Anda di halaman 1dari 32

MODEL TEORI KONSEP KEPERAWATAN

SISTER CALISTA ROY : ADAPTATION MODEL

Dosen Pembimbing
Prof. Yati Afiyanti, SKp, MN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

1. ABDUL KHAMID
2. ESTI KUSUMA RAHAYU
3. LINA SUKMAWATI
4. NENG SALMAH
5. OKTINA DWISUSANTI
6. RINA YULIATY
7. SRI YULIYANTI

1
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan yang maha esa
karena atas rahmat Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan
judul “Model Teori Konsep Keperawatan Sister Calista Roy : Adaptation
Model” dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tidak lupa kita haturkan
kepada kekasih Allah junjungan baginda besar Rasulullah SAW yang telah
membawa kita dari jaman jahiliyah menuju jaman terang benderang seperti
sekarang ini. 
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah
Sains Keperawatan pada Program Magister Keperawatan.. Proses
terselesaikannya makalah ini tentunya tidak terlepas dari kontribusi
fasilitator mata kuliah Sains Keperawatan dan rekan-rekan sejawat,
mahasiwa/i. Untuk itu kami ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. DR. Irna Nursanti, SKp. MKep., Sp. Mat. Selaku koordinator mata kuliah
Sains Keperawatan
2. Prof. Yati Afiyanti, SKp, MN selaku dosen pembimbing
3. Teman – teman satu angkatan Program Pasca Sarjana Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan
makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita

2
semuamkhususnya mahasiswa-mahasiswi fakultas ilmu keperawatan dan
profesi keperawatan pada umumnya sebagai sumbangan pikiran dalam
upaya meningkatkan mutu dalam pelayanan keperawatan kepada
masyarakat.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Penulis,

Kelompok 4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI....................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................. 5

BAB II KONSEP TEORI MODEL......................................................... 6


A. Riwayat Callista Roy……………………………………….. 6
B. Model Konseptual Adaptasi Callista Roy………………….. 7

BAB III PARADIGMA KEPERAWATAN............................................. 17


A.Manusia……………………………………………………

17
B.Lingkungan ................................................ ……………… 17
C.Sehat …………………………………………….................. 18
D.Keperawatan……………………………………………..... 19

3
BAB IV APLIKASI TEORI KEPERAWATAN..................................... 20
A.Contoh Kasus………………………………………………

20
B.Pembahasan ................................................ ……………… 21

BAB V KESIMPULAN............................................................................ 27
A.Penutup……………………………………………………...

27
B.Analisa Kekuatan dan kelemahan…............ ……………… 27

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Keperawatan merupakan ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari kontribusi
ilmuwan keperawatan yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia baik
biologis, psikologis, social dan spiritual berdasarkan pada evidence based practice. Ilmu
keperawata ini terbentuk dari berbagai model konseptual dan teori-teori yang mengacu
pada ide – ide global mengenai individu, kelompok situasi atau kejadian tertentu yang

4
berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori teori yang mebantu dalam praktik
keperawatan ini dibagi dalam 4 komponen dimana komponen ini dibagi dari yang paling
abstrak sampai yang paling konkrit dengan urutan : metaparadigma, filosofi,model
konseptual, dan teori . (Alligood, 2014).

Teori – teori yang digunakan dalam profesi keperawatan memiliki empat tingkatan dari
meta theory, grand theory, middle range theory dan practice theory. Teori –teori ini
yang membantu perawat dalam menyelesaikan masalah keperawatan secara terarah.
Selain untuk digunakan dalam praktik keperawatan dan pendidikan diharapkan teori-
teori ini dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan membantu dalam penelitian.
(Higgins & Shirley, 2000)

Salah satu cara konsep teori yang digunakan dalam asuhan keperawatan adaklah Model
keperawatan Sister Callista Roy, dikenal dengan model “adaptasi” dimana Roy
memandang setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap
stimulus baik stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat
dilihat dari berbagai tingkatan usia. Teori sister Callista Roy adalah teori yang berada
pada conceptual models / grand theory. (Alligood,2014). Aplikasi proses keperawatan
menurut konsep teori Roy diRumah Sakit telah banyak diterapkan namun sedikit sekali
perawat yang mengetahui dan memahami bahwa tindakan keperawatan tersebut telah
sesuai. Bahkan perawat melaksanakan asuhan keperawatan tanpa menyadari sebagian
tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah penerapan konsep teori Roy. Oleh
karena itu, kami memandang perlu untuk mengetahui dan mengkaji lebih jauh tentang
penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori Sister Callista Roy di lapangan
atau rumah sakit, sehingga dapat apakah teori pelayanan keperawatan/ asuhan
keperawatan.Roy dapat diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan keperawatan

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mampu memahami konsep model keperawatan menurut Roy dalam manajemen
asuhan keperawatan

5
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan riwayat hidup Sister Calista Roy
b. Mampu menyelaraskan dan mendefinisikan model konseptual sister Calista Roy
c. Mampu memahami konsep dasar atau asumsi dasar dalam model konseptual
stress dan adaptasi Roy
d. Mampu menjelaskan komponen – komponen model konsep keperawatan sister
Calista Roy
e. Mampu menjelaskan karakteristik model konsep keperawatan sister Calista Roy
f. Mampu menerapkan konsep keperawatan sister Calista Roy pada asuhan
keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan.
g. Manfaat Sebagai panduan bagi perawat dalam manajemen asuhan keperawatan
yang berdasarkan model keperawatan Sister Calista Roy, sehingga mudah dalam
mengaplikasikanya.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Riwayat Callista Roy

6
Suster Callista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy

dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima

Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan

Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California Los

Angeles.

Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia

lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan

Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep

keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang

sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy

menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis,

untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif

sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di

butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :

focal stimulus, konsektual stimulus dan residual stimulus.

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap

manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga

mengadaptasi nilai humanisme dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H.

Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme

dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat

meningkatkan derajat kesehatan.

Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di area

adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye

7
(1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka

kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model

adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda

keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf

pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan

memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk

klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.

B. Model Konseptual Adaptasi Callista Roy

Menurut Roy (1984), dalam asuhan keperawatan sebagai penerima asuhan keperawatan

adalah individu, keluarga, kelompok , dan masyarakat yang dipandang sebagai

”Holistic adaptif system” dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan. System

adalah satu kesatuan yang dihubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk

beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya.

System terdiri dari proses input, output, kontrol, dan umpan balik (Roy, 1991). System

dapat dijelaskan sebagai berikut :

8
1. Input

Menurut Roy input adalah sebagai stimulus yang merupakan kesatuan informasi, bahan-

bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon. Selain itu sebagai

suatu sistem yang dapat menyesuaikan diri dengan menerima masukan dari lingkungan

9
dalam individu itu sendiri, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal,

kontekstual, dan stimulus residual.

a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,

efeknya segera, misalnya infeksi.

b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik

eksternal maupun internal yang mempengaruhi situasi positif atau negatif dan

dapat diobservasi ,diukur dan secara subjektif dilaporkan, seperti pada anemia.

c. Stimulus residual yaitu faktor internal dan eksternal yang relevan dengan situasi

yang ada tetapi sulit diobservasi karena meliputi kepercayaan, sikap, dan sifat

individu yang berkembang sesuai pengalaman masa lalu, yang memberi proses

belajar untuk toleransi. Seperti pengalaman pada nyeri pinggang ada yang toleransi

tetapi ada yang tidak.

2. Kontrol

Menurut Roy proses kontrol seseorang adalah bentuk mekanisme koping yang

digunakan. Mekanisme kontrol ini terdiri dari regulator dan kognator yang merupakan

subsistem.

a. Subsistem regulator mempunyai komponen : input-proses, dan output. Input

stimulus berupa internal atau eksternal. Transmitter regulator system adalah kimia,

neural atau endokrin. Terjadinya refleks otonom merupakan output perilaku yang

dihasilkan dari regulator sistem , banyak sistem fisiologis yang dapat dinilai sebagai

perilaku subsistem regulator.

b. Subsistem kognator, merupakan stimulus yang berupa ekternal maupun internal.

Output perilaku dari subsistem regulator dapat menjadi stimulus umpan balik untuk

10
subsistem kognator. Proses kontrol subsistem kognator berhubungan dengan fungsi

otak dalam memproses informasi, penilaian, dan emosi. Persepsi atau proses

informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih perhatian, mencatat

dan mengingat.

3. Effektor

Roy mengembangkan proses internal seseorang sebagai sistem adaptasi dengan

menetapkan sistem efektor, yaitu empat model adaptasi meliputi fungsi fisiologis,

konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.

a. Fungsi fisiologis, berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy

mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk

mempertahankan integritas, terdiri dari fungsi fisiologis tingkat dasar yang meliputi

lima kebutuhan dasar dan fungsi fisiologis komplek yang meliputi empat kebutuhan,

yaitu sebagai berikut :

1) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi,

pertukaran gas, dan transfor oksigen (Vairo,1984; Roy, 1991).

2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk

mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan

yang rusak (Servonsky,1984; Roy,1991).

3) Eliminasi : Merupakan hasil ekskresi metabolisme dari intestinal dan ginjal

(Servonsky,1984; Roy,1991).

4) Aktifitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktifitas fisik dan istirahat

yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiogis dalam upaya

memulihkan semua komponen tubuh (Cho, 1984 ; Roy, 1991).

11
5) Perlindungan : Merupakan dasar perlindungan tubuh termasuk proses imunitas

dan sistem integumen, yang berperan sebagai proteksi dari infeksi, trauma, dan

perubahan suhu (Sato, 1984 ; Roy, 1991).

6) Perasaan : Seperti penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa, dan bau yang

memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan. Rasa nyeri perlu

dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan (Driscoll,1984; Roy,1991).

7) Cairan dan elektrolit : Merupakan keseimbangan cairan dan elektrolit, termasuk

air, elektrolit, asam basa dalam sel, ekstrasel, dan fungsi sistemik (Parly,1984;

Roy,1991).

8) Fungsi syaraf / neurologis : Merupakan bagian integral dari regulator koping

mekanisme seseorang. Memiliki fungsi untuk mengendalikan dan

mengkoordinasikan pergerakan tubuh, kesadaran, dan proses emosi kognitif

yang baik untuk mengatur aktifitas organ tubuh (Robertson,1984; Roy,1991).

9) Fungsi endokrin : Merupakan aktifitas endokrin mengeluarkan hormon sesuai

dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasikan fungsi

tubuh. Mempunyai peran dalam respon strees dan merupakan regulator koping

mekanisme (Howard & Valentine,1984; Roy,1991).

b. Fungsi konsep diri , berhubungan dengan psikososial dengan penekanan khusus

pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini

berhubungan dengan integritas psikis, seperti persepsi, aktifitas mental dan ekspresi

peraaan. Menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu :

1) The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan

dengan sensasi tubuhnya dan gambaran dirinya.Gangguan pada area ini sering

12
terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau

hilang kemampuan seksualitas.

2) The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral, etik,

dan spiritual seseorang. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau rasa takut

merupakan masalah dalam area ini.

c. Fungsi peran, berkaitan dengan pengenalan pola-pola interaksi sosial seseorang

dengan orang lain, yang diwujudkan melalui peran primer, sekunder, dan tersier,

fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya sesuai

kedudukannya di masyarakat.

d. Interdependensi, merupakan bagian akhir dari fungsi yang dijelaskan oleh Roy.

Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima, kasih sayang,

perhatian, dan saling menghargai. Dijelaskan juga sebagai keseimbangan antara

ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.

Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk berhubungan dengan orang

lain, sedangkan kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk

melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan

antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.

4. Output

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat diamati, diukur atau secara

subjektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar. Perilaku ini

merupakan umpan balik dari sistem. Roy mengidentifikasi output sistem sebagai respon

yang adaptif atau respon yang mal adaptif. Respon adaptif dapat meningkatkan

integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang mampu

13
memenuhi tujuan hidup, berupa kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi, dan

menjadi manusia yang berkualitas. Sedangkan respon yang mal adaptif merupakan

perilaku yang tidak mendukung tujuan seseorang.

Keseluruhan model adaptasi Roy tergambar dalam skema berikut ini :

Tabel dari Model Adaptasi Roy

SUB SISTEM MODEL ADAPTASI KOPING YANG DI BUTUHKAN


REGULATOR FISIOLOGIS Oksigenasi

Memelihara secara tepat oksigenasi

meliputi ventilasi, pertukaran gas dan

transportasi gas

Nutrisi

Memelihara fungsi, meningkatkan

pertumbuhan dan menganti jaringan

melalui ingesti dan asimilasi makanan

Elimasi

Mengeluarkan sampah metabolic

14
terutama melalui saluran pencernaan dan

ginjal

Beraktivitas dan Beristirahat

Memelihara keseimbangan antara

aktivitas fisik dan istirahat

Proteksi

Mempertahankan tubuh melawan infeksi,

trauma, perubahan cuaca, terutama

melalui struktur integument dan

kekebalan tubuh

Senses (berfikiran sehat)

Memungkinkan seseorang untuk

berinteraksi dengan lingkungan melalui

pengelihatan, pendengaran, sentuhan,

rasa dan penciuman.

Cairan dan elektrolit dan

keseimbangan asam-basa

Memelihara keseimbangan cairan,

elektronik, dan keseimbangan asam-basa.

Untuk memelihara intrasel, ekstraseluler

15
dan fungsi sistemik

Fungsi Neurologi

Mengkoordinasi dan mengontrol

pergerakan tubuh, kesadaran , dan proses

kognisi dan emosional

Fungsi Endokrin

Mengintegrasi dan mengkoordinasi

fungsi tubuh
KOGNATOR KONSEP DIRI PHYSICAL SELF

Model adaptasi konsep Sensasi Tubuh:

diri berkaitan dengan Memelihara perasaan positif tentang fisik

karakteristik psikologi (fungsi tubuh, seksualitas atau kesehatan)

dan spiritual pada

seseorang Body Image:

Memelihara sudut pandang positif

Konsep diri merupakan seseorang terhadap tubuhnya dan

gabungan dari perasaan tampilan tubuhnya

manusia tentang dirinya

sendiri pada suatu waktu PERSONAL SELF

Konsistensi diri:

Konsep diri dibangun Memelihara konsistensi diri- organisasi

dari persepsi internal dan menghindarkan disekuilibrium.

16
dan persepsi dari reaksi

orang lain. Ideal Diri dan Ekspektasi diri:

Memelihara sudut pandang positif atau

Konsep diri memiliki harapan terhadap sesuatu ,bagaimana

dua dimensi utama yaitu ekspektasi seseorang akan terjadi dan apa

physical self dan yang dilakukan untuk mewujudkan

personal image harapan

Moral-Spiritual-Ethical self:

Kebutuhan dasar : Memelihara evaluasi dimana seseorang

Fisik dan Integritas dapat tertutup atau memelihara dengan

Spiritual orang lain, dimana dia akan memberi dan

menerima cinta perhatian dan nilai.

INTERDEPENDENCE Untuk mengetahui seeorang itu dan

Kebutuhan dasar: bagaimana ekspektasinya, kita dapat

Hubungan antara melihatnya ketika dia bersosialisaasi

integritas atau keamanan dengan orang lain.

melalui pemeliharaan

hubungan

FUNGSI PERAN

17
Kebutuhan dasar:

Integritas social

BAB III
KONSEP MODEL KEPERAWATAN DIKAITKAN DENGAN
PARADIGMA KEPERAWATAN

Empat Elemen utama dari teori Roy adalah : Manusia sebagai penerima
asuhan keperawatan, Konsep lingkungan, Konsep sehat dan Keperawatan. Dimana
antara keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena
merupakan suatu sistem.

1. Manusia
Menurut Roy, manusia adalah sistem yang holistik dan adaptif. Sebagai

18
sebuah sistem adaptif, sistem manusia digambarkan sebagai suatu keseluruhan
dengan bagian-bagiannya yang berfungsi sebagai satu kesatuan untuk tujuan
masing-masing. Sistem manusia meliputi manusia sebagai individu atau dalam
kelompok, termasuk keluarga, organisasi, komunitas, dan masyarakat sebagai satu
keseluruhan. Walaupun sangat beragam, semua manusia disatukan dalam takdir
yang sama. Sistem manusia memiliki kemampuan berpikir dan merasakan, yang
berakar dari kesadaran dan makna, dimana keduanya menyesuaikan diri secara
efektif terhadap perubahan lingkungan yang pada akhirnya akan mempengaruhi
lingkungan tersebut. Manusia dan bumi memiliki pola yang sama dan hubungan
serta makna yang bersifat timbal balik. Roy mendefinisikan manusia sebagai
fokus utama keperawatan, sebagai penerima pelayanan keperawatan, sebagai
sistem adaptif yang hidup dan kompleks dengan proses-proses internalnya
(kognator dan regulator) yang bekerja untuk mempertahankan adaptasi dalam
keempat mode adaptif (fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi)
(Roy & Andrews, 1999, dalam Pakar Teori Keperawatan Dan Karya Mereka:
126).

2. Lingkungan
Lingkungan, menurut Roy adalah “semua kondisi, keadaan dan pengaruh yang
melingkupi dan berdampak pada perkembangan dan perilaku seseorang atau
kelompok, dengan pertimbangan khusus pada hubungan timbal balik antara
manusia dan sumber-sumber bumi yang meliputi stimulus fokal, konstekstual, dan
residual” (Roy & Andrews, 1999, dalam Pakar Teori Keperawatan Dan Karya
Mereka: 127). Adalah lingkungan yang berubah yang merangsang seseorang
untuk memberikan respons adaptif (Andrews & Roy, 1991, dalam Pakar Teori
Keperawatan Dan Karya Mereka: 127). Lingkungan adalah input bagi seseorang
sebagai sistem adaptif yang melibatkan faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor
ini dapat berupa faktor kecil atau besar, negatif atau positif. Akan tetapi,
perubahan lingkungan apapun membutuhkan peningkatan energi untuk
beradaptasi terhadap situasi tersebut. Faktor-faktor dalam lingkungan yang

19
mempengaruhi seseorang dapat dikategorikan sebagai stimulus fokal, konstektual,
dan residual.

3. Sehat
Kesehatan adalah status dan proses ada atau menjadi seseorang yang utuh dan
menyeluruh. Kesehatan mencerminkan adaptasi, yaitu interaksi antara orang dan
lingkungannya (Andrews & Roy, 1991, dalam Pakar Teori Keperawatan Dan
Karya Mereka: 126). Definisi ini adalah turunan dari pemikiran bahwa adaptasi
adalah proses meningkatkan integritas fisiologis, prikologis, dan integritas sosial,
dan bahwa integritas menyiratkan kondisi yang tidak terganggu menuju suatu
kesatuan atau kelengkapan (Roy, 1984, dalam Pakar Teori Keperawatan Dan
Karya Mereka: 126). Dalam karya sebelumnya, Roy memandang kesehatan
sepanjang sebuah rentang dari titik kematian dan kesehatan yang sangat buruk
hingga titik kesejahteraan puncak dan tingkat tinggi (Brower & Baker, 1976,
dalam Pakar Teori Keperawatan Dan Karya Mereka: 126). Pada akhir 1990-an,
tulisan-tulisan Roy lebih berfokus pada kesehatan sebagai proses dimana sehat
dan penyakit dapat berdampingan. Roy menarik benang merah dari karya-karya
Illich (1974,1976): “kesehatan bukanlah terbebas dari kematian, penyakit,
ketidakbahagiaan, dan stress yang tidak dihindarkan, melainkan kemampuan
semua itu dengan cara yang kompeten” (Roy & Andrews, 1999, dalam Pakar
Teori Keperawatan Dan Karya Mereka: 126).
Kesehatan dan penyakit adalah satu dimensi yang tidak dapat dihindari, dapat
saling berdampingan, dari pengalaman hidup seseorang (Riehl & Roy, 1980,
dalam Pakar Teori Keperawatan Dan Karya Mereka: 126). Keperawatan peduli
dengan dimensi ini. Jika mekanisme koping tidak efektif, maka penyakit akan
muncul. Sehat akan terjadi jika manusia terus beradaptasi. Oleh karena manusia
beradaptasi terhadap suatu stimulus, manusia bebas berespons terhadap stimulus
lainnya. Pembebasan energi dari upaya koping yang inefektif dapat meningkatkan
penyembuhan dan kesehatan (Roy, 1984, dalam Pakar Teori Keperawatan Dan
Karya Mereka: 127).

20
4. Keperawatan
Roy mendefinisikan keperawatan secara luas sebagai “profesi pelayanan
kesehatan yang berfokus pada proses kehidupan manusia beserta polanya dan
menekankan pada promosi kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat secara keseluruhan. Secara spesifik, Roy mendefinisikan keperawatan
berdasarkan modelnya sebagai ilmu dan praktik yang memperluas kemampuan
adaptif dan meningkatkan transformasi manusia dan lingkungan. Ia
mengidentifikasi aktivitas keperawatan sebagai pengkajian perilaku dan stimulus
yang mempengaruhi adaptasi. Penilaian keperawatan didasarkan pada pengkajian
ini, sedangkan intervensi keperawatan adalah perencanaan yang disusun untuk
mengelola stimulus tersebut (Roy & Andrews, 1999, dalam Pakar Teori
Keperawatan Dan Karya Mereka: 125-126). Keperawatan sebagai disiplin praktik
adalah batang tubuh ilmu keperawatan yang bertujuan untuk memberikan
pelayanan penting, yaitu untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam
membawa dampak pada kesehatannya secara positif (Roy, 1984, dalam Pakar
Teori Keperawatan Dan Karya Mereka: 126). Keperawatan bekerja untuk
meningkatkan interaksi antara manusia dengan lingkungannya untuk
meningkatkan adaptasi (Andrews & Roy, 1991, dalam Pakar Teori Keperawatan
Dan Karya Mereka: 126).
Tujuan dari keperawatan menurut Roy yaitu meningkatkan adaptasi individu
dan kelompok pada ke empat mode adaptif, sehingga berkontribusi pada
kesehatan, kualitas hidup, dan meninggal dengan terhormat. Keperawatan mengisi
peran yang unik sebagai fasilitator adaptasi dengan mengkaji perilaku dari empat
mode adaptif ini beserta faktor yang mempengaruhi adaptasi, dan juga melakukan
intervensi untuk meningkatkan kemampuan adaptif dan interaksi dengan
lingkungan (Roy & Andrews, 1999, dalam Pakar Teori Keperawatan Dan Karya
Mereka: 126).

BAB IV
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN

21
Konsep asuhan keperawatan menurut Roy pada anak dengan GE Dehidrasi Sedang.
A. Contoh Kasus
Berikut adalah contoh kasus pada pasien anak yang dirawat dengan GE dehidrasi
sedang. An. C usia 12 bulan, jenis kelamin , masuk ruangan Dahlia dengan
diagnosa GE dehidrasi sedang, Orang tua anak C berasal dari suku Jawa,
pendidikan ibu SLTP. Ibu anak C mengatakan bahwa anaknya sudah 2 hari Buang
Air Besar cair dan muntah-muntah, Buang Air Besar 8x/hari sudah 2 hari dengan
konsistensi cair, warna kuning kehijauan, ada keluhan mual, muntah setiap diberi
susu atau makanan pendamping ASI. Saat ini anak demam, lemas, tidak mau
menyusu. Dari hasil pemerikasaan fisik didapatkan ubun ubun cekung, mata
cekung turgor kulit menurun mukosa dibibir kering, CRT < 3 detik, kesadaran
compos mentis, GCS 15, TB 79 cm, BB 10 Kg, LILA 16 cm. Tanda-tandavital
anak suhu 380 C, N : 124x/menit , RR 30x/ menit, saturasi 99%.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium :
Hematologi : Haemoglobin: 11,2 gr/dl, Hematokrit: 36,0%, Leukosit 15.000 µL,
Trombosit:324.000 µL, GDS : 120
Elektrolit : Natrium:134 mmol/L, Clorida: 99 mmol/L, Kalium: 3,7 mml/L.
Hasil pemeriksan feces terdapat bakteri amoeba.

22
B. Pengkajian
Proses asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi. Konsep asuhan keperawatan menurut Roy
digambarkan dalam skema berikut :

INPUT

kontrol PROSES
stimulasi fokal, stimulus kontekstual, derajat dehidrasi
stimulus residual

mengelola stimulus melalui


manajemen cairan

OUTPUT EFEKTOR

Evaluasi : mempengaruhi integritas fungsi


perilaku adaptif
Pengkajian prilaku
perilaku inefektif
dilakukan pada seluruhfisiologis,
model konsep diri,
adaptasi fisiologis,
interdepedensi, fungsi peran

Konsep diri, fungsi peran dan interdependence ( saling ketergantungan ).Pada kasus
anak GE dengan dehidrasi sedang pengkajian fungsi fisiologis meliputi :
1. Pengkajian Fungsi fisiologis
a. Oksigenasi : Anak tidak mengalami batuk ataupun sesak nafas, kedalaman
inspirasi dan ekspirasi normal , nafas teratur, pergerakan dinding dada
simetris, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, warna kulit kuning dan
membrane mukosa kering, tanda tanda sianosis tidak ada, anemis tidak ada ,
CRT < 3 detik.
b. Nutrisi : antropometri (TB 79 cm, BB 10 Kg, LILA 14 cm ), biokimia (Hb: 11
gr/dl), clinical sign ( anak tampak kurus, rambut merah mudah dicabut ) dan
Diet ( makan makanan pendamping ASI tidak mau, Anak tidak mau menyusu,
anak mempunyai alergi susu sapi ), Anak mengalami mual dan muntah .

23
c. Eliminasi : Buang Air Besar 8x/hari sudah 2 hari dengan konsistensi cair,
warna kuning kehijauan, BAK 10 x/hari. Hasil pemeriksaan feces terdapat
amoeba.
d. Aktivitas dan istirahat: anak terbaring lemas di tempat tidur, tidak ada aktivitas
bermain yang dilakukan anak. Anak lebih banyak menangis .
e. Proteksi : area kulit yang lecet tidak ada baik area perianal maupun bagian
tubuh yang lain.
f. Sensori : tidak ada keluhan penglihatan , pendengaran , penciuman dan
penghidu
g. Cairan dan elektrolit: anak tidak mau menyusu, muntah setiap diberi susu atau
makanan pendamping ASI, turgor kulit menurun, mukosa mulut agak kering,
hasil laboratorium seperti elektrolit : Natrium:133 mmol/L, Clorida: 99
mmol/L, Kalium: 3,7mml/L dan Hematokrit: 36,0%,
h. Fungsi neurologis : kesadaran compos mentis, GCS: 15
i. Endokrin : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, GDS: 130
2. Pengkajian Mode adaptasi konsep diri
Anak takut saat bertemu dengan orang lain dan orang tua terlihat cemas dengan
kondisi anak yang sedang sakit diare, orang tua kooperatif menerima
pengobatan dan perawatan .
3. Pengkajian Mode Fungsi peran
Anak terbaring lemas di tempat tidur, tidak mau diajak bermain.
4. Pengkajian Mode Interdependence ( saling ketergantungan )
Anak rewel dan tidak mau terpisah dengan ibunya dan ingin di gendong terus
5. Pengkajian Stimulus
Stimulus yang harus dikaji adalah stimulus fokal ( etiologi ) , stimulus
kontekstual (presipitasi) dan stimulus residual ( predisposisi).
a. Stimulus Fokal
Orang tua kurang menjaga kebersihan diri dan lingkunga, tidak
membiasakan mencuci tangan sebelum memberikan makan atau memberi
susu. Bagaimana menjaga kebersihan tangan, makanan, kebersihan
lingkungannya. Saat ini anak sedang dalam tahap perkembangan fase

24
oral,anak mempunyai kebiasaan memasukan sesuatu ke mulutnya sehingga
memungkinkan kuman masuk kedalam tubuh anak.
b. Stimulus Kontekstual
Saat menyajikan susu formula takaran susu yang dibuat tidak sesuai dengan
takan yang dianjurkan, Botol susu jarang di steril.
c. Stimulus Residual
Orang tua masih berkeyakinan bahwa diare pada anak menandakan anak
mau pintar .
C. Diagnosa keperawatan
Sebelum mengangkat diagnosa keperawatan yang harus dilakukan adalah
menganalisa data yang ada.
No Perilaku Stimulus Diagnosa keperawatan
1. Perilaku kognator: Stimulus Fokal: Ibu Diare berhubungan
Ibu mengatakan anaknya kurang menjaga dengan infeksi, inflamasi
sering sakit diare kebersihan tangan dalam gastrointestinal
Prilaku regulator: menyiapkan makanan dan
BAB cair 8 kali/hari, susu, hasil pemeriksaan
feces terdapat amoeba
Stimulus Kontekstual:
botol susu jarang di steril,
anak sering mengalami
sakit.
Stimulus residual: Ibu
menganggap diare adalah
tanda anak mau pintar
2 Perilaku kognator: Stimulus Fokal: Gangguan Defisit volume cairan
Ibu mengatakan anaknya pencernaan berhubungan kehilangan
buang air besar sering dan Stimulus Konstektual:Ibu cairan aktif
muntah muntah, anak tidak tidak membuat susu
mau menyusu, formula sesuai dengan
Prilaku regulator: takaran yang di
BAB cair 8 kali/hari, cair rekomendasikan, Ibu

25
Anak muntah setiap diberi jarang mensteril botol
susu atau makanan susu.
pendamping ASI, anak tidak Stimulus residual: riwayat
mau menyusu mual dan mutah, diare
pada anak
3 Perilaku kognator: Stimulus Fokal: Ibu Cemas berhubungan
Ibu mengatakan anaknya menganggap diare dengan kurang
rewel . Ibu tampak cemas pertanda anak akan pintar pengetahuan dan
dengan kondisi anaknya yang Stimulus Konstektual: hospitalisasi
sakit Pendidikan ibu tamat
Prilaku regulator: SLTP, ibu tidak tahu
Anak rewel dan tidak mau bagaimana merawat anak
pisah dengan ibunya, anak dengan diare
selalu minta di gendong oleh Stimulus residual: Anak
ibu rewel dan sering sakit

Berdasarkan dari analisa data yang menunjang daignosa keperawatan yang muncul
adalah
1. Diare berhubungan dengan infeksi, inflamasi gastrointestinal
2. Defisit volume cairan berhubungan kehilangan cairan aktif
3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan hospitalisasi

D. Penetapan Tujuan
Tujuan merupakan pernyataan dari tingkah laku pasien atau keluarga yang dapat
diukur atau diobservasi dan berguna untuk mengevaluasi respon mereka terhadap
keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan (Roy & Andrews, 1991; Wilkinson,
2007). Penetapan tujuan asuhan keperawatan terhadap pasien :
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam diharapkan pasien tidak
mengalami diare yang ditunjukkan dengan BAB 1x sehari, Konsistensi lembek, BAB
tidak ada lendir dan darah

26
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam diharapkan terjadi
keseimbangan cairan, hidrasi dan status nutrisi yang ditandai dengan urine output
sesuai 1cc/kg bb/jam, BJ Urine normal, HT normal (33-38%), TTV dalam batas
normal (TD 120/80mmHg, Nadi 80=100x/menit, Pernapasan 16-24 x/menit), Tidak
ada tanda-tanda dehidrasi (elastisitas kulit baik, membrane mukosa lembab)
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam diharapkan anak dapat
mengontrol kecemasannya ditandai dengan mampu memahami penyakitnya dan
berpartisipasi terhadap pengobatan yang diberikan.

E. Proses Intervensi
Menurut Roy selama proses implementasi, perawat menentukan cara terbaik dalam
membantu pasien mencapai tujuan dan memilih intervensi untuk meningkatkan proses
adaptasi melalui perubahan terhadap rangsanagn atau memperkuat proses adaptif.
Sebelum memutuskan tindakan, Perawat membuat daftar stimulus yang mempengaruhi
perilaku yg spesifik dan mengidentifikasi proses koping yang relevan. Untuk itu harus
diidentifikasi konsekuensi yang muncul akibat mengubah stimulus dan proses koping.
Perawat bekerjasama dengan pasien menilai konsekuensi yang muncul akibat perubahan
tersebut, baik yang diinginkan ataupun tidak diinginkan. Setelah intervensi keperawatan
yang tepat telah dipilih, perawat bekerja dengan pasien untuk memulai langkah-langkah
yang akan mengubah stimulus dan meningkatkan koping.

Pada kasus pasien dengan intervensi yang dapat dilakukan adalah


1. Diare berhubungan dengan infeksi, inflamasi gastrointestinal
Aktivitas regulator :
a. Memberikan minuman oralit setiap BAB
b. Kolaborasi pemberian antibiotic
c. Kolaborasi pemberian zink
Aktivitas kognator yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada orangtua tentang
penggunaan obat-obatan

27
2. Defisit volume cairan berhubungan kehilangan cairan aktif
Definisi : penurunan cairan intravaskuler, interstisial atau intraseluler
NOC : keseimbangan cairan, hidrasi, status nutrisi : intake makanan dan cairan
Kriteria hasil :
Aktivitas regulator
- Mengukur tanda-tanda vital
- Memantau tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit
- Menimbang berat badan setiap hari
- Menghitung intake dan output cairan
- Kolaborasi pemberian cairan Intravena
Aktivitas kognatornya :
- Memberikan pendidikan kesehatan pada anak untuk minum lebih sering
- Mendorong keluarga untuk memotivasi anak banyak minum

3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan hospitalisasi


Intervensi:
Aktivitas regulator:
- Kolaborasi pemberian obat jika diperlukan
Aktivitas kognotor :
- Melibatkan orangtua dalam setiap tindakan keperawatan
- Menggunakan pendekatan yang menenangkan
- Memberikan informasi kepada orangtua mengenai diagnose dan prognosis
penyakit

F. Proses Evaluasi :
Proses evaluasi berfokus pada penilain keefektivan dari intervensi keperawatan yang
berhubungan dengan perilaku dari individu dan kelompok. untuk menentukan apakah
tujuan adaptif telah dipenuhi, perawat menggunakan keterampilan yang sama seperti yang

28
digunakan dalam fase penilaian dari proses-observasi, intuiisi, pengukuran, dan
wawancara.
1. Diagnosa Diare berhubungan dengan infeksi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam perilaku klien adaptif,
ditandai dengan tidak dengan BAB 1x sehari, konsistensi lembek, BAB tidak ada
lendir dan darah
Analisis Intervensi :
Masalah keperawatan diare sudah teratasi, klien mampu beradaptasi sehingga
tindakan keperawatan dihentikan

2. Diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam perilaku klien adaptif,
ditandai dengan urine output sesuai 1cc/kg bb/jam, BJ Urine normal, HT normal (33-
38%), TTV dalam batas normal (TD 120/80mmHg, Nadi 80=100x/menit, Pernapasan
16-24 x/menit), Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (elastisitas kulit baik, membrane
mukosa lembab)
Analisis Intervensi :
Masalah keperawatan kekurangan volume cairan teratasi, klien mampu beradaptasi
dengan baik sehingga tindakan keperawatan dihentikan

3. Diagnosa cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan hospitalisasi


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam perilaku klien adaptif,
ditandai dengan mampu memahami penyakitnya dan berpartisipasi terhadap
pengobatan yang diberikan
Analisis Intervensi :
Masalah keperawatan cemas teratasi, klien mampu beradaptasi dengan baik
sehingga tindakan keperawatan dihentikan.

29
BAB V
KESIMPULAN

A. Penutup
Penerapan teori adaptasi Roy dapat dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien anak dengan gastroenteritis akut. Karena dalam pendekatan teori ini
mampu memenuhi semua aspek kebutuhan pasien anak baik secara fisiologis,
adaptasi, konsep diri dan interdependesi. Proses peningkatan adaptasi pasien menjadi
tujuan dalam pelaksanaan teori ini, sehingga menolong perawat dalam menentukan
intervensi yang tepat dan sesuai dengan kondisi anak. Karena dalam menangani

30
masalah cairan pada anak dibutuhkan pendekatan masalah yang mengarah pada
asuhan keperawatan yang komprehensif.

B. Analisa kelebihan dan Kekurangan Teori keperawatan Calista Roy


Kelebihan Teori Keperawatan Calista Roy :
- Dengan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji
respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep
diri, mode fungsi peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa
mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan
residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan
akurat.
- Pemberi asuhan keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu,
tentang hal-hal yang menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme
koping dan effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress.
Kelemahan Teori Keperawatan Calista Roy :
- Kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya. Model
adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana
pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak
menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara merawat (caring) pada pasien.
Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring ini akan
menjadi sterssor bagi para pasiennya.

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Achir Yani S. dan Kusman Ibrahim (2017), Pakar Teori Keperawatan dan Karya
Mereka, edisi Indonesia ke delapan, Elsevier Singapore Pte Ltd

Akinsaya dkk( 1994 ), The Roy Adaptation Model in Action , The Macmillan Press LTD,
London

31
Alligood, M. R. (2014). Nursing Theory: Utilization & Application. United Stage: Elsevier
Mosby.

32

Anda mungkin juga menyukai