Anda di halaman 1dari 37

JOURNAL READING

HUBUNGAN PSIKOLOGIS IBU HAMI DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS


GRAVIDARUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Kolaborasi pada Kasus
Patologi dan Komplikasi (BD7009)

Oleh :

NAMA :SILFA IRYANI

NIM :P07124520101

PROGRAM STUDI PENDDIKANA PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Journal Reading
HUBUNGAN PSIKOLOGIS IBU HAMI DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS
GRAVIDARUM

Oleh :

Silfa Iryani
P07124520101

Menyetujui

Pembimbing Klinik

Endang Purwaningsih,S.Tr.Keb ( )
197510072006042011

Pembimbing Akademik

Mina Yumei Santi,SST,M.Kes ( )


198003042008012014

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Hesty Widyasih, SST,. M.Kes


NIP 197910072005012004

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmatnya, saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini. Laporan Pendahuluan
ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Joko Susilo, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
2. DR. Yuni Kusmiyati, SST., MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.
3. Hesty Widyasih, SST. M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.
4. Mina Yumei Santi, SST,M.Kes dan Chatrine Sprilia H,S.Tr. Keb,Bdn selaku
pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan kebijakan dalam
penyusunan laporan ini.
5. Endang Purwaningsih, S.Tr. Keb dan Bekti, Amd. Keb selaku pembimbing klinik
yang telah memberikan pengarahan dan masukan dalam penyusunan laporan ini.
6. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material
dan moral.
7. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan laporan ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu.Semoga laporan ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.

Yogyakarta,

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iv
BAB I ISI JURNAL ............................................................................... v
A. Judul Jurnal..................................................................................... 1
B. Abstrak ........................................................................................... 1
C. Pendahuluan ................................................................................... 1
D. Metode ........................................................................................... 2
E. Hasil ............................................................................................... 3
F. Pembahasan .................................................................................... 4
G. Kesimpulan..................................................................................... 5
H. Referensi ........................................................................................ 6
BAB II TELAAH JURNAL ................................................................... 10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 12
BAB IV PENUTUP ................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I

ISI JURNAL

A. Identifikasi Judul Jurnal


Judul Jurnal : Hubungan Psikologis Ibu Hamil dengan Kejadian
Hiperemesis Graviarum
Penulis : Jessica F. Roorong, John.J.E.Wantania, Anastasia
M.Lumentut.
Instansi : Program Studi Dokter Fakultas Kedatokteran Universitas
Sam Ratulangi
Tahun Terbit : 20211
B. Abstrak
Mual dan muntah merupakan masalah yang biasa terjadi pada awal
kehamilan. Gejala mual dan muntah pada ibu hamil yang menetap dan bahkan
bertambah berat disebut hiperemesis gravidarum. Faktor pemicu terjadinya
hiperemesis gravidarum pada ibu hamil belum diketahui secara pasti, tetapi
diperkirakan antara lain oleh faktor psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan keadaan psikologis ibu hamil dengan kejadian hiperemesis
gravidarum. Jenis penelitian ialah literature review dengan pencarian data
menggunakan tiga database yaitu Google Scholar, ClinicalKey, dan Pubmed.
Kata kunci yang digunakan yaitu psikologis /psychological AND hiperemesis
gravidarum/hyperemesis gravidarum. Hasil penelitian mendapatkan bahwa
kondisi psikologis yang dinilai pada sebagian besar literatur yang dikaji
ialah mengenai gangguan kecemasan, depresi, dan stres. Ibu hamil yang
mengalami cemas dan stres dapat memicu atau memperburuk terjadinya depresi.
Tingkat kecemasan yang semakin tinggi akan meningkatkan peluang untuk
mengalami hiperemesis gravidarum sehingga diperlukan dukungan psikologis
tambahan selama perawatan dan sebagai tindak lanjut ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum. Simpulan penelitian ini ialah keadaan psikologis
ibu hamil berhubungan dengan kejadian hiperemesis gravidarum.

1
C. Pendahuluan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang
dilanjutkan dengan nidasi atau tertanamnya hasil pembuahan ke dalam
endometrium. Normalnya, kehamilan berlangsung selama 9 bulan menurut
kalender. Seorang ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum
akan mengalami mual dan muntah yang begitu hebat sehingga segala yang
dimakan dan diminum dimuntahkan. Keadaan ini menyebabkan
terganggunya pekerjaan sehari-hari, bahkan mengalami dehidrasi, dan
penurunan berat badan. Hiperemesis gravidrum oleh Hyperemesis
Education and Research Foundation, digambarkan sebagai penyakit
kehamilan yang melemahkan dan berpotensi mengancam nyawa yang
ditandai dengan penurunan berat badan yang cepat, malnutrisi, dan
dehidrasi karena mual dan muntah yang tak henti dengan potensi yang
merugikan bagi ibu dan bayi yang baru lahir.
Pada tahun 2007 menyebutkan bahwa jumlah kejadian hiperemesis
gravidarum mencapai 12.5% dari seluruh kehamilan di dunia. Berdasarkan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, jumlah wanita
yang mengalami kehamilan ialah 5.212.568 orang, dan ibu hamil yang
mengalami kejadian hiperemesis gravidarum mencapai 14.8% Faktor
pemicu terjadinya hiperemesis gravidarum pada ibu hamil belum diketahui
secara pasti, tetapi diperkirakan oleh karena beberapa hal, seperti faktor
hormonal, psikologis, paritas, nutrisi dan alergi, genetik, usia, aktivitas,
dan bakteri Helicobacter pylori.1,8 Adanya masalah psikologis pada
ibu hamil dapat menjadi predisposisi dalam mengalami mual dan muntah
yang kemudian memburuk. Masalah emosional juga berkaitan dengan
kejadian mual dan muntah menjadi lebih berat.9 Faktor psikologis yang
mungkin berpengaruh ialah adanya cemas, stres, atau depresi. Hal ini
merupakan reaksi dari tubuh dalam menghadapi situasi yang tidak biasa,
seperti situasi yang membahayakan, merisaukan, dan membingungkan
seseorang.

2
D. Metode
Penelitian ini berbentuk suatu literature review. Pencarian data penelitian
ini menggunakan tiga database yaitu Google Scholar, ClinicalKey, dan
Pubmed. Kata kunci yang digunakan yaitu psikologis/psychological
AND hiperemesis gravidarum/hyperemesis gravidarum
E. Hasil
Berdasarkan hasil pencarian literature pada tiga database, didapatkan
sebanyak 942 literatur menggunakan Google Scholar, 115 literatur
menggunakan ClinicalKey, dan 51 literatur menggunakan PubMed (n=
1108). Selanjutnya, dilakukan skrining berdasarkan judul yang sesuai
dengan temapenelitian dan didapatkan 219 literatur. Sebanyak 100 ar
literatur tikel dieksklusi karena tidak tersedia full text, dan didapatkan 119
literatur (n=119). Setelah dilakukan skrining abstrak dan full text dari
ke 119 literatur tersebut berdasarkan criteria inklusi dan ekslusi, maka
didapatkan 14 literatur (n=14). Berdasarkan hasil seleksi literatur
didapatkan enam literatur melakukan penelitian cross sectional, lima
penelitian case control, satu penelitian longitudinal, dan dua penelitian
cohort. Hasil kajian dari literatur review yang digunakan dalam penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh simsek,dkk (2011), dengan jenis
penelitian case control dengan jumlah sampel 86. Hasil penelitian
rerata BDI dan BAI pasien hiperemesis gravidarum lebih tinggi diban
dingkan kontrol (p=0,0001 dan p=0,049)
2. Penelitian sulistyowati, dkk (2021) dengan jenis penelitian longitudinal, dan
jumlah sampel 79 orang. Didapatkan hubungan tingkat sress dengan
kejaddian hiperemesis pada ibu hamil trimester I didapatkan p=0,000
3. Penenlitian Urgus, dkk (2012), dengan jenis penelitian case-conrtrol,
dan jumlah sampel 142 orang. Didapatkan hasil penelitian yaitu
terdapat hubungan hiperemesisi gravidarum dengan gangguan mood
(ρ=0,000), gangguan kecemasan (ρ=0,001), depresi mayor (ρ=0,031)
4. Penelitian oleh Fitrianan (2014), jenis penelitian cross sectional
dengan jumlah sampel 51. Hasil penelitian terdapat hubungan tingkat
kecemasan pada ibu hamil trimester 1 dengan kejadian hiper
emesis gravidarum didapatkan (ρ =0,022)
5. Penelitian Magtira, dkk (2014) dengan jenis penelitian case-conrtrol,
dan jumlah sampel 108 orang. Hasil penelitian Kondisi kejiwaan yang

3
sudah ada sebe lumnya tidak berperan dalam risiko hiperemesis gravidarum.
(ρ =0,08)
6. Penelitian Tan, dkk (2014) dengan jenis penelitian cohort, dan jumlah
sampel 129 orang. Penelitian Magtira, dkk (2014) dengan jenis
penelitian case-conrtrol, dan jumlah sampel 108 orang. Hasil
penelitian Kondisi kejiwaan yang sudah ada sebe lumnya tidak berperan
dalam risiko hiperemesis gravidarum. (ρ =0,08)
7. Penelitian Aksoy, dkk (2015) dengan jenis penelitian case-control,
dan jumlah sampel 160 orang. Rerata skor BDI dalam studi hiperemesis
gravidarum lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yang sehat (ρ
<0,001)
8. Penelitian Putri, dkk (2015) dengan jenis penelitian cross sectional
dan jumlah sampel 50 orang. Hubungan antara stres dengan kejadian
hiperemesis gravidarum berat didapat
kan (ρ =0,019)
9. Penelitian Kjeldgaard dkk (2016) dengan jenis penelitian cohort, dan
jumlah sampel 81,786 orang. Hasil penelitian hubungan riwayat depresi
dengan hiperemesis gravidarum didapatkan p<0,001 dan untuk gejala
depresi saat ini didapatkan (ρ <0,001)
10. Penelitian Ratnasari, dkk (2016) dengan jenis penelitian cross
sectional, dan jumlah sampel 45 orang. Hasil penelitian hubungan
tingkat stres dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada primi
gravida didapatkan (ρ =0,004)
11. Penelitian Safari, dkk (2017) dengan jenis penelitian cross sectional,
dan jumlah sampel 32 orang. Hasil penelitian hubungan psikologis ibu
dengan hiperemesis gravidarum di RSUD h. Abd. Manan Simatupang
kisaran tahun 2017 didapatkan (ρ =0,000)
12. Penelitian Kartikasai, dkk (2018) dengan jenis penelitian cross
sectional, dan jumlah sampel 28 orang. Hasil penelitian hubungan
derajat kecemasan deengan kejadian mual dan muntah didapatkan
(ρ =0,000).
13. Penelitian Syamsudin, dkk (2018) dengan jenis penelitian cross
sectional, dan jumlah sampel 74 orang. Hasil penelitian Hubungan
antara stres dengan hiper emesis gravidarum didapatkan (ρ =0,044)
14. Penelitian Yildirim, dkk (2019) dengan jenis penelitian case control,
dan jumlah sampel 98 orang. Hasil penelitian membuktikan terdapat
hubungan skor BAI, BDI dengan hiperemesis gravidarum (ρ =0,001)

4
F. Pembahasan
Masalah psikologis sangat angat umum terjadi pada wanita hamil.
Hal ini terjadi karena kehadiran janin di dalam tubuh seorang ibu
membawa perubahan yang berpengaruh pada kondisi psikologis ibu.
Kondisi psikologis yang mengalami gangguan dapat berubah bentuk
menjadi gangguan fisik, salah satunya ialah hiperemesis
gravidarum. Keadaan ini terjadi berkaitan dengan ketidakseimbangan
cairan dan makanan yang dapat mengarah ke dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa, defisiensi nutrisi, ketonuria dan penurunan berat
badan.
Gangguan depresi merupakan salah satu yang sering dijumpai pada
wanita hamil saat pemeriksaan antenal, dan dapat ditangani menggunakan
intervensi psikososial. Sering pula dijumpai ibu hamil dengan
depresi berat yang jika tidak ditangani, depresi akan berlanjut hingga
postpartum Penelitian oleh Kjeldgaard et al dengan berbasis populasi,
mendapatkan 29,9% ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum
memiliki riwayat depresi. Hasil penelitian oleh Simsek di Malatya, Turkey
yang menggunakan BDI-21 didapatkan nilai rerata pada pasien
hiperemesis gravidarum ialah 20,9 secara bermakna lebih tinggi
dibandingkan kontrol dengan rerata 11,8. Pada penelitian Aksoy et al17 di
Turkey, didapatkan rerata BDI-21 pada pasien hiperemesis gravidarum
ialah 18,97. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Yildirim di Turkey,
yang mendapatkan rerata skor BDI 17,84 pada pasien hiperemesis
gravidarum. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, didapatkan ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum sebagian besar memiliki tingkat
depresi sedang. Masalah psikologis lainnya yang sering ditemukan pada
ibu hamil ialah kecemasa dan stres yang memicu atau memperburuk
terjadinya depresi.
Faktor-faktor penyebab timbulnya kecemasan di antaranya
cemas akan tanggung jawab dan dukungan dari lingkungan sosial.
Pengetahuan yang kurang akan menimbulkan kecemasan karena takut

5
tidak dapat merawat anaknya nanti. Hal ini selaras dengan penelitian oleh
Fitrina dengan responden sebagian besar sedang dalam kehamilan anak
pertama, dan seluruh responden masuk dalam kategori
berpendidikan rendah yaitu hanya sampai tingkat SD, SMP, dan SMA.14
Penyebab lain dari timbulnya kecemasan pada ibu hamil ialah perasaan
bersalah, mengasihani diri sendiri, dan adanya konflik yang serius.11
Sulistyowati12 dalam penelitiannya dengan metode analitik korelasi dan
pendekatan longitudinal menyebutkan bahwa sebanyak 70,9% stres yang
dialami oleh responden disebabkan oleh ketakutan tanpa
alasan yang jelas.1 Pada penelitian yang dilakukan oleh Putri terhadap 50
ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum, didapatkan sebanyak 38
responden mengalami stres, 21 responden mengalami hiperemesis
gravidarum ringan, dan 17 responden mengalami hiperemesis gravidarum
sedang. Pada penelitian oleh Fitrina,dilakukan wawancara dengan ibu
hamil, dan didapatkan ibu hamil sering merasa cemas yang ditandai
dengan gelisah, perasaan tidak menentu, dan sering bertanya kepada
petugas kesehatan mengenai kehamilannya.
Selain itu, berdasarkan hasil kuesioner didapatkan dari 31 ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum sebanyak 2 responden
mengalami tingkat kecemasan ringan, 22 responden mengalami tingkat
kecemasan sedang, dan 6 responden mengalami tingkat
kecemasan berat. Penelitian oleh Uguz et al, mendapatkan sebanyak 8 dari
52 pasien dengan hipermesis gravidarum didiagnosis generalized anxiety
disorder (GAD). Pengukuran tingkat kecemasan dapat dilakukan melalui
beberapa kuesioner, salah satunya ialah BAI.24 Penelitian oleh Simsek et al,
menggunakan BAI dan mendapatkan rerata skor BAI pada penderita
hiperemesis gravidarum yaitu 18,5 lebih tinggi daripada kontrol yaitu 13,6.
Pada penelitian Yildirim22 didapatkan rerata skor BAI pada pasien dengan
hiperemesis gravidarum ialah 23,36 lebih tinggi daripada kontrol yaitu
9,11. Berdasarkan kedua penelitian tersebut, didapatkan tingkat kecemasan
pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum ialah sedang. Menurut

6
penelitian oleh Kartikasari9 di Lamongan, tingkat kecemasan yang
tinggi pada ibu hamil menyebabkan mual dan muntah semakin berat yang
dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum. Hal ini juga sejalan dengan
penelitian oleh Fitrina, yang berkesimpulan bahwa tingkat
kecemasan yang semakin tinggi akan meningkatkan peluang untuk
mengalami hiperemesis gravidarum. Wanita dengan kecemasan atau stress
semasa kehamilan memiliki tingkat aborsi spontan yang tinggi dan
meningkatkan terjadinya kelahiran prematur. Selain itu,
jika seorang ibu mengalami stres yang berat pada masa kehamilan,
anaknya lebih mungkin untuk mengalami masalah emosional
dan kognitif. Oleh karena itu, diagnosis dini hiperemesis gravidarum
sangat diperlukan secara klinis. Hal ini juga untuk menghindari berbagai
komplikasi yang mungkin terjadi seperti defisiensi vitamin
B1 dan K pada ibu, ensefalopati Wernicke pada janin, kelahiran prematur,
intrauterine growth restriction (IUGR), dan gangguan kejiwaan pada masa
dewasa. American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG)
menyarankan agar pengobatan dini segera dilakukan untuk mencegah
menjadi lebih parah. Terapi lini pertama secara nonfarmakologi untuk
mual dan muntah saat hamil dan hiperemesis gravidarum ialah
modifikasi pola makan seperti konsumsi makanan rendah lemak, rendah
serat, dan hambar (roti, kerupuk, sereal, telur, tahu, selain kacang, buah-
buahan, dan sayuran2 Selain itu, terdapat pengobatan alternative yaitu
dengan jahe. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa jahe sangat aman
dalam kehamilan. Selain itu, dukungan psikologis tambahan juga
diperlukan selama perawatan dan sebagai tindak lanjut ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum
G. Kesimpulan
Keadaan psikologis pada ibu hamil berhubungan dengan kejadian
hiperemesis gravidarum

7
BAB II
TELAAH JURNAL

A. Jurnal

Populasi Problem Penelitian ini berbentuk suatu literatur review.


Pencarian data penelitian ini menggunakan tiga
database yaitu Google Scholar, ClinicalKey, dan
Pubmed. Kata kunci yang digunakan yaitu
psikologis/psychological AND hiperemesis
gravidarum/hyperemesis gravidarum

Intervensi Dilakukan pencarian literature pada tiga database,


didapatkan sebanyak 942 literatur menggunakan
Google Scholar, 115 literatur menggunakan
ClinicalKey, dan 51 literatur menggunakan PubMed
(n=1108). Selanjutnya, dilakukan skrining
berdasarkan judul yang sesuai dengan tema
penelitian dan didapatkan 219 literatur. Sebanyak 100
ar literatur tikel dieksklusi karena tidak tersedia full
text, dan didapatkan 119 literatur (n=119). Setelah
dilakukan skrining abstrak dan full text dari
ke 119 literatur tersebut berdasarkan criteria inklusi
dan ekslusi, maka didapatkan 14 literatur (n=14).
Berdasarkan hasil seleksi literatur didapatkan enam
literatur melakukan penelitian cross sectional, lima
penelitian case control, satu penelitian longitudinal,
dan dua penelitian cohort.

Comparatif -

Outcome Berdasarkan hasil pengkajian literatur review yang


telah diseleksi, dapat disimpulkan bahwa keadaan
psikologis pada ibu hamil berhubungan dengan
kejadian hiperemesis gravidarum.

Time 2019

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hiperemesis Gravidarum


Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering terdapat pada
kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi
ada yang timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini biasanya
terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terahir dan berlangsung kurang
lebih 10 minggu.2 Hiperemesis gravidarum adalah sebuah kondisi muntah-
muntah pada perempuan hamil yang dapat mengakibatkan penurunan berat
badan, dehidrasi, alkalosis, dan hipokalemia. Biasanya kondisi tersebut
terjadi sampai usia kehamilan 20 minggu.. 3
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih
dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan
kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit,
sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam
kandungan. Mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil
sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit,
penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi,
ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal tersebut mulai terjadi pada minggu
keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik pada
usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus
berlanjut sampai pada kehamilan tahap berikutnya. 10
Pada umumnya hiperemesis gravidarum terjadi pada minggu ke 6-12
masa kehamilan, yang dapat berlanjut sampai minggu ke 16-20 masa
kehamilan. Mual dan muntah merupakan gejala yang wajar ditemukan
pada kehamilan triwulan pertama. Biasanya mual dan muntah terjadi pada
pagi hari sehingga sering dikenal dengan morning sickness. Sementara
setengah dari wanita hamil mengalami morning sickness, antara 1,2 - 2%
mengalami hiperemesis gravidarum, suatu kondisi yang lebih serius. 45

9
Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual ini
mulai dialami sejak awal kehamilan. Mual muntah saat hamil muda sering
disebut morning sickness tetapi kenyataannya mual muntah ini dapat
terjadi setiap saat. Pada beberapa kasus dapat berlanjut sampai kehamilan
trimester kedua dan ketiga, tapi ini jarang terjadi. 8
B. Pengukuran mual dan muntah
Ibu dengan riwayat mual dan muntah pada kehamilan sebelumnya, dapat
mengalami mual muntah pada kehamilan berikutnya dengan angka
kejadian 15-81%. Dalam beberapa studi, bahwa tingkat keparahan mual
muntah dapat dinilai dengan durasi mual muntah setiap hari (kurang dari 1
jam dalam kasus ringan dan lebih dari 6 jam dalam kasus parah), jumlah
mual dan muntah per hari (2 kali sehari mual dan muntah ringan),
sedangkan lebih daari lima kali pada kasus parah. Penilaian tingkat
keparahan mual dan muntah selama kehamilan selama trimester pertama
dapat menggunakan skoring Pregnancy- Unique Quantification of
Emensis and Nausea (PUQE).

Skor yang didapatkan dari penilaian tersebut dikategorikan kedalam :


a. Mual dan muntah ringan bila nilai indeks PUQE ≤ 6
b. Mual dan muntah sedang bila nilai indeks PUQE 7 – 12
c. Mual dan muntah berat bila nilai indeks PUQE ≥13. 6

10
C. Perbedaan tingkat mual dan muntah
Manifestasi yang sering dijumpai pada traktus gastrointestinal adalah
morning sickness, emesis gravidarum dan hiperemesis gravidarum.
Dibawah ini dijabarkan perubahan dan berbagai keluhan yang meyertainya
1. Morning Sickness
Morning sickness terjadi sekitar 80 sampai 95%. paling ringan
kepala pusing saat bangun pagi dan terasa mual tetapi tanpa
muntah pengobatannya adalah dengan menghindari bangun tiba-
tiba atau berjalan duduk terlebih dahulu di tempat tidur sebelum
berdiri.7
2. Emesis gravidarum
Mual dan muntah beberapa kali terutama pada pagi hari, tidak
menyebabkan gangguan semua aktivitas sehari-hari. Cara
mengatasinya sama dengan morning sickness, obat yang
diperlukan adalah anti mual, mengganti cairan yang keluar dengan
minuman elektrolit.
3. Hiperemesis gravidarum
Sebagian besar mual dan muntah dapat hilang sendiri, namun
sekitar 1-3% mual dan muntah pada wanita hamil dapat
berkembang menjadi mual dan muntah berat, yang biasa disebut
sebagai hiperemesis gravidarum. The International Statistical
Classification of Disease and Related Health Problems, Tenth
Revision, hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan
muntah hebat lebih dari 10 kali sehari dimulai dan berakhir
sebelum masa kehamilan kurang dari 22 minggu yang dapat
menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau
gangguan elektrolit, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan
membahayakan janin dalam kandungan.
D. Gejala Hiperemesis Gravidarum
Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi
menjadi tiga tingkat berikut ini.7

11
a) Hiperemesis gravidarum tingkat pertama.
1) Muntah berlangsung terus.
2) Makan berkurang.
3) Berat badan menurun.
4) Kulit dehidrasi sehingga tonusnya lemah.
5) Nyeri di daerah epigastrum.
6) Tekanan darah turun dan nadi meningkat.
7) Lidah kering.
8) Mata tampak cekung.
b) Hiperemesis gravidarum tingkat kedua.
1) Penderita tampak lebih lemah.
2) Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, tugor kulit makin
kurang, lidah kering dan kotor.
3) Tekanan darah turun, nadi meningkat.
4) Berat badan makin menurun.
5) Mata ikterus.
6) Gejala hemokonsentrasi makin tampak; urine berkurang dan
badan aseton dalam urine meningkat.
7) Terjadinya gangguan buang air besar.
8) Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apati.
9) Napas berbau aseton.
c) Hiperemesis gravidarum tingkat ketiga.
1) Muntah berkurang.
2) Keadaan umum ibu hamil makin menurun; tekanan darah turun,
nadi meningkat, dan suhu naik; keadaan dehidrasi makin jelas.
3) Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus.
4) Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma;
komplikasi susunan saraf pusat (ensefalopati Wernicke):
nistagmus (perubahan arah bola mata), diplopia (gambar tampak
ganda), dan perubahan mental.

12
E. Penyabab Mual Muntah
Penyebab mual dan muntah dianggap sebagai masalah multi faktoral.
Teori yang berkaitan adalah faktor hormonal, sistem vestibular,
pencernaan, psikologis, hiperolfacation, genetik dan faktor evolusi.
Berdasarkan suatu studi prospektif pada 9000 wanita hamil yang
mengalami mual muntah, didapatkan hasil risiko mual muntah meningkat
pada primigravida, wanita yang berpendidikan kurang, merokok,
kelebihan berat badan atau obesitas, memiliki riwayat mual muntah pada
kehamilan sebelumnya. Emesis gravidarum (morning sickness)
berhubungan dengan level hCG. hCG menstimulasi produksi esterogen
pada ovarium. Esterogen diketahui meningkatkan mual dan muntah.
Peningkatan esterogen dapat memancing peningkatan keasaman lambung
yang membuat ibu merasa mual.
Teori lain mengatakan bahwa sel-sel plasenta (villi kariolis) yang
menempel pada dinding rahim awalnya ditolak oleh tubuh karena
dianggap benda asing. Reaksi imunologik inilah yang memicu terjadinya
reaksi mual-mual. Perubahan metabolik glikogen hati akibat kehamilan
juga dianggap sebagai penyebab mual dan muntah. Ada beberapa peneliti
yang menyebutkan penyebab mual muntah disebabkan oleh faktor
psikologis, seperti kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman atau
tidak diinginkan, beban pekerjaan akan menyebabkan penderitaan batin
dan konflik. Perasaan bersalah, marah, ketakutan, dan cemas dapat
menambah tingkat keparahan mual dan muntah. 10
F. Manifestasi klinis
1. Mual dan muntah-muntah
2. Gangguan aktivitas sehari-hari
3. Penurunan berat badan
4. Hipersalivasi
5. Tanda-tnada dehidrasi (hipotensi postural dan takikardi)
6. Hiponatremia, hipokalemia, peningkatan hematokrit.
G. Tingkatan Hiperemesis Gravidarum

13
Runiari menyatakan bahwa tidak ada batasan yang jelas antara mual
yang bersifat fisiologis dengan hiperemesis gravidarum, tetapi bila
keadaan umum ibu hamil terpengaruh sebaiknya dianggap sebagai
hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya gejala hiperemesis
gravidarum dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan sebagai berikut :
1. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada
tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat
badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat
sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, dapat
disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering
dan mata cekung.
2. Tingkat II
Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih
menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan
darah turun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit
ikterus, berat badan turun, hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi.
Aseton dapat tercium dari hawa pernapasan karena mempunyai aroma
yang khas, dan dapat pula ditemukan dalam urine.
3. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun
dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, serta suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan
saraf yang dikenal sebagai wenickle ensefalopati. Gejala yang dapat
timbul seperti nistagmus, diplopia, dan perubahan mental, keadaan ini
adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B
kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan terjadinya payah hati. Pada
tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esofagus, lambung, dan
retina.

14
H. Diagnosis
Pada diagnosis harus ditentukan adanya kehamilan dan muntah yang terus
menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Pemeriksaan fisik pada
pasien hiperemesis gravidarum biasanya tidak memberikan tanda-tanda
yang khusus. Lakukan pemeriksaan tanda vital, keadaan membran
mukosa, turgor kulit, nutrisi dan berat badan. Pada pemeriksaan fisik dapat
dijumpai dehidrasi, turgor kulit yang menurun, perubahan tekanan darah
dan nadi. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain,
pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan kadar elektrolit, keton urin, tes
fungsi hati, dan urinalisa untuk menyingkirkan penyebab lain. Bila
hyperthyroidism dicurigai, dilakukanpemeriksaan T3 dan T4. Lakukan
pemeriksaan ultrasonografi untuk menyingkirkan kehamilan mola. 9
Diagnosa banding mual dan muntah dalam kehamilan:
1. Gastrointestinal conditions
a) Gastroenteritis
b) Gastroparesis
c) Achalasia
d) Biliary tract disease
e) Hepatitis
f) Intestinal obstruction
g) Peptic ulcer disease
h) Pancreatitis
i) Appendicitis
2. Conditions of the genitourinary tract
a) Pyelonephritis
b) Uremia
c) Ovarian torsion
d) Kidney stones
e) Degenerating uterine leiomyoma
3. Metabolic conditions
a) Diabetic ketoacidosis

15
b) Porphyria Addison’s disease
c) Hyperthyroidism
d) Hyperparathyroidism
4. Neurologic disorders
a) Pseudotumor cerebri
b) Vestibular lesions
c) Migraine headaches
d) Tumors of the central nervous system
e) Lymphocytic hypophysitis
5. Miscellaneous conditions
a) Drug toxicity or intolerance
b) Psychologic conditions
6. Pregnancy-related conditions
a) Acute fatty liver of pregnancy
b) Preeclampsia

16
I. Patofisiologi dan Patogenesis
Christanto dan I putu Gede (2015), Hiperemesis gravidarum terjadi
akibat peningkatan cepat dan tinggi dari hormon kehamilan, seperti human
chorionicgonadotropin (hCG). Hormon lainnya, seperti estrogen,
progesteron, prolaktin, tiroksin, dan hormon adrenokortikal juga diduga
turut berperan. Selain itu, perubahan pada fisiologis pencernaan seperti
penurunan HC03 serta penurunan motilitas otot selama kehamilan
menimbulkan gejala mual. Kondisi psikologis ibu pada masa kehamilan
diperkirakan juga berperan menyebabkan mual dan muntah. .
Mual dan muntah dapat menyebabkan dehidrasi akibat berkurangnya
cairan tubuh. Cadangan energi dari karbohidrat akan habis sehingga terjadi
oksidasi lemak yang dapat berujung pada ketosis. Mual dan muntah dapat
mengakibatkan jejas pada esofagus berupa robekan Mallory Weis,
gangguan ginjal akut, pneumotoraks. sampai pneumomediastinum. 3
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada
trimester pertama. Pengaruh fisologik hormon estrogen ini tidak jelas,
mungkin berasal dari sistem saraf pusat akibat berkurangnya pengosongan
lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun
demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah
pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi
dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkolosis hipokloremik. Belum
jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita,
tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping pengaruh
hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita
lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan
mengalami emesis gravidarum yang lebih berat. 7

17
Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena
peningkatan Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi
faktor mual dan muntah. Peningkatan kadar hormon progesteron
menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi
sehingga motilitas menurun dan lambung menjadi kosong. Hiperemesis
gravidarum yang merupakan komplikasi ibu hamil muda bila terjadi terus
menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit,
serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai
untuk keperluan energi.6

Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan


dengan malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya non
protein nitrogen, asam urat, dan penurunan klorida dalam darah,
kekurangan vitamin B1, B6, B12, dapat mengakibatkan terjadinya
anemia.8
J. Faktor Resiko
Riwayat kehamilan sebelumnya dengan hiperemesis, berat badan
berlebihan, gestasi multipel, penyakit trofoblastik, dan nulipara merupakan
faktor resiko terjadinya huperemesis gravidarum. 3

1. Hormon
a. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
ACOG (2018), pegaruh dari hormon HCG dimana plasenta
merupakan tempat utama mengsekresikan hormon HCG yang
akan menstrumulasi produksi progesteron. Aktivitas progesteron
menyebabkan mortilitas lambung terhambat sehingga menjadi
mual. Plasenta adalah organ endokrin yang unik dan merupakan
organ endokrin terbesar pada manusia yang menghasilkan
berbagai macam hormon steroid, peptida, faktor-faktor
pertumbuhan dan sitokin. Peningkatan hormon tiroid pada ibu
trimester pertama dikaitkan dengan hipertiroidisme sementara dan
mual dan muntah saat kehamilan. Kadar hCG yang tinggi

18
dimodifikasi oleh kondisi plasenta yang meningkatkan
konsentrasinya (misalnya, kehamilan multipel atau kehamilan
mola dan oleh interaksi hormon-reseptor yang memodifikasi efek
hormon.
b. Estrogen
ACOG (2018), Hormon lain yang diketahui memengaruhi mual
dan muntah saat kehamilan adalah estrogen. Mual dan muntah saat
hamil lebih sering terjadi jika kadar estradiol meningkat dan lebih
jarang terjadi bila kadar estradiol menurun. Merokok dikaitkan
dengan tingkat hCG dan estradiol yang lebih rendah dan banyak
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perokok
cenderung tidak mengalami hiperemesis gravidarum.
2. Adaptasi psikologis atau faktor emosional
Uji kasus-kontrol telah mencatat bahwa hiperemesis berulang
berhubungan dengan kondisi kejiwaan yang mendasari jika
dibandingkan dengan wanita hamil tanpa mual dan muntah saat
kehamilan (29, 30). Tinjauan teori psikologi diusulkan untuk
menjelaskan etiologi mual dan muntah saat kehamilan, bahwa mual
dan muntah pada kehamilan disebabkan oleh gangguan atau respons
abnormal terhadap stres.
3. Faktor resiko
ACOG (2018), Wanita dengan kadar HCG yang tinggi pada
kehamilan mola dan kehamilan kembar meningkatkan kejadian mual
dan muntah. Satu study menemukan sekitar 2/3 menunjukkan muntah
yang berat pada kehamilan pertama beresiko untuk mengalami gejala
serupa pada kehamilan berikutnya, dan ½ dari wanita menunjukkan
muntah ringan pada kehamilan pertama ditemukan beresiko
mengalami gejala berat saat kehamilan berikutnya. Adik dan kakak
dari wanita yang memiliki gejala hiperemesis gravidarum lebih
cenderung mengalami masalah serupa, terutama wanita yang
mengandung janin perempuan. Ada beberapa peneliti yang

19
menyebutkan penyebab mual muntah disebabkan oleh faktor
psikologis, seperti kehamilan yang tidak direncanakan,
tidak nyaman atau tidak diinginkan, beban pekerjaan akan
menyebabkan penderitaan batin dan konflik. Perasaan bersalah,
marah, ketakutan, dan cemas dapat menambah tingkat keparahan mual
dan muntah.8
4. Genetika
a. Peningkatan risiko hiperemesis gravidarum telah ditunjukkan di
antara wanita dengan anggota keluarga yang juga mengalami
hiperemesis gravidarum.
b. Dua gen, GDF15 dan IGFBP7 , berpotensi dikaitkan dengan
perkembangan hiperemesis gravidarum

K. Komplikasi
1. Pada janin
AGOC (2018), Mual dan muntah yang berat berpengaruh pada embrio
dan janin. Mulai dari gejala mual ringan dan sedang, menunjukkan
hanya sedikit efek yang terlihat pada hasil akhir kehamilan. Penelitian
telah mendokumentasikan tingkat keguguran yang lebih rendah di
antara wanita dengan mual dan muntah saat hamil dan hiperemesis
gravidarum jika dibandingkan dengan kontrol. Tidak ada hubungan
yang signifikan hiperemesis gravidarum dengan anomali kongenital.
Tinjauan sistematis dan metaanalisis wanita dengan hiperemesis
gravidarum menunjukkan insiden BBLR yang lebih tinggi dan usia
kehamilan kecil menurut usia kehamilan bayi dan bayi prematur.
Namun, tidak ada hubungan antara hiperemesis gravidarum dan
mortalitas perinatal atau neonatal yang dibuktikan dalam kohort
retrospektif. Kecil kemungkinan ibu hamil dengan hiperemesisi
gravidarum terjadi low birth weight dan kelahiran prematur. Pada
kasus hiperemesis yang parah, komplikasinya meliputi kekurangan
vitamin, dehidrasi, dan malnutrisi, jika tidak ditangani dengan
tepat. Ensefalopati Wernicke, yang disebabkan oleh kekurangan

20
vitamin B1, dapat menyebabkan kematian dan cacat permanen jika
tidak ditangani. Selain itu, ada laporan kasus cedera sekunder akibat
muntah yang kuat dan sering, termasuk ruptur esofagus dan
pneumotoraks. Kelainan elektrolit seperti hipokalemia juga dapat
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Selain itu,
pasien dengan hiperemesis mungkin memiliki tingkat depresi dan
kecemasan yang lebih tinggi selama kehamilan. 9
2. Pada ibu
Dampak mual dan muntah pada ibu hamil mempengaruhi fisik dan
emosional. Mual dan muntah seing kali menimbulkan perasaan cemas
dan khawatir tentang efek dari gejala pada janin. Mual dan muntah
berdampak negatif pada wanita yang bekerja, 40% wanita dengan mual
muntah merasa efisiensi kerja berkurang 35% dan kehilangan waktu
dari pekerjaan rumah 25%.
Meskipun kejadian mual dan muntah tidak menunjukkan kejadian
morbiditas yang signifikan. Namun beberapa kejadian ensefalopati
wernicke, esofakus yang pecah, pneumotoraks dan nekrosis tubular
akut dilaporkan menyebabkan morbiditas yang sinifikan. Ensefalopati
Wernicke (disebabkan oleh defisiensi vitamin B1) terkait dengan
hiperemesis gravidarum telah dikaitkan dengan kematian ibu atau
cacat neurologis permanen. Tinjauan sistematis tentang morbiditas
psikologis dalam kaitannya dengan hiperemesis gravidarum
menunjukkan secara signifikan skor skala depresi dan kecemasan yang
lebih tinggi pada wanita dengan kondisi tersebut.
L. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum

Penatalaksaan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum dapat


dilakukan dimulai dengan:
1. Informasi
Informasi yang diberikan pada ibu hamil adalah informasi bahwa
mual dan muntah dapat menjadi gejala kehamilan yang fisiologis dan

21
dapat hilang sendiri setelah kehamilan berlangsung beberapa bulan.
Namun tidak ketinggalan diberikan informasi, bahwa apabila mual dan
muntah yang terjadi sudah mengganggu dan menyebabkan dehidrasi,
maka ibu tersebut harus segera melaporkannya ke fasilitas kesehatan
terdekat.
1) Obat-obatan
a. Farmakologi
Hasil uji coba terkontrol (RCT) wanita dengan riwayat mual
dan muntah yang berat pada kehamilan sebelumnya beresiko
untuk mengalami gejala serupa, untuk itu memulai terapi
antiemetik sebelum muncul gejala mual dan muntah dikaitkan
dengan penurunan keparahan mual dan muntah pada kehamilan
dibandingkan dengan memulai therapy kombinasi doxylamine
dan vitamin B6 (pyridoxine) setelah timbulnya gejala.
Pengobatan mual dan muntah pada kehamilan dengan Vitamin
B6 atau kombinasi Vitamin B6 dan doxylamine terbukti aman
dan efektif sebagai lini pertama pengobatan farmakologi.
(Level A)
1) Vitamin B6 (Pyridoxine) 10-25 mg per oral baik tunggal
maupun kombinasi dengan doxylamine 12,5 mg oral, 3-4
kali sehari
2) Vitamin B6 (Pyridoxine) 10 mg/ Doxylamine 10 mg
kombinasi dengan dosis 4 tablet sehari 1 tablet per oral saat
pagi hari, 1 tablet saat siang hari, dan 2 tablet saat sebelum
tidur.
3) Vitamin B6 (Pyridoxine) 20 mg/ Doxylamine 20 mg
kombinasi dengan dosisi 2 tablet sehari . 1 tablet per oral
saat pagi hari dan 1 tablet saat sebelum tidur.
Apabila terjadi gejala persistent maka:

22
1) Dimenhydrate, 25-50 mg setiap 4-6 jam secara oral( tidak
melebihi 200 mg sehari jika pasien diberikan kombinasi
doxylamine) atau
2) Diphenhydramine, 25-50 mg ora setiap 4-6 jam atau
3) Prochlorperazine, 25 mg setiap 12 jam secara rektal atau
4) Promethazine, 12,5-25 mg setiap 4-6 jam oral atau rectal
Apabila terjadi gejala persistent dengan atau tanpa dehidrasi
maka:
1) Dehidrasi
a) Rehidrasi cairan kristaloid
Rehidrasi dengan pemberian cairan kristaloid. Hal ini
ditujukan untuk koreksi dehidrasi, ketonemia,
kelainan elektrolit,serta gangguan asam basa. Cairan
pengganti dapat diberikan dalam keadaan darurat
sehingga keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan
pengganti yang diberikan adalah glukosa 5% sampai
10% dengan keuntungan dapat mengganti cairan yang
hilang dan berfungsi sebagai sumber energi sehingga
terjadi perubahan metabolism dari lemak menjadi
protein menuju kearah pemecahan glukosa. Cairan
tersebut dapat ditambah vitamin C, B kompleks, atau
kalium yang diperlukan untuk kelancaran metabolism.
Selama pemberian cairan harus memerhatikan
keseimbangan cairan yang masuk dan keluar melalui
kateter, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan.
Lancarnya pengeluaran urine member petunjuk bahwa
keadaan ibu hamil berangsur-angsur membaik.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah
pemeriksaan darah, urine, dan bila memungkinkan
pemeriksaan fungsi hati dan ginjal. Bila muntah

23
berkurang dan kesadaran membaik, ibu hamil dapat
diberikan makan minum monilisasi.
b) Metocloperamide 5-10 mg setiap 8 jam, IV atau
c) Promethazine 12,5-25 mg setiap 4-6 jam, IV atau
d) Trimethobenzamide, 200 mg setiap 6-8 jam, IM
2) Tanpa dehidrasi
a) Metocloperamide 5-10 mg setiap 6-8 jam, oral atau
IM atau
b) Ondansetron, 4 mg oral setiap 8 jam atau
c) Promethazine 12,5-25 mg setiap 4-6 jam, oral,
rektum, atau IM atau
d) Trimethobenzamide, 200 mg setiap 6-8 jam, IM
3)
Yang dapat diberikan kepada ibu hamil yang mengalami
hiperemesis gravidarum akibat stress psikologis adalah obat
sedatif seperti phenobarbital. Dapat juga diberikan vitamin
seperti vitamin B yang berfungsi mempertahankan kesehatan
syaraf jantung dan otot serta meningkatkan perbaikan dan
pertumbuhan sel. Lalu diberikan pula antihistamin atau
antimimetik seperti disiklomin hidrokloride pada keadaan yang
lebih berat untuk kondisi mualnya. Lalu untuk mual dan
muntahnya dapat diberikan vitamin B6.106
b. Non Farmakologi
1) Pola makan untuk pencegahan atau pengobatan mual dan
muntah kehamilan. Sering, makan kecil setiap 1–2 jam untuk
menghindari perut kenyang sesering mungkin
direkomendasikan.
2) Modifikasi diet lain, menghindari makanan pedas atau
berlemak;
3) Menghilangkan zat besi tambahan dan mengganti asam folat
untuk vitamin prenatal yang mengandung zat besi;

24
4) Makan hambar atau makanan kering, camilan berprotein
tinggi, dan biskuit, crackers saat pagi hari sebelum bangun.
5) Sebuah penelitian kecil menunjukkan, makanan berprotein
lebih mungkin untuk mengurangi mual dan muntah saat hamil
dari pada makanan karbohidrat atau berlemak
6) Rekomendasi umum untuk meringankan gejala awal mual
muntah kehamilan termasuk istirahat dan menghindari
rangsangan sensorik tersebut seperti bau, panas, kelembaban,
kebisingan, dan kelap-kelip lampu dapat memicu gejala.
7) Pengobatan mual dan muntah saat hamil dengan jahe telah
menunjukkan beberapa efek menguntungkan untuk
mengurangi gejala mual dan dapat dianggap sebagai opsi
nonfarmakologis. Dengan sediaan ginger capsules 250 mg 4
kali sehari (Level B)1110
8) Akupresur, akupunktur, atau stimulasi saraf listrik
(akustimulasi) pada titik P6 atau Neiguan (terletak tiga jari di
bawah pergelangan tangan di bagian dalam pergelangan tangan
di antara dua tendon) (Level B)
9) Isolasi
Isolasi dilakukan di ruangan yang tenang, cerah dan ventilasi
udara yang baik. Lalu dicatat pula cairan yang masuk dan
keluar dan tidak diberikan. makan dan minum selama 24 jam,
karena kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
10) Terapi psikologik
Pada terapi psikologik, perlu diyakinkan pada pasien bahwa
penyakit dapat disembuhkan,hilangkan rasa takut oleh
kehamilan, dan mengurangi masalah yang dipikirkan.

25
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah seperti membalikan telapak
tangan. Berbagai perencanaan harus disiapkan, baik itu fisik, psikologis,
maupun finansial. Orang tua bertanggung jawab atas anaknya, ia harus mampu
mendidik, mengasuh, dan membimbing anaknya agar mampu menjalani hidup
dengan penuh kemandirian, bertanggung jawab, berdisiplin, mempunyai
motivasi yang tinggi, dan lain sebagainya. Ibu yang dalam keadaan stres ini
dapat meningkatkan tekanan darah dan peningkatan denyut jantung sehingga
dapat meningkatkan HCG. HCG ini dapat menstimulasi terjadinya mual dan
muntah pada ibu hamil. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa keadaan
psikologis pada ibu hamil berhubungan dengan kejadian hiperemesis
gravidarum.
B. Saran
Diharapkan bidan diseleuruh pelayanan kesehatan mampu meningkatkan
komunikasi dan konseling pada PUS dengan kebutuhan penundaan kehamilan
sebagai bentuk persiapan kehamilan sehingga diharapkan kehamilannya
diharapkan, gangguan psikologis dapat dicegah, menurunkan angka kesakitan
dan kematian pada ibu.

26
DAFTAR PUSTAKA
1. Rorrong JF, Wantania JJE, Lumentut AM. Hubungan Psikologis Ibu Hamil
dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum. e-CliniC. 2021;9(1):218-223.
doi:10.35790/ecl.v9i1.32419
2. Wiknjosastro. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. (Pustaka B, ed.). Jakarta: EGC; 2016.
3. Tanto C. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta: FKUI; 2016.
4. Sulistyawati A, Nugraheny E. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil. Jakarta:
Salemba Medika; 2016.
5. Kementerian kesehatan R. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil. Jakarta:
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA; 2014.
6. Guidelines CM. Nausea and vomiting of pregnancy. Obstet Gynecol.
2018;131(1):E15-E30. doi:10.1097/AOG.0000000000002456
7. Emesis D, Di G, Bandar K. Hubungan Usia, Paritas, Pekerjaa, dan Stree
dengan Emesis Gravidarum di Kota Bandar Lampung. 2019;15(1):7-18.
8. Irianti B, Erda Mutiara Halida, Duhita F, et al. Asuhan Kehamilan Berbasis
Bukti : Paradigma Baru Dalam Asuhan Kebidanan. Volume 1. Jakarta:
Sagung Seto; 2014.
9. Lindsey K. Jennings HM. Hiperemesis Gravidarum. Statpearls; 2021.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532917/.
10. O’Donnell A, McParlin C, Robson SC, et al. Treatments for hyperemesis
gravidarum and nausea and vomiting in pregnancy: A systematic review
and economic assessment. Health Technol Assess (Rockv). 2016;20(74):vii
- 268. doi:10.3310/hta20740
11. BPOM. JAHE Zingiber Officinale Roscoe.; 2016.

27
eISSN 2337-5949 e-CliniC. 2021;9(1):218-223
Terakreditasi Nasional: SK Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan DOI: https://doi.org/10.35790/ecl.9.1.2021.32419
KemenRistekdikti RI No. 28/E/KPT/2019 Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic

Hubungan Psikologis Ibu Hamil dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum

Jessica F. Rorrong,1 John J. E. Wantania,2 Anastasia M. Lumentut2

1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado,
Sulawesi Utara, Indonesia
2
Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi,
Manado, Sulawesi Utara, Indonesia
Email: jessicafrorrong@gmail.com

Abstract: Nausea and vomiting are common problems in early pregnancy. Symptoms of nausea
and vomiting in pregnant women that persist and get worse are called hyperemesis gravidarum.
The causes of hyperemesis gravidarum are not exactly known, but it is supposed that they could
be caused inter alia by psychological factors. This study was aimed to determine the relationship
between the psychological state of pregnant women and the incidence of hyperemesis
gravidarum. This was a literature review study by using three databases, namely Google Scholar,
ClinicalKey, and Pubmed. The keywords used were psychological AND hyperemesis
gravidarum. The result showed that the psychological conditions assessed in most literatures
were anxiety disorders, depression, and stress. Pregnant women who suffered from anxiety and
stress could trigger or worsen the depression. The higher level of anxiety would increase the
chance of suffering from hyperemesis gravidarum. Therefore, pregnant women need additional
psychological support during treatment and as a follow-up for pregnant women with
hyperemesis gravidarum. In conclusion, the psychological state of pregnant women is related to
the incidence of hyperemesis gravidarum.
Keywords: psychological, hyperemesis gravidarum, nausea and vomiting

Abstrak: Mual dan muntah merupakan masalah yang biasa terjadi pada awal kehamilan. Gejala
mual dan muntah pada ibu hamil yang menetap dan bahkan bertambah berat disebut hiperemesis
gravidarum. Faktor pemicu terjadinya hiperemesis gravidarum pada ibu hamil belum diketahui
secara pasti, tetapi diperkirakan antara lain oleh faktor psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan keadaan psikologis ibu hamil dengan kejadian hiperemesis gravidarum.
Jenis penelitian ialah literature review dengan pencarian data menggunakan tiga database yaitu
Google Scholar, ClinicalKey, dan Pubmed. Kata kunci yang digunakan yaitu psikologis
/psychological AND hiperemesis gravidarum/hyperemesis gravidarum. Hasil penelitian
mendapatkan bahwa kondisi psikologis yang dinilai pada sebagian besar literatur yang dikaji
ialah mengenai gangguan kecemasan, depresi, dan stres. Ibu hamil yang mengalami cemas dan
stres dapat memicu atau memperburuk terjadinya depresi. Tingkat kecemasan yang semakin
tinggi akan meningkatkan peluang untuk mengalami hiperemesis gravidarum sehingga
diperlukan dukungan psikologis tambahan selama perawatan dan sebagai tindak lanjut ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum. Simpulan penelitian ini ialah keadaan psikologis ibu hamil
berhubungan dengan kejadian hiperemesis gravidarum.
Kata kunci: psikologis, hiperemesis gravidarum, mual dan muntah

PENDAHULUAN yang dilanjutkan dengan nidasi atau terta-


Menurut Federasi Obstetri Ginekologi namnya hasil pembuahan ke dalam endo-
Internasional, kehamilan adalah fertilisasi metrium. Normalnya, kehamilan berlang-
atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum sung selama 9 bulan menurut kalender

218
Rorrong, Wantania, Lumentut: Hubungan psikologis ibu hamil … 219

internasional atau 40 minggu, dan terbagi kologis, paritas, nutrisi dan alergi, genetik,
menjadi 3 trimester. Saat kehamilan, terjadi usia, aktivitas, dan bakteri Helicobacter
perubahan produksi dan pengaruh hor- pylori.1,8 Adanya masalah psikologis pada
monal, perubahan anatomik, dan perubahan ibu hamil dapat menjadi predisposisi dalam
fisiologik.1 Mual dan muntah ialah masalah mengalami mual dan muntah yang kemu-
yang biasa terjadi pada awal kehamilan. dian memburuk. Masalah emosional juga
Sekitar 50-75% ibu hamil mengalami mual berkaitan dengan kejadian mual dan muntah
dan muntah. Sekitar 25% hanya mengalami menjadi lebih berat.9 Faktor psikologis yang
mual, dan 50% mengalami baik mual mungkin berpengaruh ialah adanya cemas,
maupun muntah.2 Gejala mual dan muntah stres, atau depresi. Hal ini merupakan reaksi
biasanya memburuk saat pagi atau biasa dari tubuh dalam menghadapi situasi yang
disebut morning sickness. Namun, mual dan tidak biasa, seperti situasi yang membaha-
muntah tersebut dapat terjadi pada siang yakan, merisaukan, dan membingungkan
ataupun malam hari.3 Walaupun beberapa seseorang.10
orang beranggapan bahwa, mual dan muntah
merupakan hal yang normal dalam keha- METODE PENELITIAN
milan, banyak wanita yang merasa bahwa Penelitian ini berbentuk suatu literature
mual dan muntah ini memengaruhi kualitas review. Pencarian data penelitian ini meng-
hidup, berkontribusi terhadap tingginya gunakan tiga database yaitu Google Scholar,
depresi, dapat menegangkan hubungan ClinicalKey, dan Pubmed. Kata kunci yang
keluarga, dan menjadi beban ekonomi.4 digunakan yaitu psikologis/psychological
Seorang ibu hamil yang mengalami AND hiperemesis gravidarum/hyperemesis
hiperemesis gravidarum akan mengalami gravidarum.
mual dan muntah yang begitu hebat
sehingga segala yang dimakan dan diminum HASIL PENELITIAN
dimuntahkan. Keadaan ini menyebabkan Berdasarkan hasil pencarian literatur
terganggunya pekerjaan sehari-hari, bahkan pada tiga database, didapatkan sebanyak
mengalami dehidrasi, dan penurunan berat 942 literatur menggunakan Google Scholar,
badan.5 Hiperemesis gravidrum oleh Hype- 115 literatur menggunakan ClinicalKey, dan
remesis Education and Research Founda- 51 literatur menggunakan PubMed (n=
tion, digambarkan sebagai penyakit keha- 1108). Selanjutnya, dilakukan skrining ber-
milan yang melemahkan dan berpotensi dasarkan judul yang sesuai dengan tema
mengancam nyawa yang ditandai dengan penelitian dan didapatkan 219 literatur.
penurunan berat badan yang cepat, malnu- Sebanyak 100 ar literatur tikel dieksklusi
trisi, dan dehidrasi karena mual dan muntah karena tidak tersedia full text, dan dida-
yang tak henti dengan potensi yang patkan 119 literatur (n=119). Setelah
merugikan bagi ibu dan bayi yang baru dilakukan skrining abstrak dan full text dari
lahir.6 World Health Organization (WHO), ke 119 literatur tersebut berdasarkan kriteria
pada tahun 2007 menyebutkan bahwa inklusi dan ekslusi, maka didapatkan 14
jumlah kejadian hiperemesis gravidarum literatur (n=14). Berdasarkan hasil seleksi
mencapai 12.5% dari seluruh kehamilan di literatur didapatkan enam literatur melaku-
dunia. Berdasarkan Departemen Kesehatan kan penelitian cross sectional, lima pene-
Republik Indonesia tahun 2013, jumlah litian case control, satu penelitian longi-
wanita yang mengalami kehamilan ialah tudinal, dan dua penelitian cohort.
5.212.568 orang, dan ibu hamil yang
mengalami kejadian hiperemesis gravida- BAHASAN
rum mencapai 14.8%.7 Masalah psikologis sangat umum
Faktor pemicu terjadinya hiperemesis terjadi pada wanita hamil. Hal ini terjadi
gravidarum pada ibu hamil belum diketahui karena kehadiran janin di dalam tubuh
secara pasti, tetapi diperkirakan oleh karena seorang ibu membawa perubahan yang
beberapa hal, seperti faktor hormonal, psi- berpengaruh pada kondisi psikologis ibu.
220 e-CliniC, Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2021, hlm. 218-223

Tabel 1. Hasil kajian dari literatur yang digunakan dalam penelitian


Jenis Ukuran
No Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Sampel
1. Simsek et al, Case-control 86 Rerata skor BDI dan BAI pasien hiper-
201111 emesis gravidarum lebih tinggi diban-
dingkan kontrol (p=0,0001 dan p=0,049).
2. Sulistyowati Longitudinal 79 Hubungan antara tingkat stres dengan
et al, 2012 12 kejadian hiperemesis pada ibu hamil
trimester I didapatkan p=0,000.
3. Uguz et al, Case-control 142  Hubungan pasien dengan hiperemesis
201213 gravidarum dan gangguan mood ialah
p=0,000,
 Hubungan pasien dengan hiperemesis
gravidarum dan gangguan kecemasan
menyeluruh didapatkan p=0,001,
 Hubungan pasien dengan hiper-emesis
gravidarum dan secara spesifik yaitu
depresi mayor ialah p=0,031,
4. Fitrina, 201414 Cross sectional 51 Hubungan tingkat kecemasan pada ibu
hamil trimester 1 dengan kejadian hiper-
emesis gravidarum didapatkan p=0,022
5. Magtira et al, Case-control 108 Kondisi kejiwaan yang sudah ada sebe-
201415 lumnya tidak berperan dalam risiko
hiperemesis gravidarum. (p=0,08)
6. Tan et al, Cohort 129 Wanita yang dirawat di rumah sakit
201416 dengan hiperemesis gravidarum pada
trimester ketiga untuk depresi, kece-
masan, dan stres masing-masing ialah
p<0,001.
7. Aksoy et al, Case-control 160 Rerata skor BDI dalam studi hiperemesis
201517 gravidarum lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol yang sehat (p <0,001).
8. Putri, 201518 Cross sectional 50 Hubungan antara stres dengan kejadian
hiperemesis gravidarum berat didapat-
kan p=0,019
9. Kjeldgaard et Cohort 81,786 Hubungan riwayat depresi dengan
al, 201619 hiperemesis gravidarum didapatkan
p<0,001 dan untuk gejala depresi saat ini
didapatkan p<0,001
10. Ratnasari et Cross sectional 45 Hubungan tingkat stres dengan kejadian
al, 201620 hiperemesis gravidarum pada primi-
gravida didapatkan p=0,004
11. Safari, 201721 Cross sectional 32 Hubungan psikologis ibu dengan
hiperemesis gravidarum di RSUD h. Abd.
Manan Simatupang kisaran tahun 2017
didapatkan p=0,000.
12. Kartikasari, Cross sectional 28 Hubungan derajat kecemasan deengan
20189 kejadian mual dan muntah didapatkan
p=0,000
13. Syamsuddin Cross sectional 74 Hubungan antara stres dengan hiper-
et al, 201810 emesis gravidarum didapatkan p=0,044.
14. Yildirim et al, Case-control 98  Hubungan antara skor BAI dan hiper-
201922 emesis gravidarum ialah p<0,001.
 Hubungan antara skor BDI dan
hiperemesis gravidarum ialah
p<0,001.
Rorrong, Wantania, Lumentut: Hubungan psikologis ibu hamil … 221

Kondisi psikologis yang mengalami gang- ialah perasaan bersalah, mengasihani diri
guan dapat berubah bentuk menjadi gang- sendiri, dan adanya konflik yang serius.11
guan fisik, salah satunya ialah hiperemesis Sulistyowati12 dalam penelitiannya de-
gravidarum.11,12 Keadaan ini terjadi berkait- ngan metode analitik korelasi dan pende-
an dengan ketidakseimbangan cairan dan katan longitudinal menyebutkan bahwa
makanan yang dapat mengarah ke dehidrasi, sebanyak 70,9% stres yang dialami oleh
ketidakseimbangan elektrolit dan asam responden disebabkan oleh ketakutan tanpa
basa, defisiensi nutrisi, ketonuria dan alasan yang jelas.1 Pada penelitian yang
penurunan berat badan.1 dilakukan oleh Putri18 terhadap 50 ibu hamil
Gangguan depresi merupakan salah dengan hiperemesis gravidarum, didapatkan
satu yang sering dijumpai pada wanita hamil sebanyak 38 responden mengalami stres, 21
saat pemeriksaan antenal, dan dapat ditanga- responden mengalami hiperemesis gravida-
ni menggunakan intervensi psikososial. rum ringan, dan 17 responden mengalami
Sering pula dijumpai ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum sedang.
depresi berat yang jika tidak ditangani, Pada penelitian oleh Fitrina,14 dilaku-
depresi akan berlanjut hingga postpartum.23 kan wawancara dengan ibu hamil, dan
Penelitian oleh Kjeldgaard et al 19 dengan didapatkan ibu hamil sering merasa cemas
berbasis populasi, mendapatkan 29,9% ibu yang ditandai dengan gelisah, perasaan tidak
hamil dengan hiperemesis gravidarum menentu, dan sering bertanya kepada
memiliki riwayat depresi. Hasil penelitian petugas kesehatan mengenai kehamilannya.
oleh Simsek11 di Malatya, Turkey yang Selain itu, berdasarkan hasil kuesioner
menggunakan BDI-21 didapatkan nilai rera- didapatkan dari 31 ibu hamil dengan hiper-
ta pada pasien hiperemesis gravidarum ialah emesis gravidarum sebanyak 2 responden
20,9 secara bermakna lebih tinggi diban- mengalami tingkat kecemasan ringan, 22
dingkan kontrol dengan rerata 11,8. Pada responden mengalami tingkat kecemasan
penelitian Aksoy et al17 di Turkey, didapat- sedang, dan 6 responden mengalami tingkat
kan rerata BDI-21 pada pasien hiperemesis kecemasan berat. Penelitian oleh Uguz et
gravidarum ialah 18,97. Hal ini sejalan al13 mendapatkan sebanyak 8 dari 52 pasien
dengan penelitian oleh Yildirim22 di Turkey, dengan hipermesis gravidarum didiagnosis
yang mendapatkan rerata skor BDI 17,84 generalized anxiety disorder (GAD).
pada pasien hiperemesis gravidarum. Berda- Pengukuran tingkat kecemasan dapat
sarkan penelitian-penelitian tersebut, dida- dilakukan melalui beberapa kuesioner, salah
patkan ibu hamil dengan hiperemesis satunya ialah BAI.24 Penelitian oleh Simsek
gravidarum sebagian besar memiliki tingkat et al11 menggunakan BAI dan mendapatkan
depresi sedang.24 rerata skor BAI pada penderita hiperemesis
Masalah psikologis lainnya yang sering gravidarum yaitu 18,5 lebih tinggi daripada
ditemukan pada ibu hamil ialah kecemasan kontrol yaitu 13,6. Pada penelitian Yil-
dan stres yang memicu atau memperburuk dirim22 didapatkan rerata skor BAI pada
terjadinya depresi.25,26 Faktor-faktor penye- pasien dengan hiperemesis gravidarum ialah
bab timbulnya kecemasan di antaranya 23,36 lebih tinggi daripada kontrol yaitu
cemas akan tanggung jawab dan dukungan 9,11. Berdasarkan kedua penelitian tersebut,
dari lingkungan sosial. Pengetahuan yang didapatkan tingkat kecemasan pada ibu
kurang akan menimbulkan kecemasan hamil dengan hiperemesis gravidarum ialah
karena takut tidak dapat merawat anaknya sedang. Menurut penelitian oleh Kartika-
nanti. Hal ini selaras dengan penelitian oleh sari9 di Lamongan, tingkat kecemasan yang
Fitrina14 dengan responden sebagian besar tinggi pada ibu hamil menyebabkan mual
sedang dalam kehamilan anak pertama, dan dan muntah semakin berat yang dapat
seluruh responden masuk dalam kategori menyebabkan hiperemesis gravidarum. Hal
berpendidikan rendah yaitu hanya sampai ini juga sejalan dengan penelitian oleh
tingkat SD, SMP, dan SMA.14 Penyebab lain Fitrina14 yang berkesimpulan bahwa tingkat
dari timbulnya kecemasan pada ibu hamil kecemasan yang semakin tinggi akan
222 e-CliniC, Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2021, hlm. 218-223

meningkatkan peluang untuk mengalami Potter B. First trimester complications.


hiperemesis gravidarum. Prim Care Clin Off Pract. 2020;39(1):
Wanita dengan kecemasan atau stres 71-82. Available from: http://dx.doi.
semasa kehamilan memiliki tingkat aborsi org/10.1016/j.pop.2011.11.004
spontan yang tinggi dan meningkatkan 3. Festin M. Nausea and vomiting in early
pregnancy. Am Fam Physician. 2015;
terjadinya kelahiran prematur. Selain itu,
92(6):516-7.
jika seorang ibu mengalami stres yang berat 4. Pontius E, Vieth JT. Complications in Early
pada masa kehamilan, anaknya lebih mung- Pregnancy. Emerg Med Clin NA. 2019;
kin untuk mengalami masalah emosional 37(2):219-37. Available from: https://
dan kognitif.11 Oleh karena itu, diagnosis doi.org/10.1016/j.emc.2019.01.004
dini hiperemesis gravidarum sangat diperlu- 5. Tan PC, Vani S, Lim BK, Omar SZ. Anxiety
kan secara klinis. Hal ini juga untuk and depression in hyperemesis gravi-
menghindari berbagai komplikasi yang darum: prevalence, risk factors and
mungkin terjadi seperti defisiensi vitamin correlation with clinical severity. Eur J
B1 dan K pada ibu, ensefalopati Wernicke Obstet Gynecol. 2020;149(2):153-8.
pada janin, kelahiran prematur, intrauterine Available from: http://dx.doi.org/10.
1016/j.ejogrb.2009.12.031
growth restriction (IUGR), dan gangguan 6. Ayyavoo A, Derraik GB, Hofman PL, Cutfield
kejiwaan pada masa dewasa.27 American WS. Hyperemesis gravidarum and long-
College of Obstetricians and Gynecologist term health of the offspring. Am J
(ACOG) menyarankan agar pengobatan dini Obstet Gynecol. 2014;210(6):521-5
segera dilakukan untuk mencegah menjadi 7. Butu Y, Rottie J, Bataha Y. Faktor-faktor yang
lebih parah. Terapi lini pertama secara berhubungan dengan kejadian hiper-
nonfarmakologi untuk mual dan muntah emesis gravidarum pada ibu hamil
saat hamil dan hiperemesis gravidarum ialah trimester I. eJournal Keperawatan.
modifikasi pola makan seperti konsumsi 2019;7(2):1-2.
makanan rendah lemak, rendah serat, dan 8. Rofi’ah S, Widatiningsih S, Arfiana. Studi
hambar (roti, kerupuk, sereal, telur, tahu, fenomenologi kejadian hiperemesis
gravidarum pada ibu hamil trimester 1. J
selain kacang, buah-buahan, dan sayuran2 Ris Kesehat. 2019;8(1):41-52.
Selain itu, terdapat pengobatan alternatif 9. Kartikasari RI. Derajat kecemasan ibu hamil
yaitu dengan jahe. Penelitian saat ini dengan kejadian mual muntah pada
menunjukkan bahwa jahe sangat aman trimester 1. J Ris Kebidanan Indones.
dalam kehamilan.4 Selain itu, dukungan 2018;2(2):69-74.
psikologis tambahan juga diperlukan selama 10. Syamsuddin S, Lestari H, Fachlevy AF.
perawatan dan sebagai tindak lanjut ibu Hubungan antara gastritis, stres, dan
hamil dengan hiperemesis gravidarum.11 dukungan suami pasien dengan sindrom
hiperemesis gravidarum di wilayah
SIMPULAN kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. J
Keadaan psikologis pada ibu hamil Penelit dan Pengemb Pelayanan
Kesehat. 2018;2(2):102-7.
berhubungan dengan kejadian hiperemesis 11. Şimşek Y, Çelik Ö, Yilmaz E, Karaer A,
gravidarum. Yildirim E, Yoloǧlu S. Assessment of
anxiety and depression levels of preg-
Konflik Kepentingan nant women with hyperemesis gravida-
Penulis menyatakan tidak terdapat rum in a case-control study. J Turkish
konflik kepentingan dalam studi ini. Ger Gynecol Assoc. 2012;13(1):32-6.
12. Sulistyowati, Soesanto E, Purwanti I. Hubung-
DAFTAR PUSTAKA an antara tingkat stres dengan kejadian
1. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono hiperemesis gravidarum pada ibu hamil
Prawirohardjo (4th ed). Jakarta: Yayasan trimester i di BPS Ny. Sayidah Kendal.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jurnal Kebidanan. 2014;3(1):14-8.
2016. Available from: http://jurnal.unimus.
2. Martonffy AI, Rindfleisch K, Lozeau AM, ac.id/index.php/jur_bid/article/viewFile
Rorrong, Wantania, Lumentut: Hubungan psikologis ibu hamil … 223

/1074/1123 UBUNGAN_TINGKAT_STRESS_D
13. Uguz F, Gezginc K, Kayhan F, Cicek E, ENGAN_KEJADIAN_HIPEREMESI
Kantarci AH. Is hyperemesis gravida- S_GRAVIDARUM_PADA_PRIMIG
rum associated with mood, anxiety and RAVIDA
personality disorders: a case-control 21. Safari F. Hubungan karakteristik dan psiko-
study. Gen Hosp Psychiatry. 2012; logis ibu hamil dengan hiperemesis
34(4):398-402. Available from: http:// gravidarum di RSUD H. Abd. Manan
dx.doi.org/10.1016/j.genhosppsych.201 Simatupang Kisaran. WAHANA Inov.
2.03.021 2017;6(1):201-10.
14. Fitrina Y. Hubungan tingkat kecemasan ibu 22. Yıldırım E, Demir E. The relationship of
hamil trimester 1 dengan kejadian hiper- hyperemesis gravidarum with sleep
emesis gravidarum di wilayah kerja disorders, anxiety and depression. J
Puskesmas Palembayan Jorong Koto Obstet Gynaecol (Lahore). 2019;39(6):
Tinggi tahun 2014. Jurnal Ilmu Kese- 793–8. Available from: https://doi.org/
hatan 'Afiyah.' 2015;2(1):1-8. 10.1080/01443615.2019.1572725
15. Magtira A, Paik Schoenberg F, MacGibbon K, 23. Schofield Z, Sisoda N. An obstetrician’ s guide
Tabsh K, Fejzo MS. Psychiatric factors to perinatal psychiatry. Obstet Gynaecol
do not affect recurrence risk of hyper- Reprod Med. 2014;24(11):340-4.
emesis gravidarum. J Obstet Gynaecol Available from: http://dx.doi.org/10.
Res. 2014;41(4):512-6. 1016/j.ogrm.2014.08.003
16. Tan PC, Zaidi SN, Azmi N, Omar SZ, Khong 24. Grant MM. Beck Anxiety Inventory. In:
SY. Depression, anxiety, stress and Goldstein S, Naglieri JA, editors.
hyperemesis Gravidarum: Temporal Encyclopedia of Child Behavior and
and case controlled correlates. PLoS Development. Boston: Springer, 2011;
One. 2014;9(3):e92036. p. 1-5. Available from: https://
17. Aksoy H, Aksoy Ü, Karadağ Öİ, Hacimusalar doi.org/10.1007/978-0-387-79061-
Y, Açmaz G, Aykut G, et al. Depression 9_3159
levels in patients with hyperemesis 25. Emami-sahebi A, Elyasi F, Yazdani-charati J,
gravidarum: a prospective case–control Shahhosseini Z. Psychological inter-
study. Springerplus. 2015;4(1):2-7. ventions for nausea and vomiting of
18. Putri AM. Hubungan stress dengan kejadian pregnancy: a systematic review. Taiwan
hiperemesis gravidarum pada ibu hamil J Obstet Gynecol. 2018;57(5):644-9.
di RSUD Dr .A . Dadi Tjokrodipo , Available from: https://doi.org/10.1016/
RSUD Dr . H . Abdul Moeloek dan RS j.tjog.2018.08.005
Bintang Amin. 2015;2(4):194–9. 26. Thorsness KR, Watson C, Larusso EM.
19. Kjeldgaard HK, Eberhard-Gran M, Benth JŠ, Perinatal anxiety : approach to diagnosis
Nordeng H, Vikanes ÅV. History of and management in the obstetric setting.
depression and risk of hyperemesis Am J Obstet Gynecol. 2018;219(4):
gravidarum: a population-based cohort 326-45. Available from: https://doi.org/
study. Arch Womens Ment Health. 10.1016/j.ajog.2018.05.017
2017;20(3):397-404. 27. Ioannidou P, Papanikolaou D, Mikos T,
20. Ratnasari MY, Girsang BM, Nastosba J. Mastorakos G, Goulis DG. Predictive
Hubungan tingkat stres dengan kejadian factors of Hyperemesis Gravidarum : A
hiperemesis gravidarum pada primi- systematic review. Eur J Obstet Gynecol
gravida. Progr Stud Ilmu Keperawatan Reprod Biol. 2019;238:178-87. Avai-
Fakultas Kedokteran Universitas lable from: https://doi.org/10.1016/
Sriwijaya. 2016;110. Available from: j.ejogrb.2019.04.043.
https://www.academia.edu/35801769/H

Anda mungkin juga menyukai