Anda di halaman 1dari 11

Vol. / 10 / No.

01 / April 2017

Nilai Pendidikan Moral dalam Novel Sang Pangeran Pati

Oleh: Wida Istianingrum


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
widhawae@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik yang
terdapat dalam novel Sang Pangeran Pati; dan (2) nilai pendidikan moral yang terdapat
dalam Sang Pangeran Pati. Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif. Sumber data
penelitian ini adalah novel Sang Pangeran Pati karya Fitri Gunawan. Data penelitian ini
berupa kutipan-kutipan dari novel Sang Pangeran Pati karya Fitri Gunawan. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik observasi, teknik pustaka dan teknik simak catat.
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Teknik keabsahan data
menggunakan teknik perpanjang pengamatan dan meningkatkan ketekunan. Teknik
analisis data menggunakan “content analysis” atau analisis isi. Penyajian hasil analisis
menggunakan metode informal. Dari hasil penelitian dan pembahasan data
menunjukkan bahwa (1) unsur intrinsik novel Sang Pangeran Pati karya Fitri Gunawan
terdiri dari: (a) tema adalah percintaan, (b) dengan tokoh utama Suryo Baskoro; tokoh
tambahannya yaitu Prihastuti Kusumo, Sri Wahyuni, Basuki Wibowo, Rudi Hamonangan,
Aryo Guritno, Murdanu, Surtikanthi, Broto Kusumo, Wisnumurti Kusumo. (c) Alur yang
digunakan adalah alur maju. (d) Latar yang terdapat dalam novel Sang Pangeran Pati
karya Fitri Gunawan meliputi: latar tempat, latar waktu dan latar suasana. (e) Sudut
pandang yang digunakan adalah orang ketiga “dia” serba tahu. (2) nilai pendidikan
moral terdiri dari nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri, nilai moral hubungan
manusia dengan sesama manusia dalam lingkup sosial dan dengan lingkungan alam, dan
nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan.

Kata Kunci : nilai pendidikan moral, novel Sang Pangeran Pati.

Pendahuluan
Kehadiran karya sastra di tengah-tengah masyarakat, diharapkan dapat
memberikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi masyarakat. Sastra diciptakan bukan
sekedar sebagai suatu keindahan, melainkan juga dimaksudkan untuk menyampaikan
nilai-nilai kehidupan. Di samping nilai estetik, dalam karya sastra juga terdapat nilai
etik atau moral. Moral dalam karya sastra dimaksudkan sebagai suatu saran yang
berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat
ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca.
Berdasarkan hal tersebut, permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana
unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Sang Pangeran Pati karya Fitri Gunawan;
bagaimana nilai pendidikan moral yang terdapat dalam novel Sang Pangeran Pati

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 115
Vol. / 10 / No. 01 / April 2017

karya Fitri Gunawan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur intrinsik
yang terdapat dalam novel Sang Pangeran Pati karya Fitri Gunawan; nilai pendidikan
moral yang terdapat dalam novel Sang Pangeran Pati karya Fitri Gunawan.
Sastra adalah karangan bahasa mengenai masalah sosial budaya yang
mendapat penilaian positif dari masyarakat, sehingga dipelihara. Karya sastra berarti
karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah.
Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun
intelektual, dengan caranya yang khas. Pembaca sastra dimungkinkan untuk
menginterpretasikan teks sastra sesuai dengan wawasannya sendiri (Purwadi, 2009: 2).
Penelitian ini mengambil materi tentang nilai pendidikan moral dalam karya sastra
berupa novel. Nilai pendidikan merupakan konsep abstrak mengenai sesuatu yang
berguna bagi kehidupan manusia dalam mengembangkan potensi fisik dan psikis
manusia. Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai
pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi manusia sebagai makhluk individu,
sosial, religius, dan berbudaya. Moral merupakan makna yang terkandung dalam karya
seni, yang disaratkan lewat cerita. Moral dapat dipandang sebagai tema dalam bentuk
yang sederhana, tetapi tidak semua tema merupaka moral (Kenny dalam Nurgiyantoro,
2015: 429). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan moral
menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat dari seorang individu
dari suatu kelompok yang meliputi perilaku.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Arikunto (2010:3), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan dan hasilnya
dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Sumber data penelitian ini adalah cerita
dalam novel Sang Pangeran Pati karya Fitri Gunawan. Data dalam penelitian ini adalah
kutipan-kutipan bagian tertentu novel Sang Pangeran Pati karya Fitri Gunawan yang
mengandung nilai pendidikan moral. Teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data (Sugiyono, 2010: 308). Teknik pengumpulan data dalam penelitian

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 116
Vol. / 10 / No. 01 / April 2017

ini adalah teknik observasi, teknik pustaka, dan teknik simak catat. Teknik keabsahan
data dalam penelitian kualitatif adalah temuan atau data dapat dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Sugiyono, 2010: 365). Dalam penelitian
ini, cara menguji keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulasi peneliti,
metode, teori dan sumber data. Teknik analisis dalam penelitian novel Sang Pangeran
Pati karya Fitri Gunawan menggunakan metode kualitatif dengan teknik “content
analysis” atau analisis isi. Metode analisis konten (content analysis) atau analisis isi
digunakan untuk menganalisis isi dari suatu wacana (misalnya karya sastra) Ismawati
(2011: 81). Penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode informal.

Hasil Penelitian
1. Unsur Intrinsik Novel Sang Pangeran Pati karya Fitri Gunawan
Data yang penulis sajikan dalam penelitian pada unsur intrinsik novel Sang
Pangeran Pati karya Fitri Gunawan adalah tentang tema, tokoh dan penokohan,
alur, latar dan sudut pandang. Berikut disajikan tentang data-data tersebut.
a. Tema
Tema adalah tujuan khusus yang dijadikan dasar rangkaian dari suatu
kejadian yang dikemas dalam sebuah cerita. Tema dalam novel Sang Pangeran
Pati adalah percintaan. Hal ini terlihat pada contoh kutipan berikut:
“Ing sabrang kana wong ayu wis bisa mesem, sapa ngerti wis bisa ngrajut
bolah kang pedhot. Sapa ngerti durung ana sing ndhisiki”.
“Ora ana wong kang nesu ta Surti, yen kowe dakterne ngene iki”
“Sapa sing nesu?”
“Ya mesthine priya bagus sing ngisi atimu!”
“Lha iki wonge!” ora tedheng aling-aling Surti nyablek baune Suryo kang lagi
ngoper porsneleng. Ati lanang kroncalan. Lega.
“Tenane to Surti?”
“Mosok bab ngene dige guyon ta, Mas? Tundhane bisa dadi dahuru lan salah
tampa, bisa ndhedher brahala”
Suryo mesem karo mengo. Mripate kekencar.
“Koso baline, sejatine aku wedi! Mosok wong bagus kaya mas Suryo durung
kesandhung sambang liringe wong ayu?”

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 117
Vol. / 10 / No. 01 / April 2017

“Suryo genti males, njiwel lengene wong ayu, kang ngranti wangsulane
kanthi trataban, “ lha iki sing seprana-seprene tansah ngratoni atiku, nganti
wong liya ra kober mlebu!”
Surti trenyuh, campur rasa mulya “Jebul tresnane mas Suryo ora beda karo
tresnaku! Wantek lan awet!”.
(Sang Pangeran Pati: 92-93)

Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa Surtikanthi dan Suryo


Baskoro dekat kembali. Meskipun sudah lama tidak bertemu dan bertegur
sapa, cinta keduanya tetap sama. rasa canggung terlihat dari keduanya yang
sama-sama memendam cintanya. Berkat semangat dan kesetiaan cinta, Suryo
Baskoro dan Surtikanthi akhirnya dapat kembali merajut cinta yang terputus.
Rasa bahagia dan lega terlihat dari keduanya yang sama-sama saling mencintai.
b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam


novel yang bersangkutan. Tokoh utama dalam novel Sang Pangeran Pati adalah
Suryo Baskoro dengan karakter tampan, rajin dan rapi, muda, pandai, sopan,
rendah hati dan bertanggung jawab, perhatian dan suka menasihati, baik hati
dan dermawan, pemaaf dan sabar, setia, dan pemberani dan teguh pendirian.
Hal ini terlihat pada contoh kutipan berikut:
(1) Pemberani dan teguh pendirian
Suryo Baskoro pemimpin yang baik dan sabar. Di balik pribadi
tersebut, Suryo Baskoro juga memiliki sikap pemberani dan teguh
pendirian. Suryo Baskoro akan melawan segala perbuatan yang tidak baik
dan merugikan. Keteguhan hatinya juga membuat Suryo Baskoro tidak mau
merubah pendiriannya meskipun dijanjikan akan mendapatkan uang
suapan bahkan ancaman yang mengancam jiwanya tidak dihiraukannya. Hal
ini seperti dalam kutipan novel berikut.
“Ora sepurane bae! Luwih becik aku patenana bae! Namung
panjaluku mung siji, yen arep nembak aku, culna bandanku, lan
bukaken mripatku!”keprungu swara ngguyu cekakakan.
(Sang Pangeran Pati: 193)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 118
Vol. / 10 / No. 01 / April 2017

Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa Suryo Baskoro termasuk


orang yang pemberani dan teguh pendirian. Suryo Baskoro tidak mau
merubah keputusannya dan lebih rela dibunuh karena tidak mau mengikuti
keinginan penculiknya dan merugikan orang lain. Ancaman dan penculikan
yang dialaminya tak membuat takut dan merubah pendirian hati Suryo
Baskoro.
Tokoh tambahan dalam novel Sang Pangeran Pati yaitu Prihastuti
Kusumo dengan karakter rajin, cantik dan pekerja keras, ramah dan murah
senyum; Sri Wahyuni dengan karakter sopan dan ramah, rajin, pandai;
Basuki Wibowo dengan karakter kurang sopan, suka bercanda, penyayang
dan rela berkorban; Rudi Hamonangan dengan karakter sopan, jujur dan
lugu, perhatian; Aryo Guritno dengan karakter ambisius, suka bercanda;
Murdanu dengan karakter ramah dan murah senyum, sombong, pelit;
Surtikanthi dengan karakter pemberani, tanggung jawab, tegas dan teguh
pendirian, jujur dan bersih; Broto Kusumo dengan karakter pekerja keras,
perhatian; Wisnumurti Kusumo dengan karakter bijaksana, ramah dan
murah senyum.
c. Alur atau plot
Alur atau plot merupakan rangkaian peristiwa yang berisi urutan
kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat,
peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa
lain. Alur atau jalan cerita dalam novel Sang Pangeran Pati menggunakan
alur maju, karena menceritakan perjalanan kisah cinta serta karier Suryo
Baskoro dari awal sampai akhir secara urut dan runtut.
d. Latar
Latar atau setting dalam sebuah cerita adalah hal-hal yang
berhubungan dengan tempat, waktu, kondisi, lingkungan serta suasana
terjadinya peristiwa di dalam sebuah cerita. Dalam novel Sang Pangeran
Pati ada tiga latar, yaitu latar tempat meliputi: Kantor pusat koran Cahaya
Kita, Ruang Redaksi, Kantor Wilayah Departemen Mardi Putra, Kantin

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 119
Vol. / 10 / No. 01 / April 2017

dharma wanodya, Surabaya, Toko atau showroom mobil, Teras rumah sakit,
Pamekasan dan Michigan, Amerika Serikat; latar waktu meliputi: siang,
pagi, hari jumat, sore, hari Minggu dan malam; dan latar suasana meliputi:
masyarakat kota yang sadar akan pentingnya pendidikan, persaingan bisnis
di dunia pres/pemberitaan yang tidak sehat, masyarakat kota yang
materialistis dan erat dengan budaya KKN, dan masyarakat perkotaan yang
egois, individualistis, serta ambisius dan akan melakukan apa saja untuk
mewujudkan ambisinya. Hal ini terlihat pada contoh kutipan berikut:

1) Ruang redaksi
Suryo Baskoro sesudah memarkirkan mobilnya, biasanya
langsung menuju tempat kerjanya. Sebuah ruang redaksi yang berfungsi
untuk mengaudit pemberitaan yang masuk ke meja redaktur. Ruang
redaksi terbagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan fungsi masing-
masing. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
“Wong pidegsa Wakil Pemimpin Redaksi gegancangan tumuju
Ruang Redaksi, kang kaperang-perang dadi sawatara kamar”.
(Sang Pangeran Pati: 8)

Dari kutipan di atas terliat bahwa seorang wakil pemimpin redaksi


bernama Suryo Baskoro berjalan menuju ruang redaksi. Dirinya setelah
datang ke kantor langsung mengecek dan mengaudit berita yang masuk
ke ruangan redaktur yang terbagi menjadi beberapa bagian sesuai
dengan fungsi dan bagiannya masing-masing.
2) Hari Jumat
Pada hari Jumat, Rudi ditelepon oleh Basuki. Rudi diharapkan
menemui Suryo Baskoro karena akan mendapatkan tugas khusus dari
wakil pemimpin redaksi. Hal ini seperti pada kutipan berikut.
“Yen ngono aku percaya tenan! Jemuah jam wolu esuk ana
tugas apa?
“Ngendikane Mas Basuki kula diparingi tugas Bapak?”
(Sang Pangeran Pati: 19)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 120
Vol. / 10 / No. 01 / April 2017

Dari kutipan di atas dapat diketahui pada Rudi mendapatkan perintah


dari Mas Basuki untuk menemui Suryo Baskoro. Rudi pada hari Jumat
jam delapan akan diberikan tugas oleh wakil pemimpin redaksi untuk
meliput sebuah berita.
3) Masyarakat kota yang sadar akan pentingnya pendidikan
Dalam novel ini, masyarakat dan pelakunya digambarkan
memahami akan pentingnya pendidikan. Prihastuti Kusumo yang
menjabat sebagai pimpinan redaksi merupakan lulusan manajemen
UGM dan mengambil S2 nya di Lowa University. Begitu pula dengan
Suryo Baskoro seorang insinyur jurusan kelistrikan dan teknologi di ITS.
Pendidikan yang tinggi biasanya seiring dengan ilmu yang dimilikinya
sehingga akan mendapatkan posisi atau jabatan yang baik dalam dunia
kerja. Hal ini seperti yang terlihat pada kutipan berikut.
“Prihastuti, jangkepe Dra. Prihastuti Kusumo, MA, lulusan
Manajemen Sumberdaya saka UGM lan Komunikasi saka Lowa
University, bakal kepathok dadi pemimpin perusahaan, banjur
pemimpin redaksi kapasrahake marang wong bagus Ir. Suryo
Baskoro MSi, lulusan Kelistrikan lan Teknologi Informatika ITS”.
(Sang Pangeran Pati: 8-9)

Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa dalam novel Sang


Pangeran Pati masyarakatnya digambarkan telah memiliki kesadaran
akan pentingnya pendidikan. Tokoh yang memiliki jabatan tinggi dan
posisi yang ang baik memiliki pendidikan yang tinggi. Kesadaran
mengenai pendidikan ini terlihat seperti pada tokoh Prihastuti Kusumo
yang menyandang gelar Dra Prihastuti Kusumo, MA dan Suryo Baskoro
yang memiliki gelas Insinyur dari ITS.
e. Pusat Pengisahan
Dalam novel Sang Pangeran Pati yang digunakan adalah sudut
pandang orang ketiga serba tahu. Pengarang tidak ikut menjadi salah satu
tokoh dalam cerita, pengarang hanya berada di luar cerita. Pengarang
sebagai penyaji cerita mengetahui semua hal, mulai dari nama tokoh, jalan

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 121
Vol. / 10 / No. 01 / April 2017

pikiran tokoh, karakter masing-masing tokoh serta seluruh kejadian yang


ada dalam cerita.
2. Nilai Pendidikan Moral yang Terkandung dalam Novel Sang Pangeran Pati Karya
Fitri Gunawan
Hasil penelitian mengenai nilai pendidikan moral pada novel Sang Pangeran
Pati karya Fitri Gunawan mencakup 3 nilai moral yaitu a) nilai moral hubungan
manusia dengan diri sendiri; b) nilai moral hubungan manusia dengan sesama
manusia lain dalam lingkup sosial dan lingkungan alam; c) nilai moral hubungan
manusia dengan Tuhan. Nilai pendidikan moral tersebut seperti pada paparan
berikut.
a. Nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri
Nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri dalam novel Sang
Pangeran Pati ada 7 indikator, meliputi: rendah hati, rajin, pekerja keras,
pandai, pemberani, jujur dan bersih, sabar serta ikhlas. Hal tersebut seperti
pada contoh berikut.
Sikap pekerja keras ditunjukkan oleh tokoh Prihastuti Kusumo.
Walaupun dirinya seorang pemimpin redaksi dan putra pemilik perusahaan,
beliau tetap bekerja keras memajukan perusahaannya. Beliau berharap dengan
kerja kerasnya akan memajukan bisnis dan membesarkan perusahaan koran
Cahaya Kita yang didirikan oleh orang tuanya. Hal ini seperti yang terlihat pada
kutipan berikut.
“Pawongan sulistya, ayu merak ati lan katon jinem: Prihastuti Kusumo
lagi ibut njingglengi berkas-berkas layang utawa dokumen kang
numpuk ing meja”
(Sang Pangeran Pati: 6)

Dari kutipan di atas dapat terlihat bahwa Prihastuti Kusumo adalah


sosok yang pekerja keras. Prihastuti Kusumo meskipun sebagai pemimpin
perusahaan, tetap rajin bekerja. Prihastuti Kusumo terlihat mengecek dan
mempersiapkan berkas-berkas dan dokumen perusahaan yang menumpuk
dimeja kerjanya.

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 122
Vol. / 10 / No. 01 / April 2017

b. Nilai moral hubungan manusia dengan sesama manusia lain dalam lingkup
sosial dan lingkungan alam
Nilai moral hubungan manusia dengan sesama manusia lain dalam
lingkup sosial dan lingkungan alam dalam novel Sang Pangeran Pati ada 10
indikator, meliputi: ramah dan murah senyum, sopan santun, rela berkorban,
jujur kepada orang tua, suka bercanda kepada sahabat, dermawan, setia
kepada pasangan, perhatian kepada sesama, bijaksana kepada bawahannya dan
membalas budi kebaikan orang lain. Hal tersebut seperti pada contoh berikut.
Sikap sopan ditunjukkan oleh Sri Wahyuni. Sri Wahyuni bertugas
sebagai redaktur opini di perusahaan koran Cahaya Kita. Dirinya selalu rajin
bekerja, namun apabila ada orang yang membutuhkannya dan
menghampirinya di ruang kerjanya akan disambut dengan baik dan sopan. Hal
ini terlihat pada kutipan berikut.
“Rikala Wakil Pemimpin Redaksi mlebu ruangan gedhe, Redaktur Opini
lagi nggethu njingglengi internet. Nalika krungu swara lawang dibukak
dheweke ndhengengek”
“Sugeng enjang Mas Suryo”
(Sang Pangeran Pati: 8)
Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa Sri Wahyuni sosok yang
berkepribadian sopan. Meskipun Sri Wahyuni sedang bekerja memperhatikan
internet di ruang kerjanya. Sri Wahyuni masih menyempatkan menyapa kepada
Suryo Baskoro yang datang untuk berkunjung ke ruang kerjanya.
c. Nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan
Nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan dalam novel Sang
Pangeran Pati ada 3 indikator, meliputi: percaya adanya Tuhan, bersyukur dan
berdoa. Hal tersebut seperti pada contoh berikut.
Bersyukur ditunjukan oleh tokoh Bu Suryono. Bu Suryono merupakan
ibu dari Surtikanthi. Bu Suryono mengucap syukur kepada Tuhan ketika
keinginan anaknya untuk meneruskan kuliah di perguruan tinggi di Amerika
dikabulkan oleh Tuhan. Hal ini seperti yang terlihat pada kutipan berikut.

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 123
Vol. / 10 / No. 01 / April 2017

“Sokur Surti, sokur, apa kang dadi idam-idamanmu kasil. Wit biyen
kowe kepengin oleh Ph D saka pawiyatan luhur ing Amerika,
alhamdulilah Gusti ngijabahi, Nduk”.
(Sang Pangeran Pati: 152)
Dari kutipan di atas dapat terlihat bahwa Bu Suryono mengucap syukur
kepada Tuhan. Bu Suryono senang karena cita-cita dan keinginan anaknya yaitu
Surtikanthi untuk sekolah di salah satu perguruan tinggi di Amerika guna
mendapatkan gelar Ph D dikabulkan dan diijabah oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Rasa syukur ini diungkapkan dengan kata Alhamdulilah.

Simpulan
Berdasakan rumusan masalah, unsure intrinsik novel Sang Pangeran Pati
mencakup lima aspek, yaitu: (1) tema: perjalanan karier dan cinta Suryo Baskoro; (2)
tokoh dan Penokohan terdiri dari (a) tokoh utama: Suryo Baskoro (b) tokoh tambahan:
Prihastuti Kusumo, Sri Wahyuni, Basuki Wibowo, Rudi Hamonangan, Aryo Guritno,
Murdanu, Surtikanthi, Broto Kusumo,Wisnumurti Kusumo. (3) Alurnya: maju, (4) latar
terdiri dari: latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. (5) sudut pandang yang
digunakan adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Nilai pendidikan moral
dalam novel Sang Pangeran Pati karya Fitri Gunawan mencakup tiga aspek yaitu: (1)
nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri ada 7 indikator, meliputi: rendah
hati, rajin, pekerja keras, pandai, pemberani, jujur dan bersih, sabar serta ikhlas; (2)
nilai moral hubungan manusia dengan sesama manusia lain dan dalam lingkup sosial
ada 10 indikator, meliputi: ramah dan murah senyum, sopan santun, rela berkorban,
jujur kepada orang tua, suka bercanda kepada sahabat, dermawan, setia kepada
pasangan, perhatian kepada sesama, bijaksana kepada bawahannya dan membalas
budi kebaikan orang lain; (3) nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa ada 3 indikator, meliputi: percaya adanya Tuhan, bersyukur dan berdoa.

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 124
Vol. / 10 / No. 01 / April 2017

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta:
Yuma Pustaka.

Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.

Purwadi. 2009. Pengkajian Sastra Jawa. Yogyakarta: Pura Pustaka.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D.

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 125

Anda mungkin juga menyukai