Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“ARKANUL ISLAM : PEMBAHASAN PUASA DAN HAJI”

Disusun oleh :
Kelompok 6
M. Anggi Aman Hadi Sahata Hasibuan(170160109)
Teuku Muhammad Ridha(170160116)
Wahyu Rinaldi(170160090)

KELAS 1C
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR
Mata Kuliah : Agama Dan Etika
Dosen : Bpk Zarkasyi S.HI.M.A
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Alloh SWT yang telah melimpahkan Taufik dan
Hidayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi
tugas matakuliah Pendidikan Agama Islam kami yang membahas tentang Arkanul islam
khususnya ”Puasa Dan Haji”
Sholawat serta salam kami tujukan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kami
harapkan syafa’at-Nya di hari kiamat nanti.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dan membantu secara
langsung maupun berupa saran yang membangun sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya baik berupa isi maupun
penulisannya. Oleh sebab itu, kami mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi kami.
Amiinn...

Lhokseumawe, 01 Oktober 2017

Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A.    LATAR BELAKANG...................................................... ............................................... 1
B.    RUMUSAN MASALAH.................................................................................................. 1
C.    TUJUAN PENULISAN................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. 2
1.1   PENGERTIAN PUASA................................................................................................ 2
1.2   SYARAT WAJIB PUASA.................................................................................. 3
1.3   PERBUATAN YANG DISUNAHKAN KETIKA BERPUASA................................. 3
1.4   HAL HAL YANG MEMBATALKAN PUASA ........................................................... 4
1.5   PERBUATAN MAKRUH KETIKA BERPUASA………………….……………..…4
1.6   YANG BOLEH TIDAK BERPUASA DAN CARA MENGGANTINYA………..….4
1.7 MACAM MACAM PUASA………………………………………………………..….5
1.8 HIKMAH BERPUASA……………………………………………………….………..6
2.1 PENGERTIAN HAJI…………………………………………………………….…….7
2.2 HUKUM HAJI……………………………………………….…………………………8
2.3 JENIS JENIS IBADAH HAJI…………………………………………………………8
2.4 SYARAT WAJIB HAJI………………………………………………………………..9
2.5 SYARAT SAH HAJI……………………………………………………..…………….9
2.6 RUKUN HAJI…………………………………………………………………………..9
2.7 SUNAH HAJI………………………………………………………...……………….10
2.8 LARANGAN DALAM HAJI…………………………………………………..…….16
2.9 FUNGSI HAJI………………………………………………………………….……..16
2.10 HIKMAH HAJI……………………………………………………………………….17
BAB III PENUTUP............................................................................................... 19
A.   KESIMPULAN............................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Puasa dan Haji adalah Rukun Islam yaitu sesuatu yang wajib ada dan diyakini oleh setiap
orang islam. Namun dalam kenyataan, ibadah banyak dipraktekkan sebatas melaksanakan
perintah, belum dipahami apa kandungan makna dan pesan dari berbagai bentuk atau symbol-
simbol ibadah yang dilakukan itu.

B.      RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah merupakan upaya yang menyatakan secara tersirat pertanyaan-
pertanyaan, mengingat demikian pentingnya dalam penelitian, maka sesuai dengan judulnya
dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa Itu Puasa ?
2.      Adakah Hikmah Dari Menjalani Puasa ?
3.      Apa Itu Haji ?
4.      Adakah Hikmah Dari Menjalani Haji ?

C.     TUJUAN PENULISAN
Sesuai rumusan masalah tersebut, maka tujuan utama dari pelajaran yang kita pelajari
yaitu :
       1.Dapat menambah pengetahuan
2.Bisa dijadikan pelajaran untuk menjalani kehidupan sehari-hari
3.Meningkatkan ke Imanan dan ke Taqwaan kita kepada Allah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 PENGERTIAN  PUASA

Puasa merupakan terjemah dari shoum (bahasa Arab) yang berarti menahan diri dari
sesuatu. Sedangkan menurut istilah puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang
membatalkan puasa dimulai dari terbit fajar (subuh) sampai terbenam matahari (maghrib).
Dalam Islam ada beberapa macam puasa, yang paling kita kenal adalah puasa
Ramadhan. Puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi yang memenuhi syarat wajib. Kewajiban ini
beradasarkan firman Allah yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Q.S.
Al-Baqarah [2]: 183).
Dalam ayat tersebut terkandung tujuan utama dari ibadah puasa, yakni supapa kita bertakwa
kepada Allah SWT.
karena puasa itu merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Seorang muslim yang tidak
berpuasa di bulan itu berarti keislaman nya tidak sempurna. Puasa termasuk ibadah mahdhah
atau ibadah khusus yaitu bentuk ibadah langsung kepada Alloh, dan tata cara pelaksanaannya
sendiri ditetapkan oleh Alloh Swt, melalui contoh Nabi Muhammad , tidak dapat ditambah atau
dikurangi harus sesuai dengan contoh yang telah ditetapkan. Rukun puasa hanya ada 2, yakni :
niat dan imsak. 
a. Niat
    Niat puasa yaitu adanya suatu keinginan di dalam hati untk menjalankan puasa semata-
mata mengharap ridha Allah swt, puasa tanpa adanya niat maka tidak bisa dikatakan sebagai
puasa. sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw: Barang siapa tidak berniat puasa sejak
maLam, maka ia tidak mempunya puasa (H.R. an-Nasa’i)
b. Imsak
imsak adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan, minum,
dan lain-lain dari mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. waktu dimulainya puasa bukanlah
pada saat sirine atau pengumuman imsak disuarakan, tetapi dimulai ketika fajar (subuh). Sirine
itu agar kita bersiap-siap karena sebentar lagi (sekitar 5 menit lagi) fajar akan tiba.
2
1.2 SYARAT WAJIB PUASA
Muslim yang belum memenuhi syarat untuk mengerjakan puasa. Akan tetap
mendapatkan pahala apabila mau mengerjakan ibadah puasa. Syarat wajib puasa adalah sebagai
berikut:
a. Beragama Islam
b. Berakal sehat
c. Baligh
d. Suci dari haid dan nifas (khusus bagi kaum wanita)
e. Bermukim (tidak sedang bepergian jauh)
f. Mampu (tidak sedang sakit)

      Apabila salah satu dari hal-hal di atas tidak ada pada seorang muslim, maka ia belum/tidak
wajib mengerjakan puasa wajib.

1.3 PERBUATAN YANG DISUNAHKAN KETIKA BERPUASA


Puasa merupakan ibadah yang langsung untuk Allah swt. Oleh karena itu, sudah
semestinya kita mengisi waktu puasa kita dengan amalan-amalan tertentu agar upaya kita
mendengatkan diri kepada Allah dapat tercapai. Adapun amalan sunnah saat berpuasa adalah
sebagai berikut:
a. Menyegerakan berbuka
b. Makan Sahur
c. Menggosok gigi pada waktu pagi.
d. Membaca dan Mengkhatamkan Al-Qur’an
e. Shalat Lail
f. Memperbanyak doa
g. Memberi buka puasa (tafthir shaim)
h. Memperbanyak Sedekah
i. I’tikaf
j. Memperbanyak Amal Kebaikan
        
3
1.4 HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA
a. Makan dan minum dengan sengaja. Apabila makan dan minumnya karena lupa atau
paksaan maka hal itu tidak membatalkan puasa.
b. Muntah dengan sengaja. Apabila muntahnya tidak sengaja maka hal itu tidak
membatalkan puasa.
c. Berniat berbuka puasa. Sekali berniat berbuka puasa meskipun buka puasa itu tidak
dilaksanakan, puasanya batal.
d. Megalami haid atu nifas.
e. Keluar air mani karena memeluk atau mencium isteri/suami atau bermasturbasi.
f. Bersenggama.
g. Hilang akal.
h. Merubah niat.

1.5 PERBUATAN MAKRUH KETIKA BERPUASA


Perbuatan makruh tidak membatalkan puasa, tetapi sepatutnya untuk dihindari, yaitu:
a. Mandi dengan mengguyur atau berendam. Kalau dalam mandi tersebut secara tidak
sengaja tertelan air, hal itu tidak membatalkan puasa.
b. Melakukan suntikan baik suntikan itu berupa obat atau makanan.
c. Bekam
d. Berkumur-kumur, sikat gigi setelah matahari tergelincir.
e. Memakai parfum

1.6 YANG BOLEH TIDAK BERPUASA DAN CARA MENGGANTINYA


 Hal ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an yang artinya (yaitu) dalam beberapa hari yang
tertentu. “Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari
yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan
hati mengerjakan kebajikan, Maka itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik
bagimu jika kamu mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 184)”
4
Ayat tersebut telah menerangkan orang-orang yang diperbolehkan tidak mengerjakan
puasa Ramadhan dan bagaimana cara menggantinya, yakni sebagai berikut:
a. Orang sakit. Sakit di sini adalah sakit yang apabila dia berpuasa akan mengakibatkan
sakitnya tambah parah. 
b. Wanita yang menyusui dan hamil karena alasan kekhawatiran pada diri sendiri. 
c. Orang yang bepergian (musafir). Orang yang bepergian mendapat keringanan untuk tidak
berpuasa, tetapi juga harus mengganti di hari lain ketika tidak dalam perjalanan.
d. Orang yang sudah tua dan tidak mampu lagi berpuasa juga diberi keringanan tidak
mengerjakan puasa ramadhan, dan ia diwajibkan menggantinya dengan membayar fidyah, yaitu
memberi makan sepuluh orang miskin. 
      
1.7 MACAM-MACAM PUASA
1. Puasa wajib
a. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan adalah puasa wajib yang dikerjakan bagi setiap muslim pada bulan
Ramadhan selama sebulan penuh.
b. Puasa Nadzar
Nadzar secara bahasa berarti janji. Puasa nadzar adalah puasa yang disebabkan karena
janji seseorang untuk mengerjakan puasa. 
c. Puasa Kafarat
Kafarat berasal dari kata dasar kafara yang artinya menutupi sesuatu. Puasa kafarat secara
istilah artinya adalah puasa untuk mengganti denda yang wajib ditunaikan yang disebabkan oleh
suatu perbuatan dosa, yang bertujuan menutup dosa tersebut sehingga tidak ada lagi pengaruh
dosa yang diperbuat tersebut, baik di dunia maupun di akhirat.

2. Puasa Sunnah
a. Puasa enam hari di bulan Syawal.
b. Puasa sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah
c. Puasa hari Arafah
d. Puasa Muharrom
5
e. Puasa Assyuro’
f. Puasa Sya’ban.
g. Puasa Senin dan Kamis.
h. Puasa Tengah Bulan (tiga hari setiap bulan Qamariyah).
i.  Puasa Dawud

3. Puasa Makruh
Kapan puasa hukumnya makruh? Puasa yang makruh dilakukan adalah puasa pada hari
Jumat dan Sabtu yang tidak bermaksud mengqadha’ Ramadhan, membayar nadzar atau kafarat,
atau tidak diniatkan untuk puasa sunnah tertentu. Jadi seseorang yang puasa pada hari Jumat atau
Sabtu dengan niat mengqadha’ puasa Ramadhan tidak termasuk puasa makruh. Misal tanggal 9
Dzulhijjah jatuh pada hari Sabtu maka puasa hari Sabtu pada waktu itu menjadi puasa sunnah
bukan makruh. Ada pendapat lain yang lebih keras bahkan menyatakan bahwa puasa pada hari
Jumat tergolong puasa haram  jika dilakukan tanpa didahului hari sebelum atau sesudahya. 

4. Puasa Haram
Ada puasa pada waktu tertentu yang hukumnya haram dilakukan, baik karena waktunya
atau karena kondisi pelakukanya.
a.    Hari Raya Idul Fitri
b.    Hari Raya Idul Adha
c.    Hari Tasyrik
d.    Puasa sepanjang tahun / selamanya

  1.8 HIKMAH BERPUASA


1.      Penyempurnaan diri atau sering disebut takwa.
Hal ini sebagaimana terekam dalam surah Al-Baqarahayat 183, “Hai orang-orang yang
beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa”.

6
2.      Memupuk rasa kasih sayang antar sesama umat manusia.
Dengan menahan rasa lapar dan dahaga hati kita akan tersentuh dan merasakan
kesengsaraan kaum dhu’afa  yang senantiasa serba kekurangan dalam segala hal. Mereka
menanti uluran tangan dan kemurahan hati kita untuk menyisihkan sebagian harta kita guna di
dermakan. Itulah sebabnya, kita dianjurkan untuk memperbanyak sedekah dan berbagi pada
sesama dengan balasan pahala yang berlipat.

3.      Membina dan menata diri kita kaum Muslim agar senantiasa hidup teratur.
Seperti dalam mengkonsumsi makanan dan minuman atau dalam mengatur waktu.
Terkait hal ini, Allah SWT berfirman, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.Sesungguhnya  Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS 7: 31), karna dengan mengatur pola makan
dan minum secara teratur akan menjadikan kita lebih sehat.

4.      Menjadikan hati agar lebih suci dan bersih.


Hal  ini memiliki arti penting agar kita terhindar dari sifat-sifat tercela, seperti dengki,
irihati, dan riya’ (pamer). Jika sifat-sifat tercela itu tumbuh subur di hatikita, maka ibadah puasa
kita tidak akan mendapatkan ganjaran apa-apa selain rasa lapar dan dahaga.

2.1   PENGERTIAN HAJI
Haji menurut bahasa artinya menyengaja. Haji menurut istilah adalah suatu amal ibadah
yang dilakukan dengan sengaja untuk mengunjungi ka’bah (baitullah) di Makkah dengan
maksud beribadah untuk mengharap ridho Allah.

Haji merupakan rukun islam ke 5. Diwajibkan kepada orang islam yang telah mencukupi
syarat-syaratnya sekali seumur hidupnya.
Allah berfirman yang artinya :
“ Dan mengerjakan ibadah haji merupakan kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang
yang sanggup mengadakan perjalanan [ keBaitullah ]. (Q.S Ali Imran: 97)
Apabila seseorang telah mampu namun tidak melekukannya maka dianggap orang yang ingkar.

7
2.2 HUKUM HAJI
      Hukum menunaikan ibadah haji adalah wajib bagi setiap muslim yang mampu dan
berkewajiban itu hanya sekali seumur hidup. Apabila melakukannya lebih dari satu kali, maka
haji yang kedua dan seterusnya hukumnya sunnah.
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ َوإِقَ ِام‬، ِ ‫س َشهَا َد ِة أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هَّللا ُ َوأَ َّن ُم َح َّم ًدا َرسُو ُل هَّللا‬
ٍ ‫اإل ْسالَ ُم َعلَى َخ ْم‬ ِ ‫بُنِ َى‬
‫ان‬
َ ‫ض‬ َ ‫ص ْو ِم َر َم‬ َ ‫ َو‬، ِّ‫ َو ْال َحج‬، ‫ َوإِيتَا ِء ال َّز َكا ِة‬، ‫صالَ ِة‬
َّ ‫ال‬
Artinya: “Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak
disembah selain Allah dan mengaku Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, berhaji dan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim
no. 16).

2.3 JENIS-JENIS IBADAH HAJI


Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila sesorang
bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun menyendirikan umrah. Dalam hal
ini, yang didahulukan adalah ibadah haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram dimiqat-
nya, orang tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji sudah selesai,
maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah.
Haji tamattu’, mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan melakukan
umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lain bertahallul. Kemudian mengenakan pakaian
ihram lagi untuk melaksanakan ibadah haji, ditahun yang sama. Tamattu’ dapat juga berarti
melaksanakan ibadah di dalam bulan-bulan serta di dalam tahun yang sama, tanpa terlebih
dahulu pulang ke negeri asal.
Haji qiran, mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau menyekaliguskan. Yang
dimaksud disini adalah menyatukan atau menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah
haji dan umrah. Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani dan
melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun mungkin akan memakan
waktu lama. Menurut Abu Hanifah, melaksanakan haji qiran, berarti melakukan dua thawaf dan
dua sa’i.
8
2.4 SYARAT WAJIB HAJI 
Syarat haji adalah ketentuan yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan
melaksanakan ibadah haji. Syarat tersebut sebagai berikut.
1.Beragama Islam
2. Telah dewasa (baligh)
3. Berakal sehat
4. Merdeka (bukan budak atau hamba)
5. Mampu (istita’ah).
Catatan :
Anak yang belum dewasa apabila menunaikan ibadah haji maka hukumnya sunnah sehingga ia
harus mengulang menunaikan ibadah haji karena hukumnya masih wajib baginya apabila sudah
dewasa.

2.5 SYARAT SAH HAJI


1. Islam
2. Berakal
3. Miqot zamani, artinya haji dilakukan di waktu tertentu (pada bulan-bulan haji), tidak di waktu
lainnya. ‘Abullah bin ‘Umar, mayoritas sahabat dan ulama sesudahnya berkata bahwa waktu
tersebut adalah bulan Syawwal, Dzulqo’dah, dan sepuluh hari (pertama) dari bulan Dzulhijjah
4. Miqot makani, artinya haji (penunaian rukun dan wajib haji) dilakukan di tempat tertentu yang
telah ditetapkan, tidak sah dilakukan tempat lainnya. Wukuf dilakukan di daerah Arofah. Thowaf
dilakukan di sekeliling Ka’bah. Sa’i dilakukan di jalan antara Shofa dan Marwah. Dan
seterusnya.

2.6 RUKUN HAJI


Rukun haji adalah rangkaian amalan haji yang harus dikerjakan. Apabila amalan tersebut
tidak dikerjakan. Apabila amalan tersebut tidak dikerjakan maka ibadah hajinya tidak sah atau
batal dan tidak boleh diganti dengan dam atau denda. Akan tetapi, harus mengulang hajinya pada
waktu yang lain.

9
Adapun yang termasuk rukun haji adalah sebagai berikut :
1. Ihram
2. Wukuf di Arafah
3. Thowaf ifadhoh
4. Sa’i
5. Tahalul (bercukur)
6. Tertib dan berurutan.
Jika salah satu dari rukun ini tidak ada, maka haji yang dilakukan tidak sah.

2.7 SUNAH HAJI


A.Sunah-Sunnah Ihram
1.Mandi ketika ihram
Berdasarkan hadits Zaid bin Tsabit bahwasanya beliau melihat Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam
mengganti pakaiannya untuk ihram lalu mandi.

2. Memakai minyak wangi di badan sebelum ihram


Berdasarkan hadis ‘Aisyah ia berkata, “Aku pernah memberi wewangian Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam untuk ihramnya sebelum berihram dan untuk tahallulnya sebelum melakukan
thawaf di Ka’bah.”

3. Berihram dengan kain ihram (baik yang atas maupun yang bawah) yang berwarna putih
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berangkat
dari Madinah setelah beliau menyisir rambut dan memakai minyak, lalu beliau dan para Sahabat
memakai rida’ dan izar (kain ihram yang atas dan yang bawah).

Adapun disunnahkannya yang berwarna putih berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas, bahwasanya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫اِ ْلبَس ُْوا ِم ْن ثِيَابِ ُك ُم ْالبَيَاضِّ فَإِنَّهَا ِم ْن َخي ِْر ثِيَابِ ُك ْم َو َكفِّنُ ْوا‬
‫فِ ْيهَا َم ْوتَا ُك ْم‬.
“Pakailah pakaianmu yang putih, sesungguhnya pakaian yang putih adalah pakaianmu yang
terbaik dan kafankanlah orang-orang yang wafat di antara kalian dengannya.”

10
4.Shalatdi lembah ‘Aqiq bagi orang yang melewatinya

Berdasarkan hadits ‘Umar, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda di lembah ‘Aqiq

،‫صلِّ فِي هَ َذا ْال َوا ِدي ْال ُمبَا َر ِك‬


َ :‫ت ِم ْن َربِّي فَقَا َل‬ ٍ ‫أَتَانِي اللَّ ْيلَةَ آ‬
‫ ُع ْم َرةٌ فِي َح َّج ٍة‬: ْ‫َوقُل‬
“Tadi malam, telah datang kepadaku utusan Rabb-ku dan berkata, ‘Shalatlah di lembah yang
diberkahi ini dan katakan (niatkan) umrah dalam haji.’”

5. Mengangkat suara ketika membaca talbiyah


Berdasarkan hadits as-Saib bin Khalladi, ia berkata bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam
bersabda:

‫أَتَانِي ِجب ِْر ْي ُل فَأ َ َم َرنِي أَ ْن آ ُم َر أَصْ َحابِي أَ ْن يَرْ فَع ُْوا أَصْ َواتَهُ ْم‬
‫ ِباْ ِإل ْهالَ ِل أَ ِو التَّ ْلبِيَ ِة‬.
“Telah datang kepadaku Jibril dan memerintahkan kepadaku agar aku memerintahkan para
Sahabatku supaya mereka mengeraskan suara mereka ketika membaca talbiyah.”

Oleh karena itu, dulu para Sahabat Rasulullah berteriak. Ibnu Hazm rahimahullah
berkata, “Dulu ketika Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berihram suara mereka
telah parau sebelum mencapai Rauha.”

6.Bertahmid, bertasbih dan bertakbir sebelum mulai ihram


Berdasarkan hadis Anas, ia berkata,“Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam shalat Zuhur empat
raka’at di Madinah sedangkan kami bersama beliau, dan beliau shalat ‘Ashar di Dzul Hulaifah
dua raka’at, beliau menginap di sana sampai pagi, lalu menaiki kendaraan hingga tiba di Baidha,
lalu beliau memuji Allah bertasbih dan bertakbir, lalu beliau berihram untuk haji dan umrah.”

7. Berihram menghadap Kiblat


Berdasarkan hadis Nafi, ia berkata,“Dahulu ketika Ibnu Umar selesai melaksanakan shalat subuh
di Dzul Hulaifah, ia memerintahkan agar rombongan mulai berjalan. Maka rombongan pun be r
jalan , lalu ia naik ke kendaraan. Ketika rombongan telah sama rata, ia berdiri menghadap Kiblat
dan bertalbiya, Ia mengira dengan pasti bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam me nger ja
kan hal ini.”

11
B. Sunnah-Sunnah Ketika Masuk Kota Makkah:
8. Menginap di Dzu Thuwa

9. mandi untuk memasuki kota Makkah

10. masuk kota Makkah pada siang hari


Dari Nafi’, ia berkata, “Dahulu ketika Ibnu ‘Umar telah dekat dengan kota Makkah, ia meng hen
tikan talbiyah, kemudian beliau menginap di Dzu Thuwa,shalat Subuh dan mandi.Beliau men g
atakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan hal ini.”

11. Memasuki kota Makkah dari ats-Tsaniyah al-‘Ulya (jalan atas)


Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Dulu Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam me m
asuki kota Makkah dari ats-Tsaniyah al-‘ulya (jalan atas) dan keluar dari ats-Tsaniyah as-Sufla
( jalan bawah).”

12. Mendahulukan kaki kanan ketika masuk ke dalam masjid haram dan membaca:

،‫َّجي ِْم‬
ِ ‫ان الر‬ِ َ‫أَ ُع ْو ُذ بِاهللِ ْال َع ِظي ِْم َوبِ َوجْ ِه ِه ْال َك ِري ِْم َوس ُْلطَانِ ِه ْالقَ ِدي ِْم ِم َن ال َّش ْيط‬
َ ‫ اَللَّهُ َّم ا ْفتَحْ لِي أَ ْب َو‬،‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َسلِّ ْم‬
َ ِ‫اب َرحْ َمت‬
‫ك‬ َ ‫ اَللَّهُ َّم‬،ِ‫بِس ِْم هللا‬.
“Aku berlindung kepada Allah Yang Maha agung, dengan wajah-Nya Yang Mahamulia dan
kekuasaan-Nya yang abadi, dari syaitan yang terkutuk. Dengan Nama Allah dan semoga
shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Muhammad, Ya Allah, bukalah pintu-pintu
rahmat-Mu untukku.”

13. Mengangkat tangan ketika melihat Ka’bah


Apabila ia melihat Ka’bah, mengangkat tangan jika mau, karena hal ini benar shahih dari Ibnu
‘Abbas. Kemudian berdo’a dengan do’a yang mudah dan apabila ia mau berdoa dengan do’anya
Umar juga baik, sebab do’a ini pun shahih dari ‘Umar. Do’a beliau:

َ ‫اَللّهُ َّم أَ ْن‬.


¡َ ‫ت ال َّسالَ ُم َو ِم ْن‬
‫ك ال َّسالَ ُم فَ َحيِّنَا َربَّنَا بِال َّسالَ ِم‬
“Ya Allah, Engkau pemberi keselamatan dan dari-Mu keselamatan, serta hidupkanlah kami,
wahai Rabb kami dengan keselamatan.”[12]

12
C. Sunah-Sunnah Thawaf
14. Al-Idhthiba’
Yaitu memasukkan tengah-tengah kain ihram di bawah ketiak kanan dan menyelempangkan uju
ngnya di pundak kiri sehingga pundak kanan terbuka, berdasarkan hadits Ya’ la bin Umayyah
bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam thawaf dengan idhthiba.

15. Mengusap Hajar Aswad


Berdasarkan hadits Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata: “Aku melihatRasulullah SAW
ketika tiba di Makkah mengusap Hajar Aswad di awal thawaf, beliau thawaf sambil berlari-lari
kecil di tiga putaran pertama dari tujuh putaran thawaf.”

16. Mencium Hajar Aswad


Berdasarkan hadis Zaid bin Aslam dari ayahnya, ia berkata, Aku melihat ‘Umar bin al Khathab
Rad hiyallahu ‘ anhu mencium Haja r As-wad dan berkata , “Seandai nya aku tidak melihat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.”

17. Sujud di atas Hajar Aswad


Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku melihat ‘Umar bin al-Khaththab mencium
Hajar Aswad lalu sujud di atasnya kemudian ia kembali menciumnya dan sujud di atasnya, ke
mudian ia berkata, ‘Beginilah aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’’

18. Bertakbir setiap melewati Hajar Aswad


Berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam thawaf mengelil
ingi Ka’bah di atas untanya, setiap beliau melewati Hajar Aswad beliau memberi isyarat dengan
sesuatu yang ada pada beliau kemudian bertakbir.”

19. Berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama thawaf yang pertama kali (thawaf qudum)
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, “Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
thawaf mengitari Ka’bah, thawaf yang pertama kali, beliau berlari-lari kecil tiga putaran dan
berjalan empat putaran, dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir kembali di Hajar Aswad.”[18]

20. Mengusap rukun Yamani


Berdasarkan hadis Ibnu Umar, ia berkata, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shalallahu alaihi
wa sallam mengusap Ka’bah kecuali dua rukun Yamani (rukun Yamani dan Hajar Aswad).”

21. Berdo’a di antara dua rukun (rukun Yamani dan Hajar Aswad) dengan do’a sebagai berikut:

ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬ ِ ‫ربَّنَآ آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي ْا‬.
َ ‫آلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬ َ
“Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami
dari siksa Neraka’’.

13
22. Shalat dua raka’at di belakang maqam Ibrahim setelah thawaf
Berdasarkan hadis Ibnu Umar, ia berkata, “Setelah tiba, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
thawaf mengelilingi Ka’bah tujuh kali, kemudian beliau shalat dua rakaat di belakang maqam
Ibrahim dan sa’i antara Shafa dan Marwah.” Selanjutnya beliau berkata:

ٌ‫ان لَ ُك ْم فِي َرس ُْو ِل هللاِ أُ ْس َوةٌ َح َسنَة‬


َ ‫لَقَ ْد َك‬.
“Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu terdapat contoh yang baik bagimu.”

23. Sebelum shalat di belakang Maqam Ibrahim membaca:

‫صًل¡ًّّ ٰى‬
َ ‫ َواتَّ ِخ ُذ ْوا ِم ْن َمقَ ِام إِ ْب َرا ِهي َم ُم‬.
“Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim itu tempat shalat.”

Kemudian membaca dalam shalat dua raka’at itu surat al-Ikhlash dan surat al-Kaafirun,
berdasarkan hadits Jabir bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau
sampai di maqam Ibrahim Alaihissallam beliau membaca:

‫صًل¡ًّّ ٰى‬
َ ‫ َواتَّ ِخ ُذ ْوا ِم ْن َمقَ ِام إِ ْب َرا ِه ْي َم ُم‬.
“Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim itu tempat shalat.”

Lalu beliau shalat dua raka’at, beliau membaca dalam shalat dua raka’at itu { ‫}قُلْ هُ َو هّللا ُ أَ َح ٌد‬
ْ
dan{ َ‫ال َكافِرُون‬ ‫}قُلْ يا أَيُّهَا‬.
24. Iltizam tempat di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah dengan cara menempelkan dada,
wajah dan lengannya pada Ka’bah
Berdasarkan hadis ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata, “Aku pernah thawaf
bersama ‘Abdullah bin ‘Amr, ketika kami telah selesai dari tujuh putaran tersebut kami shalat
di belakang Ka’bah. Lalu aku bertanya, ‘Apakah engkau tidak memohon perlindungan kepada
Allah?’ Ia menjawab, ‘Aku berlindung kepada Allah dari api Neraka.’”

Berkata (perawi), “Setelah itu ia pergi dan mengusap Hajar Aswad. Lalu beliau berdiri di antara
Hajar Aswad dan pintu Ka’bah, beliau menempelkan dada, tangannya dan pipinya ke dinding
Ka’bah, kemudian berkata, ‘Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan hal
ini.’”

14
25. Minum air zamzam dan mencuci kepala dengannya
Berdasarkan hadits Jabir bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan hal
tersebut.

D. Sunnah-Sunnah Sa’i:
26. Mengusap Hajar Aswad (seperti yang telah lalu)
27. Membaca:

‫ْت أَ ِو ا ْعتَ َم َر فَاَل ُجنَا َح‬


َ ‫صفَا َو ْال َمرْ َوةَ ِمن َش َعائِ ِر هَّللا ِ ۖ فَ َم ْن َح َّج ْالبَي‬
َّ ‫إِ َّن ال‬
َ ‫َعلَ ْي ِه أَن يَطَّ َّو‬
‫ف بِ ِه َما ۚ َو َمن تَطَ َّو َع َخ ْيرًا فَإِ َّن هَّللا َ َشا ِك ٌر َعلِي ٌم‬
“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang ber
ibadah haji ke Baitullaah atau ber’umrah,maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i di antara
keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu ke-bajikan dengan kerelaan hati, maka se
sungguhnya Allah Mahamen syukuri kebaikan lagi Mahamengetahui.” [Al-Baqarah: 158]

Kemudian membaca:

‫نَ ْب َدأُ بِ َما بَ َدأَ هللاُ بِ ِه‬.


“Kami mulai dengan apa yang dimulai oleh Allah.”

Bacaan ini dibaca setelah dekat dengan Shafa ketika mau melakukan sa’i.

28. Berdo’a di Shafa


Ketika berada di Shafa, menghadap Kiblat dan membaca:

ُ‫ لَه‬،ُ‫ك لَه‬ َ ‫ الَ إِلهَ إِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬،ُ‫ هللَا ُ أَ ْكبَر‬،ُ‫ هللَا ُ أَ ْكبَر‬،ُ‫هللَا ُ أَ ْكبَر‬
،ُ‫ الَ إِلهَ إِالَّ هللاُ َوحْ َده‬،ٌ‫ك َولَهُ ْال َح ْم ُد َوهُ َو َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِدير‬ ُ ‫ْال ُم ْل‬
َ ‫ َوهَ َز َم ْاألَحْ َز‬،ُ‫ص َر َع ْب َده‬
ُ‫اب َوحْ َده‬ َ َ‫ َون‬،ُ‫أَ ْن َج َز َو ْع َده‬.
“Tidak ada lah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah Yang Maha esa, tiada sekutu
bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan,bagi-Nya segala puji dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu
Tidak ada lah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah semata Yang melaksanakan jan
ji-Nya, membela hamba-Nya (Muhammad) dan mengalahkan golongan musuh sendirian.”

29. Berlari-lari kecil dengan sungguh-sungguh antara dua tanda hijau

15
30. Ketika berada di Marwah mengerjakan seperti apa yang dilakukan di Shafa, baik menghadap
Kiblat, bertakbir maupun berdo’a

E. Sunnah-Sunnah Ketika Keluar dari Mina:


31. Ihram untuk haji pada hari Tarwiyah dari tempat tinggal masing-masing
32. Shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib,dan Isya di Mina pada hari Tarwiyah, serta menginap disana
hingga shalat Shubuh dan matahari telah terbit
33. Pada hari ‘Arafah, menjamak shalat Zhuhur dan ‘Ashar di Namirah
34. Tidak meninggalkan ‘Arafah sebelum matahari tenggelam.

2.8 LARANGAN DALAM HAJI


Bagi jemaah haji atau umrah terdapat larangan yang tidak boleh diabaikan. Larangan
tersebut adalah sebagai berikut :
1.Larangan bagi jemaah haji laki – laki memakai pakaian yang dijahit dan memakai tutup kepala.
2.Larangan bagi jemaah perempuan memakai tutup muka dan sarung tangan.
3. Larangan bagi jemaah haji laki – laki dan perempuan antara lain memakai wewangian,
mencabut dan mencukur rambut dan bulu badan, memotong kuku, menikah atau menjadi wali
nikah, berhubungan suami istri, memburu, membunuh binatang, berkata yang tidak senonoh, dan
berbuat maksiat.

2.9 FUNGSI HAJI


Pada semua kegiatan ibadah haji, semua jama’ah haji memohon kehadirat Alloh SWT agar
diampuni dosa-dosanya. Sedangkan pada hari Arofah jama’ah haji menjadi berdosa kalau ia
menyangka bahwa dosanya tidak diampuni, sedangkan ia sudah berada di Padang Arofah pada
hari arofah tersebut. Karena itu pergi ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji berarti pergi
menghapusdosa-dosabesarmaupunkecil.
riwayat Bukhori dan Muslim menerangkan bahwa Rosululloh bersabda :

Yang artinya : “Barang siapa yang hendak berhaji, maka yang mengerjakan haji jangan melaku
an bersenggama (diwaktu terlarang) dan tidak berbuat fasiq (maksiat) maka ia akan kembali
seperti saat ia dilahirkan oleh ibunya”. 

ada juga riwayat yang mengatakan :“Dari ‘aisyah RA, berkata: Saya bertanya, wahai Rasulallah
apakah perempuan itu bisa melakukan jihad ?, Rasulullah menjawab : Ya, mereka melakukan
jihad tanpa berperang yaitu melakukan haji dan umroh.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majjah) 

Dikatakan jihad Karena didalam pelaksanaan ibadah haji tersebut memerangi nafsu, jadi
itu termasuk jihad ma’nawi . Da n juga bisa dilakukan oleh seorang perempuan dan itu sama
pahalanya seperti jihad agung (jihad haqiqi). 
16
2.10 HIKMAH HAJI
Ada beberapa hadis yang menerangkan tentang hikmah melaksanakan ibadah haji, antara
lain sebagai berikut :

Artinya: “Dari Abu Hurairoh RA, sesungguhnya Rosululloh bersabda : “ umroh pertama sampai
umroh kedua itu bias melebur dosa antara keduanya. Dan haji mabrur itu tidak ada balasan
kecuali surga”. (HR. Abi Hurairoh)

Hikmah haji itu sangat banyak dan tidak bisa di hitung, ada sebuah hadist yang menerangkan
“barang siapa melaksanakan haji dengan mengharap ridho Allah maka di ampuni segala dosa
nya yang sudah dilakukan atau yang akan dilakukan dan bisa menolong pada orang yang di doa
kannya”.

Adapun riwayat lain mengatakan: “Ibnu Hibban dari Ibnu Umar bahwa Nabi Muhammad SAW
bersabda : “sesungguhnya orang yang haji ketika keluar dari rumahnya itu dia tidak melangkah
satu langkah kecuali Allah menulis satu langka h tadi dengan satu kebaikan dan melebur satu ke
burukan. Ketika dia wukuf di Arafah maka Allah SWT mem bangga kan nya di hadapan para
malaikat, lihat lah para hamba - hamba ku dia datang padaku dengan pakaian sederhana dan
berdebu, Saya ( Allah ) bersaksi pada kalian (malaikat) bahwa Saya mengampuni dosa-dosanya
walaupun dosanya bagaikan tetesan air hujan dan butiran pasir." 

Hikmah lain supaya orang yang berhaji itu ingat ketika ihrom bahwa para jama’ah
menyepikan barang duniawi, sebagaimana awal mulanya dia lahir dari ibunya tanpa memakai
pakaian. Dan juga kita menyerupai datang ke tempat yaumul hisab.

Adapun hikmah haji sebagai berikut :

a.Secara Umum :

 Pernyataan ketaatan seorang kepada Tuhannya.


 Ibadah haji merupakan sarana untuk menunjukkan kebesaran Allah.
 Ibadah haji merupakan ujian iman
 Ibadah haji merupakan kongres akbar
 Ibadah haji memberikan jaminan yang besar dari Allah berupa ampunan dari dosa dan
surga.
 Mempererat ukuwah Islamiyah antarsesama muslim dari berbagai penjuru dunia.
 Perwujudan solidaritas Islam yang tidak terbatas oleh suku, bangsa, ras, kulit, dan negara

17
b.Bagi Pelakunya :

 Memperteguh iman dan takwa kepada Allah swt.


 Dapat mengambil pelajaran dari segal penderitaan yang dirasakan selama mengerjakan
ibadah haji.
 Memperkuat fisik dan mental
 Menumbuhkan semangat berkorban karena ibadah haji memerlukan pengorbanan yang
besar, baik tenaga, waktu, maupun biaya.
 Mengenal tempat – tempat bersejarah, seperti Ka’bah, Bukit Safa dan Marwah, sumur
zam -zam, dan Hajar Aswad.

18
BAB III
PENUTUP

A.   KESIMPULAN

1.      Puasa adalah perintah Allah SWT yang wajib dilakukan oleh setiap orang Islam

2.      Hikmah berpuasa antara lain untuk membina kekuatan rohaniah dalam rangka menjalankan
tugas sebagai hamba Allah yang membutuhkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Oleh
Karena hikmah puasa itu tidak mudah dirasakan oleh setiap orang yang berpuasa, maka perintah
puasa ini di tujukan kepada orang-orang yang beriman kepada-Nya,sebagai syarat sahnya
puasa.                                                                                                     

3.      Haji merupakan rukun Islam yang ke lima yang wajib kita laksanakan apabila kita
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan ibadah tersebut.

4. Segala keutamaan ,hikmah,dan manfaat haji dapat kita rasakan secara langsung maupun
tidak secara langsung yang pemenuhannya membutuhkan proses waktu.Dan bagi kita yang telah
memiliki kemampuan untuk memenuhi  rukun Islam yang kelima tersebut hendaknya segera kita
laksanakan ,karena jika tidak segera kita laksanakan dikhawatirkan akan ada halangan yang
menghalangi niatan baik tersebut. Seperti yang telah tertuang dalam hadist-hadist dan firman
Allah,bahwa Allah menjanjikan limpahan pahala bagi yang menjalankan dengan tata cara seperti
yang dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad SAW sehingga diperoleh haji yang mabrur.

19
DAFTAR PUSTAKA

RasjidSulaiman, 2007,Fiqh Islam,Bandung :SinarBaruAlgesindo


Al-qur’andanTafsirjilid 1
Google

20

Anda mungkin juga menyukai