Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

KONSEP KOMUNIKASI DENGAN LANSIA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :

1.Arke Mafina Mustika


2.Ayu pradasari
3.Fransisca Yonni Andriani
4.Vania Rachmiana
5.Fitri Ana Sari
6.Hasmi Vilia
7.Eka Dewi
8.Siska dwi mentari
9.Nurul Zakiyah Gusmalisa
10. Joni Isnandar
11. Ermayani
12. Dinda Melany Utary
13. Nur rahmawati

TAHUN AJARAN 2021/2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial dan membutuhkan orang lain agar dapat
bertahan hidup. Untuk dapat membina hubungan dengan orang lain, maka
butuh komunikasi sebagai alat untuk berinteraksi. Komunikasi dapat
mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang. Pada proses keperawatan,
komunikasi menjadi sangat penting karena merupakan faktor penentu
dalam keberhasilan memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Oleh
karena itu, seorang perawat perlu mempelajari konsep dasar komunikasi
sebagai dasar ilmu bagi perawat. Komunikasi menjadi lebih bermakna
karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan (Purba, 2012).

Setiap makhluk hidup didunia ini akan mengalami proses menua,hal ini
dikarenakan proses menua merupakan hukum alam (sunariani dkk
2007).proses menua akibat dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual
loss) yang terkait banyaknya perubahan yang terjadi pada lansia, perubahan
seperti kemunduran pada sistem sensorinya yang dapat menyebabkan
terjadinya masalah komunikasi pada lansia.

Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut
usia tidak hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga
tergantung dari perhatian terhadap keadaan sosial,ekonomi,kultural dan
psikologis.walaupun pelayanan kesehatan secara medis pada pasien lanjut
usia telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan komunikasi yang baik
serta empati sebagai bagian penting dalam penanganan persoalan kesehatan
lansia.komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam keterbatakan
kapasitas fungsional,sosial,ekonomi,perilaku emosiyang labil pada pasien
lanjut usia.

2
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas mmaka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Komunikasi ?
2. Apa saja Karakteristik Lansia?
3. Bagaimana Proses Komunikasi Pada Lansia?
4. Apa saja Metode Komunikasi pada Lansia?
5. Bagaimana Perkembangan Komunikasi Pada Lansia?
6. Apa saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Pada Lansia?
7. Apa saja Hambatan Komunikasi Pada Lansia Dan Cara Mengatasinya?
8. Bagaimana Teknik Komunikasi Pada Lansia?

8.3 Tujuan Masalah


Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pengertian Komunikasi
2. Untuk mengetahui Karakteristik Lansia
3. Untuk mengetahui Proses Komunikasi pada Lansia
4. Untuk mengetahui Metode Komunikasi pada Lansia
5. Untuk mengetahui Perkembangan Komunikasi Pada Lansia
6. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi
Pada Lansia
7. Untuk mengetahui Hambatan Komunikasi Pada Lansia Dan Cara
Mengatasinya
8. Untuk mengetahui Teknik Komunikasi Pada Lansia

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi


Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare–
communicatio dan communicatus yang berarti suatu alat yang berhubungan
dengan sistem penyampaian dan penerimaan berita, seperti telepon, telegraf,
radio, dan sebagainya. Jadi komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses
pertukaran, penyampaian, dan penerimaan berita, ide, atau informasi dari
seseorang ke orang lain. Ada beberapa pengertian komunikasi menurut para
ahli :
1) Burgerss (dalam Sarfika, Rika. dkk.2018), “ komunikasi adalah proses
penyampaian informasi, makna dan pemahaman dari pengirim pesan
kepada penerima pesan”.
2) Taylo (dalam Sarfika, Rika. dkk.2018), “komunikasi adalah proses
pertukaran informasi atau proses yang menimbulkan dan meneruskan
makna atau arti”.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkam
bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi yang dari
pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga menimbulkan respon
tingkah laku sesuai dengan informasi yang diterima oleh penerima pesan.

2.2 Karakteristik Lansia


WHO mengelompokkan lansia menjadi 4 kelompok yang meliputi :
a. Midle age (usia pertengahan) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
b. Elderly, antara 60-74 tahun
c. Usia antara 75-90 tahun
d. Very old lebih dari 90 tahun
Sedangkan bila di klasifikasi lansia berdasarkan kronologi usia yaitu :
a. Young old 60-75 tahun
b. Middle old 75-84 tahun

4
c. Old-old >85 tahun
Karakteristik lansia berhubungan dengan kemunduran fisik yang
terjadi dan penyakit akibat proses menua yang sering dihadapi oleh lansia
yaitu :

1) Mudah jatuh 10) Berat badan menurun


2) Mudah lelah 11) Sukar menahan buang air kecil
3) Nyeri dada (suka ngompol)
4) Kekacauan mental 12) Sukar menahan BAK
5) Sesak nafas pada waktu 13) Sulit tidur
melakukan kerja fisik 14) Keluhan perasaan dingin
6) Berdebar-debar (palpitasi) 15) Kesemutan pada anggota badan
7) Pembengkakan kaki bagian bawah 16) Mudah gatal-gatal
8) Nyeri pinggang atau punggung 17) Keluhan pusing-pusing
9) Nyeri pada sendi pinggul 18) Sakit kepala

2.3 Proses Komunikasi pada Lansia

Proses komunikasi merupakan bagian intergral untuk


mendapatkan fakta-fakta yang memicu atau memperburuk perilaku yang
sulit. Pengasuh harus dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang tua,
keluarga, dan staf lain secara profesional. Hasilnya, komponen dasar dari
proses komunikasi diperkenalkan dan diterapkan pada lansia. Menurut
Jeanny Ivones (2010), proses komunikasi pada lansia berikut :

a. Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan


menjelaskan tujuan dan lama wawancara.
b. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan
dengan pemumduran kemampuan untuk merespons verbal.
c. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar
belakang sosiokulturalnya.
d. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia
kesulitan dalam berfikir abstrak.

5
e. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan
memberikan respons nonverbal, seperti kontak mata secara langsung
duduk, dan menyentuh pasien.
f. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian
pasien dan distress yang ada.
g. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari
wawancara pengkajian.
h. perawat harus memperhatikan respons pasien dengan mendengarkan
dengan cermat dan tetap mengobservasi.
i. Tempat mewancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing
bagi pasien.
j. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman
mungkin.
k. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi yang sensitif
terhadap suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan
penglihatan.
l. Perawat harus mengonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga
pasien atau orang lain yang sangat mengenal pasien.
m. Memerhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.

2.4 Metode Komunikasi pada Lansia


Perawat atau pemberi asuhan harus dapat menunjukkan kesiapan
mendengarkan klien lansia . Kesiapan ini ditunjukkan dengan :

a. Duduk tegak, rileks, dan menghadapkan lansia secara muka dengan


muka. Posisi ini menunjukkan “saya siap dan mau mendengarkan”.
b. Mempertahankan kontak mata.
c. Tubuh perawat atau pemberi asuhan sedikitn membungkuk atau sikap
menghormat ke arah lansia.
d. Mempertahankan sikap tubuh yang terbuka.
e. Mempertahankan posisi tubuh yang rileks, memang sulit untuk
mempertahankan posisi tubuh yang rileks penuh karena mendengarkan

6
dengan seluruh “dirinya” perawat sudah mengeluarkan banyak tenaga.
Akan tetapi, suasana tegang dapat dicegah dengan memberi sedikit
waktu sebelum perawat memberi tanggapannya, memberi waktu
untukm berdiam sejenak, dam menggunakan isyarat yang tepat dan
membantu.

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Pada Lansia


a. Faktor klien meliputi ; kecemasan, penurunan sensori (penurunan
pendengaran dan penglihatan, kurang hati-hati, tema yang menetap misal
kepedulian terhadap kebugaran tubuh, kehilangan reaksi, mengulangi
kehidupan, takut kehilangan control dan kematian)
b. Faktor perawat meliputi; perilaku perawat terhadap lansia dan
ketidakpahaman perawat
c. Faktor lingkungan yang bising dapat menastimulasi kebingungan lansia
dan terganggunya penerimaan pesan yang disampaikan
2.6 Hambatan Komunikasi Pada Lansia Dan Cara Mengatasinya
Hambatan komunikasi yang efektif pada lansia berhubungan dengan
keterbatasan fisik yang terjadi akibat dari proses menua (aging process),
antara lain fungsi pendengaran menurun, mata yang kabur, tidak adanya
gigi, suara yang mulai melemah dan sebagainya. Faktor penghambat dapat
muncul baik dari komunikator maupun komunikan. Faktor penghambat dari
komunikator (perawat atau pemberi asuhan) meliputi tidak menguasai
pesan, kurang menguasai unsur lain, suasana kurang mendukung,
penyampaian pesan tidak jelas (karena suara terlalu kecil/cepat) sehingga
susah ditangkap oleh penerima. Faktor penghambat dari aspek komunikasi
(lansia) meliputi pengetahuan komunikan terlalu rendah sehingga sulit
mencerna isi pesan, sifat tertutup, atau lingkungan tempat berkomunikasi
yang kurang mendukung (terlalu bising, panas, terlalu dingin, tidak adanya
privasi) akan menghambat komunikasi Adapun kendala-kendala dan
hambatan dalam berkomunikasi dengan lansia :

7
1) Gangguan neurology serring menyebabkan gangguan bicara dan
berkomunikasi dapat juga karena pengobatan medis, mulut yang kering
dan lain-lain.
2) Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam
mendengarkan, mengingat dan respon pada pertanyaan seseorang.
3) Perawat sering memanggil dengan nenek, sayang, dan lain-lain. Hal
tersebut membuat tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama
panggilannya.
4) Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
5) Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan
saling percaya. Gangguan sensoris dalam pendengarannya
6) Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan-pesan
non-verbal.
7) Overload dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau
banyak orang berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif
berkurang.
8) Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan
misalnya focus pada rasa sakit, haus, lapar, capai, kandung kemih penuh,
udara yang tidak enak, dan lain-lain.
9) Hambatan pada pribadi : penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik,
efek pengobatan dan kondisi patologi, gangguan fungsi psikososial,
karena depresi atau dimensia, gangguan kontak dengan realita.
10) Hambatan dalam suasana/lingkungan tempat wawancara :
ribut/berisik, terlalu banyak informasi dalam waktu yang sama, terlalu
banyak orang yang ikut bicara, peerbedaan budaya, perbedaan bahasa,
prejudice, dan strereotipes.

Dari hambatan-hambatan diatas, untuk meningkatkan efisiensi dan


efektivitas berkomunikasi dengan lansia maka diperlukan penguasaan
terhadap cara-cara mengatasi hambatan komunikasi. Cara untuk mengatasi
hambatan komunikasi tersebut, antara lain:

8
1. Gunakan umpan balik (feedback)
Setiap orang yang berbicara memperhatikan umpan balik yang diberikan
lawan bicaranya baik bahasa verbal maupun non verbal, kemudian
memberikan penafsiran terhadap umpan balik itu secara benar.
2. Pahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan baik.
Setiap individu merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari
latar belakang psikologis, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan.
Dengan memahami, seseorang dapat menggunakan taktik yang tepat
dalam berkomunikasi.
3. Gunakan komunikasi langsung (face to face)
Komunikasi langsung dapat mengatasi hambatan komunikasi karena
sifatnya lebih persuasif. Komunikator dapat memadukan bahasa verbal
dan bahasa non verbal. Disamping kata-kata yang selektif dapat pula
digunakan kontak mata, mimik wajah, bahasa tubuh lainnya dan juga
meta-language (isyarat diluar bahasa) yang membuat komunikasi lebih
berdaya guna.
4. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah.
Kosa kata yang digunakan hendaknya dapat dimengerti dan dipahami
jangan menggunakan istilah-istilah yang sukar dimengerti pendengar.
Gunakan pola kalimat sederhana (kanonik) karena kalimat yang
mengandung banyak anak kalimat membuat pesan sulit dimengerti.

Berikut adalah cara lainnya untuk mengatasi hambatan komunikasi pada


lansia :
a. Menjaga agar tingkat kebisingan minimum
b. Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol
c. Menjamin alat bantu dengar berfungsi dengan baik
d. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas
e. Jangan berbicara dengan keras/berteriak
f. Jangan terlalu jauh berdiri di depan klien
g. Perhatikan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana

9
h. Beri kesempatan pada klien untuk berfikir
i. Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan
orang tua dan kegiatan rohani.
j. Berbicara pada tingkat pemahaman klien
k. Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas
atau keahlian.
l. jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat dalam ruangan
bersama anda. Orang ini biasanya paling akrab dengan pola
komunikasi klien dan dapat membantu proses komunikasi.
2.7 Teknik Komunikasi Pada Lansia
Mundakir (2006) mengidentifikasi beberapa teknik komunikasi yang dapat
digunakan perawat dalam berkomunikasi dengan lansia adalah:
a. Teknik asertif
Asertif adalah menyatakan dengan sesungguhnya, terima klien apa
adanya. Perawat bersikap menerima yang menunjukkan sikap peduli dan
sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan klien serta berusaha
untuk mengerti/memahami klien. Sikap ini membantu perawat untuk
menjaga hubungan terapeutik dengan lansia.
b. Responsif
Reaksi spontan perawat terhadap perubahan yang terjadi pada klien dan
segera melakukan klarifikasi tentang perubahan tersebut. Teknik ini
merupakan bentuk perhatian perawat kepada klien yang dilakukan secara
aktif untuk memberikan ketenangan klien. Berespon berarti bersikap aktif
tidak menunggu permintaan dari klien.
Contoh :
“apa yang ibu fikirkan saat ini? Apa yang bisa saya bantu untuk ibu?
c. Fokus
Dalam berkomunikasi sering kita jumpai lansia berbicara panjang lebar
dan mengungkapkan pernyataan-pernyataan di luar materi dan tidak
relevan dengan tujuan terapi. Sehubungan dengan hal tersebut maka
perawat harus tetap fokus pada topik pembicaraan dan mengarahkan

10
kembali komunikasi lansia pada topik untuk mencapai tujuan terapi.
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap
materi komunikasi yang diinginkan.
d. Supportif
Lansia sering menunjukkan sikap labil atau berubah-ubah. Perubahan ini
perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia dengan cara
memberikan dukungan (suppotif)
Contoh sikap supportif :
Tersenyum dan mengangguk ketika lansia mengungkapkan perasaannya
sebagai sikap hormat dan menghargai lansia berbicara.
Contoh ungkapan yang bisa memberi suppor/motivasi kepada lansia
adalah:
“saya yakin bapak mampu melakukan tugas bapak dengan baik”
e. Klarifikasi
Klarifikasi adalah teknik yang digunakan perawat untuk memperjelas
informasi yang disampaikan klien, klarifikasi dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang atau meminta klien memberi penjelasan
ulang atau meminta klien memberi penjelasan ulang dengan tujuan
menyamakan persepsi.
Contoh :
“coba ibu jelaskan kembali bagaimana perasaan ibu saat ini?”
f. Sabar dan ikhlas
Perubahan yang terjadi pada lansia terkadang merepotkan dan seperti
kekanak-kanakan. Perubahan ini harus disikapi dengan sabar dan ikhlas
agar hubungan antara perawat dengan klien lansia dapat efektif dan
terapeutik.

11
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi yang dari
pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga menimbulkan respon
tingkah laku sesuai dengan informasi yang diterima oleh penerima pesan.
Menurut Eriksons (dalam Sarfika, Rika. dkk.2018), menjelaskan
bahwa pada orang dewasa terjadi perkembangan psikososial yaitu intimasi
vs isolasi. Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu,
pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat lama
menetap dalam dirinya, sehingga tidak mudah untuk merubahnya.
Ada beberapa suasana yang harus diciptakan yaitu, suasana hormat
menghormati, suasana saling menghargai, suasana saling percaya dan
suasana saling terbuka.
Dalam berkomunikasi dengan lansia terdapat beberapa hambatan
seperti, gangguan neurologi, penurunan daya fikir, perawat sering
memanggil nenek, mendengarkan dengan penuh perhatian, perbedaan
budaya, overload sensoris, gangguan penglihatan, hambatan fisik,
hamabatan pribadi, dan gangguan suasana kenyamanan.
Cara untuk mengatasi hambatan komunikasi tersebut, antara lain:
gunakan umpan balik, kenali perbedaan individu, berkomunikasi secara
langsung (face to face), serta gunakan bahasa yang sederhana dan mudah di
pahami.
3.2 Saran
Bagi pembaca khusunya perawat harus memahami tentang aplikasi
terapeutik pada lansia agar pemeriksaan pasien lansia di rumah sakit
berjalan dengan lancar, selain itu juga penting mengetahui apa saja
kemungkinan yang akan menjadi hambatan dalam berkomunikasi dengan
lansia serta dapat mengetahui cara mengatasi hambatan tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sarfika, Rika. dkk.2018. Buku Ajar Keperawatan Dasar 2 Komunikasi Terapeutik


Dalam Keperawatan. Padang : Andalas University Press
Anjaswarni,Tri. 2013 . Komunikasi Keperawatan Modul 2 Penerapan Komunikasi
Berdasarkan Tingkat Usia: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI.
Nugroho. 2010. Komunikasi dalam Keperawatan gerontik. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Moh. Reza Pradiaksa. 2013. (http://docplayer.info/61839186-Makalah-
komunikasi-terapeutik-pada-lansia-dari-moh-reza-pradiaksa.html)
Amal,A.I (2017). Identifikasi Komunikasi Antar Keluarga Dengan Pasien Presbiakusis
Yang Tinggal Dalam Satu Rumah.Nurscope.Jurnal Keperawatan Dan
Pemikiran Ilmiah.VOL 3.(6).43-53
Christian Andre (2018). Proses Komunikasi Interpersonal Antara Suster Dan Lansia
Dalam Memberikan Pelayanan Di Panti Jompo Hargodedali Surabaya. VOL
6. NO.2
Rierieka (2014).komunikasi keperawatan pada lansia.
https://id.scribd.com/com/210737555/makalah-komunikasi-keperawatan-
pada-lansia

Cristanty, M., & Azeharie, S. (2016). Studi Komunikasi Interpersonal Antara


Perawat
Dengan Lansia Di Panti Lansia Santa Anna Teluk Gong Jakarta. Jurnal
Komunikasi, 8(2), 170– 178. Retrieved from https://journal.untar.ac.id
Andr486.2016. Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia.
https://www.scrib.com/document/325442022/Hambatan-
Berkomunikasi-Dengan-Lansia

13

Anda mungkin juga menyukai