Analisa dan Review Jurnal Terkait Epidemilogi Merokok
Jurnal Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Perokok Aktif Tentang Bahaya Rokok Dengan Motivasi Berhenti Merokok Pada Siswa SMA Muhammadiyah Cipondoh ini meneliti faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi berhenti merokok. Penelitian yang dipilih oleh peniti adalah deskriptif korelatif, dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah Cipondoh Kota Tangerang. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang merokok di SMA Muhammadiyah Cipondoh Kota Tangerang pada tahun 2018 yang berjumlah 76 siswa. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah NonProbability Sampling dengan teknik Purposive Sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari kuisioner dengan beberapa variabel, yaitu usia, jenis kelamin, dan pengetahuan. Dan diperoleh hasil Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui : 1) Jenis kelamin laki-laki sebanyak 68 orang atau sekitar 89,5% 2) Tingkat pengetahuan 10 orang responden (13,2%) yaitu sangat rendah, 50 orang responden (65,8%) memiliki tingkat pengetahuan cukup tinggi, dan tidak ada responden yang memiliki tingka pengetahuan tinggi mengenai bahaya rokok. 3) Data mengenai hubungan tingkat pengetahuan perokok aktif tentang bahaya merokok dengan motivasi berhenti merokok pada siswa SMA Muhammadiyah Cipondoh, dapat dipastikan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan perokok aktif tentang bahaya merokok dengan motivasi berhenti merokok pada siswa SMA Muhammadiyah Cipondoh. Nilai P value yang diperoleh adalah 0,283 hal ini menunjukkan bahwa nilai P value > 0,05. Selain itu nilai R Square 0,04 (4%) yang menunjukkan besarnya pengaruh variabel pengetahuan terhadap motivasi adalah 0,04 (4%) sehingga 0.96 (96%) motivasi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. 4) Menurut Mubarok (2011), usia merupakan salah faktor yang yang mempengaruhi tingkat pengetahuan. dengan bertambahnya usia, seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik maupun psikologis. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa. Dari data yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi untuk berhenti merokok pada siswa sangat bermacam. Motivasi tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari pengetahuan yang tepat mengenai bahaya rokok, kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, rasa cinta, harga diri dan aktualisasi diri. Karena remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menjadi dtewasa, dimana pada masa tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat sehingga mempengaruhi pola pikir maupun perilaku siswa.
B. Hubungan Variable Epidemiologi Dengan Mortalitas dan Mordibitas
Merokok adalah salah satu kebiasaan yang sudah lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Merokok merupakan kebiasaan yang dapat merusak kesehatan dan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit yang dapat berakibat pada terjadinya mordibitas maupun mortalitas yang dimana Angka Kematian Kasar (CDR) merupakan salah satu parameter mortalitas. Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan pravalansi merokok tertinggi di dunia. Dari tahun 2013-2018, prevalansi merokok pada penduduk umur 10-18 tahun meningkat dari 7,2%ke 9,1% (Riskesdas 2018). Khusus untuk kelompok usia 13-15 tahun, estimasi dari Global Youth Tobacco Survey tahun 2014 menunjukkan adanya 11,5% remaja yang merokok dengan prevalansi untuk remaja laki-laki sebesar 21,4% dan 1,5% untuk perempuan. Selain itu, data SKRRI 2007 dan SDKI 2012 juga menunjukkan peningkatan tren pertama kali merokok sebelum umur 15 tahun dikalangan remaja. Banyak berbagai penyakit terjadi akibat merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa 64,8 persen pria dan 9,8 persen wanita dengan usia di atas 13 tahun adalah perokok. Bahkan, pada kelompok remaja, 49 persen pelajar pria dan 8,8 persen pelajar wanita di Jakarta sudah merokok. Data WHO menunjukkan, rokok menyebabkan kematian 4 juta orang diseluruh dunia atau 10.000 kematian per hari. Satu juta diantara jumlah itu terjadi di negara-negara berkembang. Menurut data dari Departemen Kesehatan (2003), di Indonesia 57.000 orang meninggal pertahun akibat berbagai penyakit disebabkan oleh asap rokok. Pada tahun 2020 nanti diperkirakan rokok akan membunuh sekitar 10 juta orang di seluruh dunia, melebihi kematian karena HIV, TBC, Kecelakaan, melahirkan dan bunuh diri. Diperkirakan juga bahwa rokok akan menjadi penyebab utama kematian dan cacat tubuh (WHO, Depkes, 2004). Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak.