Anda di halaman 1dari 11

KELAS X TEKS HIKAYAT

KOMPETENSI DASAR Indikator


3.4 Membandingkan nilai-nilai dan 3.4.1 Mengidentifikasi teks hikayat
kebahasaan cerita rakyat dan cerpen 3.4.2 Menganalisis nilai-nilai dalam teks
4.4 Mengembangkan cerita rakyat hikayat
(hikayat) ke dalam bentuk cerpen dengan 3.4.3 Menganalisis kebahasaan teks
memerhatikan isi dan nilai-nilai. hikayat
3.4.4 Membandingkan nilai-nilai dan

MELISA SITOMPUL

Mod[Type text] Page 0


sebuah sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang,
silsilah yang sifatnya rekaan, biogragis, keagamaan, historis, atau gabungan dari sifat-sifat
yang ada, sedangkan dongeng mengisahkan tentang cerita yang berkembang di masyarakat
diceritakan dengan bahasa sederhana.
Jenis Hikayat Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya, hikayat ini terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Melayu Asli. Contohnya Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur islam), Hikayat Si Miskin
(bercampur unsur islam), Hikayat Indera Bangsawan, Hikayat Malim Deman.
2. Pengaruh Jawa. Contohnya Hikayat Panji Semirang, Hikayat Cekel Weneng Pati, Hikayat
Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma).
3. Pengaruh Hindu (India). Contohnya Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana), Hikayat
Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata), Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata), dan
Hikayat Bayan Budiman.
4. Pengaruh Arab-Persia. Contohnya Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam), Hikayat
Bachtiar, dan Hikayat Seribu Satu Malam.

HIKAYAT HANG TUAH


Suatu hari, terdapat papsangan yang bernama Hang Mahmud dan Dang Merdu yang
dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Hang Tuah. Keluarga itu tinggal pada
suatu desa yang disebut dengan Sungai Duyung. Di daerah tersebut, seluruh warga
mengetahui bahwasanya Raja Bintan yang merupakan pemimpin wilayah itu dikenal baik
dan juga disegani oleh segenap rakyatnya.
Mahmud akhirnya berkeluh kesah di depan istrinya tersebut untuk dapat diizinkan
untuk mengadu nasibnya di Bintan, pikirnya siapa tahu apabila ia disana nasibnnya akan
baik. Dan setelah ia berdiskusi dengan sang istri.
Tiba malamnya Mahmud bermimpi terdapat bulan yang turun dari langit dan
kemudian bersinar diatas kepala anaknya, yakni Hang Tuah. Mahmud pun terbangun dari
tiduenya dan kemudian menemui anaknya dan melihat anaknya memancarkan bau yang
sangat wangi. Dan pada pagi hari, keluarga itu akan mengadakan acara syukuran.
Beberapa hari kemudian, Hang Tuah ikut membantu ayahnya untuk membelah
sejumlah kayu yang akan dijadikan persediaan. Dan tepat pada saat itu, datanglah sejumlah
pemberontak yang berniat untuk membunuh orang yang ada di desa tersebut.
Warga desa pun berlarian dengan panik untuk menyelamatkan dirinya, akan tetapi
Hang Tuah masih saja tetap sibuk untuk membelah kayu. Dari kejauhan, ibu dari Hang

Modul-6/Teks Hikayat/SUD/X/2021 Page 1


Tuah berteriak dengan panik dan menyuruhnya untuk pergi agar menyelamatkan diri.
Tetapi, sudah terlambat dikarenakan pemberontak tersebut telah berada tepat didepannya.
Dan para pemberontak itu mencoba untuk menusuk perut Hang Tuah dengan keris,
tetapi Hang Tuah berhasil menghindarinya. Kemudian ketika terdapat kesempatan, Hang
Tuah mengayunkan kapak untuk membelah kayunya tepat di adas kepala pemberontak itu
dan kemudian pemberontak itu pun mati.
Berita Hang Tuah yang berhasil mengalahkan seorang pemberontak pun telah
tersebar di seluruh negeri. Ia pun lalu diundang kedalam istana oleh raja. Untuk suatu
bentuk terimakasihnya, raja sering mengundangnya untuk dapat dapat ke istana dan
kemudian menjadi seseorang yang dipercayai oleh raja.
Hal itu pasti membuat sejumlah pegawai dan juga Tumenggung merasa iri
terhadapnya. Orang-orang iti itu kemudian bekerjasama dan kemudian memfitnah Hang
Tuah. Seorang Tumenggung mengatakan kepada raja bahwasanya Hang Tuah sudah
merencanakan pengkhianatannya terdapat kerajaan dan ia juga tengah mendekati seorang
gadis yang ada di istana yang bernama Dang Setia.
Setelah mendengar itu, Raja kemudian menjadi marah dan kemudian menyuruh
sejumlah pengawalnya untuk membunuh Hang Tuah. Tetapi, Allah melindunginya yang
tak bersalah itu sehingga pengawal tak bisa membunuh Hang Tuah. Dikarenakan tak mau
meninggalkan masalah lainnya, akhirnya Hang Tuah pun memilih untuk mengasingkan
dirinya ke dalam hutan.

Hikayat merupakan sebuah teks narasi yang berbeda dengan narasi lain. Adapun
karakteristik hikayat antara lain:
1. terdapat kemustahilan dalam cerita,
2. kesaktian tokoh-tokohnya,
3. anonim,
4. istana sentris,
5. bahasa melayu,
6. kata arkais
7. budaya arab (islam/hindu)

Dapatkah kamu menemukan


karakteristik yang dimaksud
dalam teks hikayat di atas?

Modul-6/Teks Hikayat/SUD/X/2021 Page 2


No Karakteristik Pembuktian
.
1.
Kemustahilan
2.
Kesaktian
3.
Anonim
4.
Istana sentris
5.
Bahasa melayu
6.
Kata arkais
7. Budaya Arab
(Islam/Hindu)

Nilai-Nilai Hikayat

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi
manusia. Dalam karya sastra, nilai berwujud makna di balik apa yang dituliskan melalui
unsur intrinsik seperti perilaku, dialog, peristiwa, latar, dan sebagainya.

Beberapa jenis nilai dalam karya sastra antara lain nilai religi, moral, sosial, budaya, estetika,
dan edukasi.
a. Nilai religi adalah nilai yang dikaitkan dengan ajaran agama.
b. Nilai-nilai moral merupakan nasihat-nasihat yang berkaitan dengan budi pekerti,
perilaku, atau tata susila yang dapat diperoleh pembaca dari cerita yang dibaca atau
dinikmatinya.
c. Nilai sosial adalah nasihat-nasihat yang berkaitan dengan kemasyarakatan.
d. Nilai budaya adalah nilai yang diambil dari budaya yang berkembang secara turun
menurun di masyarakat. e. e. Nilai estetika berkaitan dengan keindahan dan seni.
e. Nilai edukasi adalah nilai yang berkaitan dengan pendidikan.

Sekarang, kita akan menganalisis nilai yang terkandung dalam hikayat di atas.

Temukanlah nilai-nilai yang terkandung


dalam hikayat di atas!
No Nilai Cuplikan Alasan

Modul-6/Teks Hikayat/SUD/X/2021 Page 3


.
1. Religi

2. Moral

3. Sosial

4. Budaya

5. Edukasi

Kebahasaan
Modul-6/Teks Hikayat/SUD/X/2021
Teks Hikayat
Page 4
Sebagai sebuah karya sastra, teks hikayat menggunakan kaidah-kaidah kebahasaan yang
terdapat dalam sebuah karya sastra. Berikut beberapa kebahasaan yang akan dibahas dalam
teks hikayat, yaitu :
1. diksi
2. idiom
3. peribahasa
4. majas
Diksi Idiom Peribahasa Majas
Pilihan kata Berupa Kelompok kata yang Gaya bahasa yang
kata/gabungan kata terikat secara susunan menggunakan makna
yang bermakna atau makna. Makna kiasan/konotasi.
kiasan berupa kiasan kehidupan.
Ia begitu ulet Lelah tak dirasanya Sudah empat kali Rumput pun ikut
dan banyak karena membanting diputarinya pasar ini, tak berbisik perihal
pikiran tulang adalah hal salah orang tua dahulu kecantikan Tuan Putri
dalam soal- biasa. berkata, malu bertanya Nayana.
soal sesat di jalan.
menambah
penghasilan.

Dapatkah kamu menganalisis


kebahasaan dalam teks hikayat
di atas?

No Kebahasaan Cuplikan
.
1. Diksi

2. Idiom

3. Peribahasa

4. Majas

Membandingkan Nilai dan Kebahasaan Teks Hikayat


dengan Cerpen
Modul-6/Teks Hikayat/SUD/X/2021 Page 5
Teks hikayat dan cerpen pada dasarnya memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan kedua
teks ini adalah sama-sama karya sastra yang didasarkan pada imajinasi (fiktif). Namun,
karena perbedaan zaman karya tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut pada
zamannya. Begitu juga dengan kebahasaan yang selalu mengalami perkembangan.

Sekarang, kita akan membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan dalam teks hikayat dan
cerpen.
Bacalah cuplikan cerpen berikut ini!
KUPU-KUPU DI PUSARA IBU
Fanny J Poyk
(Kompas, 27 September 2020)

Ketika berkunjung ke makam ibu, ada seekor kupu-kupu bertengger tepat di atas
pusaranya. Warna kupu-kupu itu kuning bercampur ungu dengan garis-garis hitam
kebiruan di setiap pinggirannya. Ukuran kupu-kupu itu hampir setelapak tanganku, ia
terlihat sangat cantik, diam di tempat dan tidak terusik dengan kedatanganku. Melihat
kehadiran kupu-kupu yang menawan itu, tiba-tiba aku teringat akan ucapan ibuku setahun
sebelum ia meninggal. Katanya, “Jika kau menemui kupu-kupu di pusara Ibu, jangan kau
usir. Biarkan dia bertengger di sana sebab itu aku.”

Sesungguhnya ketika aku mendengar ucapan ibu, aku hanya menganggapnya sebagai
perkataan orang tua yang terbang melayang ke mana-mana, kata-katanya seperti khayalan
manusia usia lanjut yang tengah merasakan ketidaknyamanan di tubuh rentanya. Kala itu
ibu sedang menderita rasa sakit karena penyakit diabetes. Ucapan tentang kupu-kupu
dikatakannya hampir setiap Minggu.

“Ingat ya Nak, biarkan kupu-kupu berterbangan di makam Ibu nanti. Itu Ibu, Ibu sedang
menunggu kalian datang menengok Ibu. Jangan kalian usir.” Katanya dengan suara parau.

Beberapa bulan kemudian Ibu tiada. Ia tak sanggup lagi berperang melawan penyakit
diabetes yang sudah merambat ke ginjal hingga jantungnya. Seminggu sekali ibu cuci
darah. Kembali sebelum ia menutup mata, ibu berpesan, “Jika kau rindu, Ibu akan menjadi
kupu-kupu dan menunggu kalian di pusara Ibu.”

Setahun setelah itu, aku dan dua saudaraku telah melupakan pesan ibu. Satu adik dan satu
kakakku telah kembali ke kota tempat mereka tinggal. Adikku yang perempuan bahkan
dibawa suaminya ke Camarillo, California, Amerika Serikat. Suaminya memang asli dari
sana. Sedang kakak perempuanku tinggal di sebuah kota di Jawa Tengah bersama suami
dan dua anak mereka. Tinggal aku si tengah yang kebetulan satu-satunya anak laki-laki ibu
dan ayahku yang menempati rumah peninggalan mereka.

Di usiaku yang ke 30 tahun, aku memilih untuk tidak menikah. Pekerjaanku di sebuah jasa
tabungan uang virtual yang mengharuskan aku menatap komputer sejak pukul sembilan
pagi hingga dua belas malam, membuat aku kehilangan ruang untuk bersosialisasi.

Modul-6/Teks Hikayat/SUD/X/2021 Page 6


Teman-temanku menjauh satu-persatu, mereka menduga aku telah direnggut oleh
cengkeraman kapitalis hingga ke titik yang paling dasar, mereka beranggapan aku seperti
zombie yang berjalan sesuai kendali tanpa bisa mereguk kebebasan pribadi sebagai
manusia yang merdeka.  Aku mengakui hal itu sekaligus menyadari bahwa diriku telah
menjadi manusia paling tak berdaya yang kalah oleh situasi, terlebih lagi di masa pandemi
Covid-19 yang sekarang kian ganas menerjang kekebalan tubuh manusia.

Andai ibuku tidak datang di mimpiku dengan pesannya yang masih sama tentang kupu-
kupu yang bertengger di batu nisannya, mungkin aku tetap bergelut dengan pekerjaan yang
kata temanku benar; memperkaya sang kapitalis bersama tujuh turunannya.

Mimpi tentang ibu dan kupu-kupu semalam, aku bagai melihat kemarahan ibu ketika aku
tidak membuat PR yang diberikan guruku saat SD. “Datanglah, Nak. Masak sejak Ibu
dikubur, kau tidak pernah melihat Ibu. Kau, adikmu dan kakakmu bagai melempar batu ke
dalam tanah, lalu menguruknya dan melupakan kisah tentang Ibu. Kau tengok juga makam
Ayahmu. Kau jangan seperti manusia tak berbudaya yang banyak terdapat di era milenial
ini, menganggap setelah kami tiada, tamat sudah cerita tentang kami. Jika kau melihat
kupu-kupu di batu nisanku, itu Ibu. Aku selalu menunggumu di sana dengan warna sayap
yang berubah-ubah.”

Dan aku terbangun dari tidurku. Peluh membasahi sekujur tubuhku. Ibu yang datang dalam
mimpiku, bagai menyengat dan mengingatkan seluruh kenangan tentangnya. Setelah
sepuluh tahun ayah meninggal, ibu tetap sendiri, ia tidak mau menikah lagi. Ayah yang
pergi meninggalkan tiga anak, tanpa pensiun juga tabungan itu, menyerahkan
tanggungjawabnya pada perempuan yang kala itu memasuki usia empat puluh tahun,
ibuku.

Kisah perjuangan ibu untuk menyekolahkan dan memberikan makan kami, barangkali
sama heroiknya dengan kisah para ibu yang ditinggalkan suami tanpa bekal apapun. Ibu
selalu bilang kalau ia beruntung ditinggalkan sebuah rumah sederhana seluas 100 meter
persegi yang lokasinya di tengah keramaian kota.

“Dari berdagang kue-kue dan makanan inilah, akhirnya kalian bisa tamat kuliah dan
memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan kalian.” Katanya selalu dengan
gurat wajah lelah.

Kala itu, diabetes keparat mulai meminang dan menggerogoti tubuh ibu, lalu perempuan
yang mulai memasuki usia setengah abad itu, menyimpan rasa sakitnya sendirian. Dia tidak
mau kami bersedih dan panik apabila melihat dia berjalan sempoyongan dan lelah karena
gula darahnya sedang tinggi atau turun.

“Ibu lelah, Ibu istirahat sejenak, jika ada pembeli, tolong kau layani dulu. Nak, kau tahu
kan harga-harganya, semua catatan harga ada di bawah etalase tempat kue-kue itu
diletakkan.” Katanya.

Dunia bermain dan ego seorang anak yang membuncah penuh rasa kesal tatkala ibu
meminta bantuan kami untuk mencuci perabotan usai ia membuat kue-kue dagangannya,
membuat ibu tidak mau lagi memaksakan kehendaknya dengan menyuruh kami untuk
sekadar melayani pembeli. Semua dikerjakannya sendiri tanpa keluh juga kernyit di dahi.

Modul-6/Teks Hikayat/SUD/X/2021 Page 7


Tak pernah terpikirkan olehku, kakak dan adikku bahwa hasil dari semua dagangannya itu
untuk makan kami juga membiayai pendidikan kami. Kami melenggang dengan tuntutan
yang kian bertambah hari lepas hari.

Aku sempat marah ketika seorang rentenir berdalih bank keliling datang menagih utang
pada ibu. Suara si rentenir yang menggelegar di siang hari yang panas itu, membuatku
geram, bukan pada si rentenir, akan tetapi pada ibuku yang duduk diam tak berdaya tatkala
si rentenir memakinya sebagai manula tukang berutang yang tidak tahu diri. Ibu hanya
diam dengan air mata berlinang di pipi yang dengan cepat dihapusnya. Ia juga tak bersuara
tatkala aku ikut memarahinya sembari berkata, “Kan Ibu sudah
jualan, ngapain juga ngutang di bank keliling!”

Isak ibuku kudengar di malam hari ketika rasa linu di persendian kakinya menjalar hingga
ke pinggang. Aku tetap diam, menganggapnya itu hanya penyakit tua biasa. Tatkala ia
memberikan amplop putih untuk membayar uang semesteran kuliahku, lama baru kutahu
kalau uang itu dipinjam ibu dari rentenir bank keliling. Ia membayar cicilannya dengan
susah payah dan air mata yang selalu dihapusnya diam-diam ketika makian si rentenir
memborbardir perasaannya. Aku baru tahu ketika ibu tiada dan sang rentenir menuturkan
semua kisah tentangnya.

“Ibumu orang yang baik. Dia mempertaruhkan harga dirinya untuk membayar semua
utangnya padaku. Uang itu bukan ia gunakan untuk kesenangan pribadinya, tapi untuk
membayar uang semesteran kuliahmu.” Kata si rentenir bank keliling di pemakaman ibu
kala ia meninggalkan dunia yang fana ini.

Aku menangis dan menyesali semua yang pernah kulakukan padanya. Tapi terlambat, ibu
sudah tiada.

Hari ini, kulihat kupu-kupu itu telah berubah warna. Ada warna merah jambu berbalut biru
muda dengan garis keemasan di tepi tiap sayapnya. Aku tersentak, itu warna kesukaan
ibuku. Betapa aku ini anak yang tak tahu diri, bahkan warna kesayangan ibuku pun aku tak
tahu jika si kupu-kupu tidak memperlihatkannya.

Ketika aku duduk di sisi makam sembari mencabut rumput-rumput liar yang mulai tumbuh
di sana, kupu-kupu itu hinggap di bahuku. Cukup lama dia berada di sana. Sebelum aku
meninggalkan makam ibu, kupu-kupu itu terbang mengelilingiku tiga kali. Saat aku
beranjak, kukatakan padanya, “Ibu, aku akan sering-sering menengokmu, berbahagialah
kau di tempatmu yang baru.”

Kemudian kupu-kupu itu lenyap, aku yakin itu ibuku. ***

Bandingkanlah dengan teks hikayat “Bunga Kemuning” pada buku pelajaran kalian.

Modul-6/Teks Hikayat/SUD/X/2021 Page 8


Modul-6/Teks Hikayat/SUD/X/2021 Page 9
Materi Pokok : Teks Hikayat

KD 4.4 Mengembangkan cerita rakyat (hikayat) ke dalam bentuk cerpen dengan


memerhatikan isi dan nilai-nilai.

Untuk menuliskan kembali teks hikayat menjadi cerita pendek, kamu harus mampu
menginterpretasi makna yang terkandung dalam pernyataan yang memuat kata arkais/bahasa
melayu.

Silakan ubah teks hikayat dalam buku pelajaran kamu menjadi teks cerpen yang utuh.

Selamat mencoba!

Modul-6/Teks Hikayat/SUD/X/2021 Page 10

Anda mungkin juga menyukai