Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAN

VULKANISIR DENGAN METODE STATISTICAL QUALITY


CONTROL (SQC) DI CV. JAYA BAN ARS MALANG

Wildan Bagus Setiawan


Program Studi Teknik Industri S.1, Institut Teknologi Nasional Malang
Email : wildanyosaa@gmail.com

Abstrak, Pengendalian kualitas di CV JAYA BAN ARS ini belum optimal dikarenakan perusahaan
hanya melakukan pemeriksaan kualitas produk secara berkala terhadap produk yang di hasilkan pada
proses akhir. Namun hasil yang diperoleh dari pemeriksaan tersebut tidak diolah lebih lanjut sehingga
mengakibatkan banyaknya produk yang dikembalikan dan dikomplain oleh konsumen. Hal ini
berakibat pada kerugian perusahaan sebesar 3%. Penelitian ini menggunakan metode Statistical
Quality Control C-chart, Diagram Pareto, dan Diagram Fishbone. Ketiga metode tersebut digunakan
untuk mencari faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya cacat pada produk ban vulkanisir.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa cacat dominan dari segi material. Kemudian, penelitian ini
melakukan continuous improvement dengan metode PDCA. Berdasarkan hasil penelitian dan
penerapan siklus PDCA selama 3 hari pada CV Jaya Ban ARS terdapat penurunan jumlah produk
cacat sebesar 2.6% dari total produksi

Kata Kunci : Statistical Quality Control, Kualitas, PDCA (Plan, Do, Check, Act)

PENDAHULUAN Perusahaan dengan nama CV Jaya Ban


Pada masa teknologi yang berkembang ARS merupakan suatu industri rumahan yang
pesat saat ini ,banyak perusahaan kecil maupun memproduksi ban vulkanisir motor, dan hanya
besar yang membutuhkan sistem proses dengan produk yang benar-benar memiliki kualitas yang
baik dan mengutamakan hasil output yang baik saja yang menjadi pilihan konsumen di
berkualitas tinggi. Perkembangan peradaban kalangan tertentu. Pengendalian kualitas di CV
manusia telah memicu peningkatan kebutuhan dan Jaya Ban ARS ini belum optimal dikarenakan
keinginan baik dalam jumlah, variasi jenis, tingkat perusahaan hanya melakukan pemeriksaan
mutu dan menimbulkan tantangan untuk dapat kualitas produk secara berkala terhadap produk
meningkatkan mutu dalam menghasilkan suatu yang di hasilkan pada proses akhir. Namun hasil
produk. yang diperoleh dari pemeriksaan tersebut tidak
Produk cacat merupakan barang yang dibuat diolah lebih lanjut sehingga berakibat pada
dalam proses produksi namun memiliki banyaknya produk yang dikembalikan dan
kekurangan yang menyebabkan nilai mutunya dikomplain oleh konsumen yang mengakibatkan
kurang baik atau kurang sempurna, dan produk kerugian pada perusahaan.
yang berkualitas memberikan keuntungan bagi
produsen dan tentunya juga dapat memberikan METODE
kepuasan konsumen Faiz Alfakri (2010). Salah Identifikasi Masalah
satu teknik yang digunakan perusahaan untuk Berdasarkan masalah tersebut di atas, maka perlu
menjaga kualitas produk agar selalu sesuai dengan dilakukan pengendalian kualitas produk ban
standar adalah Statistical Quality Control (SQC). vulkanisir untuk mengurangi tingkat kecacatan
Statistical Quality Control (SQC). Menurut dan kerugian yang dialami CV. Jaya Ban ARS.
Bakhtiar dan Ria (2013) Statistical Quality
Control (SQC) merupakan teknik pengambilan
keputusan pada suatu analisa informasi yang
terkandung dalam sampel dari populasi. Selain
SQC, terdapat juga metode lain yang digunakan
dalam penelitian sejenis untuk perbaikan kualitas
dengan mengurangi produk cacat pada bahan baku
kulit (Yetti dkk, 2016

6
Pengumpulan Data Diagram Alit Penelitian
a. Observasi
Merupakan cara pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan secara langsung ke
lapangan untuk mengamati semua kegiatan
yang dilakukan semua pihak yang terlibat
dalam kegiatan produksi. Data yang diperoleh
berupa faktor-faktor penyebab terjadinya cacat
pada ban vulkanisir.
b. Dokumentasi
Merupakan cara pengumpulan data yang ada
dalam perusahaan yang berupa catatan –
catatan, seperti dokumen, arsip perusahaan, dan
laporan produksi. Yaitu berupa data hasil
produksi dan data pruduk yang cacat.

Pengolahan Data
Dalam penelitian ini digunkan tiga metode
dalam mengolah data sebagai berikut:
:
1. Control Chart
Bagan C-Chart merupakan suatu bagan
kontrol untuk mengetahui jumlah kerusakan
dengan melihat nilai batas pengendali atas
(BPA) dan batas pengendali bawah (BPB).
Batas- batas ini dipilih sedemikian rupa
sehingga apabila proses dalam keadaan Gambar 1 Diagram Alir Penelitian
terkendali maka semua titik-titik sampel akan
jatuh di antara kedua garis BPA dan BPB. HASIL DAN PEMBAHASAN
Apabila ada satu titik sampel atau atau lebih Control chart
jatuh di luar kedua batas tersebut, maka Bagan Control Chart merupakan suatu bagan
dikatakan proses dalam keadaan tak kontrol untuk mengetahui jumlah kerusakan yang
terkendali. dihasilkan malalui proses poduksi atau manufakur.
2. Diagram Pareto Control chart digunakan untuk mengadakan
Diagram ini merupakan salah satu gambar pengukuran kualitas semua proses produksi
yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke dengan mengetahui banyaknya kesalahan pada
kanan mulai rangking tertinggi hingga suatu unit produk.
terendah. Hal ini dapat membantu
menemukan permasalahan yang paling Tabel 1 Data Cacat Ban Vulkanisir Januari-
menonjol untuk segera diselesaikan sampai September 2017
dengan masalah yang tidak harus segera Jumlah
Jumlah
Bulan Produksi Ban
diselesaikan. Produk Cacat
(biji)
3. Diagram Fishbone Januari 3312 143
Diagram sebab akibat ini digunakan untuk Februari 3264 139
menyajikan penyebab suatu masalah secara Maret 2880 132
grafis atau mengetahui hubungan antara seab April 3312 151
dan akibat suatu masalah untuk selanjutnya Mei 3024 164
diambil tindakan perbaikan. Juni 2880 122
Juli 2880 121
Agustus 3264 135
September 3312 154
Total 28128 1261
Sumber: Observasi di CV Jaya Ban ARS

7
Berdasarkan data diatas kemudian dilakukan masih perlu adanya perbaikan untuk menekan
perhitungan dengan menggunakan metode C Chart angka cacat yang dihasilkan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Diagram Pareto
1. Menentukan proporsi rata-rata kerusakan ( ): Diagram Pareto digunakan untuk melihat
masalah mana yang paling dominan sehingga
dapat mengetahui prioritas masalah. Fungsi
diagram pareto sendiri adalah menfokuskan pada
pokok persoalan yang paling vital. Dengan
diagram ini maka dipilih suatu masalah yang
paling vital. Dan diagram Pareto disini digunakan
untuk menyeleksi dan menemukan masalah yang
paling dominan di CV Jaya Ban ARS sehingga
dapat di prioritaskan sebagai masalah yang akan di
selesaikan terlebih dahulu.
2. Menentukan standar deviasi :
kerusakan =

X 100%

Presentase jenis produk cacat periode januari-


september 2017 :

3. Menentukan batas pengendalian atas dan batas 1. Hill atau lempengan ban tidak rata 167 Biji.
pengendalian bawah : 2.
Batas kendali atas (Upper Control Limit) % kerusakan = x100%
UCL
% kerusakan = 0,59%
UCL = 140.1 + 3√140.1
Ban benjol 761 biji.
UCL = 175.62
% kerusakan = x100%
Batas kendali bawah (Lower Control Limit)
LCL % kerusakan = 2,7%
LCL = 140.1 - 3√140.1 Permukaan ban tidak sempurna 333 biji.
LCL = 104.61 % kerusakan = x100%

% kerusakan = 1,18%

Tabel 2 Data Reject Ban Vulkanisir


Jenis Cum
Jumlah Presentase
Masalah Presentase
Ban benjol 761 60.34% 60.3
Permukaan
86.8
ban tidak 333 26.41%
sempurna
Gambar 2 Control Chart Dari Cacat Produksi Hill atau
lempengan
Periode Januari-September 2017 167 13.24% 100
ban tidak
rata
Berdasarkan analisis menggunakan
metode C Chart dapat diketahui bahwa proporsi Total 1261
100%
rata-rata kerusakan sebesar 140,1 dengan standar Sumber: CV Jaya Ban ARS Malang
deviasi sebesar 11,83 kemudian diperoleh UCL =
175,62 dan LCL = 104,61. Cacat yang dialami
CV. ini masih dalam batas pengendalian dan

8
terlalu panas dengan tekanan angin yang
berlebihan mnyebabkan ban mengalami cacat
C.Faktor Mesin
Mesin merupakan komponen yang sangat
penting untuk menunjang kualitas produk yang
dihasilkan karna pengaturan suhu panas yang
kurang maksimal mengakibatban masuk angin
D.Faktor Material
Material yang disortir haruslah rata juga
layak dan karna bahan utama yang sudah tidak
layak pakai mengakibatkan produk yang
dihasilkan juga mengalami ban benjol
Gambar 3 Diagram Pareto Cacat Ban Vulkanisir
Berdasarkan penelitian di lapangan dan hasil
Berdasarkan hasil diagram pareto identifikasi dengan Conrol Chart, Diagram pareto,
menunjukan bahwa cacat utama yang terjadi pada serta Fishborn diperoleh kesimpulan bahwa
produk ban vulkanisir ada tiga jenis cacat yaitu penyebab cacat tebanyak yang dialami di CV. Jaya
banyak ban benjol, permukaan ban tidak sempuna, Ban ARS yaitu dari bahan baku yang tidak sesuai
hill atau lempengan ban tidak rata dan diketahui standart yang diharapkan, adapun kriteria bahan
berdasarkan diagram pareto penyebab utama baku yang tidak berkualitas yaitu:
kecacatan ban vulkanisir di sebabkan oleh ban 1. Bahan baku utama yang sudah tidak layak
benjol. Cacat ini di tandai dengan permukaan yang produksi
menonjol keluar dan jika di pegang lunak serta 2. Bahan karet kompon yang tidak stabil
tidak merata 3. Bahan baku utama tidak memenuhi
standarisasi bahan
Diagram SebabAkibat
Diagram Fishbone disini digunakan untuk
Siklus PDCA
mengetahui penyebabnya juga factor-faktor yang Siklus PDCA adalah singkatan dari siklus
mempengaruhinya sehingga terjadinya cacat pada Rencanakan (plan), Laksanakan (do), Periksa
ban vulkanisir: (check), dan Tindakan (action). Dengan adanya
hasil observasi tentang kendala yang terjadi pada
CV. Jaya Ban ARS, maka perlu dilakukan
tindakan perbaikan sehingga dapat menjadi usulan
yang bermanfaat bagi CV. untuk mengurangi
cacat produk ban vulkanisir.

1. Plan
Berdasarkan permasalahan yang di dapat
maka CV. Jaya Ban ARS perlu melakukan
tindakan-tindakan yang di instruksikan untuk
melakukan perbaikan demi meminimalkan produk
Gambar 4 Diagram Fishbone Cacat Ban Benjol cacat yang terjadi dengan melakukan beberapa
langkah tahapan yaitu:
Dari gambar 4.4 maka dapat diketahui bahwa - Memberi instruksi agar lebih teliti dalam
ada beberapa faktor yang menjadi penyebab pengaturan oven dan tekanan angin
cacatnya produk antara lain sebagai beriut : - Memberi pengarahan setiap 2 bulan sekali
- Suhu mesin oven harus stabil yaitu 150º
A. Faktor Manusia
- Tekanan angin yang diberikan sebesar 210
Faktor manusia yang menyebabkan
- Mesin di rawat dan dicek dalam periode
produk cacat benjol pada ban yaitu kurang
tertentu
telitinya dalam penyortiran bahan utama juga
- Pengerjaan yang dilakukan sesuai dengan
dalam pengaturan tekanan udara yang
standart yang telah ditetapkan
diberikan saat proses pengovenan
- Bahan baku utama disortir dengan teliti atau
B. Faktor Metode
penyortiran dilakukan dua kali untuk
Dari segi metode, proses pengeleman pada
memastikan bahwa bahan baku utama layak
bahan utama kurang merata juga suhu yang
masuk proses selanjutnya serta dalam
9
pemilihanya berpacu pada standarisasi bahan permukaan ban sesuai patokan
baku utama seperti ketebalanya .
ketebalan,keretakan,berlubang,hill putus
- Bahan karet harus diuji dengan mengambil 3. Pemberian karet kompon.
beberapa sampel untuk mengetahui kualitas Ban yang sudah dikerok disortir kembali
karet yang baru datang sebelum di produksi dan diberi lem pada semua permukaan
massal serta pemilihan karet dipesan kepada luar untuk kemudian dilapisi permukaanya
pabrik yang sudah menjalin hubungan baik dengan karet kompon yang sudah
sebelumnya dipotong sesuai ukuran.
4. Pengujian karet kompon
2. Do Untuk mengetahui kualitas karet kompon
Untuk merealisasikan rencana yang yang baru datang yaitu di oven dengan
diharapkan maka perlu dilakukan penelitian suhu 150º tekanan angin 210 selama ± 20
langsung di CV. Jaya Ban ARS dalam 1x produksi menit untuk mengetahui hasil kompon
selama 3 hari tersebut setelah slesai pengovenan.
Manusia 5. Pengovenan
Pengovenan sendiri dilakukan sekitar 15
1. Setiap pekerja selalu memperhatikan jam menit dengan mengatur suhu terlebih
kerja dan tepat waktu (08.00-16.00). dahulu dan tekanan angin sesuai standart
2. Setiap pekerja bertanggung jawab atas yang telah ditetapkan dan setelah itu ban
tugas yang dibebankan. dikeluarkan kemudian didinginkan sekitar
3. Setiap pekerja diharuskan bekerja dengan 10 menit sebelum masuk pada tahap
teliti dan waspada berikutnya.
4. Setiap pekerja wajib menjaga kebersihan
dan ketertiban peralatan sebelum dan Material
sesudah proses produksi. 1. Bahan baku dibeli dari pengepul ban
5. Setiap adanya ketidaksesuaian segera bekas yang sudah menjadi langganan CV.
lapor kepada pemilik usaha. Jaya Ban ARS.
Mesin 2. Memilih bahan baku sesuai standart
1. Siapkan bahan baku utama yaitu ban perusahaan.
yang sudah dilapisi karet kompon secara 3. Melakukan penyortiran dengan teliti dan
merata dan rapi. jika perlu dilakukan 2 kali penyortiran
2. Hidupkan mesin oven untuk benar-benar mendapatkan bahan
Putar tuas engkol pada mesin dan atur baku yang baik.
suhu sekitar 150º. 4. Ban bekas yang sudah disortir disimpan
3. Cek tekanan angin mesin diesel dan ditata rapi.
(kompresor). 5. Menguji terlebih dahulu bahan baku
Tekanan angin yang diberikan sekitar 200- kompon yang baru datang dari segi
210 dan dicek agar tekanan yang stabil. ketebalan kerekatan dan hasil setelah
4. Masukkan bahan kedalam mesin oven pengovenan
Selama proses pengovenan pekerja harus
sering melihat perubahan suhu dan 3. Check
tekanan angin yang terjadi,untuk tiap ban Pada tahap ini melakukan evaluasi pada
pengovenan membutuhkan waktu ± 15 tahap produksi terhadap target produksi dan proses
menit produksi serta melaporkan apa saja kegiatan yang
Metode dilakukan dan hasilnya,mengecek kembali apakah
1. Bahan baku sudah dilakukan atau tidak dan sedahkan sesuai
Bahan baku utama disiapkan dan karet dengan standar yang ada. Dari perbaikan yang
kompon di potong sesuai ukuran dan telah dilakukan kemudihan kegiatan dan hasil
takaran cacat di catat dalam 1x produksi

2. Pengerokan
Ban bekas yang telah melalui tahap
penyortiran awal dikerok dengan alat
gerinda untuk menghilangkan motif pada
10
Tabel 3. Hasil Penelitian di Lapangan 7,8% yaitu sebesar 10 buah dari 128 produksi
ban dan setelah di terapkanya siklus PDCA
produksi Jumlah Jumlah cacat
produksi ban vulkanisir di CV ini mengalami
produksi pdca Non pdca penurunan sekitar 2,3% yaitu cacat 3 buah
I 128 3 dari 128 produksi ban
II 128 5
III 128 2 Saran
Berdasarkan data dan kesimpulan, maka
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa penulis mencoba untuk memberikan saran yang
pada penerapan PDCA di hari pertama dari 128 diharapkan akan dapat bermanfaat bagi CV. Jaya
produksi ban terjadi cacat 3 buah ban, dihari Ban ARS kedepannya untuk menggunakan teori
kedua dengan tidak menerapkan PDCA diperoleh dari analisis mengenai pengendalian kualitas.
cacat 5 buah ban dan dihari ketiga dengan 1. Sebaiknya CV. Jaya Ban ARS dalam proses
menerapkan PDCA kembali diperoleh cacat 2 produksinya menambahkan mesin pengerok
buah ban. untuk menghilangkan motif dari bahan baku
4. Action utama agar hasil yang di peroleh bagus dan
Dari seluruh hasil perencanaan, pelaksanaan, rapi.
dan pengecekan tentu membutuhkan kejelian dan 2. Perusahaan harus lebih meningkatkan
ketekunan untuk melakukan perbaikan secara terus pengontrolan pada mesin dan alat yang
menerus dan memberikan tindakan yang sesuai, digunakan dengan melakukan perawatan
berdasarkan hasil yang didapat CV. Jaya Ban ARS secara rutin sehingga dapat terus beropersasi
dapat menerapkan siklus PDCA untuk perbaikan dengan baik dan dapat meminimalisir
perusahaan tentang bahan yang akan digunakan terjadinya kecacatan produk.
dalam proses produksi dengan pemeriksaan secara 3. Perusahaan harus lebih teliti terhadap
teratur dan pengecekan bahan karet kompound pemilihan bahan baku yang digunakan,
dari segi kualitas yang di tetapkan. Berdasarkan sehingga ban vulkanisir yang dihasikan oleh
penelitian selama 3 hari diperoleh cacat sekitar perusahaan dapat memiliki kualitas yang baik.
2.6% dari total produksi ban vulkanisir yaitu cacat
10 dari 384 DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar , S , Suharto Tahir dan Ria Asysyfa
KESIMPULAN DAN SARAN hasni. 2013. Analisa Pengendalian Kualitas
Kesimpulan Menggunakan Metode Statistical Quality
Berdasarkan hasil penelitian tentang Control. Jurusan Teknik Industri, Fakultas
pengendalian mutu ban vulakanisir di CV. Jaya Teknik, Universitas Malikussaleh. Aceh
Ban ARS maka dapat diambil kesimpulan sebagai Faiz al Fakri. 2010. Analisis Pengendalian
berikut: Kualitas Produksi di PT. Masscom Graphy
1. Berdasarkan hasil penelitian di CV Jaya Ban Dalam Upaya Mengendalikan Tingkat
ARS, data 9 bulan yaitu cacat 1261 ban dari Kerusakan Produk Menggunsksn Alat
28128 = 4,5%, merupakan cacat produksi Bantu Statistik. Skripsi. Fakultas Ekonomi
yang melebihi batas cacat yang di targetkan Universitas Diponegoro. Semarang
oleh perusahaan yaitu sebesar 3% dari total Yetti Evi, P Vitasari, dan ST Salmia LA. 2016.
produksi, diketahui dari kriteria cacat Pengurangan Produk Cacat Pada Bahan
terbanyak ban benjol, factor-faktor penyebab Baku Kulit Dengan Metode Taguchi Pada
cacat ban vulkanisir adalah material dan Pt. Surya Sukmana Leather. Jurnal
operator mesin. Teknologi dan Manajemen Industri 2 (1),
2. Dari hasil penerapan PDCA (Plan, Do, Check, 35-39
Action) sebelum menerapkan PDCA
perusahaan mengalami cacat produk sekitar

11

Anda mungkin juga menyukai