Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KOMPREHENSIF

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA NY. F


26 TAHUN G2P1A0 USIA KEHAMILAN 11 MINGGU 5 HARI
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DERAJAT 1
DI KLINIK KEDATON

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Kebidanan Kolaborasi Pada Kasus


Patologi dan Komplikasi (BD 7009)

Oleh :

NAMA :SILFA IRYANI

NIM :P07124520101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

2021

i
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatnya,
saya dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif ini. Laporan Komprehensif ini
terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Joko Susilo, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
2. DR. Yuni Kusmiyati, SST., MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.
3. Hesty Widyasih, SST. M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.
4. Mina Yumei Santi, SST,M.Kes dan Chatrine Sprilia H,S.Tr. Keb,Bdn selaku
pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan kebijakan dalam
penyusunan laporan ini.
5. Endang Purwaningsih, S.Tr. Keb dan Bekti Inamasari, Amd. Keb selaku
pembimbing klinik yang telah memberikan pengarahan dan masukan dalam
penyusunan laporan pendahuluan ini.
6. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material dan
moral.
7. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan laporan ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu.Semoga laporan Komprehensif ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Yogyakarta,

Penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .................................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................... 3
C. Ruang lingkup .................................................................................... 4
D. Manfaat ............................................................................................. 4
BAB II KAJIAN KASUS DAN TEORI
A. Kajian masalah kasus ......................................................................... 8
B. Kajian teori......................................................................................... 18
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengkajian .......................................................................................... 25
B. Analisa ............................................................................................... 29
C. Penatalaksanaan ................................................................................. 31
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 35
B. Saran .................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana terjadi perubahan fisik bagi
seorang wanita sebagai calon ibu, yang mempengaruhi kehidupannya. Kehamilan
pertama menjadi pengalaman baru bagi seorang perempuan, perubahan fisik serta
psikologis dan perubahan sosial menimbulkan kecemasan. Kecemasan pada ibu
hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan. Kondisi
pengetahuan ibu yang kurang karena belum adanya pengalaman dan kurangnya
informasi akan keluhan yang mungkin terjadi pada trimester I dan bagaimana
menanganinya.1
Hiperemesis gravidarum merupakan ibu hamil yang mengalami mual
muntah yang berlebih, dapat menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari
sehingga membahayakan kesehatan bagi janin dan ibu, bahkan dapat
menyebabkan kematian. Selain itu, mual muntah juga berdampak negatif bagi ibu
hamil, seperti aktivitas sehari-hari menjadi terganggu. Biasanya mual muntah
sering terjadi saat pagi hari, bahkan dapat timbul kapan saja maupun terjadi
kadang dimalam hari. Gejala tersebut 40-60% biasa terjadi pada multigravida.
Mual dan muntah pada kehamilanm terjadi karena pengaruh hCG, penurunan
tonusotot-otot traktus digestivus sehingga seluruh traktus digestivus mengalami
penurunan kemampuan bergerak.23
Ni Putu, dkk (2017), Pengkajian terhadap pola pemberian terapi pada ibu
hamil dengan mual dan muntah merupakan suatu urgensi yang perlu mendapatkan
perhatian mengingat tingginya morbiditas NVP pada ibu hamil dan kemungkinan
komplikasinya yang berdampak buruk pada kesehatan ibu dan anak.4
Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan
setiap pasangan suami istri. Setiap kehamilan diharapkan adalah lahirnya bayi
yang sehat dan sempurna secara jasmaniah dengan berat badan yang cukup.
Salah satu komplikasi kehamilan yang mempengaruhi status kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin adalah hiperemesis gravidarum dimana kejadian ini
dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan, mual, dan muntah
merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada kehamilan trimester I
sekitar 60%-80% pada primigravida dan 40%-60% pada multigravida.3

5
Menurut World Health Organiztion (WHO) pada tahun 2015 jumlah
kejadian emesis gravidarum mencapai 12,5 % dari jumlah kehamilan di
dunia. Kunjungan pemeriksaan kehamilan ibu hamil di Indonesia diperoleh data
ibu dengan hiperemesis gravidarum mencapai 14,8% dari seluruh kehamilan.
Untuk prevalensi hiperemesis gravidarum terjadi diantara 0,8% dan 3,2%.
Studi lain mendapatkan bahwa prevalensi hiperemesis gravidarum di Norwegia
1,1% pada 814 pasien dari 71.468 pasien dan prevalensi hiperemesis gravidarum
di Amerika Serikat 0,5% sampai 2% dengan variasi insiden yang
didapatkan dari berbagai kriteria diagnostik dan variasi suku.5 Menurut Oguyemi
dalam Mailinda, dkk (2019), Akibat yang ditimbulkan dari hiperemesis
gravidarum adalah mual dan muntah yang biasanya menyebabkan wanita hamil
mengalami penurunan berat badan (<15,4 lb atau 7 kg) dengan meningkatnya
risiko bayi berat lahir rendah, persalinan prematur, dapat meningkatkan kejadian
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim atau PJT (IUGR).6
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
obstetri, salah satunya dengan melakukan pelayanan pemeriksaan ibu hamil untuk
mengetahui keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya
koreksi terhadap kelainan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu hamil dapat
melewati masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta
melahirkan bayi yang sehat. Dalam melakukan pelayanan Ante Natal Care (ANC)
hendaknya selalu memberikan penjelasan dan motivasi mengenai yang dirasakan
ibu hamil termasuk didalamnya hiperemesis gravidarum, karena masih banyak ibu
hamil yang tidak mengetahui cara mengatasi mual dan muntah yang dialaminya,
maka dengan ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
akan mengalami penurunan karena derajat kesehatan suatu bangsa ditentukan oleh
derajat kesehatan ibu dan anak.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada
kegawatdaruratan neonatal dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan
manajemen kebidanan dan pendokumentasian menggunakan SOAP.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data subjektif pada ibu hamil
dengan Hiperemesis Gravidarum Grade 1.

6
b. Mahasiswa dapat menegakkan analisa kebidanan pada ibu hamil dengan
Hiperemesis Gravidarum Grade 1.
c. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan untuk menangani kasus pada ibu
hamil dengan Hiperemesis Gravidarum Grade 1.
d. Mahasiswa dapat membuat pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan Hiperemesis Gravidarum Grade 1.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan pelayananan
kebidanan patologis yang berfokus pada masalah kesehatan ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum.
D. Manfaat
Manfaat Asuhan pada kehamilan dengan hiperemesis gravidarum diantaranya:

1. Bagi Pasien
Diharapkan dapat memperoleh pengetahuan tentang kehamilannya, dan
cara merawat kehamilannya.
2. Bagi Bidan Klinik Kedaton
Diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum Grade 1.
3. Bagi institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah kepustakaan dan sebagai sumber referensi
mahasiswa tentang kehamilan dengan hipertensi dan sebagai dasar untuk
memberikan asuhan.

7
BAB II

KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Kasus
1. Pengkajian Data Subjektif
Hasil pengkajian pada Ny.F Usia 26 tahun yang datang ke Klink Kedaton
tanggal 6 september 2021 diantar oleh suaminya yaitu Tn. S yang berusia 32
tahun. Pendidikan terkahir Ny. F adalah SMA bekerja sebagai Ibu Rumah
Tangga, sedangkan suaminya pendidikan terakhir adalah SMA dan
pekerjaannya adalah buruh. Ny. F datang ke klinik untuk memeriksakan
kehamilannya. Ny. F mengeluh mual sudah 1 minggu yang lalu, saat ini
frekuensi mual bertambah disertai muntah yang sangat mengganggu aktivitas.
Ibu mengatakan frekuensi mual dan muntah dirasakan lebih dari 6 jam, baik
pagi, siang, dan malam., dan tidak memiliki nafsu makan. Rata-rata dalam satu
hari ibu muntah 5-6 kali yaitu muntah dengan atau tanpa lendir. Ny. F
mengatakan ia menikah satu kali pada usia 23 tahun, dan dengan suami sudah
3 tahun. Ny. F mengatakan HPHT : 16 juni 2021 dan HPL 23 maret 2022, ibu
mengatakan selama hamil baru 2 kali ANC dengan hari ini, ibu mengatakan
belum merasakan gerakan janin. Ny. F mengatakan bahwa saat bayi sudah
diimunisasi TT1 dan TT2, BIAS TT3 dan TT4, TT5 saat catin.
Ibu mengatakan saat dan riwayat sebelumnya tidak pernah atau sedang
menderita penyakit berat seperti penyakit jantung, asma, TBC, DM, hipertensi,
ataupun HIV/AIDS. Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat
keturunan kembar dan ibu mengatakan belum pernah mengalami operasi
apapun. Ibu belum pernah mengalami abortus sebelumnya dan belum pernah
hamil, saat ini adalah kehamilan pertamanya dan tidak pernah menggunakan
KB sebelumnya.
Riwayat persalinan sebelumny, Ny F mengatakan bahwa saat ini ia
mempunyai balita usia 18 bulanberjenis kelamin perempuan yang lahir tanggal
12 desember 2019, lahir normal pervaginam di PMB. Ny. F mengatakan
bahwa ia tidak pernah menggunakan KB baik sebelum hamil anak pertama
maupun setelah memiliki anak pertama.
Ny. F mengatakan bahwa pola kebutuhan sehari-hari yaitu pola makannya
tidak seperti sebelum hamil yaitu 3 x sehari tetapi sehari 1 piring dengan porsi

8
½ piring dengan jenis makanan nasi, laukdan sayuran. Ny. F mengatakan tidak
nafsu makan. Pola minum ibu mengatakan frekuensi minum 7-8 gelas/hari,
jenisnya adalah air putih.
Ny. F mengatakan aktivitas sehari-hari adalah sebagai ibu rumah tangga,
seperti mencuci, memasak, menyapu, dan mengurus anak. Ny. F mengatakan
pola eliminasi ibu mengatakan frekuensi sehari 10 kali berwarna kekuningan
dan BAB 1 kali sehari berwarna kecoklatan dengan konsistensi lembek.
Personal Hygiene didapatkan sebelum dan saat hamil sama hanya saja saat
hamil tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat . Ibu mengatakan mandi
dan gosok gigi 2 kali sehari, keramas 3 kali seminggu, dan mengganti pakaian
2 kali, celanan dalam 2-3 kali sehari.
Ibu mengatakan tidur malam 7-8 jam, tidur siang 1 jam. Pola aktifitas ibu
mengatakan kegiatan sebelum dan saat hamil sama, hanya saja saat hamil ibu
mengurangi kegiatan aktifitas fisik yang terlalu berat seperti mengangkat
ember. Pola seksual ibu mengatakan saat hamil ibu berhubungan 2 kali
seminggu, sedangkan saat hamil belum dilakukan mengingat usia kehamian
yang masih muda.
Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan yang merugikan kesehatannya
saat hamil seperti merokok, minum-minuman alkohol, bersoda, obat-obatan
terlarang ataupun obat-obatan yang dijual bebas serta jamu. Hasil data
anamnesa tentang pengetahuan ibu tentang kehamilan, ibu mengatakan
mengetahui tanda bahaya kehamilan, dan ingin mengetahui tentang
pemenuhan nutrisi dalam kehamilan.
Riwayat psikososial-spiritual didapatkan, ibu mengatakan kehamilan ini
belum direncanakan oleh dirinya dan suaminya. Ny. F mengatakan anaknya
yang pertama baru berusia 18 bulan dan masih menyusui. Ny F sedih dengan
kehamilannya. Ny. F mengatakan bahwa menyesal dan kecewa dengan
suaminya yang tidak mengizinkannya menggunakan KB.Saat pemeriksaan
kehamilan pertama kali, ibu datang mengeluh bahwa telat mentruasi 1 bulan,
setelah dilakukan test pact, ibu positif hamil. Ibu menangis dan sedih dengan
kehamilannya, dimana ibu belum menyapih anaknya.
2. Pengkajian Data Objektif
Hasil pengkajian data objektif dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi diperoleh hasil kondisi fisik klien secara
9
umum didapatkan Tekanan darah :95/60 mmHg, Nadi: 84x/ menit, Suhu: 36,8
o
C, Nafas: 20x / menit. Pemeriksaan inspeksi pada mata tidak ada gejalan
anemis, ibu tampak lemas. Pemeriksaan palpasi abdomen didapati teraba
Ballotemen, TFU 3 jari diatas symfisis. DJJ belum terdengar. Hasil
pengukuran BB sebelum/sesudah hamil belum ada kenaikan berat badan. TB
150 cm, Lila 25,5 cm, TD 95/60 mmHg. Status gizi kategori berat badan
normal dengan nilai IMT 21,33 kg/m2. Pemeriksaan penunjang tidak
dilakukan.
B. Kajian Teori
1. Definisi Hiperemesis Gravidarum
Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering terdapat pada
kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada
yang timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini biasanya terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid terahir dan berlangsung kurang lebih 10
minggu.7 Hiperemesis gravidarum adalah sebuah kondisi muntah-muntah
pada perempuan hamil yang dapat mengakibatkan penurunan berat badan,
dehidrasi, alkalosis, dan hipokalemia. Biasanya kondisi tersebut terjadi
sampai usia kehamilan 20 minggu..8
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih dari
10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan
cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit, sehingga menganggu
aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam kandungan. Mual dan
muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil sehingga menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih
dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal
tersebut mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan
selanjutnya akan membaik pada usia kehamilan 20 minggu, namun pada
beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada kehamilan tahap
berikutnya.10
Pada umumnya hiperemesis gravidarum terjadi pada minggu ke 6-12 masa
kehamilan, yang dapat berlanjut sampai minggu ke 16-20 masa kehamilan.
Mual dan muntah merupakan gejala yang wajar ditemukan pada kehamilan
triwulan pertama. Biasanya mual dan muntah terjadi pada pagi hari sehingga
sering dikenal dengan morning sickness. Sementara setengah dari wanita
10
hamil mengalami morning sickness, antara 1,2 - 2% mengalami hiperemesis
gravidarum, suatu kondisi yang lebih serius.910
Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual ini mulai
dialami sejak awal kehamilan. Mual muntah saat hamil muda sering disebut
morning sickness tetapi kenyataannya mual muntah ini dapat terjadi setiap
saat. Pada beberapa kasus dapat berlanjut sampai kehamilan trimester kedua
dan ketiga, tapi ini jarang terjadi.8
2. Pengukuran mual dan muntah
Ibu dengan riwayat mual dan muntah pada kehamilan sebelumnya, dapat
mengalami mual muntah pada kehamilan berikutnya dengan angka kejadian 15-
81%. Dalam beberapa studi, bahwa tingkat keparahan mual muntah dapat dinilai
dengan durasi mual muntah setiap hari (kurang dari 1 jam dalam kasus ringan dan
lebih dari 6 jam dalam kasus parah), jumlah mual dan muntah per hari (2 kali
sehari mual dan muntah ringan), sedangkan lebih daari lima kali pada kasus parah.
Penilaian tingkat keparahan mual dan muntah selama kehamilan selama trimester
pertama dapat menggunakan skoring Pregnancy- Unique Quantification of
Emensis and Nausea (PUQE).

Skor yang didapatkan dari penilaian tersebut dikategorikan kedalam :


a. Mual dan muntah ringan bila nilai indeks PUQE ≤ 6
b. Mual dan muntah sedang bila nilai indeks PUQE 7 – 12
c. Mual dan muntah berat bila nilai indeks PUQE ≥13.11
3. Perbedaan tingkat mual dan muntah

11
Manifestasi yang sering dijumpai pada traktus gastrointestinal adalah morning
sickness, emesis gravidarum dan hiperemesis gravidarum. Dibawah ini dijabarkan
perubahan dan berbagai keluhan yang meyertainya
a. Morning Sickness
Morning sickness terjadi sekitar 80 sampai 95%. paling ringan kepala
pusing saat bangun pagi dan terasa mual tetapi tanpa muntah
pengobatannya adalah dengan menghindari bangun tiba-tiba atau berjalan
duduk terlebih dahulu di tempat tidur sebelum berdiri.12
b. Emesis gravidarum
Mual dan muntah beberapa kali terutama pada pagi hari, tidak
menyebabkan gangguan semua aktivitas sehari-hari. Cara mengatasinya
sama dengan morning sickness, obat yang diperlukan adalah anti mual,
mengganti cairan yang keluar dengan minuman elektrolit.
c. Hiperemesis gravidarum
Sebagian besar mual dan muntah dapat hilang sendiri, namun sekitar 1-3%
mual dan muntah pada wanita hamil dapat berkembang menjadi mual dan
muntah berat, yang biasa disebut sebagai hiperemesis gravidarum. The
International Statistical Classification of Disease and Related Health
Problems, Tenth Revision, hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual
dan muntah hebat lebih dari 10 kali sehari dimulai dan berakhir sebelum
masa kehamilan kurang dari 22 minggu yang dapat menyebabkan
kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit,
sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam
kandungan.13
4. Gejala Hiperemesis Gravidarum
Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga
tingkat berikut ini.7
a. Hiperemesis gravidarum tingkat pertama.
1) Muntah berlangsung terus.
2) Makan berkurang.
3) Berat badan menurun.
4) Kulit dehidrasi sehingga tonusnya lemah.
5) Nyeri di daerah epigastrum.
6) Tekanan darah turun dan nadi meningkat.
12
7) Lidah kering.
8) Mata tampak cekung.
b. Hiperemesis gravidarum tingkat kedua.
1) Penderita tampak lebih lemah.
2) Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, tugor kulit makin kurang,
lidah kering dan kotor.
3) Tekanan darah turun, nadi meningkat.
4) Berat badan makin menurun.
5) Mata ikterus.
6) Gejala hemokonsentrasi makin tampak; urine berkurang dan badan aseton
dalam urine meningkat.
7) Terjadinya gangguan buang air besar.
8) Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis.
9) Napas berbau aseton.
c. Hiperemesis gravidarum tingkat ketiga.
1) Muntah berkurang.
2) Keadaan umum ibu hamil makin menurun; tekanan darah turun, nadi
meningkat, dan suhu naik; keadaan dehidrasi makin jelas.
3) Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus.
4) Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma; komplikasi
susunan saraf pusat (ensefalopati Wernicke): nistagmus (perubahan arah
bola mata), diplopia (gambar tampak ganda), dan perubahan mental.
5. Penyabab Mual Muntah
Penyebab mual dan muntah dianggap sebagai masalah multi faktoral. Teori
yang berkaitan adalah faktor hormonal, sistem vestibular, pencernaan, psikologis,
hiperolfacation, genetik dan faktor evolusi. Berdasarkan suatu studi prospektif
pada 9000 wanita hamil yang mengalami mual muntah, didapatkan hasil risiko
mual muntah meningkat pada primigravida, wanita yang berpendidikan kurang,
merokok, kelebihan berat badan atau obesitas, memiliki riwayat mual muntah
pada kehamilan sebelumnya. Emesis gravidarum (morning sickness) berhubungan
dengan level hCG. hCG menstimulasi produksi esterogen pada ovarium.
Esterogen diketahui meningkatkan mual dan muntah. Peningkatan esterogen dapat
memancing peningkatan keasaman lambung yang membuat ibu merasa mual.

13
Teori lain mengatakan bahwa sel-sel plasenta (villi kariolis) yang menempel
pada dinding rahim awalnya ditolak oleh tubuh karena dianggap benda asing.
Reaksi imunologik inilah yang memicu terjadinya reaksi mual-mual. Perubahan
metabolik glikogen hati akibat kehamilan juga dianggap sebagai penyebab mual
dan muntah. Ada beberapa peneliti yang menyebutkan penyebab mual muntah
disebabkan oleh faktor psikologis, seperti kehamilan yang tidak direncanakan,
tidak nyaman atau tidak diinginkan, beban pekerjaan akan menyebabkan
penderitaan batin dan konflik. Perasaan bersalah, marah, ketakutan, dan cemas
dapat menambah tingkat keparahan mual dan muntah.10
6. Manifestasi klinis
a. Mual dan muntah-muntah
b. Gangguan aktivitas sehari-hari
c. Penurunan berat badan
d. Hipersalivasi
e. Tanda-tnada dehidrasi (hipotensi postural dan takikardi)
f. Hiponatremia, hipokalemia, peningkatan hematokrit.
7. Tingkatan Hiperemesis Gravidarum
Runiari menyatakan bahwa tidak ada batasan yang jelas antara mual yang bersifat
fisiologis dengan hiperemesis gravidarum, tetapi bila keadaan umum ibu hamil
terpengaruh sebaiknya dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Menurut berat
ringannya gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan
sebagai berikut :
a. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada
tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan
menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali
per menit, tekanan darah sistolik menurun, dapat disertai peningkatan suhu
tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung.
b. Tingkat II
Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah
kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu
kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun,
hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa

14
pernapasan karena mempunyai aroma yang khas, dan dapat pula ditemukan
dalam urine.
c. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta
suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal
sebagai wenickle ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus,
diplopia, dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan
zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan
terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esofagus,
lambung, dan retina.
8. Diagnosis
Pada diagnosis harus ditentukan adanya kehamilan dan muntah yang terus
menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Pemeriksaan fisik pada pasien
hiperemesis gravidarum biasanya tidak memberikan tanda-tanda yang khusus.
Lakukan pemeriksaan tanda vital, keadaan membran mukosa, turgor kulit, nutrisi
dan berat badan. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai dehidrasi, turgor kulit
yang menurun, perubahan tekanan darah dan nadi. Pemeriksaan laboratorium
yang perlu dilakukan antara lain, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan kadar
elektrolit, keton urin, tes fungsi hati, dan urinalisa untuk menyingkirkan penyebab
lain. Bila hyperthyroidism dicurigai, dilakukan pemeriksaan T3 dan T4. Lakukan
pemeriksaan ultrasonografi untuk menyingkirkan kehamilan mola.9 Diagnosa
banding mual dan muntah dalam kehamilan:
a. Gastrointestinal conditions
1) Gastroenteritis
2) Gastroparesis
3) Achalasia
4) Biliary tract disease
5) Hepatitis
6) Intestinal obstruction
7) Peptic ulcer disease
8) Pancreatitis
9) Appendicitis

15
b. Conditions of the genitourinary tract
1) Pyelonephritis
2) Uremia
3) Ovarian torsion
4) Kidney stones
5) Degenerating uterine leiomyoma
c. Metabolic conditions
1) Diabetic ketoacidosis
2) Porphyria Addison’s disease
3) Hyperthyroidism
4) Hyperparathyroidism
d. Neurologic disorders
1) Pseudotumor cerebri
2) Vestibular lesions
3) Migraine headaches
4) Tumors of the central nervous system
5) Lymphocytic hypophysitis
e. Miscellaneous conditions
1) Drug toxicity or intolerance
2) Psychologic conditions
f. Pregnancy-related conditions
1) Acute fatty liver of pregnancy
2) Preeclampsia

16
9. Patofisiologi dan Patogenesis
Christanto dan I Putu Gede (2015), hiperemsis gravidarum terjadi akibat peningkatan
cepat dan tinggi dari hormon kehamilan, seperti human chorionicgonadotropin (HCG).
Hormon lainnya seperti estrogen, progesteron, prolaktin, tiroksin, dan horon
aderenokortikal juuga didugaturut berperan. Selain itu, perubahan fisiologis penncernaan
seperti penurunan HC03, serta penurunan motilitas otot selama kehamilan menimbulkan
gejala mual. Kondisi psikologis ibu pada masa kehamilan diperkirakan dapat
menyebabkan hiperemesisi gravidarum. Mual dan muntah dapat menyebabkan dehidrasi
akibat berkurangnya cairan tubuh. Cadangan energi dari karbohidrat akan habis sehingga
terjadi oksidasi lemak yang dapat berujung pada ketosis. Mual dan muntah dapat
mengakibatkan jejas pada esofagus berupa robekan Mallory Weis, gangguan ginjal akut,
pneumotoraks. Sampai pneumomediastinum.8 Ada yang menyatakan bahwa perasaan
mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi
pada trimester pertama. Pengaruh fisologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin
berasal dari sistem saraf pusat akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian
terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat
berlangsung berbulan-bulan. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual
dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi
dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkolosis hipokloremik. Belum jelas mengapa
gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik
merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang
sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan
mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.7 Patofisiologi hiperemesis
gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan Hormone Chorionic Gonodhotropin
(HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah. Peningkatan kadar hormon progesteron
menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga
motilitas menurun dan lambung menjadi kosong. Hiperemesis gravidarum yang
merupakan komplikasi ibu hamil muda bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan
dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.6 Pada beberapa kasus berat, perubahan
yang terjadi berhubungan dengan malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan
terdapatnya non protein nitrogen, asam urat, dan penurunan klorida dalam darah,
kekurangan vitamin B1, B6, B12, dapat mengakibatkan terjadinya anemia.8

17
10. Faktor Resiko
Riwayat kehamilan sebelumnya dengan hiperemesis, berat badan berlebihan,
gestasi multipel, penyakit trofoblastik, dan nulipara merupakan faktor resiko
terjadinya hiperemesis gravidarum.8

a. Hormon
1) Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
ACOG (2018), pegaruh dari hormon HCG dimana plasenta merupakan
tempat utama mengsekresikan hormon HCG yang akan menstrumulasi
produksi progesteron. Aktivitas progesteron menyebabkan mortilitas
lambung terhambat sehingga menjadi mual. Plasenta adalah organ
endokrin yang unik dan merupakan organ endokrin terbesar pada manusia
yang menghasilkan berbagai macam hormon steroid, peptida, faktor-
faktor pertumbuhan dan sitokin. Peningkatan hormon tiroid pada ibu
trimester pertama dikaitkan dengan hipertiroidisme sementara dan mual
dan muntah saat kehamilan. Kadar hCG yang tinggi dimodifikasi oleh
kondisi plasenta yang meningkatkan konsentrasinya (misalnya, kehamilan
multipel atau kehamilan mola dan oleh interaksi hormon-reseptor yang
memodifikasi efek hormon.
2) Estrogen
ACOG (2018), Hormon lain yang diketahui memengaruhi mual dan
muntah saat kehamilan adalah estrogen. Mual dan muntah saat hamil lebih
sering terjadi jika kadar estradiol meningkat dan lebih jarang terjadi bila
kadar estradiol menurun. Merokok dikaitkan dengan tingkat hCG dan
estradiol yang lebih rendah dan banyak penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa perokok cenderung tidak mengalami hiperemesis
gravidarum.
b. Adaptasi psikologis atau faktor emosional
Uji kasus-kontrol telah mencatat bahwa hiperemesis berulang berhubungan
dengan kondisi kejiwaan yang mendasari jika dibandingkan dengan wanita
hamil tanpa mual dan muntah saat kehamilan (29, 30). Tinjauan teori
psikologi diusulkan untuk menjelaskan etiologi mual dan muntah saat
kehamilan, bahwa mual dan muntah pada kehamilan disebabkan oleh
gangguan atau respons abnormal terhadap stres.

18
c. Faktor resiko
ACOG (2018), Wanita dengan kadar HCG yang tinggi pada kehamilan mola
dan kehamilan kembar meningkatkan kejadian mual dan muntah. Satu study
menemukan sekitar 2/3 menunjukkan muntah yang berat pada kehamilan
pertama beresiko untuk mengalami gejala serupa pada kehamilan berikutnya,
dan ½ dari wanita menunjukkan muntah ringan pada kehamilan pertama
ditemukan beresiko mengalami gejala berat saat kehamilan berikutnya. Adik
dan kakak dari wanita yang memiliki gejala hiperemesis gravidarum lebih
cenderung mengalami masalah serupa, terutama wanita yang mengandung
janin perempuan. Ada beberapa peneliti yang menyebutkan penyebab mual
muntah disebabkan oleh faktor psikologis, seperti kehamilan yang tidak
direncanakan, tidak nyaman atau tidak diinginkan, beban pekerjaan akan
menyebabkan penderitaan batin dan konflik. Perasaan bersalah, marah,
ketakutan, dan cemas dapat menambah tingkat keparahan mual dan muntah.14
d. Genetika
1) Peningkatan risiko hiperemesis gravidarum telah ditunjukkan di antara
wanita dengan anggota keluarga yang juga mengalami hiperemesis
gravidarum.
2) Dua gen, GDF15 dan IGFBP7 , berpotensi dikaitkan dengan
perkembangan hiperemesis gravidarum

11. Komplikasi
a. Pada janin
AGOC (2018), Mual dan muntah yang berat berpengaruh pada embrio dan
janin. Mulai dari gejala mual ringan dan sedang, menunjukkan hanya sedikit
efek yang terlihat pada hasil akhir kehamilan. Penelitian telah
mendokumentasikan tingkat keguguran yang lebih rendah di antara wanita
dengan mual dan muntah saat hamil dan hiperemesis gravidarum jika
dibandingkan dengan kontrol. Tidak ada hubungan yang signifikan
hiperemesis gravidarum dengan anomali kongenital.
Tinjauan sistematis dan metaanalisis wanita dengan hiperemesis
gravidarum menunjukkan insiden BBLR yang lebih tinggi dan usia kehamilan
kecil menurut usia kehamilan bayi dan bayi prematur. Namun, tidak ada
hubungan antara hiperemesis gravidarum dan mortalitas perinatal atau

19
neonatal yang dibuktikan dalam kohort retrospektif. Kecil kemungkinan ibu
hamil dengan hiperemesisi gravidarum terjadi low birth weight dan kelahiran
prematur. Pada kasus hiperemesis yang parah, komplikasinya meliputi
kekurangan vitamin, dehidrasi, dan malnutrisi, jika tidak ditangani dengan
tepat. Ensefalopati Wernicke, yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B1,
dapat menyebabkan kematian dan cacat permanen jika tidak ditangani. Selain
itu, ada laporan kasus cedera sekunder akibat muntah yang kuat dan sering,
termasuk ruptur esofagus dan pneumotoraks. Kelainan elektrolit seperti
hipokalemia juga dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang
signifikan. Selain itu, pasien dengan hiperemesis mungkin memiliki tingkat
depresi dan kecemasan yang lebih tinggi selama kehamilan. 3
b. Pada ibu
Dampak mual dan muntah pada ibu hamil mempengaruhi fisik dan emosional.
Mual dan muntah seing kali menimbulkan perasaan cemas dan khawatir tentang
efek dari gejala pada janin. Mual dan muntah berdampak negatif pada wanita
yang bekerja, 40% wanita dengan mual muntah merasa efisiensi kerja berkurang
35% dan kehilangan waktu dari pekerjaan rumah 25%.
Meskipun kejadian mual dan muntah tidak menunjukkan kejadian morbiditas
yang signifikan. Namun beberapa kejadian ensefalopati wernicke, esofakus
yang pecah, pneumotoraks dan nekrosis tubular akut dilaporkan menyebabkan
morbiditas yang sinifikan. Ensefalopati Wernicke (disebabkan oleh defisiensi
vitamin B1) terkait dengan hiperemesis gravidarum telah dikaitkan dengan
kematian ibu atau cacat neurologis permanen. Tinjauan sistematis tentang
morbiditas psikologis dalam kaitannya dengan hiperemesis gravidarum
menunjukkan secara signifikan skor skala depresi dan kecemasan yang lebih
tinggi pada wanita dengan kondisi tersebut.
12. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum
Penatalaksaan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum dapat dilakukan dimulai
dengan:
a. Informasi
Informasi yang diberikan pada ibu hamil adalah informasi bahwa mual dan
muntah dapat menjadi gejala kehamilan yang fisiologis dan dapat hilang sendiri
setelah kehamilan berlangsung beberapa bulan. Namun tidak ketinggalan

20
diberikan informasi, bahwa apabila mual dan muntah yang terjadi sudah
mengganggu dan menyebabkan dehidrasi, maka ibu tersebut harus segera
melaporkannya ke fasilitas kesehatan terdekat.
1) Obat-obatan
a) Farmakologi
Hasil uji coba terkontrol (RCT) wanita dengan riwayat mual dan
muntah yang berat pada kehamilan sebelumnya beresiko untuk
mengalami gejala serupa, untuk itu memulai terapi antiemetik sebelum
muncul gejala mual dan muntah dikaitkan dengan penurunan
keparahan mual dan muntah pada kehamilan dibandingkan dengan
memulai therapy kombinasi doxylamine dan vitamin B6 (pyridoxine)
setelah timbulnya gejala. Pengobatan mual dan muntah pada
kehamilan dengan Vitamin B6 atau kombinasi Vitamin B6 dan
doxylamine terbukti aman dan efektif sebagai lini pertama pengobatan
farmakologi. (Level A)
1)) Vitamin B6 (Pyridoxine) 10-25 mg per oral baik tunggal maupun
kombinasi dengan doxylamine 12,5 mg oral, 3-4 kali sehari
2)) Vitamin B6 (Pyridoxine) 10 mg/ Doxylamine 10 mg kombinasi
dengan dosis 4 tablet sehari 1 tablet per oral saat pagi hari, 1
tablet saat siang hari, dan 2 tablet saat sebelum tidur.
3)) Vitamin B6 (Pyridoxine) 20 mg/ Doxylamine 20 mg kombinasi
dengan dosisi 2 tablet sehari . 1 tablet per oral saat pagi hari dan 1
tablet saat sebelum tidur.
Apabila terjadi gejala persistent maka:
1)) Dimenhydrate, 25-50 mg setiap 4-6 jam secara oral( tidak
melebihi 200 mg sehari jika pasien diberikan kombinasi
doxylamine) atau
2)) Diphenhydramine, 25-50 mg ora setiap 4-6 jam atau
3)) Prochlorperazine, 25 mg setiap 12 jam secara rektal atau
4)) Promethazine, 12,5-25 mg setiap 4-6 jam oral atau rectal
Apabila terjadi gejala persistent dengan atau tanpa dehidrasi maka:
1))Dehidrasi
a)) Rehidrasi cairan kristaloid

21
Rehidrasi dengan pemberian cairan kristaloid. Hal ini
ditujukan untuk koreksi dehidrasi, ketonemia, kelainan
elektrolit,serta gangguan asam basa. Cairan pengganti dapat
diberikan dalam keadaan darurat sehingga keadaan dehidrasi
dapat diatasi. Cairan pengganti yang diberikan adalah glukosa
5% sampai 10% dengan keuntungan dapat mengganti cairan
yang hilang dan berfungsi sebagai sumber energi sehingga
terjadi perubahan metabolism dari lemak menjadi protein
menuju kearah pemecahan glukosa. Cairan tersebut dapat
ditambah vitamin C, B kompleks, atau kalium yang
diperlukan untuk kelancaran metabolism. Selama pemberian
cairan harus memerhatikan keseimbangan cairan yang masuk
dan keluar melalui kateter, nadi, tekanan darah, suhu, dan
pernapasan. Lancarnya pengeluaran urine member petunjuk
bahwa keadaan ibu hamil berangsur-angsur membaik.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan darah,
urine, dan bila memungkinkan pemeriksaan fungsi hati dan
ginjal. Bila muntah berkurang dan kesadaran membaik, ibu
hamil dapat diberikan makan minum monilisasi.
b)) Metocloperamide 5-10 mg setiap 8 jam, IV atau
c)) Promethazine 12,5-25 mg setiap 4-6 jam, IV atau
d)) Trimethobenzamide, 200 mg setiap 6-8 jam, IM
2))Tanpa dehidrasi
a)) Metocloperamide 5-10 mg setiap 6-8 jam, oral atau IM atau
b)) Ondansetron, 4 mg oral setiap 8 jam atau
c)) Promethazine 12,5-25 mg setiap 4-6 jam, oral, rektum, atau IM
atau
d)) Trimethobenzamide, 200 mg setiap 6-8 jam, IM
3)) Yang dapat diberikan kepada ibu hamil yang mengalami
hiperemesis gravidarum akibat stress psikologis adalah obat sedatif
seperti phenobarbital. Dapat juga diberikan vitamin seperti vitamin
B yang berfungsi mempertahankan kesehatan syaraf jantung dan
otot serta meningkatkan perbaikan dan pertumbuhan sel. Lalu
diberikan pula antihistamin atau antimimetik seperti disiklomin
22
hidrokloride pada keadaan yang lebih berat untuk kondisi mualnya.
Lalu untuk mual dan muntahnya dapat diberikan vitamin B6.1511
b) Non Farmakologi
1)) Pola makan untuk pencegahan atau pengobatan mual dan muntah
kehamilan. Sering, makan kecil setiap 1–2 jam untuk menghindari perut
kenyang sesering mungkin direkomendasikan.
2)) Modifikasi diet lain, menghindari makanan pedas atau berlemak;
3)) Menghilangkan zat besi tambahan dan mengganti asam folat untuk
vitamin prenatal yang mengandung zat besi;
4)) Makan hambar atau makanan kering, camilan berprotein tinggi, dan
biskuit, crackers saat pagi hari sebelum bangun.
5)) Sebuah penelitian kecil menunjukkan, makanan berprotein lebih
mungkin untuk mengurangi mual dan muntah saat hamil dari pada
makanan karbohidrat atau berlemak
6)) Rekomendasi umum untuk meringankan gejala awal mual muntah
kehamilan termasuk istirahat dan menghindari rangsangan sensorik
tersebut seperti bau, panas, kelembaban, kebisingan, dan kelap-kelip
lampu dapat memicu gejala.
7)) Pengobatan mual dan muntah saat hamil dengan jahe telah
menunjukkan beberapa efek menguntungkan untuk mengurangi gejala
mual dan dapat dianggap sebagai opsi nonfarmakologis. Dengan
sediaan ginger capsules 250 mg 4 kali sehari (Level B)1615
8)) Akupresur, akupunktur, atau stimulasi saraf listrik (akustimulasi) pada
titik P6 atau Neiguan (terletak tiga jari di bawah pergelangan tangan di
bagian dalam pergelangan tangan di antara dua tendon) (Level B)
9)) Isolasi
Isolasi dilakukan di ruangan yang tenang, cerah dan ventilasi udara yang
baik. Lalu dicatat pula cairan yang masuk dan keluar dan tidak
diberikan. makan dan minum selama 24 jam, karena kadang-kadang
dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
10)) Terapi psikologik

23
Pada terapi psikologik, perlu diyakinkan pada pasien bahwa penyakit
dapat disembuhkan,hilangkan rasa takut oleh kehamilan, dan
mengurangi masalah yang dipikirkan.

24
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
1. Data objektif
Pengkajian data subjektif pada Ny. J pada pemeriksaan kehamilan
dilakukan dengan metode auto anamnesa Karena secara fisik maupun psikologis
mampu melakukan komunikasi dengan baik. Saat melakukan asuhan kebidanan
kehamilan pada Ny. J dicantumkan tanggal, jam dan tempat sebagai bukti atau
consent bahwa penulis sudah melakukan asuhan pada tanggal, jam dan tempat
seperti yang dituliskan dalam lembar tinjauan kasus. Pengkajian dilakukan pada
menyeluruh mulai dari biodata, alasan datang, keluhan utama, riwayat obstetrik,
riwayat kesehatan, riwayat persalinan dan nifas pada masa lalu, rencana KB,
pola pemenuhan kebutuhan sehati-hari, riwayat imunisasi, eliminasi, personal
hygine, pola istirahat, aktifitas fisik dan olahraga, kebiasaan yang merugikan
sampai riwayat psikososial-spiritual.
Hasil pengkajian pada Ny.F Usia 26 tahun yang datang ke Klink Kedaton
tanggal 6 september 2021 diantar oleh suaminya yaitu Tn. S yang berusia 32
tahun. Pendidikan terkahir Ny. F adalah SMA bekerja sebagai Ibu Rumah
Tangga, sedangkan suaminya pendidikan terakhir adalah SMA dan pekerjaannya
adalah buruh. Ny. F datang ke klinik untuk memeriksakan kehamilannya. Ny. F
mengeluh mual sudah 1 minggu yang lalu, saat ini frekuensi mual bertambah
disertai muntah yang sangat mengganggu aktivitas. Ibu mengatakan frekuensi
mual dan muntah dirasakan lebih dari 6 jam, baik pagi, siang, dan malam., dan
tidak memiliki nafsu makan. Rata-rata dalam satu hari ibu muntah 5-6 kali yaitu
muntah dengan atau tanpa lendir. Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual
dan muntah hebat lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat
menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan
elektrolit, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin
dalam kandungan. Dimana skor PUQE pada Ny. F adalah 13. Mual dan muntah
berat bila nilai indeks PUQE ≥ 13.17
Ny. F mengatakan ia menikah satu kali pada usia 23 tahun, dan dengan
suami sudah 3 tahun. Ny. F mengatakan HPHT : 16 juni 2021 dan HPL 23 maret
2022, ibu mengatakan selama hamil baru 2 kali ANC dengan hari ini, ibu

25
mengatakan belum merasakan gerakan janin. Ny. F mengatakan bahwa saat bayi
sudah diimunisasi TT1 dan TT2, BIAS TT3 dan TT4, TT5 saat catin. Hal ini
sesuai dengan tahun WUS lahir, yaitu kelahiran setelah 1993 yang memngingat
dan memiliki KMS, maka TT1 dan TT2 dihitung saat balita, imunisasi kelas 2,3
SD dihitung TT3 dan TT4,TT5 saat catin.18 Imunisasi TT bermanfaat untuk
mencegah terjadinya tetanus neonaturum.
Riwayat persalinan sebelumnya, Ny F mengatakan bahwa saat ini ia
mempunyai balita usia 18 bulan berjenis kelamin perempuan yang lahir tanggal
12 desember 2019, lahir normal pervaginam di PMB. Ny. F mengatakan bahwa
ia tidak pernah menggunakan KB baik sebelum hamil anak pertama maupun
setelah memiliki anak pertama. Kemenkes RI (2021), bahwa perlunya ibu untuk
mengatur jarak kehamilan tidak terlalu dekat, lebih dari 2 tahun.10
Ny. F mengatakan bahwa pola kebutuhan sehari-hari yaitu pola makannya
tidak seperti sebelum hamil yaitu 3 x sehari tetapi sehari 1 piring dengan porsi ½
piring dengan jenis makanan nasi, laukdan sayuran. Ny. F mengatakan tidak
nafsu makan. Pola minum ibu mengatakan frekuensi minum 7-8 gelas/hari,
jenisnya adalah air putih. Terdapat kekhawaitiran mengenai pola nutrisi Ny. F
dimana porsi makan ½ piring sedangkan kebutuhan gizi ibu hamil 3 kali lebih
banyak dari porsi ibu yang tidak hamil. Kebutuhan ibu hamil akan air minum
adalah 2-3 liter atau setara dengan 8-12 gelas per hari. Menurut teori bahwa pola
eliminasi yang tidak teratur menunjukkan adanya gangguan pencernaan atau
sembelit, sehingga berpotensi mengejan setiap kali buang air besar. Peregangan
ketika buang air besar inilah yang dapat menyebabkan pembengkakakn dan
peradangan pada pebuuh darah balik (vena) didaerah sekitar dubur yang
menyebabkan timbulnya wasir atau ambeien.19
Hasil pengkajian bahwa perilaku personal hygine Ny. F sudah baik,
dimana sebelum dan sesudah hamil mandi 2 kali sehari, keramas 3 kali
seminggu, gosok gigi 2 kali sehari, mengganti pakaian 2 kali sehari dan
mengganti celana dalam 2-3 kali sehari. Hal ini sejalan dengan teori yang ada.20
Pola istirahat Ny. F dalam batas normal, dimana tidur malam 7-8 jam dan tidur
siang 1 jam, hal ini sesuai dengan teori dimana kebutuhan tidur malam pada ibu
hamil paling sedikit 6-7 jam dan tidur siang 1-2 jam.20 Pola aktivitas yang
dilakukan pada Ny. F sebelum dan selama hamil sama yaitu melakukan
pekerjaan rumah, tetapi mengurangi aktivitas fisik yang berat seperti
26
mengangkat ember. Sesuai dengan teori bahwa aktifitas fisik dapat dilakukan
pada ibu hamil dengan memperhatikan kondisi ibu dan keamanan janin yang
dikandungnya. Yang harus dihindari ibu selama hamil dalam kegiatan sehari-hari
adalah melakukan pekerjaan berat/ mengangkat beban berat.20
Riwayat psikososial-spiritual didapatkan, ibu mengatakan kehamilan ini
belum direncanakan oleh dirinya dan suaminya. Ny. F mengatakan anaknya yang
pertama baru berusia 18 bulan dan masih menyusui.Ny. F mengatakan bahwa iya
merasa menyesal dan kecewa dengan suaminya yang tidak mengizinkannya
menggunakan KB. Sejalan Siti Rofi’ah, dkk (2019), pastisipan yang mengalami
hiperemesis gravidarum didapatkan bahwa psikologik partisipan pada penelitian
menyatakan trauma pada kehamilan sebelumnya, kekhawatiran tidak mampu
merawat anak karena jarak kehamilan terlalu dekat, karena masih jadi satu
dengan mertua ataupun kekhawatiran akan pekerjaan. Selain itu faktor kelelahan
karena merawat anak yang masih usia 6 bulan juga menyebabkan stres bagi
partisipan. Menurut Syamsudin dalam Siti Rofi’ah, dkk (2019), beban psikologis
tersebut akan berpengaruh pada kejadian hiperemesis gravidarum. Dengan hasil
penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara stress
dengan sindrom hiperemesis gravidarum di wilayah kerja Puskesmas Poasia
Kendari. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian (Safari, 2017) bahwa
psikologis ibu berhubungan signifikan dengan hyperemesis gravidarum di RSUD
H. Abd. Manan Simatupang Kisaran tahun 2017.21 Menurut Syahril Syamsudin,
dkk (2018), Kondisi psikologis ibu yang menjalani proses kehamilan dapat
menyebabkan terjadinya stres. Ibu yang dalam keadaan stres ini dapat
meningkatkan tekanan darah dan peningkatan denyut jantung sehingga dapat
meningkatkan HCG. HCG adalah hormone yang dihasilkan selama kehamilan,
yang dapat dideteksi dari darah atau air seni wanita hamil kurang lebih 10 hari
sesudah pembuahan. HCG ini dapat menstimulasi terjadinya mual dan muntah
pada ibu hamil.22
Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Jessica, dkk (2019), didapatkan
hasil penelitian ibu hamil yang mengalami cemas dan stres dapat memicu atau
memperburuk terjadinya depresi. Tingkat kecemasan yang semakin tinggi akan
meningkatkan peluang untuk mengalami hiperemesis gravidarum sehingga
diperlukan dukungan psikologis tambahan selama perawatan dan sebagai tindak
lanjut ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum.23
27
2. Data Objektif
Hasil pengkajian data objektif dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi diperoleh hasil kondisi fisik klien secara umum
didapatkan Tekanan darah :95/60 mmHg, Nadi: 84x/ menit, Suhu: 36,8 oC,
Nafas: 20x / menit. Pemeriksaan inspeksi pada mata tidak ada gejalan anemis,
ibu tampak lemas. Pemeriksaan palpasi abdomen teraba Ballotemen, TFU 3 jari
diatas symfisis. DJJ belum terdengar. Hasil pengukuran BB sebelum/sesudah
hamil belum ada kenaikan berat badan. TB 150 cm, Lila 25,5 cm, TD 95/60
mmHg. Status gizi kategori berat badan normal dengan nilai IMT 21,33 kg/m2.
Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan. Sejalan dengan teori bahwa hiperemesis
ditandai dengan tekanan darah yang turun, berat badan yang menurun (pada
kasus ini BB pasien tidak mengalami kenaikan).8
Tinggi badan merupakan komponen penting yang termasuk ke dalam
pemeriksaan 10T pada ibu hamil. Tinggi badan memengaruhi bentuk panggul
calon ibu hamil, selain itu kurangnya tinggi badan pada tubuh pasien dapat
membuat pasien mengalami komplikasi selama persalinan dan tinggi badan <145
cm termasuk faktor risiko ibu hamil. Sesuai dengan teori bahwa palpasi
abdoment dengan manuver Leopold 1 baru dapat dilakukan pada kehamilan 12
13
minggu. Menurut teori langman, bahwa Periode dari permulaan minggu
kesembilan hingga lahir dikenal sebagai periode janin. Periode ini ditandai
dengan maturasi jaringan dan organ, dan pertumbuhan tubuh yang cepat pada
usia kehamilan 10 minggu, dan dengan USG, DJJ dapat terdenar sejak usia 5-6
minggu dan DJJ mencapai maksimum pada usia kehamilan 9 minggu. Sesuai
dengan Shuang Liu, dkk bahwa, Ekokardiografi adalah alat diagnostik yang
aman dan efektif diindikasikan pada wanita hamil dengan gejala jantung atau
wanita dengan penyakit jantung yang diketahui untuk mendeteksi wanita yang
membutuhkan pemantauan jantung secara ketat kondisi dan fungsi
katup. Ekokardiografi adalah satu-satunya alat klinis terpenting untuk
mendiagnosis dan mengelola penyakit jantung usia selama
kehamilan. Ekokardiografi adalah mampu mencirikan kelainan struktur jantung
dan perubahan hemodinamik yang sesuai, mengidentifikasi jantung penyakit
yang tidak dapat ditoleransi dengan baik dalam kehamilan, dan membantu pilih
pasien yang mungkin memerlukan sesar sebelum terjadi peningkatan
hemodinamik.2425
28
B. Analisa
Diagnosa kebidanan: Ny F usia 26 tahun G2P1A0 umur kehamilan 11 minggu 5
hari hamil dengan hyperemesis gravidarum derajat I
Masalah: Kecemasan dengan kehamilannya dan keluhannya saat ini.
Diagnosa potensial: Dehidrasi, Ketosis, hiperemesis derajat II
Kebutuhan: dukungan psikologis, KIE manajemenet hiperemesisi gravidarum,
KIE pemenuhan nutrisi pada kehamilan, kolaborasi pada dokter untuk pemberian
therapy farmakologi, KIE P4K dan macam-macam kontrasepsi untuk ibu
menyusui.
C. Penatalaksanaan
Sebelum melakukan pelayanan meminta ibu untuk memakai masker dan
mencuci tangan dengan sabun. Pemeriksa memakai APD lengkap selama
melakukan pelayanan. Selama di dalam ruangan ibu dan pemeriksa menjaga jarak
minimal 1 meter kecuali saat memberikan pelayanan. Dalam standar pasien safety
yaitu tenaga kesehatan harus melakukan tindakan pencegahan infeksi dengan
mematuhi protocol kesehatan pencegahan penularan virus dari tenaga kesehatan
maupun dari pasien.
Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan mual dan muntah yang ibu
alami saat ini sebagian besar disebabkan oleh perubahan hormon dalam tubuh
selama hamil trimester pertama. Tubuh memproduksi hormon yang berlebihan
sehingga tubuh ibu menyesuaikan maka dari itu ibu merasa mual dan muntah.
Normalnya mual dan muntah terjadi pada pagi hari dan tidak lebih dari 10 kali.
Mual muntah yang ibu rasakan saat ini bertambah berat disebabkan oleh stres
yang ibu alami, oleh karena itu ibu harus mampu mengendalikan stres, dan harus
menerima kehamilan ini. Dimana jika mual dan muntah terus berlajut, maka akan
berdampak tidak hanya pada ibu tetapi pada janin seperti berat badan lahir rendah
yang disebabkan berat badan ibu yang tidak bertambah. Dampak pada ibu salah
satunya adalah meningkatkan skala depresi dan kecemasan yang lebih tinggi.
Memberi semangat dan motivasi spiritual pada ibu untuk tidak banyak pikiran dan
mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Ada 4 langkah yang terangkum dalam satu
kata dalam komunikasi, yaitu (SAJI). (J) Jelaskan, berikan penjelasan mengenai
hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin diketahui dan yang akan
dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya sendiri. Luruskan
persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau apapun
29
secara jelas dan detail.26 Meurut Suliastriani dalam Dita Indah (2021), terapi
nonfarmakologi untuk keluhan mual dan muntah ibu hamil dilakukan tidak hanya
dengan mengatur pola makan,tetapi dapat dengan dukungan emosional dan
akupresure.27
Menjelaskan kepada ibu untuk makan sedikit namun sering untuk
mengurangi rasa mual dan muntah 2 jam sekali, dan menghindari makanan
berlemak, asam, pedas dan menyengat. Tidak ada kesenjangan antara teori dan
prakti asuhan yang diberikan pada Ny.F yang mengalami hiperemesis
gravidarum. Pada pagi hari sebelum bangun dari tempat tidur, makananan
selingan seperti biskuit atau crackers dengan minuman jahe hangat, makan
permen atau minum manis (minum jus buah) atau minum susu sebelum tidur atau
pada saat bangun tidur, agar ibu tidak hipoglikemia. Makanan TKTP yaitu
makanan tinggi karbohidrat dan tinggi protein yaitu makanan dengan porsi kecil.
Makanan tinggi protein seperti daging sapi, hati ayam, daging ayam, ikan, telur,
susu rendah lemak, tahu, tempe, kacang kedelai. Tinggi karbohidrat seperti
gandum, roti, nasi, kentang, ubi, dan kacang-kacangan, dan jangan lupa buah-
buahan dan sayuran. Kebutuhan makan ibu hamil meningkal 3 kali lebih banyak
dibanding ibu yang tidak hamil. Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG), seorang
ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi tambahan energi dan protein. Dimana
ibu hamil trimester 1 memerlukan tambahan sebesar(+180 kkal) energi dan (+20
gr) protein. Trimester 2 dan 3 (+300 kkal) energi dan (+20) protein. Dimana
tambahan makanan energi dan protein tersebut dapat diberikan dalam bentuk
makanan tambahan seperti pada Trimester 1, diberikan 1 potong sedang lauk pauk
hewani/ 1 butir telur/1 gelas susu. Pada Trimester 2, dapat diberikan 2 potong
makanan setiap harinya, dan pada trimester ke 3 dapat mengkonsumsi 3 saji
makanan tambahan dengan resep yang bervariasi setiap harinya.28
Menjelaskan ibu untuk tidak mengkonsumsi makanan setengah matang
dikarenakan daging yang dimasak kurang matang terdapat parasit toksoplasmosis
yang dapat menyebabkan cacat pada janin, dimana masa kehamilan ibu saat ini
masih rentan terjadinya cacat lahir. Menganjurkan ibu untuk banyak minum air
putih 2-3 liter setara dengan 8-12 gelas air putih agar dapat mendukung sirkulasi
janin, produksi cairan ketuban, meningkatnya volume darah dan mecegah
dehidrasi pada ibu. Minuman yang harus dihindari ibu selama hamil yaitu
minuman bersoda, beralkohol dan jamu.29
30
Hal ini sesuai dengan teori dimana kebutuhan air selama kehamilan
meningkat agar dapat mendukung sirkulasi janin, produksi cairan amnion dan
meningkatnya volume darah. Air merupakan sumber cairan yang paling baik dan
berfungsi untuk membantu pencernaan, membuang racun, sebagai penyusun sel
dan darah, mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dan mengatur suhu tubuh
dan mencegah dehidrasi pada ibu dengan hiperemesis gravidarum dimana mual
muntah menyebabkan hidrasi pada ibu hamil.28 Kebiasaan meminum jamu,
menurut standar konsep pengobatan tradisional dibenarkan dan diperbolehkan
dengan syarat zat-zat atau bahan yang digunakan terbukti efektif. Di Indonesia
minum jamu merupakan kebiasaan yang beresiko pada ibu hamil karena belum
semua bahan dan cara membuat jamu serta dosis terstandar. Jamu yang sering
dikonsumsi wanita hamil adalah jamu gendong, jamu dari serbuk. Bahayanya
adalah apabila ada endapan pada air ketuban dapat menyebabkan air ketuban
keruh sehingga menyebabkab bayi sulit bernafas sehingga menyebabkan asphyxia
pada saat lahir. Penelitian di Banten menunjukkan bahwa ibu hamil, minum jamu
mempunyai resiko 7 x melahirkan bayi asphyxia. Ibu hamil sebaiknya tidak
minum jamu cabe puyang karena mempunyai efek menghambat kontraksi uterus
sehingga mengakibatkan his lemah pada saat persalinan. Kunyit juga dilarang
terutama jika belum mendekati Hari Perkiraan Lahir (HPL) karena kunyit
mempunyai efek abortivum.19
Menjelaskan kepada ibu pentingnya menjaga berat badan sesuai
rekomendasi pada ibu hamil, IMT ibu saat ini adalah normal yaitu 21,33 kg/m2
dimana peningkatan berat badan sampai waktu persalinan adalah 11,5 kg sampai
16 kg. Dimana dalam TM1: 1,5-2 kg, TM2: 4-6 kg, dan TMIII: 6-8 kg. Hal ini
sesuai dengan rekomedasi IOM dan Kemenkes RI tahun 2020, bahwa Gestasional
Weight Gain (GWG) atau kenaikan berat badan pada ibu hamil disesuaikan
dengan berat badan prakehamilan dengan memperhatikan BMI/IMT.30 Dalam
tinjauan sistematis dan meta analisis dari kurang dari 1 juta wanita hamil, 47%
memiliki pertambahan berat badan lebih besar dari rekomendasi IOM dan 23%
memiliki pertambahan berat badan kurang dari rekomendasi IOM. Peningkatan
berat badan kehamilan lebih besar dari atau kurang dari rekomendasi pedoman,
dibandingkan dengan pertambahan berat badan dalam tingkat yang
direkomendasikan, dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi dari hasil buruk ibu
31
dan bayi. Peningkatan berat badan kehamilan di bawah rekomendasi dikaitkan
31
dengan risiko yang lebih tinggi untuk terjadi kecil kehamilan untuk usia gestasi
(OR, 1,53 [95% CI, 1,44-1,64]; ARD, 5% [95% CI, 4% -6%]) dan kelahiran
prematur (OR, 1,70 [1,32- 2,20]; ARD, 5% [3% -8%]) dan risiko besar kehamilan
untuk usia gestasi yang lebih rendah (OR, 0,59 [0,55-0,64]; ARD, −2% [−10%
hingga −6%]) dan makrosomia (OR, 0,60 [0,52-0,68]; ARD, −2% [- 3% hingga
−1%]); sesar tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (OR, 0,98 [0,96-1,02];
ARD, 0% [- 2% sampai 1%]). Peningkatan berat badan kehamilan di atas
rekomendasi dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah untuk kecil kehamilan
untuk usia gestasi (OR, 0,66 [0,63-0,69]; ARD, -3%; [-4% hingga -2%]) dan
kelahiran prematur (OR, 0,77 [0,69-0,86] ; ARD, −2% [- 2% hingga −1%]) dan
risiko besar untuk usia gestasi yang lebih tinggi (OR, 1,85 [1,76-1,95]; ARD, 4%
[2% -5%]), makrosomia (OR, 1,95 [ 1,79 -2,11]; ARD, 6% [4% -9%]), dan sesar
(OR, 1,30 [1,25-1,35]; ISPA, 4% [3% -6%]).31
Meminta ibu untuk melakukan ANC terpadu, melakukan pemeriksaan
kesehatan umum, pemeriksaan gigi, konsultasi gizi, dan konsultasi psikologi.
Kemenkes RI (2016), semua ibu hamil dan suami /keluarga diharapkan ikut serta
minimal 1 kali pertemuan untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan
komprehensif sesuai standart minimal 4 kali selama kehamilan. Kontak 4 kali
dilakukan sebagai berikut : sekali pada trimester ke-1 (Kehamilan Hingga 12
Minggu ) dan trimester ke-2 (>12 – 24 Minggu), minimal 2 kali kontak pada
trimester ke-3 dilakukan setelah minggu ke-24 sampai dengan minggu ke-36.
Kunjungan anternatal. Bisa lebih dari 4 kali sesuai dengan kebutuhan dan jika ada
keluhan penyakit atau gangguan kehamilan. 32
Menanyakan persiapan melahirkan, seperti akan bersalin dimana dan oleh
siapa, persiapan tabungan atau jaminan kesehatan untuk melahirkan, kendaraan
untuk mengantar saat bersalin, pendamping saat menuju ke fasilitas kesehatan saat
bersalin, pendonor darah yang memiliki golongan darah yang sama, persiapan
KTP, KK, dan rencana KB setelah melahirkan. Selain itu menjelaskan dan
menunjukkan macam-macam KB yang dapat digunakan oleh ibu menyusui muali
dari jenis-jenis KB, cara kerja, kelebihan, kekurangan, dan kapan waktu untuk
memulai dipasang KB. Kemenkes RI (2014), Keluarga juga harus dapat
menghindari keterlambatan dalam mencari pertolongan medis. Suami/keluarga
harus dapat menghindari 3T (terlambat) yaitu, terlambat mengambil keputusan,
terlambat ke tempat pelayanan dan terlambat memperoleh pertolongan medis
32
sehingga suami/keluarga hendaknya waspada dan bertindak atau mengantisipasi
jika melihat tanda bahaya kehamilan. Suami/keluarga hendaknya merencanakan
sistem angkutan (ambulans desa) dan menyiapkan pendonor darah potensial jika
diperlukan serta mendampingi ibu pada saat selesai persalinan. Konseling KB
sebaiknya dilaksakan sejak awal masa kehamilan sehingga ibu sudah mempunyai
perencanaan menggunakan KB Pasca persalinan,baik pada pelayanan antenatal
maupun pada kelas ibu hamil. Manfaat dari penggunaan KB adalah agar ibu
punya waktu untuk menyuusi dan merawat bayi, menjaga kesehatan ibu serta
mengurus keluarga. selain itu agar jarak kehamilan tidak terlalu dekat, lebh dari 2
tahun.10
Konseling dapat menggunakan informasi yang terdapat dalam buku KIA.
Sebelum menjelang masa persalinan,klien perlu didorong untuk telah memutuskan
metode kontrasepsi pascapersalinan (diutamakan metode kontrasepsi jangka
panjang) dan mengisinya pada lembar Amanat Persalinan yang terdapat dalam
buku KIA. Proses konseling dapat dilanjutkan selama proses menjelang persalinan
dan masa pasca persalinan dini,yaitu ketika ibu masih dirawat diruang nifas atau
rawat gabung. Dengan konseling yang berkualitas dan berkesinambungan,
diharapkan klien sudah menggunakan metode kontrasepsi pascapersalinan
sebelum pulang dari fasilitas pelayanan kesehatan.26
Memberikan therapy sesuai dengan advice dokter yaitu ondansetron 3 x 4
mg per oral dan asam folat 400 mcg. Menjelaskan kepada ibu cara menguangi
mual muntah dengan cara non farmakologi dengan teknik akuprasure pada titik P6
atau Neiguan (terletak tiga jari di bawah pergelangan tangan di bagian dalam
pergelangan tangan di antara dua tendon), sambil mempraktikkan pada ibu.
Perawatan non famakologi yang dapat diberikan adalah, untuk mengurangi rasa
mual pada ibu maka vitamin yang diberikan sebagai pengganti zat besi adalah
asam folat (Level IIA)17. Kemenkes RI (2014) Asam folat digunakan untuk
pembentukan sel dan sistem saraf termasuk sel darah merah. Asam folat berperan
penting pada pembentukan DNA dan metabolism asam amino dalam tubuh.
Kekurangan asam folat dapat mengakibatkan anemia megaloblastik karena
terjadinya gangguan pada pembentukan DNA yang mengakibatkan gangguan
pembelahan sel darah merah sehingga jumlah sel darah merah menjadi kurang.
Seperti halnya zat besi, asam folat banyak terdapat pada sayuran hijau, kacang-
kacangan, dan biji-bijian. Selama hamil, kebutuhan meningkat dan dianjurkan
33
asupan 400 µg/hari.33 Untuk therapy ondansetrone atas advice dokter diberikan 3
x 4 mg/hari, dimana tidak terdapat kesenjangan antara teori dan peraktik, ACOG
merokemdasikan ibu dengan mual muntah tanpa dehidrasi saat hamil diberikan
Metocloperamide 5-10 mg setiap 6-8 jam, oral atau IM atau, Ondansetron, 4 mg
oral setiap 8 jam atau Promethazine 12,5-25 mg setiap 4-6 jam, oral, rektum, atau
IM..17
Hasil systematic review yang dilakukan oleh Dita Indah dan Sri
Wahyuningsih (2021), Hasil ditemukan bahwa terapi akupresur pada titik P6, titik
KID21, Zu San Li, dan titik Gong Sun dapat efektif mengurangi keluhan mual dan
muntah pada ibu hamil yang dilakukan secara rutin. Efek stimulasi pada P6 ini
dapat meningkatkan pelepasan betaendorfin di hipofisis dan adrenokortikotropik
(ACTH) di sepanjang CTZ yang dapat memblokir pusat secara mendalam.27
Melakukan kontrak waktu untuk kunjungan selanjutnya dan materi yang
akan dibahas pada kunjungan berikutnya. Langkah-langkah dalam memberikan
asuhan adalah GATHER. R(Return), yaitu buat kesepakatan kunjungan ulang.

34
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kasus ini, kami memahami kasus secara nyata tentang asuhaan yang
diberikan pada Ny.F dengan hiperemesis gravidarum. Asuhan kebidanan yang
diberikan pada Ny.F di Klinik Kedaton berjalan sesuai teori. Selain itu dari
penatalaksanaan kasus ini kami dapat:
1. Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. F berdasarkan data hasil
anamnesa dan pemerriksaan fisik, sehingga penanganan yang diberikan
berdasarkan kebutuhan dan kewenangan bidan.
2. Asuhan kebidanan pada Ny. F dapat ditegakkan analisa yaitu diagnosa hamil
dengan hiperemeses gravidarum. Dengan rencana tindakan segera yaitu
kolaborasi dengan dokter untuk penanganan pada Ny. F dengan hiperemesis
gravidarum.
3. Penatalaksanaan tindakan yang dilakukan pada Ny. F untuk menangani
kasus hiperemesisi gravidarum dengan KIE kepada klien untuk
menyarankan ibu penanganan baik secara non farmakologi dan farmakologi.
4. Asuhan kebidanan Ny.F dengan melakukan pendokumentasian kasus
hiperremesis gravidarum dengan SOAP.
B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan Klinik Kedaton
Diharapkan dapat memeberikan gambaran mengenai tatalaksana kasus
kehamilan dengan memperthankan kualitas pelayanan
2. Bagi mahasiswa kebidanan
Mahasiswa diharapkan dapat lebih memperdalam ilmu dan teori mengenai
kejadian kasus patologis yaitu hiperremesis gravidarum. Selain itu diharapkan
mahasiswa dapat mengkaji setiap informasi yang dapat menunjang
pelaksanaan manajemen sesuai langkah varney dan evidence based.
3. Bagi pasien
Diharapkan dapat mempraktekkan semua yang telas dijelaskan serta
melakukan pemeriksaan kehamilan rutin, sehingga dapat melalui kehamilan
dan persalinan dengan aman, nyaman dan mengurangi angka kesakitan pada
ibu.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Sukarni. Kehamilan, Persalinan Dan Nifas. Yogyakarta: Nusa Medika; 2013.


2. Grooten IJ, Vinke ME, Roseboom TJ, Painter RC. A Systematic Review and Meta-
Analysis of the Utility of Corticosteroids in the Treatment of Hyperemesis
Gravidarum. Nutr Metab Insights. 2015;8s1:NMI.S29532. doi:10.4137/nmi.s29532
3. Lindsey K. Jennings HM. Hiperemesis Gravidarum. Statpearls; 2021.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532917/.
4. Widiasari NPA, Trapika IGMSC. Pola Pemberian Terapi Mual dan Muntah pada
Ibu Hamil oleh Doktter Spesialis Obstetri dan Ginekologi serta Bidan di Kota
Denpasar. E-Jurnal Med. 2017;6(5):28-35.
5. Triana A. Tingkat Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I. J
Kebidanan Malakbi. 2020;1(2):50-56.
6. Purwanti M, Brahmana NE, Hidayat W. Faktor Risiko Umur, Gravida, Status Gizi
Dan Kehamilan Ganda Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum (Studi Kasus
Kontrol Di Rsud Aceh Tamiang). J Muara Sains, Teknol Kedokt dan Ilmu Kesehat.
2020;3(2):237. doi:10.24912/jmstkik.v3i2.5106
7. Wiknjosastro. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. (Pustaka B, ed.). Jakarta: EGC; 2016.
8. Tanto C. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta: FKUI; 2016.
9. Sulistyawati A, Nugraheny E. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil. Jakarta:
Salemba Medika; 2016.
10. Kementerian kesehatan R. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil. Jakarta:
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA; 2014.
11. Guidelines CM. Nausea and vomiting of pregnancy. Obstet Gynecol.
2018;131(1):E15-E30. doi:10.1097/AOG.0000000000002456
12. Emesis D, Di G, Bandar K. Hubungan Usia, Paritas, Pekerjaa, dan Stree dengan
Emesis Gravidarum di Kota Bandar Lampung. 2019;15(1):7-18.
13. Siti P, Alif T. praktik klinik kebidanan III. 2016.
14. Irianti B, Erda Mutiara Halida, Duhita F, et al. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti :
Paradigma Baru Dalam Asuhan Kebidanan. Volume 1. Jakarta: Sagung Seto;
2014.
15. O’Donnell A, McParlin C, Robson SC, et al. Treatments for hyperemesis
gravidarum and nausea and vomiting in pregnancy: A systematic review and

36
economic assessment. Health Technol Assess (Rockv). 2016;20(74):vii - 268.
doi:10.3310/hta20740
16. BPOM. JAHE Zingiber Officinale Roscoe.; 2016.
17. Lee L, Bc V, Parish B, Ns H. The Management of Nausea and Vomiting of
Pregnancy. XXX. 2016;38(12):1127-1137. doi:10.1016/j.jogc.2016.08.009
18. Indonesia B dan DK. Kebidanan Teori dan Asuhan. 2017;2.
19. Indonesia KKR. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Vol 53.; 2015.
http://publications.lib.chalmers.se/records/fulltext/245180/245180.pdfhttps://hdl.ha
ndle.net/20.500.12380/245180.
20. RI K. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. 2019. doi:10.31219/osf.io/npucr
21. Rofi’ah S, Widatiningsih S, Arfiana A. Studi Fenomenologi Kejadian Hiperemesis
Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I. J Ris Kesehat. 2019;8(1):41.
doi:10.31983/jrk.v8i1.3844
22. Syamsuddin S. The Correlation Between Gastritis, Stress, and Housband Support
of Patients with Hyperemesis Gravidarum Syndrome in The Working Area of
Public Health Center Poasia Kendari City. J Penelit dan Pengemb Pelayanan
Kesehat. 2018;2(2):102-107.
23. Rorrong JF, Wantania JJE, Lumentut AM. Hubungan Psikologis Ibu Hamil dengan
Kejadian Hiperemesis Gravidarum. e-CliniC. 2021;9(1):218-223.
doi:10.35790/ecl.v9i1.32419
24. Napolitano R, Dhami J, Ohuma E, et al. Pregnancy dating by fetal crown-rump
length: A systematic review of charts. BJOG An Int J Obstet Gynaecol.
2014;121(5):556-565. doi:10.1111/1471-0528.12478
25. Liu S, Elkayam U, Naqvi TZ. Echocardiography in Pregnancy: Part 1. Curr
Cardiol Rep. 2016;18(9). doi:10.1007/s11886-016-0760-7
26. Handajani SR. Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan. Ir. Anak A. Jaka:
Kemenkes RI; 2016.
27. Indah Sari D, Wahyuningsih S. The Effectiveness of Acupressure Therapy on
Decreasing Complaints of Nausea and Vomiting in Pregnant Women. Nurs Heal
Sci J. 2021;1(1):20-30. doi:10.53713/nhs.v1i1.5
28. Direktur Jenderral Bina Gizi dan KIA. Pedoman Gizi Seimbang. 2015.
29. Langman"s. Medical Embbryology Twelfth Edition. 2012;53(9):1689-1699.
30. Kementerian Kesehatan. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. (Direktur Jenderral Bina
Gizi dan KIA, ed.). Jakarta; 2020.
37
31. Goldstein RF, Abell SK, Ranasinha S, et al. Association of gestational weight gain
with maternal and infant outcomes: A systematic review and meta-analysis. JAMA
- J Am Med Assoc. 2017;317(21):2207-2225. doi:10.1001/jama.2017.3635
32. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Ajar Kesehatan Ibu Dan Anak.;
2015.
33. RI KK. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: :Kemenkes RI.Direktorat Jenderal Bina
Gizi dan KIA; 2015.

38
LAMPIRAN
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PATOLOGIS
PADA NY. F USIA 26 TAHUN G2P1A0 HAMIL 11 MINGGU 5 HARI
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DERAJAT 1
DI KLINIK KEDATON

PENGKAJIAN

Tanggal:06 September 2021

Jam:08.30 wib

Tempat:Klinik Kedaton

A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama Ibu : Ny.F
Umur : 26 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Nama Ayah : Tn.S
Umur : 32 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Trukan,Segoroyoso, RT 06
2. Keluhan Utama
Ny. F mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya, Ny F mengatakan
mual sudah 1 minggu yang lalu, saat ini frekuensi mual bertambah disertai muntah
yang sangat mengganggu aktivitas. Ibu mengatakan frekuensi mual dan muntah
dirasakan lebih dari 6 jam, baik pagi, siang, dan malam. Menyebabkan ibu tidak
nafsu makan. Rata-rata dalam satu hari ibu muntah 5-6 kali yaitu muntah dengan
atau tanpa lendir.
3. Riwayat perkawinan
Kawin : 1 kali. Kawin saat usia 23 tahun. Dengan suami sudah 3 tahun.
4. Riwayat Menstruasi

39
menarch : 13 tahun.
Siklus menstruasi : 28
lama menstruasi : 6-7 hari.
keluhan : tidak ada dismenore.
Ny.F mengatakan biasanya mengganti pembalut 2-3 x sehari
5. Riwayat kehamilan
a. HPHT : 16 Juni 2021
b. HPL : 23 Maret 2022
c. Frekuensi ANC
- Tm I: 2 Kali
- Tm II:-
- Tm III:-
d. Gerak Janin : Ibu mengatakan belum merasakan gerakan janin
e. Keluhan yang dirasakan
- Tm I : Ibu mengeluh mual dan muntah.
- Tm II :-
- Tm III :-
f. Tanda Bahaya : tidak ada tanda-tanda bahaya pada kehamilan seperti
perdarahan dari jalan lahir, demam menggigil disertai dengan keringat dingin,
nyeri saat buang air kecil, batuk lama lebih dari 2 minggu, jantung berdebar-
debar, diare berulang serta sulit tidur, serta cemas berlebihan.
g. Kekhawatiran Khusus : Tidak ada kekhawatiran khusus.
h. Imunisasi TT : TT1 dan TT2 saat Bayi, TT3 dan TT4 saat BIAS, TT5 saat
Catin.
6. Riwayat Kesehatan Ny. F
a. Riwayat Kesehatan yang lalu:
Ny. F mengatakan tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit menular,
menurun dan menahun seperti dada berdebar-debar (Jantung), sering makan,
minum dan kencing (DM), sesak nafas (Asma), Hipertensi, Sakit kuning
(Hepatitis), Kejang sampai keluar busa (Epilepsi) dan keputihan gatal-gatal
(PMS). Ny.F mengatakan tidak pernah mengalami operasi apapun, Ny F juga
mengatakan tidak ada alergi.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga:

40
Ny. F mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang sedang dan pernah
menderita penyakit menular, menurun dan menahun seperti dada berdebar-
debar (Jantung), sering makan, minum dan kencing (DM), sesak nafas (Asma),
tekanan darah >140/90 mmHg (Hipertensi), Sakit kuning (Hepatitis), Kejang
sampai keluar busa (Epilepsi) dan keputihan gatalgatal (PMS). Ny F
mengatakan dalam keluarganya tidak ada Riwayat atau keturunan kehamilan
kembar.
7. Riwayat obstetric
Hamil Persalinan Nifas
Ke- Tgl UK Jenis Penolo Komplikasi JK BB Laktasi Komplikasi
Lahir ng ibu bayi
1 12Des 39 Normal Bidan - - Perem 3050 Ya -
ember minggu pervagia puan gram
2019 2 hari m
Hamil - - - - - - -- - - -
ini
8. Riwayat kb
No Jenis Mulai memakai Berhenti
Waktu Oleh Tempat kel Waktu tempat oleh kel
1 - Belum pernah menggunakan KB - - - -

9. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari


Kebutuhan Ny F

a.Pola Makan
Frekuensi 1 kali sehari
Porsi 1/2 piring
Jenis makanan Nasi, lauk, sayur
Makanan pantangan Tidak ada
Keluhan Tidak nafsu makan

41
b.Pola Minum
Frekuensi 7-8 gelas/hari
Porsi 1 gelas sedang
Jenis minuman Air putih
Keluhan Tidak ada
c.aktivitas dan Istirahat
aktifitas : Melakukan kegiatan sehari-hari sebagai ibu rumah
tangga, seperti mencuci, memasak, menyapu, dan
Lama tidur mengurus anak
Keluhan 7-8 jam/hari
Tidak ada
d.Personal Hygien
Mandi 2x sehari
Keramas 3x seminggu
Sikat gigi 2x sehari
Ganti baju 2x sehari

e.Eliminasi
Frekuensi BAK 8-10 x sehari
Warna Kuning jernih
Bau Khas
Keluhan Tidak ada
Frekuensi BAB 1x sehari
Warna Kecoklatan
Bau Khas
Keluhan Tidak ada

10. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan


Ny.F mengatakan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, tidak merokok dan
tidak ada makanan pantangan apapun. Ny.F mengatakan kalau suami seorang
perokok.
11. Keadaan psikologi
Ny F sedih dengan kehamilannya, karena kehamilan ini belum direncanakan oleh
dirinya dan suaminya. Ny. F mengatakan anaknya yang pertama baru berusia 18

42
bulan dan masih menyusui.Ny. F mengatakan bahwa menyesal dan kecewa
dengan suaminya yang tidak mengizinkannya menggunakan KB.Saat pemeriksaan
kehamilan pertama kali, ibu datang mengeluh bahwa telat mentruasi 1 bulan,
setelah dilakukan test pact, ibu positif hamil. Ibu menangis dan sedih dengan
kehamilannya, dimana ibu belum menyapih anaknya.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tensi 1 : 95/60 mmHg
Nadi : 84 x/ menit
Suhu : 36,8 o C
Nafas : 20x / menit
2. Pemeriksaan Antopmetri
Berat badan sebelum hamil : 48 Kg
Berat badan ketika hamil : 48 Kg
Tinggi badan : 150 Cm
IMT : 21,33 kg/m2
Lingkar lengan : 25,5 cm
3. Pemeriksaan Fisik Khusus
a. Kepala : tidak di lakukan
b. Wajah : tidak pucat,tampak lemas.
c. Mata : simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda
d. Hidung : tidak dilakukan
e. Telinga : tidak dilakukan
f. Mulut : lembab, tidak kering, warna merah muda tidak pucat
g. Leher : tidak dilakukan
h. Dada : Tidak dilakukan
i. Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, tidak ada pembesaran
abnormal, Tfu 3 jari diatas simpisis, teraba ballotemen, DJJ belum
terdengar.
j. Genetalia : normal, tidak ada pembesaran kelajar Bartolini, tidak ada
keputihan.
43
k. Ekstrimitas : simetris, kuku berih, tidak oedem.
4. Pemeriksaan penunjuang
Belum ada
C. Analisa
Diagnosa kebidanan: Ny F usia 26 tahun G2P1A0 umur kehamilan 11 minggu 5 hari
hamil dengan hyperemesis gravidarum derajat I
Masalah: Kecemasan dengan kehamilannya dan keluhannya saat ini.
Diagnosa potensial: Dehidrasi, Ketosis, hiperemesis derajat II
Kebutuhan: dukungan psikologis, KIE manajemenet hiperemesisi gravidarum, KIE
pemenuhan nutrisi pada kehamilan, kolaborasi pada dokter untuk pemberian therapy
farmakologi, KIE P4K dan macam-macam kontrasepsi untuk ibu menyusui.
D. Penatalaksanaan
1. Sebelum melakukan pelayanan meminta ibu untuk memakai masker dan
mencuci tangan dengan sabun. Pemeriksa memakai APD lengkap selama
melakukan pelayanan. Selama di dalam ruangan ibu dan pemeriksa menjaga
jarak minimal 1 meter kecuali saat memberikan pelayanan. Hasil: Ibu sudah
mematuhi protocol kesehatan yang berlaku.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan mual dan muntah yang ibu
alami saat ini sebagian besar disebabkan oleh perubahan hormon dalam
tubuh selama hamil trimester pertama. Tubuh memproduksi hormon yang
berlebihan sehingga tubuh ibu menyesuaikan maka dari itu ibu merasa mual
dan muntah. Normalnya mual dan muntah terjadi pada pagi hari dan tidak
lebih dari 10 kali. Mual muntah yang ibu rasakan saat ini bertambah berat
disebabkan oleh stres yang ibu alami, oleh karena itu ibu harus mampu
mengendalikan stres, dan harus menerima kehamilan ini. Dimana jika mual
dan muntah terus berlajut, maka akan berdampak tidak hanya pada ibu tetapi
pada janin seperti berat badan lahir rendah yang disebabkan berat badan ibu
yang tidak bertambah. Dampak pada ibu salah satunya adalah meningkatkan
skala depresi dan kecemasan yang lebih tinggi. Memberi semangat, dan
motivasi spiritual pada ibu untuk tidak banyak pikiran dan mendekatkan diri
kepada Tuhan YME.Selain itu menjelaskan kepada ibu bahwa keluhannya
yaitu hiperemesis gravidarum, dapat menghilang dan sembuh kembali,
sehingga ibu tidak perlu stres dan cemas berlebih.

44
Hasil : Ibu dapat menjelaskan kembali penjelasan yang diberikan bidan,
bahwa perlu untuk memanajement stres dan keluhannya dapat menghilang,
ibu dapat sehat kembali seperti semula.
3. Menjelaskan kepada ibu untuk makan sedikit namun sering untuk
mengurangi rasa mual dan muntah 2 jam sekali, dan menghindari makanan
berlemak, asam, pedas dan menyengat. Pada pagi hari sebelum bangun dari
tempat tidur, makananan selingan seperti biskuit atau crackers dengan
minuman jahe hangat, makan permen atau minum manis (minum jus buah)
atau minum susu sebelum tidur atau pada saat bangun tidur, agar ibu tidak
hipoglikemia. Hasil : Pasien mengatakan sudah memahami. Pasien mampu
menjelaskan kembali anjuran apa saja yang telah dijelaskan bidan yaitu:
dengan makan dengan porsi sedikit tapi sering dan menghindari makanan
yang berpotensi menyebabkan mual dan muntah.
4. Menganjurkan ibu untuk untuk tetap mengkonsumsi makanan TKTP yaitu
makanan tinggi karbohidrat dan tinggi protein yaitu makanan dengan porsi
kecil. Makanan tinggi protein seperti daging sapi, hati ayam, daging ayam,
ikan, telur, susu rendah lemak, tahu, tempe, kacang kedelai. Tinggi
karbohidrat seperti gandum, roti, nasi, kentang, ubi, dan kacang-kacangan,
dan jangan lupa buah-buahan dan sayuran. Kebutuhan makan ibu hamil
meningkal 3 kali lebih banyak dibanding ibu yang tidak hamil. Hasil :
Pasien mampu menjelaskan kembali menu apa saja TKTP.
5. Menjelaskan ibu untuk tidak mengkonsumsi makanan setengah matang
dikarenakan daging yang dimasak kurang matang terdapat parasit
toksoplasmosis yang dapat menyebabkan cacat pada janin, dimana masa
kehamilan ibu saat ini masih rentan terjadinya cacat lahir. Hasil: Ibu
mengerti dan paham bahaya makanan setengah matang dari penjelasan
bidan dan untuk saat ini dapat dihindari, karena usia saat ini masih rentan
terhadap cacat janin.
6. Menganjurkan ibu untuk banyak minum air putih 2-3 liter setara dengan 8-
12 gelas air putih agar dapat mendukung sirkulasi janin, produksi cairan
ketuban, meningkatnya volume darah dan mecegah dehidrasi pada ibu.
Minuman yang harus dihindari ibu selama hamil yaitu minuman bersoda,
beralkohol dan jamu. Hasil : Pasien dapat menjelaskan kembali manfaat

45
minum air putih, porsi kebutuhan air putih, dan minuman yang perlu
dihindari saat hamil.
7. Menjelaskan kepada ibu pentingnya menjaga berat badan sesuai
rekomendasi pada ibu hamil, IMT ibu saat ini adalah normal yaitu 21,33
kg/m2 dimana peningkatan berat badan sampai waktu persalinan adalah 11,5
kg sampai 16 kg. Dimana dalam TM1: 1,5-2 kg, TM2: 4-6 kg, dan TMIII: 6-
8 kg. Hasil : ibu mengerti tentang pentingnya peningkatan berat badan
sesuai dengan anjuran, dan mengetahui bahwa ibu perlu menambahkan berat
badannya sebanyak 11,5-16 kg sampai dengan cukup bulan seperti anjuran
yang dijelaskan.
8. Meminta ibu untuk melakukan ANC terpadu, melakukan pemeriksaan
kesehatan umum, pemeriksaan gigi, konsultasi gizi, dan konsultasi
psikologi. Hasil: ibu akan ke PKM pleret untuk ANC terpadu.
9. Menanyakan persiapan melahirkan, seperti akan bersalin dimana dan oleh
siapa, persiapan tabungan atau jaminan kesehatan untuk melahirkan,
kendaraan untuk mengantar saat bersalin, pendamping saat menuju ke
fasilitas kesehatan saat bersalin, pendonor darah yang memiliki golongan
darah yang sama, persiapan KTP, KK, dan rencana KB setelah melahirkan.
Selain itu menjelaskan dan menunjukkan macam-macam KB yang dapat
digunakan oleh ibu menyusui mulai dari jenis-jenis KB, cara kerja,
kelebihan, kekurangan, dan kapan waktu untuk memulai dipasang KB.
Hasil: Sudah dilakukan pengisian lembar menyambut persalinan dan stiker
P4K, ibu berencana memilih menggunakan KB IUD pasca salin.
10. Memberikan therapy sesuai dengan advice dokter yaitu ondansetron 3 x 4
mg per oral dan asam folat 400 mcg. Menjelaskan kepada ibu cara
menguangi mual muntah dengan cara non farmakologi dengan teknik
acupressure pada titik P6 atau Neiguan (terletak tiga jari di bawah
pergelangan tangan di bagian dalam pergelangan tangan di antara dua
tendon), sambil mempraktikkan pada ibu. Hasil: ibu mengerti penjelasan
dari bidan dan akan menerapkan cara praktik acupressure, meminum
vitamin asam folat dan ondansetron.
11. Melakukan kontrak waktu untuk kunjungan selanjutnya dan materi yang
akan dibahas pada kunjungan berikutnya. Hasil : ibu mengatakan datang
kembali 1 bulan kemudian untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.
46
12. Mendokumentasi asuhan kebidanan SOAP. Hasil: Pendokumentasian sudah
dilakukan.

47

Anda mungkin juga menyukai