 kg) 150 beban 5.3 Kg
terlihat perbedaan besarny a perpindahan kalor yang (27 °C)

terjadi. Pada pengeringan dengan beban 5.3 kg (T 100 beban 3.7 Kg


lingkungan 27 0 C) perpindahan kalor terbes ar adalah (27 °C) beban 5,3 Kg
(34 °C)
18.89 kJ/s lebih ti nggi dibandingkan dengan
50
pengeringan pada beban 5.3 kg (T lingkungan 34 0C) beban 1.6beban
Kg beban 3.7 Kg
1.6 Kg (34 °C)
(27 °C) (34 °C)
yang mana perpindahan kalor terbesarny a adalah 16.11
Variasi Beban pada T Lingkungan (kg, 0 C)
kJ/s. Hal ini disebabkan karena semakin ti nggi suhu 0
lingkungan maka massa jenis (ρ) udara akan semakin
berkurang (table properti es of air at 1 atm pressure), Gambar 7. Grafik Periode Pengeringan
begi tupun dengan selisih hin – hout (∆h) nya.
Berkurangnya massa jenis (ρ) udara membuat l aju Kipas membawa udara dari lingkungan kedalam
aliran massany a semakin kecil. Laju aliran massa yang ruang pembakaran dan drum pengering. Udara tersebut
kecil mengakibatkan perpindahan kalor (Q) semakin mengalami pemanasan di ruang pembakaran yang
rendah. kemudi an dilanjutkan ke drum pengering. Jika suhu
lingkungan tinggi maka udara yang mas uk tingkat
2. Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Laju kelembabannya akan rendah, kelembaban menandakan
Pengeringan jumlah kadar uap air yang terikat pada udara. Semakin
rendah kel embaban maka kadar uap ai rnya s emakin
1.2 sedikit sehingga udara yang dipanaskan pada ruang
pembakaran, suhuny a akan lebih tinggi dibanding bila
1 udara tersebut tingkat kelembabannya tinggi.
Laju Pengeringan (kg/jam)

Kelembaban udara juga berpengaruh terhadap pros es


0.8 pemindahan uap ai r didalam drum pengering. Apabila
beban 3.7 Kg
kelembaban udara rendah, maka perbedaan tekanan
beban 5,3 Kg
0.6 (34 °C) (34 °C) uap air di dalam dan di luar bahan menjadi besar
beban 1.6 Kg
(34 °C)
sehingga mempercepat pemindahan uap air dari dalam
0.4 bahan keluar. Suhu ruang pembakaran y ang ti nggi
beban 1.6 Kg beban 3.7 Kg beban 5.3 Kg
(27 °C) (27 °C) (27 °C)
disertai tingkat kelembaban yang rendah
0.2
mempersingkat periode pengeringan sehingga
Variasi Beban pada T Lingkungan (kg, 0 C) meningkatkan laju pengeringan untuk bahan tersebut
0
(Gambar 7).

Gambar 6. Grafik Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Laju 4. KESIMPULAN DAN SARAN
Pengeringan
4.1 Kesimpulan
Dari grafik diatas dapat kita lihat pengaruh suhu
lingkungan terhadap laju pengeringan. Pada beban yang 1. Dari hasil pengujian didapat laju perpindahan kalor
sama laju pengeringan akan semakin besar bila pakaian terbes ar terjadi pada beban pengeringan yang paling
dikeringkan (mesin pengering) pada suhu lingkungan berat (5.3 kg) dan pada suhu lingkungan yang lebih
yang lebih tinggi. Terlihat pada grafik di atas laju rendah (T lingkungan 27 0C) yaitu s ebes ar 18.89 kJ/s.
pengeringan pada beban 1.6 kg, 3.7 kg dan 5.3 kg (T Suhu lingkungan yang rendah membutuhkan laju
lingkungan 34 0 C) sebesar 0.69 kg/jam, 0. 98 kg/jam dan

37
Flywheel: Jurnal Teknik M esin Untirta Vol. IV, No. 1, April 2018, hal. 34 - 38

perpindahan kalor yang tinggi dan proses


pengeringan yang lebih lama.
2. Mesin pengering pakai an dalam hal ini, lebih efisien
bila digunakan untuk mengeringkan pakaian dalam
jumlah yang bany ak (mendekati kapasitas
maksimum) dan pada suhu lingkungan yang tinggi.
Hal ini terlihat dari efisiensi laju pengeringan
tertinggi terjadi pada pengeringan dengan beban
paling berat (5.3 kg) dan pada suhu lingkungan yang
lebih tinggi (34 0C).
3. Konveksi paks a mempengaruhi periode pengeringan
pada suhu lingkungan y ang ti nggi, udara yang
dihembuskan dari lingkungan akan meningkatkan
suhu ruang pembakaran. Suhu ruang pembakaran
yang meningkat membuat proses pengeringan lebih
cepat.

4.2 Saran

Laju pengeringan yang disarankan berdasarkan


hasil pengujian adalah laju pengeringan dengan beban
5.3 kg karena mengeri ngkan dalam jumlah yang lebih
banyak lebih hemat energi dan waktu, tapi perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan
beban maksimumnya.

5. DAFTAR PUSTAKA

___________,_____, Manual Software CYTSoft Psychrometric.

Chengel, Yunus A. 2007. Heat Transfer, McGraw-Hill, New York.

Intang A., Nursiwan N.. 2017. Analisa eksergi sistem pompa panas
penegring pakaian kapasitas 7 kg pada AC ¾ PK. Flywheel, Vol. 3,
No. 1, hal. 10-20. Tersedia di
http://sinta2.ristekdikti.go.id/authors/detail?id=6012573&view=
overview

Moran, M.J & Howard N. Shapiro, 2000, Fundamental of Engineering


Thermodynamics. John Wiley & Sons Inc. Chicester.

Mujumdar, Arun S. 2006. Handbook of Industrial Drying Third Edition.


CRC Press

Suarnadwipa, N. & W. Hendra. 2008. Pengeringan jamur dengan


dehumifier. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM. Vol 2. No 1. Juni
2008.

38

Anda mungkin juga menyukai