Anda di halaman 1dari 4

Severe Mental Retardation (F72)

1. Pengertian
Retardasi mental adalah gangguan perkembangan otak yang ditandai dengan nilai
IQ di bawah rata-rata orang normal dan kemampuan untuk melakukan keterampilan
sehari-hari yang buruk. Retardasi mental juga dikenal dengan nama gangguan intelektual.
Untuk retardasi mental berat, ditandai dengan nilai IQ pada penderita yang berkisar
antara 20-34.
2. Gejala
Gejala retardasi mental pada tiap pasien dapat berbeda-beda, tergantung tingkat
keparahan kondisi yang dialami. Gejala yang dapat timbul pada penderita retardasi
mental, berupa:
 Kesulitan berbicara.
 Lambat dalam mempelajari hal-hal penting, seperti berpakaian dan makan.
 Kesulitan dalam pengendalian emosi, seperti mudah marah.
 Ketidakmampuan memahami konsekuensi atas tindakan yang diambil.
 Penalaran yang buruk dan sulit memecahkan suatu masalah.
 Daya ingat yang buruk.
3. Pengobatan
Ibu hamil dapat melakukan tes USG atau pengambilan sampel air ketuban
(amniocentesis), untuk mendeteksi ada atau tidaknya kelainan pertumbuhan otak atau
kelainan genetik pada janin. Meski kondisi tersebut dapat dideteksi, belum ada
metode pengobatan yang dapat memperbaiki kelainan pertumbuhan otak pada janin.
Penanganan yang dapat dilakukan pada pasien retardasi mental adalah dengan
memberikan terapi khusus agar dapat beradaptasi dan berkembang dengan kondisinya.
Terapi yang biasa diberikan adalah individualized family service plan (IFSP)
dan individualized education program (IEP). Dalam terapi tersebut, dokter atau terapis
akan melatih pasien untuk mengendalikan gejala yang dialami, misalnya kesulitan
berbicara, juga memberikan bimbingan pada keluarga untuk mendampingi pasien dalam
aktivitas sehari-hari.
Selain itu, orang tua juga dapat membantu perkembangan pasien dengan
melakukan beberapa upaya, seperti:
 Membiarkan pasien mencoba hal baru, dan memberi tahu dia untuk melakukan suatu
hal secara mandiri.
 Memerhatikan perkembangan pasien di sekolah, dan membantunya mempelajari
ulang apa yang telah dipelajari di sekolah.
 Mengikutsertakan pasien dalam aktivitas kelompok atau aktivitas yang
membutuhkan kerjasama dan interaksi, seperti pramuka.
 Mencari tahu lebih dalam tentang retardasi mental, baik melalui konsultasi ke dokter
atau orang tua lain yang memiliki masalah yang sama.
4. Tindakan
Dalam mendiagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan pada kondisi pasien
secara menyeluruh. Pemeriksaan dilakukan dengan mewawancarai pasien dan orang
tuanya, melakukan observasi secara langsung, dan menjalankan serangkaian tes
intelektual dan kemampuan penyesuaian diri pasien dengan lingkungan.
Seseorang yang menderita retardasi mental akan menunjukkan 2 tanda utama,
yakni kemampuan menyesuaikan diri yang buruk dan nilai IQ di bawah rata-rata. Namun,
dokter juga dapat melanjutkan pemeriksaan guna mendeteksi faktor penyebab yang
diderita.
Beberapa tes yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan tersebut,
meliputi:
 Tes darah.
 Tes urine.
 Pemindaian, seperti CT scan dan MRI.
 Pemeriksaan aktivitas listrik otak atau elektroensefalografi (EEG).
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan retardasi mental pada anak dilakukan berdasarkan asesmen
terhadap kebutuhan sosial, pendidikan, psikiatrik, dan lingkungan pasien.
Psikoterapi
Psikoterapi yang bisa digunakan pada pasien dengan retardasi mental adalah
terapi perilaku dan cognitive behavior therapy (CBT). Tujuan dari terapi adalah untuk
memberikan keterampilan adaptif minimal kepada pasien dengan mempertimbangkan
tingkat inteligensi.
Intervensi yang dilakukan biasanya berupa latihan-latihan yang disertai
dengan reward untuk hasil yang baik dan hukuman ringan (punishment) untuk perilaku
yang menentang atau berlawanan dengan terapi. Namun, efektivitas psikoterapi terbatas
pada pasien dengan retardasi mental karena gangguan intelektual yang dialami.
Psikoterapi perilaku difokuskan untuk pelatihan vokasional dan edukasional
sebagai upaya untuk memaksimalkan kemandirian pasien. Intervensi ini juga termasuk
menyediakan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat inteligensinya.
Medikamentosa
Tidak ada obat yang spesifik untuk retardasi mental. Farmakoterapi untuk anak
dengan retardasi mental disesuaikan dengan gejala dan gangguan komorbid yang
ditunjukkan.
Gejala agresi, iritabilitas, dan perilaku self harm bisa ditangani dengan obat-obat
antipsikotik atipikal, seperti risperidone dan clozapine. Namun, perlu diwaspadai bahwa
pasien dengan retardasi mental lebih rentan mengalami gejala ekstrapiramidal.
Gejala-gejala hiperaktivitas dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
pada pasien dengan retardasi mental bisa diatasi dengan metilfenidat, clonidine, atau
risperidone. Untuk gejala-gejala depresi, antidepresan yang direkomendasikan adalah
golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), seperti fluoxetine, paroxetine,
dan sertraline.
Antidepresan golongan SSRI juga bisa digunakan untuk mengatasi gejala-
gejala gangguan obsesif kompulsif pada anak dengan retardasi mental.
Untuk pasien yang menunjukkan gejala gerakan-gerakan stereotipik,
direkomendasikan penggunaan antipsikotik tipikal,
seperti haloperidol dan chlorpromazine; atau antipsikotik atipikal, seperti
quetiapine, clozapine, dan risperidone.

Anda mungkin juga menyukai