Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMBUH KEMBANG ANAK

Oleh :

MUNAWARAH

NIM : 20089142201

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2021
1.1 LAPORAN TUMBUH KEMBANG ANAK
A. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individuyang bisa diukur dengan ukuran berat
(gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Anna, 2020).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (Skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Indah, 2018).
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran
panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan ( skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Indah, 2018).
Walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang
dewasa, misalnya mengkonsumsi makanan, perawatan, bimbingan, perasaan aman,
pencegahan penyakit dan sebagainya. Oleh karena itu semua orang-orang yang mendapat
tugas mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang.

B. Tumbuh kembang pada anak usia todler


1. Pertumbuhan
Selama tahun ke 2 masa kehidupan masih nampak kelanjutan perlambatan pertumbuhan
fisis yaitu dengan kenaikan BB berkisar antara 1,5 – 2,5 kg ( rata – rata ) dan PB 6 –10
cm ( rata – rata 8 cm per tahun. Anak akan mengalami penurunan nafsu makan sampai
usia 3 tahun, hal ini mengakibatkan jaringan sub kutan berkurang sehingga anak yang
tadinya nampak gemuk dan montok akan menjadi lebih langsing dan berotot. Demikian
pula dengan pertumbuhan otak yang akan mengalami perlambatan selama tahun ke 2,
kenaikan lingkar pada tahun pertama mencapai pertambahan sebesar 12 cm dan
selanjutnya pada tahun ke 2 hanya bertambah 2 cm, sedangkan lingkar dada pada tahun
pertama berukuran sama. Namun demikian untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel
NCHS WHO dengan menggunakan rumus : Bila nilai riel hasil pengukuran nilai median
BB/U, TB/U atau BB/TB. Bila nilai riel hasil pengukuran nilai median BB/U, TB/U atau
BB/TB.
2. Parameter penilaian pertumbuhan fisik :
a Ukuran antropometrik
1) Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometrik terpenting, karena dapat
digunakan untuk menilai peningkatan/ penurunan semua jaringan yang ada
dalam tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain – lain.
Untuk menilai berat badan normal yang sesuai usia todler dapat dilihat di
tabel NCHS terlampir.
2) Tinggi badan
Keistimewannya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan
meningkat terus sampai tinggi maksimal tercapai dan akhirnya berhenti pada
umur 18 – 20 tahun. Untuk menilai tinggi badan yang sesuai dengan usia
todler dapat dilihat ditabel NCHS terlampir.
3) Lingkar kepala
Lingkaran kepala mencerminkan volume intrakranial, dipakai untuk menaksir
pertumbuhan otak. Rata-rata lingkar kepala bayi baru lahir yang cukup bulan
adalah sekitar 35 cm. Pertambahan ukuran lingkar kepala bayi normal
berbeda-beda, tergantung jenis kelamin dan usia bayi. Berikut ini adalah
ukuran lingkar kepala bayi perempuan dan laki-laki:
Berikut ini adalah ukuran lingkar kepala bayi perempuan normal:
- Usia 0-3 bulan: 34-39,5 cm. Jika pada bulan ke-3 ukuran lingkar kepala bayi
lebih kecil dari 38 cm atau lebih besar dari 41 cm, maka bisa jadi pertanda
adanya masalah kesehatan.
- Usia 3- 6 bulan: 39,5-42 cm. Lingkar kepala bayi usia 6 bulan dapat
dikatakan tidak normal jika kurang dari 41 cm atau lebih dari 43,5 cm.
- Usia 6-12 bulan: 42-45 cm. Lingkar kepala bayi terbilang tidak normal jika
bayi usia 12 bulan, pertumbuhan lingkar kepalanya di bawah 44,5 cm atau
lebih dari 46 cm.
Sementara, lingkar kepala normal pada bayi laki-laki adalah:
- Usia 0-3 bulan: 34,5-40,5 cm. Lingkar kepala bayi terbilang tidak normal
jika bayi usia 3 bulan, ukuran lingkar kepalanya kurang dari 39,5 cm atau
lebih dari 42 cm.
- Usia 3-6 bulan: 40,5-43 cm. Jika pada bulan ke-6 lingkar kepalanya masih
kurang dari 42 cm atau lebih dari 45 cm, maka bisa jadi bayi menderita
masalah kesehatan.
- Usia 6-12 tahun: 43-46 cm. Lingkar kepala yang tidak normal saat bayi
berusia 12 bulan adalah kurang dari 45 cm atau lebih dari 49,5 cm.
4) Lingkar lengan atas
LLA mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak
terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat
badan, laju tumbuh lambat, dari 11 cm waktu lahir menjadi 16 cm pada satu
tahun, selanjutnya tidak banyak berubah pada umur 1 – 3 tahun.
5) Lipatan kulit
Tebalnya lipatan kulit pada daerah triseps dan subskapular merupakan refleksi
tumbuh jaringan lemak dibawah kulit, yang mencerminkan kecukupan energi.
dalam keadaan defisiensi lipatan kulit akan menipis dan sebaliknya menebal
jika masukan energi berlebihan.
b Gejala/tanda pemeriksaan fisik
Keseluruhan fisik, jaringan otot, jaringan lemak, rambut, gigi geligi.
c Pemeriksaan laboratorium
Hb, serum protein dan hormon.
d Pemeriksaan radiologis
Umur tulang
e Perkembangan
Aspek perkembangan yang seharusnya dicapai anak pada usia todler adalah
sebagai berikut :
1) Usia 12 – 18bulan:
- Berjalan sendiri tidak jatuh
- Mengambil benda kcil dengan ibu jari dan telunjuk
- Mengungkapkan keinginan secara sederhana
- Minum sendiri dari gelas dan tidak tumpah
2) Usia 18 – 24 bulan
- Berjalan mudur setidaknya lima langkah
- Mencoret – coret dengan alat tulis
- Menunjuk bagian tubuh dan menyebut namanya
- Meniru melakukan pekerjaan rumah tangga
3) Usia 2 – 3 tahun
- Berdiri satu kaki tanpa berpegangan minimal 2 hitungan
- Meniru membuat garis lurus
- Menyatakan keinginan sedikitnya dengan 2 kata
- Melepas pakaian sendiri
f Parameter penilaian perkembangan dengan DDST
Aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan DDST adalah :
1) Alat yang Digunakan
Alat peraga: benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-
kuning-hijau- biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas,
dan pensil.
2) Lembar formulir DDST
Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes
dan cara menilainya.
3) Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:
Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3 –
6 bulan, 9 – 12 bulan, 18 – 24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.
Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama kemudian dilarutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.
4) Penilaian
Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak
mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity: N.O). Kemudian
ditarik garis berdasarkan umur kronologis, yang memotong garis horisontal
tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-
masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan
pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam normal, abnormal, meragukan
(Questionable) dan tidak dapat dites (Untestable).
- Abnormal: bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau
lebih. Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan
plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama
tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia.
- Meragukan: Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih. Bila
pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang
sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal
usia.
- Tidak dapat dites: Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes
menjadi abnormal atau meragukan.
- Normal: Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas.
g Tahapan Tumbuh Kembang
Proses tumbuh kembang dimulai sejak sel telur dibuahi dan akan berlangsung
sampai dewasa.
1) Tahap prenatal
- Masa embrio : mulai konsepsi – 8 minggu
- Masa tengah fetus : 9 minggu – 24 minggu
- Masa fetus lanjut : 24 minggu – lahir
2) Tahap postnatal
- Masa neonatal : lahir – 1 bulan
- Masa bayi awal : 1 bulan – 1 tahun
- Masa bayi lanjut : 1 tahun – 2 tahun
h Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak
Menurut Nursalam (2005 : 32-33) menjelaskan bahwa pada umumnya
pertumbuhan mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:
1) Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa.
Sebagaimana pada usia 2 tahun besar kepala hampir seperempat dari panjang
badan keseluruhan, kemudian secara berangsur-angsur proporsinya berkurang.
2) Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan
lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya reflex primitif
pada masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder, dan perubahan lainnya.
3) Kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditanda dengan adanya masa-masa
tertentu yaitu masa pranatal, bayi dan adolesensi, dimana terjadi pertumbuhan
cepat. Dan masa prasekolah dan masa sekolah dimana pertumbuhan
berlangsung lambat.
4) Pola Perkembangan Anak
Yaitu peristiwa yang terjadi selama proses pertumbuhan dan perkembangan
pada anak.
Pola perkembangan fisik yang terarah Terdiri dari dua prinsip yaitu
cephalocaudal dan proximal distal (Wong, 1995).
- Cephalocaudal adalah pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai
dari kepala yang ditandai dengan perubahan ukuran kepala yang lebih besar,
kemudian berkembang kemampuan untuk menggerakkan lebih cepat dengan
menggelengkan kepala dan dilanjutkan ke bagian ekstremitas bawah lengan
,tangan dan kaki
- Proximaldistal yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai
dengan menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan pusat/sumbu
tengah, seperti menggerakkan bahu dahulu baru kemudian jari-jari.
- Pola perkembangan dari umum ke khusus
Yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dengan
menggerakkan daerah yang lebih umum (sederhana) dahulu baru kemudian
daerah yang lebih kompleks. Misalnya melambaikan tangan kemudian
memainkan jari.
- Pola perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan. Pola ini
mencerminkan ciri khusus dalam setiap tahapan perkembangan yang dapat
digunakan untuk mendeteksi dini perkembangan selanjutnya. Pada masa ini
dibagi menjadi lima tahap yaitu :
Masa pra lahir, terjadi pertumbuhan yang sangat cepat padaalatdan jaringan
tubuh
Masa neonatus, terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan di luar rahim
dan hampir sedikit aspek pertumbuhan fisik dalam perubahan
Masa bayi , terjadi perkembangan sesuai dengan lingkungan yang
mempengaruhinya dan mempunyai kemampuan untuk melindungi dan
menghindari dari hal yang mengancam dirinya
Masa anak, terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat, sikap, minat
dan cara penyesuaian dengan lingkungan
Masa remaja, terjadi perubahan kearah dewasa sehingga kematangan pada
tanda-tanda pubertas.

C. Teori Tumbuh Kembang Menurut Pakar Keperawatan


1) Teori Tumbuh Kembang Sidmund Freud Sidmund Freud terkenal sebagai pengganti teori
alam bawah sadar dan pakar psikoanalisis. Tapi kita sering lupa bahwa Freud lah yang
menekankan pentingnya arti perkembangan psikososial pada anak. Freud menerangkan
bahwa berbagai problem yang dihadapi penderita dewasa ternyata disebabkan oleh
gangguan atau hambatan yang dialami perkembangan psikososialnya. Dasar psikaonalisis
yang dilakukannya adalah untuk menelusuri akar gangguan jiwa yang dialami penderita
jauh kemasa anak, bahkan kemasa bayi. Freud membagi perkembangan menjadi 5 tahap,
yang secara berurut dapat dilalui oleh setiap individu dalam perkembangan menuju
kedewasaan.Fase Oral Disebut fase oral karena dalam fase ini anak mendapat kenikmatan
dan kepuasan berbagai pengalaman sekitar mulutnya. Fase oral mencakup tahun pertama
kehidupan ketika anak sangat tergantung dan tidak berdaya. Ia perlu dilindungi agar
mendapat rasa aman. Dasar perkembangan mental sangat tergangtung dari hubungan ibu
– anak pada fase ini. Bila terdapat gangguan atau hambatan dalam hal ini maka akan
terjadi fiksasi oral, artinya pengalaman buruk, tentang masalah makan dan menyapih
akan menyebabkan anak terfiksasi pada fase ini, sehingga perilakunya diperoleh pada
fase oral. Pada fase pertama belum terselesaikan dengan baik maka persoalan ini akan
terbawa ke fase kedua. Ketidak siapan ini meskipun belum berhasil dituupi biasanya
kelak akan muncul kembali berupa berbagai gangguan tingkah laku.
2) Fase Anal
Fase kedua ini berlangsung pada umur 1-3 tahun. Pada fase ini anak menunjukkan sifat
ke-AKU-annya. Sikapnya sangat narsistik dan egoistic. Ia pun mulai belajar kenal
tubuhnya sendiri dan mendapatkan kepuasan dari pengalaman. Suatu tugas penting dalam
yang lain dalam fase ini adalah perkembangan pembicaraan dan bahasa. Anak mula-mula
hanya mengeluarkan bahasa suara yang tidak ada artinya, hanya untuk merasakan
kenikmatan dari sekitar bibir dan mulutnya. Pada fase ini hubungan interpersonal anak
masih sangat terbatas. Ia melihat benda-benda hanya untuk kebutuhan dan kesenangan
dirinya. Pada umur ini seorang anak masi bermain sendiri, ia belum bias berbagi atau
main bersama dengan anak lain. Sifatnya sangat egosentrik dan sadistic Fase falik antara
umur 3-12 tahun. Fase ini dibagi 2 yaitu fase oediopal antara 3-6 tahun dan fase laten
antara 6-12 tahun. Fase oediopal denagn pengenalan akan bagian tubuhnya umur 3 tahun.
Disini anak mulai belajar menyesuaiakan diri dengan hukum masyarakat. Perasaan
seksual yang negative ini kemudia menyebabkania menjauhi orang tua dengan jenisn
kelamin yang sama. Disinilah proses identifikasi seksual. Anak pada fase praoediopal
biasanya senang bermain denagn anak yang jenis kelaminnya berbeda, sedangkan anak
pasca oediopal lebih suka berkelompok dengan anak sejenis.
3) Fase Laten
Resolusi konflik oediopal ini menandai permulaan fase laten yang terentang 7-12 tahun,
untuk kemudian anak masuk ke permulaan masa pubertas. Periode ini merupakan
integrasi, yang bercirikan anak harus berhadapan dengan berbagai tuntutan dan hubungan
denagn dunia dewasa. Anak belajar untuk menerapkan dan mengintegrasikan pengalaman
baru ini. Dalam fase berikutnya berbagai tekanan sosial akan dirasakan lebih berat oleh
karena terbaur dengan keadaan transisi yang sedang dialami si anak.
3. Fase Genital
Dengan selesainya fase laten, maka sampailah anak pada fase terakhir dalam
perkembangannya. Dalam fase ini si anak menghadapi persoalan yang kompleks.
Kesulitan sering timbul pada fase ini disebabkan karena si anak belum dapat
menyelesaikan fase sebelumnya dengan tuntas.

D. Teori tumbuh Kembang Erik Erikson


Erikson melihat anak sebagai makhluk psisososial penuh energy. Ia mengungkapakan
bahwa perkembangan emosional berjalan sejajar dengan pertumbuhan fisis, dan ada interaksi
antara perkembangan fisis dan psikologis. Ia melihat adanya suatu keteraturan yang sama
antara perkembangan psikologis dan pertumbuhan fisis. Erikson membagi perkembangan
manusi dari awal hingga akhir hayatnya menjadi 8 fase dengan brbagai tugas yang harus
diselesaikan pada setiap fase. Lima fase pertama adalah saat anak tumbuh dan berkembang.
1) Masa Bayi
Kepercayaan dasar vs ketidak percayaan. Dalam masa ini terjadi interaksi sosial yang erat
antara ibu dan anak yang menimbulkan rasa aman dalam diri si anak. Dari rasa aman
tumbuh rasa kepercayaan dasar terhadap dunia luar.
2) Masa Balita
Kemandirian vs ragu dan malu. Masa balita dari Erikson ini kira-kira sejajar dengan fase
anal. Pada masa ini anak sedang belajar untuk menegakkan kemandiriannya namun ia
belum dapat berfikir, oleh karena itu masih perlu mebdapat bimbingan yang tegas.
Psikopatologi yang banyak ditemukan sebagai akibat kekurangan fase ini adalah sifat
obsesif-kompulsif dan yang lebih berat lagi adalah sifat atau keadaan paranoid.
3) Masa Bermain
Inisiatif vs bersalah. Masa ini berkisar antara umur 4-6 tahun. Anak pada umur ini sangat
aktif dan banyak bergerak. Ai mulai belajar mengembangkan kemampuannya untuk
bermasyarakat. Inisiatifnya mulai berkembang pula dan bersama temannya mulai belajar
merencanakan suatu permainan dan melakukannya dengan gembira.
4) Masa Sekolah
Berkarya vs rasa rendah diri. Masa usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai memasuki
sekolah yang lebih formal. Ia sekarang berusaha merebut perhatian dan penghargaan atas
karyanya. Ia belajar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan padanya, rasa tanggung
jawab mulai timbul, dan ia mulai senang untuk belajar bersama.
5) Masa Remaja
Identitas diri vs kebingungan akan peran diri. Pada sekitar umur 13 tahun masa kanak-
kanak berakhir dan masa remaja dimulai. Pertumbuhan fisis menjadi sangat pesat dan
mencapai taraf dewasa. Peran orang tua sebagai figure identifikasi lain. Nilai-nilai
dianutnya mulai diaragukan lagi satu per satu.

E. Teori Tumbuh Kembang Menurut Piaget


Piaget adalah pakar terkemuka dalam bidang teori perkembangan kognitif. Seperti juga
Freud, Piaget melihat bahwa perkembangan itu mulai dari suatu orientasi yang egosentrik,
kemudian makin meluas dan akhirnya memasuki dunia sosial. Piaget membagi
perkembangan menjadi empat fase :
1) Fase Sensori-motor (0-2 tahun)
Seorang anak mempunyai sifat yang sangat egosentrik dan sangat terpusat pada diri
sendiri. Oleh karena itu kebutuhan pada fase ini bersifat fisik, fungsi ini menyebabkan si
anak cepat menguasainya dan dibekali dengan keterampilan tersebut melangkah ke fase
berikutnya.
2) Fase Pra-operasional (2-7 tahun)
Fase ini dibagi menjadi dua, yaitu fase para konseptual dan fase intuitif. Fase pra
konseptual (2-4 tahun). Disini anak mulai mengembangkan kemampuan bahasa yang
memungkinkan untuk berkomunikasi dan bermasyarakat dengan dunia kecilnya. Fase
intuitif (4-7 tahun) anak makin mampu bermasyarakat namun ia belum dapat berfikir
secara timbal balik. Ia banyak memperhatikan dan meniru perilaku orang dewasa
3) Fase Operasional Konkrit (7-11 tahun)
Pengalaman dan kemampuan yang diperoleh pada fase sebelumnya menjadi mantap. Ia
mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan teman-temannyadan belajar menerima
pendapat yang berbeda dari pendapatnya sendiri.
4) Fase Operasional Formal (11-16 tahun)
Pada fase akhir ini kemampuan berfikir anak akan mencapai taraf kemampuan berfikir
orang dewasa. Tercapainya kemampuan ini memungkinkan remaja untuk masuk ke
dalam dunia pendidikan yang lebih kompleks, yaitu dunia pendidikan tinggi.
Dari teori berkembang diatas, yaitu teori Freud, Erikson, dan Piaget, maka kita
dapat melihat bagaimana para pakar tersebut mempelajari perkembangan anak dari sudut
yang berbeda namun semuanya sepeandapat bahwa :
a Perkembanagn suatu proses yang diatur dan berurutan, yang dimulai dari
beberapa hal sederhana, dan terus berkembang menjadi semakin kompleks.
b Timbulnya gangguan jiwa disebabkan oleh adanya kegagalan disalah satu fase
untuk menyelesaikan suatu tugas perkembangan tertentu.
c Adanya kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dari pihak anak sendiri.

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak


Ada banyak sekali jenis gangguan tumbuh kembang pada anak, mulai dari yang paling
ringan hingga yang sangat kompleks. Berikut ini akan dijelaskan beberapa gangguan tumbuh
kembang pada anak beserta cara mengatasinya :
1) Speech Delay (Keterlambatan Kemampuan Bicara)
Speech Delay adalah kegagalan mengembangkan kemampuan berbicara pada anak, yang
diharapkan bisa dicapai pada usianya. Dengan kata lain, perkembangan anak (dalam hal
bicara) tertinggal beberapa bulan dari teman-teman seusianya.
Penyebab :
a. Anak-anak yang dicurigai mengalami speech delay seringkali juga mengalami
masalah pendengaran.
b. Adanya keterlambatan perkembangan yang terjadi karena belum dicapainya tingkat
kematangan seperti kematangan organ-organ bicara.
c. Kurang stimulasi atau kurang terpapar dalam lingkungan sosial.
Cara Mengatasi :
a. Bacakan buku atau cerita bergambar sehingga anak dapat menunjuk atau memberi
nama benda-benda yang ia kenal.
b. Gunakan bahasa yang sederhana ketika berbicara pada anak.
c. Mengoreksi ucapan yang salah dari anak. Misalnya ketika anak mengatakan “Atit”
saat mengutarakan rasa sakit, orang tua segera membenarkanya dengan
mengucapkan “Oh, sakit ya”. Usahakan untuk selalu mengulang kata-kata yang
diucapkan anak pada kita.
d. Berikan pujian pada anak ketika anak berbicara benar.
e. Jangan abaikan anak dan selalu berikan respon terhadap apa yang dikatakan anak.
f. Jangan memaksa anak untuk berbicara karena hal ini hanya akan membuat anak
menjadi semakin tertekan.
g. Berkonsultasi kepada tenaga ahli
2) Keterlambatan Kemampuan Berjalan
Rentang kemampuan anak bisa berjalan tanpa bantuan berada dalam usia 8 bulan sampai
dengan 18 bulan. Bila anak berumur lebih dari 18 bulan belum bisa berjalan, baru
dikategorikan ‘delay’ atau terlambat, sehingga diperlukan intervensi. Jadi, anak usia 15
bulan yang belum bisa berjalan, dinyatakan “belum siap”, bukan dianggap terlambat,
karena rentang toleransinya cukup panjang. Namun jangan menganggap remeh dengan
kondisi tersebut. Lebih baik Anda melakukan deteksi awal mengenai “keterlambatan”
tersebut supaya bisa diantisipasi dan dicari jalan keluarnya
Penyebab :
a. Kondisi kesehatan anak yang kurang mendukung. Keterlambatan anak mulai berjalan
bisa disebabkan oleh gangguan neurologis, gizi buruk, maupun penyakit seperti :
riwayat kekurangan oksigen saat lahir, penyakit-penyakit perinatal yang berat
(sepsis, kerinikterus, meningitis), bayi lahir dengan berat sangat rendah, bayi
prematur, cerebal palsy, pasca kejang lama, penyakit jantung bawaan, dan lain
sebagainya.
b. Faktor keturunan. Beberapa kasus menunjukkan orangtua yang mempunyai riwayat
terlambat berjalan akan menurun kepada anaknya.
c. Bentuk dan berat badan anak. Anak dengan kaki yang pendek biasanya lebih cepat
berjalan daripada yang berkaki panjang. Semakin panjang kaki anak, biasanya jadi
lebih sulit menyeimbangkan badan.
d. Pengalaman buruk waktu belajar berjalan. Kecelakaan yang mungkin terjadi saat
belajar berjalan seperti tersandung hingga membentur meja bahkan berdarah, bisa
mengakibatkan anak trauma dan malas berlatih lagi. Terlebih lagi jika ditambah
dengan respon orangtua yang terlalu mengkhawatirkannya.
e. Bayi yang tidak dikelilingi anak-anak lain. Hal ini biasanya mengakibatkan anak jadi
lebih lambat berjalan karena tidak ada yang memberinya contoh (meski tidak
selalu).
f. Orangtua maupun lingkungan yang overprotective. Rasa sayang yang berlebihan
dengan melarang anak untuk melakukan kegiatan yang “menantang” karena khawatir
jatuh atau terpeleset, membuat anak kehilangan kepercayaan diri untuk mulai
berjalan. Kebiasaan terlalu sering digendong dan pemakaian baby walker yang
berlebihan juga dapat membuat anak malas belajar jalan.
Cara Mengatasi :
a. Menatih dengan penuh kesabaran. Masa menatih (titah, bahasa Jawa) merupakan
masa yang membutuhkan tenaga dan kesabaran ekstra. Karena tangan kita harus
mendampingi kemanapun si kecil bergerak. Pada awalnya kita menggunakan dua
tangan untuk menatih, namun dengan bertahap kita lepas satu tangan, hingga
akhirnya kita lepas dia berjalan tanpa bantuan kita.
b. Gunakan berbagai alat sebagai bantuan. Kursi plastik yang kokoh, meja kecil yang
ringan, maupun galon air mineral yang tidak terisi penuh bisa menjadi alat yang
menarik untuk didorong-dorong anak.
c. Pastikan lingkungan di sekitar anak cukup aman. Hal ini bertujuan untuk
meminimalisir terjadinya kecelakaan. Seperti menyingkirkan benda-benda yang
mudah diraih dan mudah pecah.
d. Lakukan dengan kegembiraan. Ambillah jarak dari si kecil dengan memegang
mainan atau benda yang menarik perhatiannya. Mintalah anak untuk mengambilnya
dan berikan pelukan hangat saat dia berhasil menjangkaunya. Perlebar jarak untuk
meningkatkan kemampuannya.
e. Hindari baby walker. Faktor praktis dan bisa ditinggal mengerjakan hal lain
seringkali membuat orangtua berlebihan dalam memanfaatkan baby walker. Padahal,
hal seperti itu bisa menyebabkan anak jadi malas berjalan ketika dilepas tanpa baby
walker. Penggunaan baby walker tetap harus dengan pengawasan karena terbukti
pada beberapa kasus dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan seperti tergelincir di
tangga, kamar mandi, maupun kolam renang.
f. Terus berikan semangat pada anak. Belajar berjalan merupakan kombinasi dari
latihan kemandirian, kepercayaan diri, pantang menyerah, dan kesabaran.
g. Konsultasikan dengan dokter ahli jika anak tidak juga menunjukkan kemajuan dalam
kemampuan berjalan meskipun sudah dilakukan stimulasi yang memadai.
3) Autisme
Istilah autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri dan “isme” yang
berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu paham tertarik pada dunianya
sendiri. Autisme merupakan gangguan perkembangan yang kompleks yang umumnya
muncul sebelum usia tiga tahun sebagai hasil dari gangguan neurologis yang
mempengaruhi fungsi normal otak. Gangguan ini mempengaruhi perkembangan dalam
area interaksi sosial dan keterampilan komunikasi.
Anak penyandang autis umumnya menunjukan kesulitan dalam komunikasi verbal
dan nonverbal, interaksi sosial, dan kegiatan bersosialisasi (misalnya bermain bersama).
Mereka juga menunjukan pola-pola tingkah laku yang terbatas, berupa pengulangan dan
stereotip (meniru). Seorang penderita autis mempunyai beberapa kesulitan yaitu dalam
hal makna, komunikasi, interaksi sosial, dan masalah imajinasi. Hal ini menyebabkan
penderita autis menemui banyak kesulitan dalam kehidupannya sehari-hari. Anak autis
bisa sangat tertarik pada sesuatu dan kemudian asyik sendiri pada dunianya. Akibatnya,
anak autis cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya.
Penyebab :
Permasalahan pada awal perkembangan seorang anak. Anak penyandang autis
mengalami masalah kesehatan yang lebih banyak selama masa kehamilan, pada saat
dilahirkan, dan segera setelah dilahirkan, daripada anak yang bukan penyandang autis.
Pengaruh genetik. Adanya gangguan gen dan kromosom yang ditemukan pada studi
terhadap keluarga dengan anak kembar menunjukan peran yang besar dari faktor genetik
sebagai penyebab dari autis.
Abnormalitas otak. Meskipun tidak diketahui tanda-tanda biologis untuk autis,
penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ahli menunjukan bahwa gambaran otak anak
penyandang autis berbeda dengan gambaran otak anak normal.
Cara Mengenali Gejala :
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui gejala autis, salah
satunya dengan metode yang dinamakan M-CHAT (Modified Checklist for Autism in
Toddlers). Orang tua harus mengamati 6 pertanyaan penting berikut :
a. Apakah anak Anda tertarik pada anak-anak lain?
b. Apakah anak Anda dapat menunjuk untuk memberitahu ketertarikannya pada
sesuatu?
c. Apakah anak Anda pernah membawa suatu benda untuk diperlihatkan pada
orangtua?
d. Apakah anak Anda dapat meniru tingkah laku anda?
e. Apakah anak Anda berespon bila dipanggil namanya?
f. Bila Anda menunjuk mainan dari jarak jauh, apakah anak anda akan melihat ke arah
mainan tersebut?
Bila jawaban anda TIDAK pada 2 pertanyaan atau lebih, maka sebaiknya
berkonsultasi dengan profesional yang ahli dalam perkembangan anak dan mendalami
bidang autisme. Karakteristik dari penyandang autis banyak sekali ragamnya
(sepektrumnya sangat luas) sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan
memeriksakan anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi
anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya
dibidang autis. Diagnosis yang paling baik adalah dengan cara seksama mengamati
perilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya.
Orang tua harus peka dengan perkembangan anak sejak lahir, dan melaporkan kepada
dokter untuk setiap keterlambatan dan gangguan dalam perkembangan perilakuknya.
Cara Mengatasi :
a. Modifikasi perilaku dengan bantuan tenaga profesional. Misalnya dengan pendekatan
ABA (Applied Behavioral Analysis) untuk menguasai keterampilan yang diperlukan
dalam lingkungan, terapi integrasi sensori untuk menghadapi stimulasi sensori, dan
metode pendekatan yang hangat dan akrab untuk membangun hubungan dengan anak
sebagai individu dan untuk membantu memperbaiki proses perkembangan anak
melalui bahasa tubuh, kata-kata, serta media bermain
b. Sarana pendukung dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan orang tua diluar
waktu-waktu terapi. Contohnya seperti :
c. Pendukung visual agar anak lebih mudah berkomunikasi, mengutarakan keinginan,
dan membantu anak memahami kehidupan. Selain itu, dengan menunjukkan objek
secara nyata pada anak juga dapat membantu anak mengembangkan pemahaman
tentang waktu dan pentingnya menghargai lingkungan.
d. Berenang, berkuda, naik sepeda, sepatu roda, atau naik turun tangga. Kegiatan-
kegiatan tersebut sejalan dengan prinsip terapi integrasi sensori.
e. Berinteraksi dengan anak dalam situasi bermain yang melibatkan sentuhan dan
kontak mata yang memadai.
f. Terapi wicara (dibantu dokter dan terapis)

G. Stimulasi dasar atau kebutuhan dasar untuk tumbuh-kembang yang diberikan Ibu
pada anak

Usia 12 – 18 bulan
a) Gerak kasar
Latih anak naik turun tangga
b) Gerak halus
Bermain dengan anak melempar dan menangkap bola besar kemudian bola kecil.
Bicara, bahasa dan kecerdasan
Latih anak menunjuk dan menyebutkan nama – nama bagian tubuh.
Begaul dan bicara
Beri kesempatan kepada anak untuk melepas pakaiannya sendiri.
1) Usia 18 – 24 bulan
a) Gerak kasar
Latih anak berdiri dengan 1 kaki
b) Gerak halus
Ajari anak menggambar bulatan, garis, segitiga dan gambar wajah
Bicara, bahasa dan kecerdasan
Latih anak mengikuti perintah sederhana.
Bergaul dan mandiri
Latih agar anak mau ditinggalkan untuk sementara waktu
2) Usia 2 sampai 3 tahun
a) Gerak kasar
Latih anak melompat dengan satu kaki
b) Gerak halus
Ajak anak bermain menyusun dan menumpuk balok
Bicara, bahasa dan kecerdasan
Latih anak mengenal bentuk dan warna
Bergaul dan mandiri
Latih anak mencuci tangan dan kaki serta mengeringkanya sendiri.

1.2 Laporan DDST


Pemeriksa: Munawarah NAMA: An. A
Tanggal: 12 Agustus 2021 Tanggal lahir: 24 Oktober 2017
1. IDENTITAS ANAK
NAMA : An. A
TANGGAL LAHIR : 24 Oktober 2017
JENIS KELAMIN : Laki-laki
AGAMA : Hindu
PENDIDIKAN :-
ALAMAT : Jln. Pulau Samosir, LC Dauh Waru

2. IDENTITAS ORANG TUA


NAMA : Ny. M
TANGGAL LAHIR : 25 Juni 1991
AGAMA : Hindu
PENDIDIKAN : D1
PEKERJAAN : KARYAWAN SWASTA
ALAMAT : Jln. Pulau Samosir, LC Dauh Waru

3. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


a) Personal sosial/kemandirian bergaul
Pengasuh (orang tua) mengatakan bahwa anak sudah mampu bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Anak juga sudah mengenal dan
mengetahui kedua orang tuanya.
b) Motorik Halus
Pengauh (orang tua) mengatakan bahwa anak sudah mampu bermain dan memainkan
benda yang ada disekitarnya dengan cukup baik.
c) Bahasa
Pengasuh (orang tua) mengatakan bahwa anak dapat melafalkan 1-2 kata dengan baik
walaupun terdapat kesalahan- kesalahan kecil.
d) Motorik kasar
Pengasuh (orang tua) mengatakan bahwa anak ini merupakan anak yang cukup aktif
dan lincah dalam mengikuti kegiatan permainan yang diadakan namun masih belajar
untuk berdiri sendiri.

4. PENGHITUNGAN UMUR
Tanggal pemeriksaan : 12 Agustus 2021
Tanggal lahir : 24 Oktober 2017
Umur anak : 3 tahun 9 bulan 19 hari
5. PELAKSANAAN TEST DDST II

SEKTOR RESPON ANAK KESIMPULAN


Personal  Anak dapat mencuci dan mengeringkan tangan Anak dalam batas
Sosial  Anak dapat menyebutkan nama teman normal dan tidak
 Anak dapat memakai t-shirt mengalami
 Anak dapat berpakaian tanpa bantuan keterlambatan dalam
perkembangan personal
sosial
Motorik  Anak dapat menirukan Garis vertical Anak dalam batas
Halus  Anak dapat membuat menara dari kubus normal dan tidak
 Anak dapat menggoyangkan ibu jari mengalami
keterlambatan dalam
perkembangan motorik
halus
Bahasa  Anak bisa mengerti 2 kata sifat Anak dalam batas
 Anak Dapat menyebutkan 1 warna normal dan tidak
 Anak dapat mengerti kegunaan 2 benda mengalami
 Anak dapat menghitung 1 kubus keterlambatan dalam
 Anak bisa mengerti kegunaan 3 benda perkembangan
 Anak dapat mengetahui 4 kegiatan bahasanya
 Anak dapat berbicara semua dimengerti
 Anak dapat mengerti 4 kata depan
 Anak dapat menyebutkan 4 warna
 Anak dapat mengartikan 5 kata
 Anak dapat mengetahui 3 kata sifat
Motorik  Anak bisa melempar bola lengan keatas Anak dalam batas
Kasar  Anak bisa lompat jauh normal dan tidak
 Anak dapat berdiri dengan 1 kaki 1 detik mengalami
 Anak dapat berdiri dengan 1kaki 2 detik keterlambatan dalam
perkembangan motoric
kasar
6. INTERPRETASI HASIL TEST DARI DDST II

Anak dapat melakukan 4 sektor dari 4 sektor yang diminta. Jadi hasil interpretasi
anak dalam katagori Normal. pada beberapa item yang ditunjukan bahwa anak mengalami
perkembangan lebih serta hasil tes perilaku anak yang baik, tapi ada beberapa item anak
gagal namun masih dalam batas normal.

7. KESIMPULAN DARI KEEMPAT SEKTOR


Anak dapat melakukan 4 sektor dari 4 sektor yang diminta Jadi dapat disimpulkan
bahwa anak mengalami perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik
kasar dalam katagori normal sesuai dengan umur anak.

8. SARAN KEPADA ORANG TUA/PENGASUH


Anak sudah mengalami perkembangan yang normal. Walaupun begitu diharapkan orang
tua/pengasuh untuk selalu mengawasi anaknya agar tidak terjadi kesalahan atau pun
penyimpangan dan orang tua selalu menuntun buah hatinya untuk melakukan beberapa
itemyang gagal atau yang belum bisa terpenuhi Disamping itu perlu diperhatikan juga asupan
gizi yang diberikan untuk menunjang tumbuh kembang anak.
DAFTAR PUSTAKA

Anna. 2020. Pengkajian Pediatrik, Alih Bahasa Teresa, Jakarta : EGC


Beth cecily L, sowden Indah A. (2018). Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Jakarta : EGC.
Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F. Jakarta :
EGC
Markum, A.H. (2015). Buku Ajar Anak. Jilid I, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Soetjingsih. (2015). Tumbuh Kembang Anak, jakarta : EGC
Suherman ( 2019 ). Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta : EGC
Behrman. Kliegman. Arvin. Ilmu Kesehatan Anak ( Nelson Textbook of Pediatrics ). EGC.
Jakarta. 2000 : 37 – 45.
Depkes RI. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga . Depkes RI. Jakarta. 192 : 6 – 18.
Dhamayanti. Meita. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Untuk Meningkatkan Emotional
Spiritual Quotient (ESQ). FK Unpad Subbagian Tumbuh Kembang – Pediatri Sosial Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Perjan RSHS Bandung. Bandung
Latief, A. 2000. Diagnosis fisik pada Anak. Jakarta: Penerbit Sagung Seto
Markum.A.H. dkk. Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta. 1991 : 9 -21.
Mirriamstoppard. Complete Baby and Child Care. 1997.
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta. 1998 : 1 – 63.

Anda mungkin juga menyukai