Anda di halaman 1dari 4

A.

Objektivitas (Objectivity)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, objektif merupakan penggambaran keadaan
sesuai fakta yang jauh dari pendapat diri sendiri. Menurut Edi Santoso seorang dosen Ilmu
Komunikasi Universitas Soedirman Purwokerto berpendapat, objektivitas berita merupakan
penyajian berita yang bersifat netral, tidak berat sebelah, dan selalu bekerja atas dasar fakta,
bukan pandangan atau keyakinan pribadi.
Berikut merupakan kode etik yang teridentifikasi termasuk dalam objectivity:
1. Kewajiban umum
a. Ahli gizi berkewajiban menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan,
informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi hendaknya obyektif tanpa
membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar.
2. Kewajiban terhadap klien
a. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya senantisa menghormati dan menghargai
kebutuhan untuk setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, dan
tidak melakukan diskriminalisasi dalam hal suku, agama, ras, status social, jenis
kelamin, usia dan tidak menunjukan pelecehan sosial.
3. Kewajiban terhadap profesi dan diri sendiri
a. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi
oleh kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuai
jasanya, meskipun dengan pengetahuan klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi
diperkerjakan).
b. Ahli gizi berkewajiban melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan
perorangan atau kebesaran seseorang.

Sumber:
Naufal, M. A., 2015. Objektivitas Berita Konflik Basuki Tjahja Purnama dengan DPRD DKI
Jakarta. Jurnal Kompas, 1 (1), hal. 1-18.

B. Akuntabilitas (Accountability)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, menurut Santoso (2004) dalam Utama, D. A., &
Setiyani, R. (2014), bahwa akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
keputusan-keputusan, aktivitas-aktivitas serta kinerja organisasi yang diukur secara obyektif
dalam bentuk pelaporan atau penjelasan kepada pihak internal maupun eksternal organisasi.
Akuntabilitas adalah kewajiban memberikan pertanggungjawaban dan menerangkan kinerja serta
tindakan penyelenggara organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewajiban untuk
meminta keterangan atau pertanggungjawaban (Mubin, N., 2018).
Berikut merupakan kode etik yang teridentifikasi termasuk dalam accountability:
1. Kewajiban terhadap klien
a. Ahli gizi berkewajiban memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas,
sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan
informasi tersebut.
2. Kewajiban terhadap masyarakat
a. Ahli gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya tentang
penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktik yang tidak etis
berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/ diet. Ahli gizi
hendaknya senantiasa memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual,
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Sumber:
Utama, D. A., & Setiyani, R., 2014. Pengaruh Transparansi, Akuntabilitas, Dan Responsibilitas
Pengelolaan Keuangan Sekolah Terhadap Kinerja Guru. Dinamika Pendidikan, 9 (2), p. 100-114.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/DP/article/view/4886/4029

Mubin, N., 2018. Integritas dan Akuntabilitas dalam Pengelolaan Keuangan Sekolah atau
Madrasah. Attaqwa: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, 14 (2), hal. 80-92.
https://media.neliti.com/media/publications/288096-integritas-dan-akuntabilitas-dalam-penge-
31588100.pdf

C. Kepercayaan diri (Confidentiality)


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, percaya diri merupakan percaya pada
kemampuan, kekuatan, dan penilaian diri sendiri (Depdikbud, 2008). Kepercayaan diri
merupakan salah satu aspek kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan diri
seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak,
gembira, optimis, cukup toleran, dan bertanggung jawab.

Menurut Mardatillah (2010) seseorang yang memiliki kepercayaan diri tentunya memiliki
ciri-ciri yakni:
(1) Mengenal dengan baik kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya lalu mengembangkan
potensi yang dimilikinya;
(2) Membuat standar atas pencapaian tujuan hidupnya lalu memberikan penghargaan jika
berhasil dan bekerja lagi jika tidak tercapai;
(3) Tidak menyalahkan orang lain atas kekalahan atau ketidakberhasilannya namun lebih
banyak instrospeksi diri sendiri;
(4) Mampu mengatasi perasaan tertekan, kecewa, dan rasa ketidakmampuan yang
menghinggapinya;

Berikut merupakan kode etik yang teridentifikasi termasuk dalam Confidentiality:


1. Kewajiban umum
a. Ahli gizi berkewajiban senantiasa mengenal dan memahami keterbatasannya
sehingga dapat bekerja sama dengan pihak lain atau membuat rujukan
2. Kewajiban terhadap profesi dan diri sendiri
a. Ahli gizi harus menunjukkan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani
mengemukakan pendapat serta senan1tiasa menunjukkan kerendahan hari dan mau
menerima pendapat orang lain yang benar.
b. Ahli gizi berkewajiban senantiasa memajukan dan memperkaya pengetahuan dan
keahlian yang diperlukan dalam menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu
dan teknologi terkini serta peka terhadap perubahan lingkungan.
c. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi
oleh kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuai
jasanya, meskipun dengan pengetahuan klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi
diperkerjakan).
Sumber:
Amri, S., 2018. Pengaruh Kepercayaan Diri (Self Confidence) Berbasis Ekstrakurikuler Pramuka
terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Sma Negeri 6 Kota Bengkulu. Jurnal Pendidikan
Matematika Raflesia, 3 (2), hal. 156-170.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr/article/download/7520/3732

Mardatillah. (2010). Pengembangan Diri. STIE Balikpapan: Madani.

Anda mungkin juga menyukai