Bab 2 Tinjauan Pustaka
Bab 2 Tinjauan Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia
2.1.1 Definisi
ditandai dengan apatis, tidak mempunyai hasrat, asosial, afek tumpul, dan alogia.
atau tidak sesuai, dan hilangnya empati kepada orang lain. Perilaku dapat berupa
menarik diri, regresif, atau aneh (Shader, 1994; dalam Doenges, Townsend, dan
Moorhouse, 2007).
2.1.2 Etiologi
a) Psikodinamika
telah dihambat oleh hubungan anak/orang tua yang simbiotik. Karena ego
9
10
b) Biologis
ada pola keterlibatan keluarga (orang tua, saudara kandung, sanak keluarga
kerentanan atau predisposisinya, yang mungkin akibat dari defek enzim atau
abnormalitas biokimia lain, defisit neurologis yang tidak terlihat, atau beberapa
faktor lain atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Predisposisi ini, dengan
Beberapa riset menunjukkan bahwa gangguan ini mungkin defek sejak lahir,
yang terjadi pada hipokampus otak. Studi menunjukkan adanya gangguan pada
sel piramid di otak individu skizofrenik, sedangkan sel-sel otak individu bukan
brain ratio, VBR) atau otak kecil yang tidak seimbang (atau area otak tertenru)
kerusakan sel akibat respon imun RhD (ibu negatif/janin positif) (Doenges,
beberapa sumber melaporkan pria predominan bias dengan dua pertiga pria
dewasa muda dengan penyakit mental serius. Anak laki-laki bereaksi kuat
dan autisme pada anak lebih mudah dialami. Jumlah terbesar pada pria lebih
bunuh diri, fetihisme, dan skizofrenia. Skizofrenia berkembang lebih awal pada
pria, dan mereka berespon kurang baik terhadap pengobatan dan mempunyai
Perbedaan pengaturan otak pria dan wanita serta dampak hormon seks pada
“lingkup dan rentang jenis kelamin berbeda dalam insiden, penampilan, dan
perjalanan penyakit psikiatrik klinis” (Moir & Jessel, 1991; dalam Doenges,
c) Dinamika Keluarga
apabila hanya ayah/ibu yang dekat pada anak. Perhatian pada anak dapat
mengalihkan fokus cemas pada keluarga, dan hasilnya kondisi menjadi lebih
stabil. Hubungan simbiotik berkembang antara anak dan orang tua sampai
masa dewasa dan tidak dapat berespon terhadap tuntunan fungsi kedewasaan
hasil hubungan orang tua/anak yang sangat cemas terus menerus. Anak
12
menerima pesan yang membingungkan dan penuh konflik dari orang tua serta
tidak bisa membina kepercayaan. Cemas yang tinggi dapat menetap, dan
menjadi psikosis memberi peredaan karena ansietas dan rasa aman dari
relaps yang lebih sering dibandingkan klien yang hidup dengan keluarga yang
atau beberapa dari gejala yang mungkin muncul pada penderita. Menurut Minister
Supply and Service Canada (2005), Dr.E.Fuler Torrey menerangkan gejala dari
skizofrenia dibagi menjadi gejala positif (gejala yang hadir dan seharusnya tidak
hadir) dan gejala negatif (gejala yang tidak hadir tetapi seharusnya hadir), antara
lain:
A. Gejala positif
a) Halusinasi
yang sebenarnya tidak ada, ataupun mengalami sensasi yang aneh pada
c) Gangguan Berfikir
beraturan dan tidak logis, serta seringkali diikuti dengan respon emosional
menyedihkan.
B. Gejala negatif
b) Tumpulnya Indera
terlihat tidak bisa menunjukkan emosi sama sekali karena terbatas atau tidak
14
adanya ekspresi wajah dan gerakan tangan. Ini dapat menjadi gejala paling
Menarik diri dari dunia sosial dapat terjadi sebagai akibat dari depresi, atau
bisa karena merasa aman ketika sendiri karena takut ditemani orang lain.
2.1.4 Penatalaksanaan
Menurut Junaidi (2012), terapi yang dapat dilakukan terhadap klien skizofrenia
a) Obat-Obatan
Delay dan Deniker pada tahun 1955 yang disebut dengan istilah neuroleptik,
melalui reseptor dopamin baru diketahui beberapa tahun kemudian, dan diikuti
dengan penemuan haloperidol oleh Janssen pada tahun 1958. Sejak itu
era baru pengobatan skizofrenia karena obat ini efektif menghilangkan gejala
sebelumnya yang hanya bekerja pada reseptor dopamin, obat ini juga bekerja
pada reseptor serotonin. Cara obat bekerja pada keseimbangan kedua reseptor
ini menjadi dasar dari pengembangan obat-obat lain. Dewasa ini, beberapa obat
dimensi baru dalam target terapi, yaitu pada gejala positif, negatif, afektif, dan
juga fungsi kognitif. Pada perkembangan terakhir, ternyata obat tidak hanya
bekerja pada dopamin dan serotonin, tetapi juga berperan dalam patofisiologi
terjadinya skizofrenia.
saat ini masih digunakan untuk terapi skizofrenia yang diperkenalkan oleh Ugo
Cerlitti dan Luigi Bini pada tahun 1938. Cara pengobatan ini adalah dengan
skizofrenia. Terapi ini hanya bersifat sementara karena setelah beberapa waktu
pola arus listrik otak yang mengarah pada skizofrenia kembali terjadi dan tentu
saja klien akan mengalami serangan skizofrenia. Terapi ini umumnya hanya
digunakan saat serangan hebat yang membuat klien agresif, mengamuk, dan
c) Psikoterapi
perilaku dan komunikasi yang salah dari klien dan keluarga. Psikoterapi
2.2.1 Definisi
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan intelektual dan latar belakang
seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang
tua, dan aniaya (Keliat, 1999; dalam Dermawan dan Rusdi, 2013).
Waham adalah suatu kepercayaan yang terpaku dan tidak dapat dikoreksi
atas dasar fakta dan kenyataan. Tetapi harus dipertahankan, bersifat patologis dan
gangguan jiwa yang berat, isi waham dapat menerangkan pemahaman terhadap
bersifat waham adalah sebagai perlindungan diri terhadap rasa takut dan untuk
merupakan keyakinan pada seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
ada dan terus dipertahankan oleh penderitanya. Waham sebagian besar merupakan
keyakinan yang diluar logika. Waham terdiri dari beberapa klasifikasi, menurut
atau kekuasaannya.
d) Waham curiga: keyakinan klien bahwa ada seseorang atau kelompok tertentu
e) Waham nihilistik: keyakinan klien bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau
meninggal dunia.
Sisip pikir: keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan
pada pikirannya.
Siar pikir: keyakianan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
2.2.2 Etiologi
melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman pada dunia luar. Biasanya
individu akan lebih sensitif dan lebih mudah tersinggung, suka menyendiri, dan
dingin. Ini dapat disebabkan karena penderita merasa tidak nyaman dengan
Secara umum segala sesuatu yang mengancam harga diri dan keutuhan
antara apa yang dipikirkan dengan apa yang dirasakan menurun sehingga segala
sesuatu sulit dibedakan bagian manakah yang merupakan rangsangan dari pikiran
dan rangsangan dari lingkungan (Keliat, 1998; dalam Damaiyanti dan Iskandar,
2014).
a) Faktor Predisposisi
b) Faktor Presipitasi
waham seperti klien mengalami hubungan yang tidak baik, terlalu lama diajak
berbicara, objek di lingkungannya, dan suasana sepi (isolasi). Suasana ini dapat
Manifestasi klinis yang dapat muncul pada klien yang menderita waham menurut
a) Kognitif
b) Afektif
Afek tumpul
Hipersensitif
Depresif
Ragu-ragu
Stereotip
Impulsif
Mudah curiga
d) Fisik
Kebersihan kurang
Wajah pucat
20
Sering menguap
2.2.4 Patofisiologi
Proses ternjadinya waham menurut Yusuf, Fitryasari, dan Nihayati (2015) adalah
sebagai berikut:
secara fisik dan psikis. Secara fisik, waham dapat terjadi pada individu dengan
status sosial dan ekonomi terbatas. Klien merasa menderita. Klien bisa saja
Setiap orang pasti memiliki ideal diri yang mereka bentuk sesuai
ideal diri dengan apa yang dialami individu, maka individu akan merasa
Pada fase ini, klien mencoba berpikir secara rasional apa yang diyakini
adalah kebohongan, hanya untuk menutup kekurangan, dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi, menghadapi kenyataan bagi klien adalah hal yang berat
penilaian bahwa apa yang dikatakan klien tidak benar, namun hal ini tidak
Karena itu, mulai terjadi kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya
superego yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
Ketika klien waham yang telah mengalami fase comforting dan merasa
2.3.1 Pengkajian
dianggapnya mengganggu ketika ia kesal. Klien juga sering merusak barang dan
kebesaran, kecurigaan, dan keadaan dirinya) secara berlebihan namun tidak sesuai
kenyataan yang ada. Biasanya klien tampak tidak memiliki orang lain, curiga,
waspada, tidak dapat menilai lingkungan dan kenyataan, ekspresi wajah tegang,
Data yang didapat langsung oleh perawat dari klien disebut data primer,
sedangkan data yang didapat dari keluarga atau catatan tim kesehatan disebut data
yang ada pada klien. Secara teori, menurut Doenges, Townsend, Moorhouse
a) Psikodinamika
dan gagal untuk membangun dasar rasa percaya. Ego yang rapuh sebagai
akibat dari kerusakan harga diri yang parah, perasaan kehilangan kendali, takut,
dan ansietas berat. Sikap curiga terhadap seseorang dimanifestasikan dan dapat
b) Biologis
c) Dinamika Keluarga
mementingkan diri sendiri yang berlebihan, dan tidak percaya pada individu.
Gangguan tidur karena halusinasi dan pikiran delusi, bangun lebih awal,
b) Kebersihan diri
c) Integritas ego
d) Neurosensori
Sistim delusi yang tidak ganjil dalam durasi paling sedikit satu bulan.
tertipu oleh pasangan individu, dicurangi oleh orang lain, dicintai atau
Delusi referens atau kontrol yang mungkin bekerja sama dengan FBI, CIA,
TV/radio.
25
e) Keamanan
f) Interaksi sosial
Pemeriksaan diagnostik:
dapat dilihat.
metabolik metabolik dari area spesifik otak dan dapat menyatakan aktivitas
metabolik yang rendah dari lobus frontal, terutama pada area prefrontal dari
korteks serebral.
yang lebih kecil dari lobus frontal rata-rata, atrofi lobus temporal (terutama
otak terhadap rangsangan yang bervariasi disertai dengan adanya respon yang
zat yang mungkin dikaitkan dengan penyakit mental, dan mengindikasikan area
Uji psikologis (misal MMPI): menyatakan kerusakan pada satu area atau lebih.
Catatan: tipe paranoid biasanya menunjukkan sedikit atau tidak ada kerusakan.
Prioritas Keperawatan:
b) Menngkatkan lingkungan yang terbuka dan jujur sehingga klien dapat mulai
Kriteria Pemulangan:
a) Koping terhadap rasa ansietas tanpa penggunaan pengobatan atau sikap yang
menyerang.
makan.
27
e) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum
obat.
Prioritas masalah yang merupakan masalah utama klien dari beberapa masalah
yang dimiliki klien; 2) Penyebab, yaitu salah satu masalah keperawatan yang
psikomotor
Perubahan persepsi
29
paralogis
pribadi
Penampilan peran tidak jelas dalam keluarga, lingkungan sosial, dan kerja
keberadaan diri)
30
pribadi
...lanjutan
Intervensi Rasional
6. Kuatkan pikiran kongruen klien. 6. Memberi kesempatan bagi klien
Tolak pikiran untuk untuk mengontrol perilaku
berargumen/setuju dengan pikiran agresif. Penurunan perubahan
yang terintegrasi. Hadirkan pikiran (disintegrasi, delusi)
kenyataan dan demonstrasikan seperti kompensasi pikiran
motivasi untuk mengerti klien klien sebagai respon terhadap
(model kesabaran). kenyataan.
7. Berikan pikiran yang sesuai dan 7. Meningkatkan harga diri dan
buat batasan (terapi kognitif) jika meningkatkan rasa aman bagi
klien mencoba untuk merespon klien dan orang lain. Terapi
secara impulsif terhadap kognitif diarahkan secara
perubahan pikiran. spesifikpada pola pikir yang
berkembang (misal asosiasi
tidak logis dibuat di antara
kejadian yang kebanyakan dari
kita tidak yakin kaitannya).
Tujuannya adalah
memodifikasi keyakinan yang
sudah diperbarui, dan dengan
menghubungkan mereka
dengan “pengalaman normal”
mengurangi rasa takut yang
menyerang mereka.
8. Kaji pola tidur/istirahat dengan 8. Delusi, halusinasi, dan lain-
mengobservasi kemampuan lain, dapat mengganggu pola
tertidur, kualitas tidur. tidur klien. Rasa takut dapat
mengganggu kemampuan tidur.
Gangguan tidur dapat
menimbulkan perilaku menarik
diri, konfusi, gangguan
9. Atur waktu yang sesuai untuk persepsi.
tidur dan istirahat. 9. Konsistensi pada jadwal
mengurangi rasa takut/tidak
aman yang mungkin
mengganggu tidur. Tidur dapat
ditingkatkan dengan
menyeimbangkan aktivitas
(fisik, pekerjaan) dengan
istirahat.
10. Bantu klien 10. Meningkatkan kemampuan
mengidentifikasi/mempelajari untuk mengoptimalkan
teknik yang dapat menciptakan istirahat, memaksimalkan
tidur/istirahat. kemampuan untuk berpikir
jernih.
berlanjut...
33
...lanjutan
Intervensi Rasional
11. Kaji adanya faktor yang 11. Adanya halusinasi/delusi;
memengaruhi kemampuan klien faktor situasi seperti perawatan
melakukan aktivitas pengalih. di rumah sakit jangka panjang;
faktor psikologis seperti
kemampuan yang menurun.
12.Pantau program pengobatan, 12. Mampu mengidentifikasi dosis
observasi dampak dan efek efektif minimal untuk
samping terapeutik, sedasi, mengurangi gejala psikotik
hipotensi ortostatik, yang reaksi merugikannya
fotosensitivitas, efek hormonal, paling sedikit. Pencegahan efek
ambang kejang berkurang, gejala samping waktu tertentu dapat
ekstrapiramidal, dan kelemahan meningkatkan kerjasama dalam
disertai luka tenggorok atau program kolaborasi
tanda-tanda infeksi pengobatan. Identifikasi awitan
(agranulositosis). efek samping yang serius,
seperti sindrom neuroleptik
malignan, memberikan
intervensi yang sesuai untuk
mencegah kerusakan permanen.
Kolaborasi:
Beri pengobatan sesuai petunjuk,
misal:
1. Antipsikotik: Digunakan untuk mengurangi
Fenotiazin, misalnya gejala psikotik. Dapat diberikan
klorpromazin (Thorazine), secara oral atau injeksi. Untuk
flufenazin (Proxilin), perfenazin terapi rumatan jangka panjang,
(Trilafon); neuroleptik depot seperti
Thiosantin, misalnya klorprotison Prolixin dapat menjadi pilihan
(Taractan), tioksin (Navane); obat untuk mempertahankan
Butifenon, seperti haloperidol ketaatan dalam minum obat dan
(Haldol); Dibenzosazepam, mencegah kekambuhan pada
seperti loksapin (Loxitane) klien bermasalah. Apabila
diberikan pada saat akan tidur,
berlanjut...
34
...lanjutan
Intervensi Rasional
2. Antipsikotik atipik: Berguna untuk menangani klien
Klozapin (Clozaril) yang resisten terhadap obat lain atau
pada saat adanya efek samping yang
tidak dapat diterima. Klozapin
menyebabkan tidak adanya akatisia
rigiditas muskular (perasaan tidak
berdaya, kebutuhan bergerak
penting). Tidak dapat digunakan
sebagai terapi jalur pertama karena
adanya ambang kejang yang rendah
atau 1% - 2% potensial terjadi
agranulositosis, uji mingguan darah
yang diharuskan untuk durasi
penanganan.
komunikasi
nonverbal
berlanjut...
36
...lanjutan
Intervensi Rasional
7. Gunakan keterampilan 7. Alur komunikasi klien (terlalu
komunikasi terapeutik, seperti cepat/terlalu lambat) mungkin
parafrase, refleksi, klarifikasi. membutuhkan pengaturan.
Teknik ini dibimbing dengan
orientasi terhadap realita, untuk
itu meminimalkan kesalahan
interpretasi dan mempermudah
komunikasi yang akurat
8. Klien mengalamai peningkatan
8. Bersikap terbuka dan jujur dalam sensivitas terhadap pesan
menggunakan komunikasi verbal nonverbal. Kejujuran
dan nonverbal yang terpeutik. meningkatkan rasa percaya,
kehilangan sesuatu yang
merupakan dasar masalah klien.
Keterbukaan dan kemurnian
dalam mengekspresikan
perasaan akan memberikan
contoh model peran bagi klien
9. Pengenalan tentang pengalaman
9. Gunakan pendekatan yang masa lalu klien menimbulkan
mendukung klien dengan ketidakpercayaan, menimbulkan
mengkomunikasikan keinginan upaya mempertahankan jarak
untuk mengerti (minta klien untuk dengan pemberian pesan yang
membantu Anda, begitu pula samar dan tidak jelas.
sebaliknya). 10. Pengenalan simbol dalam
bicara dan pikiran primitif klien
memampukan perawat untuk
10. Identifikasi lebih mengerti perasaan klien.
komunikasi/bicara klien secara Tanpa pengalaman ini,
simbolik dan primitif komunikasi dapat menjadi tidak
jelas dan tidak terorganisasi,
menunjukkan klien tidak dapat
berfokus dan menerima
kenyataan dengan baik.
11. Catat keyakinan budaya (mis. 11. Sikap budaya perlu
Bicara pada kerabat yang sudah dipertimbangkan untuk
meninggal) yang mungkin mencegah konfusi dengan
diterima sebagai hal normal dalam kondisi patologis.
kerangka pandang klien.
37
dapat diterima secara sosial (oleh diri sendiri dan orang lain)
...lanjutan
Intervensi Rasional
5. Bantu klien untuk mengenali 5. Mendiskusikan aspek positif
karakteristik positif yang terkait harga diri seperti keterampilan
dengan diri klien. sosial, kemampuan bekerja,
pendidikan, penampilan dapat
menguatkan perasaan layak/
mampu klien.
6. Tinjau ulang penampilan 6. Penampilan personal positif
personal dan hal-hal yang klien meningkatkan citra tubuh dan
lakukan untuk meningkatkan respek terhadap diri sendiri.
kebersihan/kerapihan.
7. Anjurkan klien untuk 7. Meningkatkan kemampuan
berpartisipasi dalam program/ untuk hubungan interpersonal.
aktivitas latihan yang tepat Aktivitas yang menggunakan
pancaindra meningkatkan
perasaan diri sendiri. Latihan
fisik memicu sejahtera positif.
8. Kaji kemampuan klien untuk 8. Penggunaan sentuhan yang hati-
mentoleransi penggunaan hati dapat membantu klien
sentuhan menghidupkan kembali batasan
tubuh (jika pengalaman ini bisa
ditoleransi)
9. Beri penguatan positif untuk 9. Umpan balik positif
usaha/kemampuan klien. meningkatkan harga diri,
memberi dorongan, dan
mengembangkan rasa diri
terarah.
10. Tentukan tingkat penampilan 10. Faktor-faktor seperti
peran saat ini dan catat faktor pengetahuan yang tidak adekuat,
penyebab/kontribusi yang konflik peran, perubahan
mempengaruhinya. persepsi peran diri/orang lain dan
perubahan pola tanggung jawab
yang biasa dapat mempengaruhi
kemampuan fisik dan psikologis
klien untuk penampilan peran
yang efektif
11. Bantu klien beradaptasi 11. Tingkat akhir penampilan
terhadap perubahan penampilan klien mungkin dipengaruhi
peran dengan bekerja bersama secara positif oleh sistem
klien/ orang terdekat untuk pendukung yaitu memperhatikan
mengembangkan strategi dan responsif.
menangani gangguan peran dan
meningkatkan koping secara
efektif.
berlanjut...
39
...lanjutan
Intervensi Rasional
12. Bantu klien menyusun tujuan 12. Klien perlu produktif dan
realistik untuk mengatur mendapat keuntungan dari
kehidupan dan melakukan tanggung jawab atas hidupnya
aktivitas sehari-hari sendiri. sendiri dan petunjuk tentang
batasan kemampuannya.
13. Kaji identitas personal saat ini, 13. Mengidentifikasi kebutuhan
dengan pertimbangkan jika klien individu dan intervensi yang
menyatakan keberadaan dirinya. tepat. Ketidakmampuan untuk
Juga pertimbangkan jika klien mengidentifikasi diri
mengekspresikan perasaannya menimbulkan masalah utama
tentang ketidaksiapan bertemu yang dapat mengganggu
dengan orang lain/objek. interaksi seseorang dengan orang
lain.
14. Analisis adanya/keparahan 14. Batasan ego disintegrasi
faktor-faktor yang dapat dapat menyebabkan kelemahan
mengganggu identitas pribadi. perasaan tentang diri. Klien
(mis. Paranoid, afek tumpul) sering mengekspresikan
ketakutan tentang munculnya
faktor-faktor dan karenanya
kehilangan identitas personal.
15. Gunakan keterampilan 15. Perilaku disintegrasi
komunikasi terapeutik untuk menimbulkan faktor-faktor
mendukung pengungkapan tersebut, ekspresi kekhawatiran
perasaan diri klien dan tentang arti/nilai hidup/mati
menemukan hubungannya (mungkin diekspresikan sebagai
dengan arti kehadiran. delusi, halusinasi).Kekhawatiran
ini dapat berpengaruh negatif
terhadap makna dari individu.
Klien dapat menggunakan
keyakinan religius sebagai
pertahanan melawan ketakutan.
16. Permudah pemulangan diri 16. Komunikasi terapeutik
pasien bila hospitalisasi seperti mendengarkan aktif,
dibutuhkan. meringkas, refleksi dapat
mendukung klien menemukan
jalan keluarnya sendiri.
berlanjut...
40
...lanjutan
Intervensi Rasional
Kolaborasi:
1. Lakukan uji yang tepat (mis. 1. Uji ini menunjukkan
Minta klien untuk menggambar pandangan klien, konsep diri
figur diri, Body Image Aberration, klien dan korelasi klien dengan
Physical Anbedonia Scale). berbagai macam variabel.
2. Rujuk klien ke sumber seperti ahli 2. Memberi aktivitas yang
terapi okupasi/ terapi meningkatkan harga diri dan
pergerakan/Outdoor Education pencapaian selama keterlibatan
Program; dan lain-lain dengan program hospitalisasi
parsial. Hospitalisasi parsial
dapat menfasilitasi transisi dari
lingkungan rumah sakit ke
komunitas.
3. Mulai libatkan dalam/rujuk ke 3. Sumber spiritual pola berdoa,
aktivitas religius dan sumber- keimanan atau keanggotaan
sumber yang diharapkan atau dalam kelompok religius yang
yang tepat. Perhatikan terorganisasi dapat
keterlibatan berlebihan terhadap meningkatkan perkembangan
aktivitas religius. sumber koping klien, rasa
diterima/makna diri.
Pendekatan kuat terhadap suatu
ideologi (perasaan religius)
dapat digunakan dalam usaha
mengontrol perasaan ansietas.
41
(2007), tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk klien dengan perubahan
1) Membina hubungan saling percaya dengan klien agar klien merasa aman dan
Berjabat tangan.
dikembalikan pada realita bahwa apa-apa yang dia kemukakan tidak berdasar
fakta dan konfrontasi dari lingkungannya hal ini sebagai bergaining position
agar klien terbiasa berbeda pendapat dan menimbang mana yang baik dan
tidak baik. Konfrontasi dilakukan dengan kontrak waktu yang jelas bahwa
6) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan realitas
dimilikinya.
dan sebagainya.
10) Lakukan kontrak dengan klien untuk berbicara dalam konteks realitas seperti
sebagainya.
11) Jelaskan pada klien tentang program pengobatannya (manfaat, dosis obat,
jenis, dan efek samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang
benar).
12) Libatkan dan diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien,
waham juga dapat dibuat dalam bentuk Strategi Pelaksanaan (SP) (Damaiyanti
Tabel 2.4 Rencana Tindakan Keperawatan Perubahan Proses Pikir: Waham dalam
Bentuk Strategi Pelaksanaan
Klien Keluarga
SP1P SP1K
1. Membantu orientasi realita 1. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2. Mendiskusikan kebutuhan yang 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
tidak terpenuhi gejala waham, dan jenis waham
yang dialami pasien beserta proses
terjadinya.
3. Menjelaskan cara-cara merawat
3. Membantu pasien memenuhi pasien.
kebutuhannya
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga mempraktikkan
harian pasien cara merawat pasien dengan
waham
2. Melatih keluarga mempraktikkan
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang cara merawat langsung kepada
dimiliki pasien waham
2.3.4 Implementasi
masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat ini (Kusumawati dan
Hartono, 2012).
2.3.5 Evaluasi
untuk menilai efek dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi
dalam asuhan keperawatan dibagi menjadi dua yaitu evaluasi secara formatif
Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan
a) Klien mampu:
b) Keluarga mampu: