NIM : 1148200090
Prodi : DIII – Farmasi
Dosen Pengampu : apt. M. Riki Shindy Praristya,M.Farm
a. Jamu
Jamu merupakan obat tradisonal yang umumnya turun- temurun dari nenek moyang,
kemudian jamu diperkirakan sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Di Indonesia
sendiri, mengutip dari portal informasi Indonesai, jamu diperkirakan sudah ada sejak
1300 Masehi. Kata jamu sendiri berasal dari jawa kuno Djampi yang artinya
menyembuhkan. Biasanya jamu terbuat dari tenaman herbal yang diekstrak sarinya atau
dengan cara ditumbuk.
Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah karena telah terbukti dengan bukti
empiris secara turun temurun. Di Indonesia saat ini jamu mulai banyak digemari, seiring
dengan timbulnya budaya hidup sehat dan dimasa pandemic, berdasarakan Peneliti Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Fanie Indrian
Mustofa melakukan penelitian terhadap perilaku masyarakat menggunakan jamu untuk
meningkatkan daya tahan tubuh selama wabah covid-19, menggunakan media social
seperti website, whastApp dan Instagram, selama 14 hari pada 22 April sampai 5 mei
2020. Fanie menuturkan dari 1.524 partisipan yang telah dianalisa didapatkan kesimpulan
bahwa 79% responden mengkomsumsi jamu untuk meningkatkan daya tahan tubuh
selama masa pademi covid-19. Contoh jamu yang sering dikonsumsi masyarakat adalah
jamu jahe, kunyit dan temulawak.
Di Indonesia sendiri paling banyak yang terapkan dari Ayurveda adalah terapi
pijat dan yoga, hampir di setiap tempat atau di daerah ada yang namanya yoga dan terapi
pijat. Namaun dari masyarakat sendiri banyak yang tidak mengetahui bahwa terpai- terapi
tersebut adalah Ayurveda yang berasl dari india.
e. Pengobatan cainis
Pengobatan cainis juga disebut dengan pengobatan Tionghoa adalah praktik
pengobatan tradisional yang dilakukan di Tiongkok dan telah berkembang selama
beberapa ribu tahun. Praktik pengobatan termasuk pengobatan herbal, akupunktur, dan
pijat Tui Na. Pengobatan Tradisional Tionghoa percaya bahwa segala proses dalam tubuh
manusia berhubungan dan berinteraksi dengan lingkungan. Oleh karena itu, penyakit
disebabkan oleh ketidakharmonisan antara lingkungan di dalam dan di luar tubuh
seseorang. Gejala ketidakseimbangan ini digunakan dalam pemahaman, pengobatan, dan
pencegahan penyakit.
Di Indonesia pengobatan Tionghoa yang paling terkenal adalah akupuntur.
Akupuntur sendiri di Indonesia mulai berkembang sejak tahun 1963. Atas intruksi
Menkes RI dibentuklah tim riset ilmu pengobatan tradisional timur. Pada tahun 1963,
praktek akupuntur di adakan secara resmi di RS Ciptomangunkusumo dan pada tanggal 3
Oktober 2007, Menkes RI menerbitkan keputusan tentang pembentukan prodi D III
akupuntur dan merupakan yang pertama milik Depkes di Indonesia.
f. Perbedaaan pengobatan india dengan cainis
Pengobatan tradisional india maupun cainis pada umumnya tidak jauh berbeda,
banyak model pengobatan yang sama, namun perkembangannya di Indonesia berbeda
dimana di Indonesia perkembanngan pengobatan india/Ayurveda yang terkenal adalah
yoga, sedangkan tari pengobatan tradisional cainis yaitu akupuntur. Dalam konsep
penyembuhan juga ada sedikit perbedaan, pengobatan tradisonal India sendiri
berdasarkan ketidak seimbangan diri dari seseorang tersebut. Sedangkan pengobatan
tradisiaonal Cina, berdasarkan kepada ketidak seimbangan atau keharmonisan antara
lingkungan di dalam dan di luar tubuh seseorang.
g. Mengapa obat tradisioanal Indonesia kurang berkembang
Obat tradisional Indonesia sendiri sudah banyak adanya, namun hanya sebagian
kecil yang populer di masyarakat, hal ini dapat dipicu oleh beberarapa factor. Pertama,
mungkinnya kurang sosialisasi mengenai obat obatan tradisioanal, daripihak Kemenkes
sendiri jarang sekali merekomendasikan obat tradisional dalam pengobatan. Di era
pandemic sekarang pemerintahpun tidak ada merekomendasikan secara khusus untuk
membantu dalam penanganan covid-19. Beda halnya dengan negara- negara tetangga,
seperti Taiwan yang merekomendasikan obat tradisional dalam penanganan covid-19.
h. Apa yang harus di lakukan agar perkembangan obat herbal Indonesia dapat bersaing
dengan pengobatan India dan Cainis.
Seharusnya untuk Indonesia sendiri sudah mulai berkembang maju dalam obat
tardisional diamana banyak Lembaga – Lembaga atau suatu wadah dalam menaungi obat
herbal Indonesia seperti BPOM, dan LIPI. Kemudian banyaknya perusahaan –
perusahaan produsen obat herbal seperti, Sido muncul, Efata, Griya herba, Borobudur
herbal, Jamu jago dan masih banyak lagi. Kemajuan obat herbal di Indonesai memang
bukan hal yang mustahil disamping banyaknya produsen, di tunjang juga dengan
Indonesia memiliki berjuta ragam tanaman obat yang berpotensi dikembangkan untuk
menambah nilai industri obat berbahan herbal (Jamu, Obat Herbal Terstandar/OHT, dan
Fitofarmaka) yang jauh lebih besar dibanding negara lain. Sebagai negara yang memiliki
tidak kurang dari 30.000 spesies tumbuhan maupun sumber daya laut, tentunya tidak
aneh jika Indonesia dapat menjadi pengekspor produk obat herbal terbesar di dunia.
Namun faktanya, sekitar 9.600 spesies tanaman dan hewan yang diketahui memiliki
khasiat obat belum dimanfaatkan secara optimal sebagai obat herbal.
Untuk dapat bersaing di ranah global, Indonesia perlu memberikan fasilitas ruang
gerak terhadap peneliti tanaman berkhasiat obat agar menghasilkan obat herbal yang
bermutu dan berdaya saing. Penelitian di bidang obat herbal telah banyak dilakukan, baik
di Institusi pendidikan seperti sekolah menengah dan perguruan tinggi maupun institusi
peneliti lainnya, namun hanya sebatas pemenuhan kurikulum tanpa pengembangan hasil
penelitian lebih lanjut. Kemudian hal lain yang dapat di lakukan adalah sosialisasi dalam
pennggunaan obat herbal pengganti atau alternative dari obat obatan sintetik.