Anda di halaman 1dari 7

Definisi Distress Spiritual

Distress spiritual adalah gangguan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan


makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, seni, music, literature,
alam, dan/atau kekuatan yang lebih besar dari pada diri sendiri (Bulechek, Butcher, Dochterman,
& Wagner, 2016). Distress spiritual juga didefinisikan sebagai gangguan dalam prinsip hidup
yang meliputi seluruh kehidupan seseorang yang diintegrasikan secara biologis dan psikososial
(EGC, 2011).

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa distress psiritual adalah kegagalan individu
menemukan arti atau kebermaknaan kehidupannya. Distress spiritual adalah gangguan pada
prinsip hidup yang meliputi aspek dari seseorang yang menggabungkan aspek psikososial dan
biologis seseorang.(Wilkinson, Judith M., 2007: 490) Menurut Monod (2012) Distress spiritual
muncul ketika kebutuhan spiritual tidak terpenuhi, sehingga dalam menghdapi penyakitnya
pasien mengalami depresi, cemas, dan marah kepada tuhan. Distress spiritual dapat
menyebabkan ketidakharmonisan dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan Tuhannya
(Mesnikoff, 2002 dalam Hubbell et al, 2006).

Mekanisme Koping dari Distress Spiritual

Menurut Mooss (1984) yang dikutip Brunner dan Suddarth menguraikan yang positif
(Teknik Koping) dalam menghadapi stress, yaitu:

1. Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi diri)


Sumber daya psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan individu dalam
memanfaatkannya menghadapi stres yang disebabkan situasi dan lingkungan (Pearlin &
Schooler, 1978:5). Karakterisik di bawah ini merupakan sumber daya psikologis yang
penting, diantaranya adalah:
a. Pikiran yang positif tentang dirinya (harga diri)
Jenis ini bermanfaat dalam mengatasi situasi stres, sebagaimana teori dari Colley’s
looking-glass self: rasa percaya diri, dan kemampuan untuk mengatasi masalah yg
dihadapi.
b. Mengontrol diri sendiri Kemampuan dan keyakinan untuk mengontrol tentang diri
sendiri dan situasi (internal control) dan external control (bahwa kehidupannya
dikendalikan oleh keberuntungan, nasib, dari luar) sehingga pasien akan mampu
mengambil hikmah dari sakitnya (looking for silver lining).
2. Rasionalisasi (Teknik Kognitif) Upaya memahami dan mengiterpretasikan secara spesifik
terhadap stres dalam mencari arti dan makna stres (neutralize its stressfull). Dalam
menghadapi situasi stres, respons individu secara rasional adalah dia akan menghadapi
secara terus terang, mengabaikan, atau memberitahukan kepada diri sendiri bahwa
masalah tersebut bukan sesuatu yang penting untuk dipikirkan dan semuanya akan
berakhir dengan sendirinya. Sebagaian orang berpikir bahwa setiap suatu kejadian akan
menjadi sesuatu tantangan dalam hidupnya. Sebagian lagi menggantungkan semua
permasalahan dengan melakukan kegiatan spiritual, lebih mendekatkan diri kepada sang
pencipta untuk mencari hikmah dan makna dari semua yang terjadi.
3. Teknik Perilaku Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu dalam
mengatasi situasi stres. Beberapa individu melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam
menunjang kesembuhannya. Misalnya, pasien HIV akan melakukan aktivitas yang dapat
membantu peningkatan daya tubuhnya dengan tidur secara teratur, makan seimbang,
minum obat anti retroviral dan obat untuk infeksi sekunder secara teratur, tidur dan
istirahat yang cukup, dan menghindari konsumsi obat-abat yang memperparah keadan
sakitnya.

Karakteristik Distress Spiritual

Meliputi empat hubungan dasar yaitu :

1. Hubungan dengan diri


a. Ungkapan kekurangan
1) Harapan
2) Arti dan tujuan hidup
3) Perdamaian/ketenangan
b. Penerimaan
c. Cinta
d. Memaafkan diri sendiri
e. Keberanian
1) Marah
2) Kesalahan
3) Koping yang buruk
2. Hubungan dengan orang lain
a. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
b. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
c. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
d. Mengungkapkan pengasingan diri
3. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
a. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan
musik, menulis)
b. Tidak tertarik dengan alam
c. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
a. Ketidakmampuan untuk berdoa
b. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
c. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
d. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
e. Tiba-tiba berubah praktik agama
f. Ketidakmampuan untuk introspeksi
g. Mengungkapkan hidup tanpa harapan, menderita

Etiologi Distress Spiritual

Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian Fisik Pengkajian fisik digunakan untuk melihat keadaan fisik pada klien.
Pengkajian fisik biasanya digunakan pada korban tindak penganiayaan, contohnya seperti
abuse
2. Pengkajian Psikologis Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan,
ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang
bertentangan (Otis-Green, 2002).
3. Pengkajian Sosial Budaya Dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien (Spencer,
1998).
Strategi Pelaksanaan Distress Spiritual

Tindakan Psikoterapeutik

1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien


Tujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual untuk pasien adalah agar pasien:
a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.
c. Mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang diyakininya.
d. Mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau penyakit atau perubahan
spiritual dalam kehidupan.
e. Aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan.
f. Ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
2. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
b. Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien.
c. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap spiritual yang
diyakininya.
d. Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual dalam
kehidupan.
e. Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama yang dianut
oleh pasien.
f. Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
g. Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
h. Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan ibadah atau kegiatan
spiritual lainnya.

Terapi Aktivitas Distress Spiritual

1. Psikofarmako
a. Memberikan obat - obatan sesuai program pengobatan pasien.
b. Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan
dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia
III aspek spiritual tidak digolongkan secara jelas abuah masuk kedalam aksis satu,
dua, tiga, empat atau lima.
c. Memantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum.
d. Mengukur vital sign secara periodik.
2. Manipulasi Lingkungan
a. Memodifikasi ruangan dengan menyediakan tempat ibadah.
b. Menyediakan sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan spiritual.
c. Melibatkan pasien dalam kegiatan spiritual secara berkelompok.

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PENYAKIT DISTRESS

Pengkajian

1. Untuk pasien yang mengindikasikan adanya ketaatan beragama, kaji adanya indikator
langsung slatus spiritual pasien dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut :
a. Apakah anda merasa keimanan anda dapat membantu anda? Dengan cara apa
keimanan tersebut penling bagi anda saat ini?
b. Bagaiman saya dapat membantu anda menjalankan keimanan anda? Misalnya,
apakah anda ingin saya membacakan buku doa untuk anda?
c. Apakah anda menginginkan kunjungan dari penasihat spiritual atau layanan
keagamaan dari rumah sakit?
d. Tolong beri tahu saya tentang aktivitas agarma tertentu yang penting bagi anda?
2. Lakukan pengkajian tidak langsung terhadap status spiritual pasien dengan melakukan
langkah berikut :
a. Tentukan konsep ketuhanan pasien dengan mengamati buku-buku yang ada
disamping tempat tidur atau program telivisi yang dilihat pasien. Juga catat apakah
kehidupan pasien tampak memiliki arti, nilai, dan tuiuan.
b. “Tentukan sumber-sumber harapan dan kekuatan pasien. Apakah Tuhan dalam arui
tradisional, anggota kluarga, atau kekuatan bersumber dari dalam dirinya."? Catat
siapa yang paling banyak diperbincangkan oleh pasien, atau tanyakan, "'Siapa yang
penting bagi anda?''
3. Amati apakah pasien sedang berdoa ketika anda memasuki ruangan, sebelum makan, atau
saat tindakan.
4. Amati barang-barang, seperti literatur keagamaan,rosario, kartu ucapan semoga lekas
sembuh yang bersifat keagamaan disamping tempat tidur pasien.
5. Dengarkan pandangan-pandangan pasien tentang hubungan antara kepercayaan spiritual
dan kondisi kesehatannya, terutama untuk pernyataan seperti, "mengapa Tuhan
membiarkan hal ini menimpa saya?" atau " Jika saya beriman, saya pasti akan sembuh."

Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan berkaitan dengan prinsip dan
aktivitas kehidupan spiritual atau keagamaan akibat masalah fisik atau psikososial yang
dialami oleh pasien adalah Distres spiritual.

Tindakan Keperawatan

Tujuan intervensi keperawatan untuk pasien:

1. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat


2. Mampu mengungkapkan penyebab distres spiritual
3. Mampu mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang keyakinannya
4. Mampu mengembangkan kemampuan mengatasi masalah dan perubahan keyakinan
5. Mampu melakukan kegiatan keagamaan

Tindakan keperawatan untuk pasien distres spitual :

1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien


2. Kaji faktor penyebab distres spiritual pada pasien
3. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikirian tentang keyakinannya
4. Bantu klien mengembangkan keterampilan untuk mengatasi perubahan spiritual dalam
kehidupan
5. Fasilitasi pasien dengan alat - alat ibadah sesuai dengan agamanya.
6. Fasilitasi pasien untuk menjalani ibadah sendiri atau dengan orang lain
7. Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan

Evaluasi
1. Pasien selalu menujukkan harapan, yang dibuktikan dengan mengungkapkan keyakinan,
arti hidup, kedamaian diri.
2. Pasien menunjukkan tidak ada gangguan kesehatan spiritual yang dibuktikan dengan
mampu untuk mencintai dan memaafkan, mampu untuk berdoa dan beribadah.
3. Pasien mampu memahami bahwa penyakit adalah suatu tantangan terhadap sistem
keyakinan.
4. Pasien mampu mcmahami bahwa terapi bertentangan dengan sistem kepercayaan.
5. Pasien mampu menunjukkan teknik koping untuk menghadapi distress spiritual.
6. Pasien mampu mengungkapkan penerimaan terhadap keterbatasan ikatan budaya atau
keagamaan.
7. Pasien mampu mendiskusikan praktik dan keluhan spiritual.
8. Pasien yang menjelang ajal mampu mengungkapkan penerimaan atau kesiapan
menghadapi kematian.
9. Pasien yang menjelang ajal mampu bcrbahagia dengan hubungan sebelumnya.
10. Pasien yang menjelang ajal mampu mengungkapkan kasih sayang terhadap orang
terdekat.

Ayu, Rani. Makalah Keperawatan Jiwa Asuhan Keperawatan Distress Spiritual. Tersedia dalam :
https://text-id.123dok.com/document/dzxjglvy-makalah-keperawatan-jiwa.html (diakses
pada 15 Februari 2021 pukul 22.00 WIB)

Suga,Pratiwi. 2020. Makalah Keperawatan Jiwa Distres Spiritual. Tersedia dalam


https://www.scribd.com/document/473865480/Kelompok-3-DISTRES-SPIRITUAL
(diakses pada 15 Februari pukul 22.36 WIB)

Solihat, Anisa Lilis. 2016. Makalah Distress Spiritual. Tersedia dalam :


https://www.scribd.com/document/340957013/Makalah-Distres-Spiritual (diakses pada 15
Februari 2021 pukul 22.37 WIB)

Anda mungkin juga menyukai