N DENGAN
DIAGNOSA DSS (DENGUE SYOK SYNDROME)
DI RUANG ICU RS MUHAMMADIYAH METRO
DISUSUN OLEH :
ANDIKA RAMADHANI
CAHYANAULI HARAHAP
DEA AMANDA
DESI MAIDA SARI
KRISNA AJI SEPTIA
NUR ANISA RAHMI
NOPAN AGUS SETIAWAN
ROSAL NINA
SISKA WAHYU DAMAYANTI
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara tropis dengan Suhu, curah hujan
dan kelembaban relatif dianggap sebagai faktor iklim penting yang
berkontribusi terhadap pertumbuhan dan penyebaran vektor nyamuk dan
potensi wabah demam berdarah. Faktor iklim menyebabkan Demam Berdarah
Dengue masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia terutama di
wilayah tropis dan subtropis yang ditunjukan dengan Angka kejadian DBD di
dunia yang meningkat (Rou, Komaria & Pitriani, 2019).
World Health Organization (WHO) menyatakan pada tahun 2010
jumlah kejadian DBD mencapai angka 2.4 juta kejadian kemudian meningkat
menjadi 4.2 juta kejadian pada tahun 2019. Indonesia menduduki peringkat
ke-2 penderita DBD setelah Brazil. Bahkan, sejak awal Januari 2019, laporan
kasus DBD yang masuk ke Kementerian Kesehatan terus bertambah hingga
mencapai 13.683 kasus di seluruh Indonesia (Ningsih, Jumakil & Kohali,
2020). Kejadian DBD di Provinsi Lampung pada tahun 2019 mencapai angka
5.592 kasus dengan angka kematian akibat DBD sebanyak 17 kematian dan
sepanjang Januari-Februari 2020 mencapai 1.408 kasus dengan angka
kematian akibat DBD mencapai 10 orang (Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung 2020, dalam Karvino 2020).
Penyebaran dan tinggi rendahnya angka kesakitan demam berdarah
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tinggi rendahnya populasi
vektor, virulensi virus, imunitas penduduk, kepadatan penduduk, mobilitas
penderita dan kemampuan virus memperbanyak diri dalam tubuh nyamuk
serta perilaku manusia yang dapat memberi peluang tempat
perkembangbiakan nyamuk (Yunita, dkk., 2012) Kejadian DBD juga erat
kaitannya dengan sanitasi lingkungan yang menyebabkan tersedianya tempat-
tempat perkembangbiakan vektor nyamuk Aedes aegypti (Arsyad, 2020).
Dengue syok syndrome (DSS) merupakan salah satu bentuk klinis
demam berdarah yang paling berbahaya dan mematikan. Jika seseorang
terinfeksi demam berdarah, maka dapat muncul berbagai bentuk (spectrum)
klinis demam berdarah dari yang ringan sampai dengan berat. DSS merupakan
suatu kondisi yang harus ditangani dengan cepat dan tepat karena perburukan
bisa terjadi dengan sangat cepat. Biasanya terjadi pada demam hari ke 3-6.
Pasien umumnya juga harus dirawat di unit rawat intensif
(ICU/PICU/NICU/HCU).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian DSS
2. Untuk mengetahui Etiologi DSS
3. Untuk mengetahui Patofisiologi DSS
4. Untuk mengetahui Tanda dan gejala DSS
5. Untuk mengetahui Komplikasi DSS
6. Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang DSS
7. Untuk mengetahui Penatalaksaan medis dan keperawatan DSS
8. Untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan DSS
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
B. Etilogi
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4
serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotype terbanyak. Infeksi salah
satu serotype akan menimbukan antibody terhadap serotype yang
bersangkutan sedangkan antibody yang terbentuk teehadap serotype lain
sangat kurang sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotype lain tersebut seseorang yang tinggal didaerah
endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya.
Keempat serotype virus dapat ditemukan di berbagi dearah di Indonesia
(Sudoyo,dkk 2009).
C. Patofisiologi
Patofisiologi yang utama pada dengue shock syndrome ialah reaksi
antigen-antibodi dalam sirkulasi yang mengakibatkan aktifnya system
komplemen C3 dan C5 yang melepaskan C3a dan C5a dimana 2 peptida
tersebut sebagai histamine tubuh yang merupakan mediator kuat terjadinya
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah yang mendadak
sebagai akiba terjadinya perembesan plasma dan elektrolit melalui endotel
dinding pembuluh darah dan masuk ke dalam ruang interstitial sehingga
menyebabkan hipotensi,peningkatan hemokonsentrasi hipoproteinemia
dan efusi cairan pada rongga serosa.
a. Nyeri kepala
b. Nyeri retro-orbital
c. Mialgia/artralgia
d. Ruam kulit
e. Manifestasi perdarahan (Petekie atau uji bendung positif)
f. Leukopenia
g. Pemeriksaan serologi dengue positif; atau ditemukan demam
dengue/demam berdarah dengue yang sudah di konfirmasi pada
lokasi dan waktu yang sama
2. Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD di tegakkan bila
semua hal dibawah ini di penuhi :
a. Demam atau riwayat demam akut antara 2 – 7 hari, biasanya
tidak bersifat bifasik
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
- Uji torniquet positif
- Petekie, ekimosis atau purpura
- Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran
cerna, tempat bekas suntikan
- Hematemesis dan melena
c. Trombositopenia <100.000/ul
d. Kebocoran plasma yang di tandai dengan :
- Peningkatan nilai hematokrit ≤ 20 % dari nilai baku sesuai
umur dan jenis kelamin
- Penurunan nilai hematokrit ≥ 20 % setelah pemberian cairan
yang adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi
pleura
E. Komplikasi
1. Perdarahan masif
2. Kegagalan pernafasan karena edema paru dan kolaps paru
3. Ensefalopati dengue
4. Kegagalan jantung
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Trombositopenia ( < 100.000/mm³)
2. HB dan PVC meningkat (20%)
3. Leukopeni (mungkin normal atau leukositosis)
4. Isolasi virus
5. Serologi ( Uji H ) : respon antibodi sekunder
6. Pada renjatan yang berat, periksa : HB, PVC berulang kali (setiap jam
atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan), Faal
hemostasis, foto rontgen dada, EKG, BUN, creatinine serum
H. Asuhan Keperawatan
1. Identitas Klien.
Nama, umur (Secara eksklusif, DHF paling sering menyerang anak –
anak dengan usia kurang dari 15 tahun. Endemis di daerah tropis Asia,
dan terutama terjadi pada saat musim hujan, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, pekerjaan.
2. Keluhan Utama.
Panas atau demam.
3. Pengkajian Primer
Airway ( Jalan Nafas )
Apakah ada sumbatan pada jalan nafas, seperti : benda asing,
darah, lidah yang jatuh, sekret/lendir
Breathing ( Pernafasan )
Apakah klien mengalami sesak nafas, apakah menggunakan otot-
otot bantu nafas, Frekuensi pernafasan, irama, kedalaman, bunyi
nafas
Circulation ( Sirkulasi )
Frekuensi nadi, irama nadi ( teratur/tidak teratur, kuat/lemah),
tekanan darah, akral pada ekstremitas, capilary refill. Suhu tubuh,
turgor kulit.
Disability ( Tingkat Kesadaran )
Nilai GCS, reflek pupil dan reflek cahaya,riwayat kejang dan
kelemahan pada ekstremitas atas atau bawah
Expose, Examine dan Evaluate
Menanggalkan pakaian pasien, perhatikan tanda-tanda perdarahan
di bawah kulit ( petekie, ekimosis, purpura ). Yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien adalah
mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan eksternal. Setelah
semua pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup pasien dengan
selimut hangat dan jaga privasi pasien, kecuali jika diperlukan
pemeriksaan ulang (Thygerson, 2011).
4. Pengkajian Sekunder
1. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat penyakit sekarang.
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya
panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak
semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri
telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta
adanya manifestasi pendarahan pada kulit
b. Riwayat penyakit yang pernah diderita.
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah
mengalami serangan ulang DHF.
c. Riwayat imunisasi.
Apabila mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat
dihindarkan.
d. Riwayat gizi.
Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi, dengan
status gizi yang baik maupun buruk dapat beresiko, apabila
terdapat faktor predisposisinya. Pasien yang menderita DHF
sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai
dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka akan
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
menjadi kurang.
e. Kondisi lingkungan.
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih ( seperti air yang
menggenang dan gantungan baju dikamar ).
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat
spasme otot-otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi
2. Hipertermia b.d proses infeksi virus dengue
3. Defisit Volume Cairan b.d intake yang tidak adekuat
Intervensi
NO. DIAGNOSA NOC NIC
1 Ketidakefektifan NOC : NIC :
-respiratory status : AIRWAY MANAGEMENT
pola nafas b.d
ventilation Buka jalan nafas menggunkan
jalan nafas - respiratory status : teknik chin lift, atau jaw
airway paten trusth bila perlu
terganggu akibat
-vital sign status Posisiskan pasien untuk
spasme otot-otot Krireria hasil memaksimalkan ventilasi
-mendemonstrasikan Identifikasi pasien perlunya
pernafasan,
batuk efektif dan suara pemasangan alat jalan
nyeri, nafas yang bersih tidak nafas buatan
ada sianosis dan Pasang mayo bila perlu
hipoventilasi
dyspnea (mampu Lakukan fisioterapy dada
mebngeluarkan bila perlu
sputum,mampu bernafas Keluarkan secret dengan
dengan mudah,tidak ada
batuk atau suction
pursed lips)
Auskultasi suara nafas
-menunjukan jalan nafas
catat jika ada suara
yang paten ( klien tidak
nafas tambahan
merasa trcekik,irama
nafas,frekuensi Lakukan suction pada mayo
npernafasan dalam Beriukan bronkodilator
rentang normal ,tidak bila perlu
ada suara nafas Berikan pelembab udara
abnormal) kasa basah NacL
-ttv dalam rentanaga Atur intake untuk cairan
anormal (TD,N.RR) mengoptimalkan
keseimbangan
Monitor respirasi
dan cairan O2
OXYGEN TERAPY
Bersihkan mulut hidung
dan trakea
Pertahanakan jalan nafas
yang paten
Atur peralatan oxygen
Monitor aliran oxygen
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
Temperature regulation
Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
Monitor TD, nadi, dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negatif dari kedinginan
Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
Ajarkan indikasi dari hipotermi
dan penanganan yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu
BAB III
TINJAUAN KASUS
I.
1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An.N
No. Rm : 180356
Agama : Islam
Umur :15th
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Metro Utara
Status : Pelajar
BB : 42 kg
Tgl. Masuk RS : 13-10-2021
Diagnosa Medis : Dengue Syok Syndrom (DSS)
C. PENGKAJIAN
a) Pengkajian Primer
1. Airway
Pasien tidak mengalami sumbatan jalan nafas, tida ada batuk,
tidak ada stridor, tidak ada snoring
2. Breathing
Pasien mengalami sesak, frekuensi pernafasan 25x /menit,
pasien terpasang Oksigen nasal kanul dengan 4 ltr, napas
klien dangkal, cuping hidung (-).
3. Circulation
Nadi teraba kuat N: 119 x/menit, tekanan darah 120/79
mmHg, ekstremitas teraba dingin
4. Disability
Reaksi pupil (+) saat terkena cahaya dengan nilai GCS : 15
E : 4 V: 5 M : 6
b) Pengkajian Sekunder
Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri perut, sesek sudah
2 hari yang lalu, nyeri ulu hati (+) mual, muntah sebanyak 3
kali , pasien merasa pusing. pasien mengatakan lemas , tidak
ada alergi obat maupun makanan, tidak ada penyakit lain
1. Kardiovaskuler
Tekanan darah 120/79 mmHg, nadi 119x/menit, irama
tidak teratur, denyut kuat, ekstremitas hangat, bunyi
jantung normal
2. Pernafasan
Klien sesak nafas, menggunakan otot bantu pernafasan,
frekuensi pernapasan 28x /menit, irama tidak teratur,
kedalaman dangkal, tidak terdapat bunyi tambahan,
terpasang oksigen nasal kanul 2L/menit, SPO2 91%
3. Neurologis dan Sensori
4. Gastriintestinal
Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan merasa
mual, nafsu makan menurun hanya menghabiskan 3-4
sendok akan saat pemberian jam makan, pada abdomen
tidak terdapat kemerahan atau ruam, bising usus
12x/menit, tidak adanya kembung, abdomen simetris.
5. Nutrisi
Klien makan 3x sehari dengan porsi sedikit nafsu makan
berkurang dengan makan lauk nasi dan sayur klien tidak
memiliki alergi ataupun makanan yang tidak
disukai,memiliki kebiasaan makan sebelum dan sesudah
yaitu membaca doa mencuci tangan dan minum. BB saat
sakit 42 Kg, saat sakit 40 Kg
6. Cairan
Cairan yang masuk yaitu infus 1000 cc, minum 350 cc,
dan cairan yang keluar yaitu urine 350 cc, muntah 100 cc
Output
Urin : 650 cc
muntah : 100 cc
Iwl : (30-14) x 42 kg =672
Total output : 1422
Balance cairan : 1250-1422= -172 cc
7. Musculoskeletal
Pasien mengalami nyeri otot hilang timbul, merasa lemas
dan terbaring ditempat tidur, aktivitas dibantu keluarga,
tidak ada tanda-tanda radang pada sendi, tidak
menggunakan alat bantu, tidak memiliki kelainan bentuk
tulang
8. Genitourinaria
Tidak terdapat distensi kandung kemih, tidak adanya
nyeri tekan, menggunakan kateter urine.
9. Integumen
Keadaan kulit pasien bersih, tidak ada lesi maupun
kemerahan, warna kulit sawo matang, kekuatan rambut
baik, keadaann kuku pendek dengan warna kemerahan
10. Endokrin
Nafas klien tidak berbau keton, tidak ada tremor, tidak
ada luka, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
11. Psikososial
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, pasien tampak
cemas, klien sadar dirinya sedang sakit dan dirawat di
RS, klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera
pulang, klien sering memanggil ibunya
12. Istirahat Tidur
Klien tidur kurang lebih 8 jam perhari, klien terkadang
sulit untuk memulai tidur, klien tidak mengkonsumsi
obat tidur
D. Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan Keperawatan
Pasien istirahat total
Posisi semi fowler
Berikan O2
Pantau tanda-tanda vital
Observasi TTV
Anjurkan pasien untuk memenuhi cairannya (minum)
E. ANALISA DATA
Do :
- Berdrest total
- Terpasang infus
- TD : 120/79 mmHg
- Mukosa bibir kering
dan pecah pecah
- Akral dingin
- berkeringat
- Nadi : 90x /menit
- Balance cairan
1250-1422= -172 cc
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b.d Hiperventilasi
2. Risiko ketidak seimbangan nutrisi b.d intake yang tidak adekuat
3. Resiko kekurangan volume cairan b.d mual muntah
G. RENCANA KEPERAWATAN
H. IMPLEMENTASI
P: hentikan intervensi
P: Hentikan intervensi
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dengue syok syndrome (DSS) salah satu bentuk klinis demam berdarah
yang paling berbahaya dan mematikan dan kondisi yang harus ditangani
dengan cepat dan tepat karena perburukan bisa terjadi dengan sangat cepat.
Biasanya terjadi pada demam hari ke 3-6. Pasien umumnya juga harus
dirawat di unit rawat intensif (ICU/PICU/NICU/HCU).
B. Saran
Hendaknya menjaga perilaku yang dapat memberi peluang tempat
perkembangbiakan nyamuk, dan jika mengalami tanda dan gejala DSS,
agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan
DAFTAR PUSTAKA