Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada hanmbanya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul:
"Politik Dalam Perspektif Islam"
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan dari teman-teman dan kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,sehingga kendala-kendala
yang kami hadapi teratasi.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mercka
yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin
Yaa Robbal 'Alamiin.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama Allah SWT sekaligus agama yang terakhir yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat jibril dengan tujuan untuk mengubah akhlak manusia ke arah
yang lebih baik di sisi Allah SWT. Banyak cara yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai
ketakwaan di sisi-Nya atau yang disebut juga dengan kata "Politik". Karena politik dapat dikatakan
sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak sedikit masyarakat menganggap bahwa
politik adalah sesuatu yang negatif yang harus dijauhi. Padahal tidak semestinya selalu begitu, bahkan
politik sangat dibutuhkan dalam hidup beragama. Andai saja kita tidak mempunyai cara untuk
melakukan pendekatan kepada Allah SWT, maka dapatdipastikan kita sebagai manusia biasa juga
tidak akan pernah mencapai kata beriman dan takwa disisi-Nya, dikarenakan tidak akan pernah
tercapai suatu tujuan jika tidak ada usaha atau cara yang dilakukannya untuk mencapai tujuan terse
but. Rea ita inilah yang haus kita ubah dikalangan masyarakat setempat, setidaknya dimulai dari
lingkungan keluarga, masyarakat, kemudian untuk bangsa dan negara kita.
Islam bukanlah suatu ilmu yang harus dipertandingnya dengan tulisan atau dengan ceramah belaka
tanpa diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Karena islam sangat identik dengan sifat, pemikiran,
tingkah laku, dan perbuatan manusia dalam kehidupan sehari- hari untuk mendekatkan diri kepada
Allah dengan tujuan mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan Tentunya untuk mencapai hal tersebut,
kita harus mempunyai suatu cara tertentu yang tidak melanggar ajaran agama dan tidak merugikan
umat manusia. Banyak yang beranggapan bahwa jika agama dimasukkan dalam suatu politik, maka
agama ini tidak akan murni lagi. Namun ada yang beranggapan lain, karena jika agama tidak
menggunakan suatu politik atau cara, maka agama tersebut tidak akan sampai pada tujuannya.
Kalaupun pada kenyataannya banyak yang tidak berhasil, mungkin cara yang digunakan belum
sempurna dan perlu menambahan ilmu
Untuk itulah saya sangat berharap kepada pembaca semua, semoga setelah membaca atau membahas
makalah ini, kita semua mampu menjadikan agama islam agama yang kembali sempuma untuk
mengubah akhlak manusia ke arah yang lebih baik di sisi-Nya, Amin.

B. TUJUAN

1. Mengetahui definisi dari politik islam.


2. Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan politik islam.
3. Mengetahui prinsip-prinsip politik luar negeri di dalam islam.
4. Memahami kontribusi umat islam dalam perpolitikan nasional.
5. Dapat membandingkan politik yang terjadi pada saat sckarang dengan politik menurut
pandangan Islam.
6. Agar dapat mengetahui dan memahami tentang politik secara Islam.
7. Dengan mengetahui pandangan politik secara Isam agar kita lebih dapat meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kita serta lebih mendapatkan posisi yang lebih baik di hadapan
AllahSWT.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari dari politik islam?
2. Apa prinsip-prinsip politik luar negeri dalam islam?
3. Apa saja kontribusi umat islam dalam perpolitikan nasional?

BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN POLITIK ISLAM

Dalam kamus umum bahasa indonesia, karangan W.J.S poerwa darminza, politik di artikan sebagai
pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan, seperti tata cara pemerintahan dan
sebagainya dan dapat pula berarti segala urusan dan tindakan. Siasat dan sebagainya mengenai
pemerintahan sesuatu negara atau terhadap negara lain.
Selanjutnya sebagai suatu sistem, politik adalah suatu konsepsi yang berisikan antara lain ketentuan-
ketentuan tentang siapa sumber kekuasaan negara, siapa pelaksana kekuasaan tersebut, apa dasar
dan bagaimana cara untuk menentukan, serta kepada siapa kewenangan melaksanakan kekuasaan
itu di berikan, kepada siapa pelaksanaan kekuasaan itu bertanggung jawab dan bagaimana bentuk
tanggung jawabnya.
Politik ialah cara dan upaya menangani masalah-masalah rakyat dengan seperangkat undang-undan
untuk mewujudkan kemaslahatan dan mencegah hal-hal yang merugikan bagi kepentingan manusia.
($alim All al-Bahnasawi, Wawasan Sistem Politik Islam ĮJakarta: Pustaka Al-Kautsar, Cet. I).
Di dunia Islam pun muncul beberapa pengertian mengenai politik atau Siyasah ini. Imam Al Bujairimi
dalam Kitab At Tajrid Linnafi"' al-'Abid menyata kan Silyasah adalah memperbaiki dan
merencanakan
urusan rakyat. Lalu Ibnul Qoyyim dalam kitab "lamul Muaqqin menyebutkan dua macam politik
yakni siyasah shohihah (benar) dan siyasah fasidah (salah).
Politik Islam (bahasa Arab: adalah Politik di dalam bahasa Arab dikenal dengan istlah
siyasah. Oleh sebab itu, di dalam buku-buku para ulama dikenal istilah siyasah syariyyah. Dalam Al
Muhith, siyasah berakar kata sasa - yasusu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusuha siyasatan berert
Qama 'alaiha wa radlaha wa adabbaha (mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya). Bila dikatakan
sasa al amra ertinya dabbarahu (mengurusi / mengatur perkara). Bererti secara ringkas maksud
Politik Islam adalah pengurusan atas segala urusan seluruh umat Islam.
Politik Islam ialah aktivitas politik sebagian umat lslam yang menjadi kan Islam sebagal acuan nilai
dan basis solidaritas berkelompok. Pendukung perpolitikan ini belum tentu seluruh umat Islam
(baca: pemeluk agama Islam). Karena itu, mereka dalam kategori politik dapat disebut sebagai
kelompok politik Islam, juga menekankan simbolisme keagamaan dalam berpolitik, seperti
menggunakan perlambang Islam, dan istilah-istilah keislaman dalam peraturan dasar organisasi,
khittah perjuangan, serta wacana politik.
Politik Islam secara substansial merupakan penghadapan Islam dengan kekuasan dan negara yang
melahirkan sikap dan perilaku (political behavior) serta budaya politik (political culture) yang
berorientasi pada nilai-nilai Islam. Sikap perilaku serta budaya politik yang memakai kata sifat Islam,
menurut Dr. Taufik Abdullah, bermula dari suatu keprihatinan moral dan doktrinal terhadap
keutuhan komunitas spiritual islam.

Islam bukanlah semata agama (a religion) namun juga merupakan sistem politik
(a political sistem), Isam lebih dai sekedar agama. Isam menceminkan teori-teori
perundang-undangan dan politik. Islam merupakan sistem peradaban yang lengkap. yang
mencakup agama dan Negara secara bersamaan (M.Dhiaduddin Rais, 2001:5).
Nabi Muhammad SAW adalah seorang politikus yang bijaksana. Di Madinah beliau membangun
Negara Islam yang pertama dan meletakkan prinsip-prinsip utama undang-undang Islam. Nabi
Muhammad pada waktu yang sama menjadi kepala agama dan kepala Negara.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian politik sebagai kata benda ada tiga, yaitu
() pengetahuan mengenai kenegaraan (tentang sistem dan dasar pemerintahan)
(2) segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai
(3) kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah).
Politik itu identik dengan siasah, yang secara pembahasannya artinya mengatur. Dalam fikih,
siasah meliputi:
1. Siasah Dusturiyyah (Tata Negara dalam Islam)
2. Siasah Dauliyyah ( Politik yang mengatur hubungan antara satu negara Islam lainnya)
3. Siasah Maaliyah (Sistem ekonomi negara)
Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi yang dapat mempersatukan kekuatan-kekuatan dan
aliran-aliran yang berbeda-beda di masyarakat. Dalam konsep Islam, kekuasaan tertinggi adalah
Allah SWT. Ekrepesi kekuasaan dan kehendak Allah tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah
Rasul. Oleh karena itu penguasa tidaklah memiliki kekuasaan mutlak, ia hanyalah wakil
(khalifah) Allah di muka bumi yang berfungsi untuk membumikan sifat-sifat Alah dalam
kehidupan nyata. Di samping itu, kekuasaan adalah amanah Allah yang diberikan kepada orang-
orang yang berhak memilikinya. Pemegang amanah hanusah menggunakan kekuasaan itu
dengan sebaik-baiknya. Sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang telah ditetapkan Al-Quran dan
Sunnah Rasul.

2. NORMA POLITIK DALAM ISLAM

Dalam pelaksanaan politik, Islam juga memiliki norma-norma yang harus diperhatikan. Norma-
norma ini merupakan karakteristik pembeda politik Islam dari system poltik lainnya. Diantara
norma-norma itu ialah:
1. Poltik merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan, bukan dijadikan sebagai tujuan
akhir atau satu-satunya.
2 Politik Islam berhubungan dengan kemashlahatan umat.
3. Kekuasan mutlak adalah milik Allah.
4. Manusia diberi amanah sebagai khalifah untuk mengatur ala mini secara baik.
5. Pengangkatan pemimpin didasari atas prinsip musyawarah.
6. Ketaatan kepada pemimpin wajib hukumnya setelah taat kepada Allah dan Rasul.
7. Islam tidak menentukan secara eksplisit bentuk pemerintahan Negara.
3. KEDUDUKAN POLITIK DALAM ISLAM

Terdapat tiga pendapat di kalangan pemikir mus lim tentang kedudukan politik dalam
syariatislam. Yaitu:
Pertama, kelompok yang menyatakan bahwa islam adalah suatu agama yang serbah lengkap
didalamnya terdapat pula antara lain system ketatanegaraan atau politik. Kemudian lahir sebuah
istilah yang disebut dengan fikih siasah (system ketatanegaraan dalam islam) merupakan bagian
integral dari ajaran islam. Lebih jauh kelompok ini berpendapat bahwa system ketatanegaraan
yang harus diteladani adalah system yang telah dilaksanakan oleh nabi Muhammad SAW dan
oleh parakhulafa al-rasyidin yaitu sitem khilafah.

Kedua, kelompok yang berpendirian bahwa islam adalah agama dalam pengertian barat. Artinya
agama tidak ada hubungannya dengan kenegaraan. Menurut aliran ini nabi Muhammad hanyalah
seorang rasul, seperti rasul-rasul yang lain bertugas menyampaikanrisalah tuhan kepada segenap
alam. Nabi tidak bertugas untuk mendirikan danmemimpin suatu Negara.

Ketiga, menolak bahwa islam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat didalamnya segala
system ketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa islam sebagaimana pandanagan
barat yang hanya mengatur hubungan manusia dengan tuhan. Aliran iniberpendirian bahwa
dalam islam tidak teredapat sistem ketatanegaraan, tetapaiterdapat seperangkat tata nilai etika
bagi kehidupan bernegara.
Sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali sebagai rasul, meminjam istilah harun nasution, kepala
agama, jugabel iau adalah kepala negara. Nabi menguasai suatu wilayah yatu yastrib
yangkemudian menjadi madinah akmuawwarah scbagai wilay ah kekuasaan nabi
sekaligusmanjadi pusat pemerin tahannya den gan piagam madinah sebagai auan
dasarkenegaraannya. Sepeninggal nabi, kedudukan beliau sebagai kepala negaradigantikan abu
bakar yang merupakan hasil kesepakatan tokoh-tokoh sahabat,selanjutnya disebut khalifah.
Sistem pemerintahannya discbut "khali fah". Sistem"khalifah" ini berlangsung hingga
kepemimpinan berada dibawah kekuasaankhalifah terakhir, ali "karramah allahu wajhahu".

4. DEMOKRASI DALAM ISLAM


Kedaulatan mutlak dan keesaan Tuhan yang tetkandung dalam konsep tauhid dan peranan
manusia yang terkandung Dalamkonsep Khalifah memberikan kerangka yang dengannya para
cendikiawan belakanganini mengembangkan teori politik tertentu yang dianggap demokratis.
Didalamnyatercakup definisi khusus dan pengakuan terhadap kedaulatan rakyat, tekanan
padakesamaan derajat, manusia, dan kewajiban rakyat sebsgai pengemban pemerintahan.
Demokasi islam dianggap sebagaisistem yang mengekuhkan konsep-konsep islam yang sudah
lama berakar, yaitumusyawarah syura, persetujuan ijma"}, dan peni laian interpretative
yangmandiri kijtihad, .
Musyawarah, konsensus, dan ijtihadmerupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi
artikulasi demokmsi islamdalam kerangka keesaan tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia
sebagaikhalifah-nya. Meskipun istilah-istilah ini banyak diperdebatkan maknanya, namunlepas
dari ramainya perdebatan maknanya didunia islam, istilah-isti lah inimemberi landasan yang
efektif untuk memahami hubungan antara islam dandemokrasi di dunia kontemporer.

5. MASYARAmad MADANI
Masayamkat madani ada lah masyarakat yang beradap. menjunjung tinggi nilai
nilaikemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Karenaitu
didalam ilmu filsafat, sejak filsafat yunani sampai msaa filsafat isamjuga dikenal istilah
madinah atau polis. yang berarti kota yaitu masyarakatyang maju dan berperadaban. Masyarakat
madina menjadi simbol idealisme yangdiharapkan olch setiap masyarakat.
Kata madani merupakan penyifatan terhadap kota madinah., yaitu sifat yang ditunjukanoleh
kondisi dan sisyem kehidupan yang berlaku di kota madinah . kondisi dansistem kehidupan
menjadi popular dan dianggap ideal untuk menggambaraknmasyarakat yang islami, sekalipun
penduduknya terdiri dari berbgai macamkeyakinan. Mereka hidup dengan rukun, saling
membantu, taat hukum, dan menujjukankepercayaan penuh terhadap kepemimpinannya. al-
qur'an menjadi konstitusi untukmenyelesaikan berbagai persoalan hidup yang terjadi diantara
penduduk madinah.
Perjanjian madinah berisikesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling tolong-menolong.
mencipta kanked amaian, dalam kchidupan soc ial, menjadi kan aL-qur'an scbagai
konstitu,menjadikan rasulullah SAW sebagai pemimpin yang ketaatan penuh terhadapkeputusan-
keputus anny a, dan memberikan kebecbaan bagi penduduknya untuk memelukagama serta
beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
Masyarakat madani sebagai masyarakat ideal memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) BerTuhan
b) Damai
c)Tolong-menolongg
d) Toleran
e) Keseimbanagn antara hak dan kewajiban social
f) Berperadaban tinggi
g) Berakhlak mulia

6. PRINSIP PRINSIP DASAR POLITIK ISLAM


Sistem politik berdasarkan atas tiga (3) prinsip yaitu

a) Hakimiyyah Ilahiyyah
Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilandan kedaulatan hukum tertinggi dalam sistem
politik Islam hanyalah hak mutlakAllah.
Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhakdisembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala
puji di dunia dan di akhirat, danbagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu
dikembalikan. (Al-Qasas: 70)
Hakimiyyah Ilahiyyah membawa pengertian-pengertian berikut:
o Bahawasanya Allah Pemelihara alam semesta yang pada hakikatnya adalahTuhan yang
menjadi pemelihara manusia, dan tidak ada jalan lain bagi manusia kecuali patuh dan tunduk
kepada sifat IlahiyagNya Yang Maha Esa.
Bahawasanya hak untuk menghakimi dan meng adili tidak dimiliki olehsesiap kecuali Allah.
Bahawasanya hanya Allah sahajalah yang memiliki hak mengeluarkan hukumsebab Dialah satu-
satuNya Pencipta.
o Bahawasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hakmengeluarkan peraturan-peraturan sebab
Dialah satu-satuNya Pemilik.
Bahawasanya hukum Allah adalah suatu yang benar sebabhanya Dia sahaja yang Mengetahui
hakikat segala sesuatu dan di tanganNyalahsahaja penentuan hidayah dan penentuan jalan yang
Selamat dan lurus.
Hakimiyyah Ilahiyyah membawa arti bahwa terasutama kepada sistem politik Islam ialah tauhid
kepada Allah di segi Rububiyyahdan Uluhiyyah.

b) Risalah
Risalah bererti bahawa kerasulan beberapaorang lelaki di kalangan manusia sejak Nabi Adam
hingga kepada Nabi Muhammads.a.w adalah suatu asas yang penting dalam sistem politik Islam.
Melaluilandasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi Allahdalam bidang
perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul meyampaikan,mentafsir dan menterjemahkan
segala wahyu Allah dengan ucapan dan perbuatan.
Dalam sistem politik Islam, Allah telahmemerintahkan agar manusia menerima segala perintah
dan larangan Rasulullahs.a.w. Manusia diwajibkan tunduk kepada perintah-oerintah Rasulullah
s.a.w dantidak mengambil selain daripada Rasulullah s.a.w untuk menjadi hakim dalamsegala
perselisihan yang terjadi di antara mereka. Firman Allah:
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikanAlah kepada Rasul-Nya yang berasal dari
penduduk kota-kota maka adalah untukAllah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-
u jangan hanya beredar orang miskin orang-orang yang dalamnan, Supaya
diantara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamumaka
terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; danbertakwalah kepada
Allah. SesungguhnyaAllah sangat keras hukuman-Nya. (Al-Hasyr: 7)
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hinggamereka menjadikan kamu
hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudianmereka tidak merasa keberatan dalam
hati mercka terhadap putusan yang kamuberikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.
(An-Nisa': 65)

c) Khalifah
Khilafah bererti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumiini adlah sebagai wakil
Allah. Oleh itu, dengan kekuasaanyang telah diamanahkanini, maka manusia hendaklah
melaksanakan undang-undang Allah dalam batas yangditetapkan. Di atas landasan ini, maka
manusia bukanlah penguasa atau pemiliktetapi hanyalah khalifah atau wakilAllah yang menjadi
Pemilik yang sebenar.

Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di mukabumi sesudah mereka,


supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. (Yunus: 14)
Seseorang khalifah hanya menjadi khalifah yang sah selama mana ia benar-benar mengikuti
hukum-hukum Allah. Ia menuntun agar tugas khalifah dipegang olch orang-orang yang
memenuhi syarat-syarat berikut:
*1. Terdiri dari pada orang-orang yang benar-benar boleh menerima dan mendukung prinsip-
prinsip tanggng jawab yang terangkum dalam pengertian kkhilafah.
2.Tidak terdiri dari pada orang-orang zalim, fasiq, fajir dan lalai terhadap Allah serta
bertindak melanggar batas-batas yang ditetapkan olehNya.
3. Terdiridaripada orang-orang yang berilmu, berakal sihat, memiliki kecerdasan, kearifanserta
kemampuan intelek dan fizikal.
1. Terdiri daripada orang-orang yang amanah sehingga dapt dipikulkan tanggungjawab
kepadamereka dengan yakin dan tanpa keraguan.
Pemerintahan baru wajib di patuhi kalau politik dan kebijaksanaannya merujuk kepada Al-Quran
dan hadist atau tidak bertentangan dengan keduanya.

7. PRINSIP-PRINSIP UTAMA SISTEM POLITIK ISLAM

a) Musyawarah
Asas musyawarah yang paling utamaadldah berkenaan dengan pemilihan ketua negara dan
oarang-oarang yang akanmenja wat tugas-tugas uama dalam pentadbiran ummah. Asas
musyawarah yang keduaadalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara pelaksanaan undang-
undang yangte lah dimaktubkan di dalam ALQuran dan As-Sunnah. Asas musyawarah
yangseterusnya ialah berkenaan dengan jalan-jalan bagi menetukan perkara-perkarabaru yang
timbul di dalangan ummah melalui proses ijtihad.

b) Keadilan
Prinsip ini adalah berkaitan dengankeadilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial dan sistem
ekonomi Islam. Dalampelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang terkandung dalam sistem
politiklslam meliputi dan merangkumi segala jenis perhubungan yang berlaku dalamkehidupan
manusia, termasuk keadilan di antara rakyat dan pemerintah, di antaradua pihak yang
berscbgketa di hadapan pihak pengadilan, di antara pasangansuami isteri dan di antara ibu bapa
dan anak-anaknya.kewajipan berlaku adil danmenjauhi perbuatan zalim adalah di antara asas
utama dalam sistem sosial Islam.maka menjadi peranan utama sistem politik Isam untuk
memelihara asas tersebut. Pemeliharaan terhadap keadilan merupakan prinsip nilai-nilai sosial
yang utamakerana dengannya dapat dikukuhkan kehidupan manusia dalam segala aspeknya.

c) Kebebasan
Kebebasan yang diipelihara olehsistem politik Islam ialah kebebasan yang berterskan kepada
makruf dankebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenaradalah tujuan terpentingbagi
Sistem politik dan pemerintahan Isam serta menjadi asas-asas utama bagundang-undang
perlembagaan negara Islam.

d)Persamaan
Persamaan di sini terdiri daripadapersamaan dalam mendapatkan dan menuntut hak,. persamaan
dalam memikutanggungiawab menurut peringkatpeningkat yang ditetapkan oleh undang-
undangperlembagaan dan persamaan berada di bawah kuatkuasa undang-undang.

e) Hak menghisab pihak pemerintah


Hak rakyat untuk menghisab pihakpemerintah dan hak mendapat penjelasan terhadap tindak
tanduknya. Prinsip iniberdasarkan kepada kewajipan pihak pemerintah untuk melakukan
musyawarah dalamhal-hal yang berkaitan dengan urusan dan pentadbiran negara dan ummah.
Hakrakyat untuk disyurakan adalah bererti kewajipan setiap anggota dalammasyarakat untuk
menegakkan kebenaan dan menghapuskan kemungkaran. Dalampengertian yang luas, ini juga
bererti bahawa rakyat berhak untuk mengawasi danmenghisab tindak tanduk dan keputusan-
keputusan pihak pemerintah.

.8. TUJUAN POLITIK MENURUT ISLAM

Tujuan sistem politik Islam adalahuntuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan dan
keneganan yang tegak di atasdasar untuk melaksanakan seluruh hukum syariat Islam. Tujuan
utamanya ialah menegakkan sebuah negara Islam atau Darul Islam. Dengan adanya
pemerintahan yang mendukungsyariat, maka akan tertegaklah Ad-Dindan berterusanlah segala
urusan manus ia menurut tuntutan-tuntutan Ad-Dintersebut. Para fuqahak Islam telah
menggariskan 10 perkara penting sebagai tujuankepada sistem politik dan pemerintahan Islam:

1) Memelihara keimanan menunut prinsip-prinsip yang telahdisepakati oleh ulamak salaf daripada
kalangan umat Islam.
2) Melaksanakan proses pengadilan dikalangan rakyat dan menyelesaikan masalah
dikalanganorang-orang yang berselisih.
3) Menjaga keamanan daerah-daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan aman
dandamai.
4) Melaksanakanhukuman-hukuman yang telah ditetapkan syarak demi melindungi hak-hak
manusia.
5) Menjaga perbatasan negara dengan pelbagai persenjataanbagi menghadapi kemungkinan
serangan daripada pihak luar.
6) Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.
7) Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat, dan sedekahsebagaimana yang ditetapkan
syarak.
8) Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripadaperbendaharaan negara agar
tidak digunakan secara boros atau kikir.
9) Melantik pegawai-pegawai yang cekap dan jujur bagimengawal kekayaan negara dan
menguruskan hal-ehwal pentadbiran negara.
10) Menjalankan pengawalan dan pemeriksaan yangrapi dalam hal-chwal awam demi untuk
memimpin negara dan melindungi Ad-Din

BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia diciptakan Alah dengan sifat bawaan ketergantungan kepada-Nya di samping sifat-sifat
keutamaan, kemampuan jasmani dan rohani yang memungkinkan ia melaksanakan fungsinya
sebagai khalifah untuk memakmuran bumi. Namun demikian, perlu dikemukakan bahwa dalam
keutamaan manusia itu terdapat pula keterbatasan atau kelemahannya. Karena kelemahanya itu,
manusia tidak mampu mempertahankan dirinya kecuali dengan bantuan Allah.
Bentuk bantuan Allah itu terutama berupa agama sebagai pedoman hidup di dunia dalam rangka
mencapai kebahagiaan di akhirat nanti. Dengan bantuan-Nya Allah menunjukkan jalan yang
harus di tempuh manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Tujuan hidup manusia hanya dapat
terwujud jika manusia mampu mengaktualisasikan hakikat keberadaannya sebagai makhluk
utama yang bertanggung jawab atas tegaknya hukum Tuhan dalam pembangunan kemakmuran
di bumi untuk itu Al-Qur'an yang memuat wahyu Allah, menunjukkan jalan dan harapan yakni
() agar manusia mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan fitrah (sifat asal atau kesucian)nya,
(2) mewujudkan kebajikan atau kebaikan dengan menegakkan hukum, (3) memelihara dan
memenuhi hak-hak masyarakat dan pribadi, dan pada saat yang sama memelihara diri atau
membebaskan diri dari kekejian, kemunkaran dan kesewenang-wenangan. Untuk itu di perlukan
sebuah system politik sebagain sarana dan wahana (alat untuk mencapai tujuan) yaitu Politik
Islam.

B.Saran
Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, sudah sepatutnya memiliki peran utama
dalam kehidupan politik sebuah negara. Untuk menuju ke arah integrasi kehidupan masyarakat,
negara dan Islam diperlukan ijtihad yang akan memberikan pedoman bagi anggota parlemen atau
politisi dalam menjelaskan hujahnya dalam berpolitik. Dan interaksi umat Isam yang hidup
dalam alam modern ini dengan politik akan memberikan pengalaman dan tantangan baru menuju
masyarakat yang adil dan makmur. Berpolitik yang bersih dan sehat akan menambah
kepercayaan masyarakat khususnya di Indonesia bahwa memang Islam mengatur seluruh aspek
mulai ekonomi, sosial, militer, budaya sampai dengan politik.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen PAI UNP.2006. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, hal 148-
151
M.Dhianddin Rais.2001. Teori Politik Islam, Jakarta: Gema Insani. Hal 4-6
Rustam, Rusyja, Dosen Pendidikan Agama Isam Universitas Andalas Padang. Pendidikan
Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum, hal 189-193
Nurcholish Madjid, 1999. Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi, Jakarta: Paramadina, 1999.
Anwar, Fuadi, dkk. Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum, Padang: 2008
Lopa, Baharuddin, 1989, Al-Quran dan Hak Asasi Manusia, Yogyakarta
Hasby, Subky, dkk.2007. BUKU DARAS.PPA Universitas Bramijaya; Malang

Anda mungkin juga menyukai