LP DM Wandha Agustina Ganti
LP DM Wandha Agustina Ganti
DISUSUN OLEH :
WANDHA AGUSTINA PRABANDARI
108118068
3. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis utama dari DM tipe 2 adalah hiperglikemia,
yaitu kadar glukosa darah puasa lebih dari 126 mg dan kadar glukosa 2
jam setelah makan atau pembebanan glukosa lebih dari 200 mg.keluhan
khas yang menyertai umumnya adalah banyak kencing (Poliuria),
sering haus dan sering minum berat badan menurun tanpa sebab yang
jelas. Sementara itu, kesemutan pada kaki, gatal di daerah genetalia dan
keputihan pada wanita, luka infeksi yang sulit sembuh, bisul yang
hilangtimbul, matakabur, cepet lelah dan mudah mengantuk, serta
disfungsi ereksi pada pria.
a. Poliuria. Keadaan sering kencing atau poliuria di sebabkan kadar
glukosa darah melebihi ambang batas ginjal dalam reabsorpsi
glukosa di tubuh ginjal. Hal tersebut menyebabkan glukosuria yang
berdampak pada terjadinya diuresis osmotik, yaitu pengenceran
volume urine sehingga volume urin yang di keluarkan bertambah
banyak.
b. Polidipsi. Keluhan sering haus dan sering minum berhubungan
dengan pengenceran plasma, yaitupenarikan cairan dari dalam sel
akibat hiperglikemia yang menyebabkan sel kekurangan cairan,
serta adanya hipovolumia akibat sering kencing.
c. Polivagia.keluhan mudah lapar dan sering makan yang umumnya
di sertai mudah lelah dan mengantuk, di sebabkan adanya
penurunan ambilan glukosa oleh sel akibat defisiensi insulin.
d. Berat badan menurun. Keluhan berat badan menurun sangat jelas
terjadi akibat sel kekurangn glukosa yang mengakibatkan
terjadinya glukoneogenesis, yaitu pembentukan glukosa dan energi
bukan berasal dari karbohidrat berupa pemecahan protein dan
lemak.
e. Kesemutan pada kaki. Keluhan kesemutan pada kaki merupakan
tanda awal adanya komplokasi periver Arterial deasease (PAD).
Yaitu adanya sumbatan arteri yang menuju ke kaki.
f. Mata kabur. Mata kabur umumnya terjadinya komplokasi kronis
diabetes, yaitu kerusakan mikrovaskuler yang menyebabkan
pecahnya pembulu darah halus di retina.
4. Patofisiologi
Diabetes mellitus tipe 2 adalah sekumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang di sebabka noleh adanya peningkatan kadar glukosa
darah akibat penurunan sekresi insulin. Factor risiko DM tipe 2 ini
adalah multi factorial, mencukup unsure genetik, gaya hidup, dan
lingkungan yang mempenngaruhi fungsi sel beta dan jaringan sensitive
insulin( otot, hati, jaringan adipose, pancreas). Namun demikian,
mekanisme yang mengandalikan interaksi kedua gangguan tersebut
hingga saat ini belum di ketahui secara pasti. Perjalanan penyakit DM
hingga seseorang terdiagnosa yaitu membutuhkan setidaknya 10 an
tahun. Factor risiko yang ada secara bertahap, pada awalnya
meningkatkan terjadinya resistensi insulin dan peningkatan fungsi sel
beta pancreas. Selanjutnya, terjadi kegagalanfungsi yang menyebabkan
sekresi insulin mengalami penurunan secara progresif.
Dampak terjadi adalah meningkatntya kadar glukosa puasa ( fasting
glucosa) dan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan atau
pembebanan sejalan dengan hiperglikemia yang tidak terkendali, mulai
terjadi perubahan struktur pada pembuluh darah besar (arteri) dan
pembuluh darah kecil (arteriole) yang menyebabkan beberapa
komplikasi.Ada juga menggambarkan ketika seseorang terdiagnosa DM
tipe 2, fungsi sel beta pancreas hanya tinggal 50%. Selanjutnya
,penderita akan mengalami penurunan fungsi secara progresif mulai
dari fase 1,2,3. Perkembangan fase ini pada akhirnya berhubungan
dengan tahap pengobatan mulai dari perubahan gaya hidup, terapi anti
diabetes oral, dan sejauh mana injeksi insulin mulai di perlukan.
4. Pathway
dislipidemia Usia> 45 Diet tinggi kalori Kehamilan riwayat
245 diabetes Pre diabet
Kadar hiperglikemi
Penurunan Resiko obesitas
kolesterol fungsi sel Pola makan meningkat
kontrol Penumpukan
trigelspidal Penumpukan lemak insulin
Reseptor Pola makan meningkat
insulin
menurun Gagal reseptor
obesitas
Terputusnya kontinuitas
Mudah trauma Mual dan muntah
jarungan
6. Komplikasi
Diabetes sering di sebut “the great imitator”, yaitu penyakit yang dapat
menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan.
Penyakit ini timbul secara perlahan lahan, sehingga seseorang tidak
menyadari adanya perubahan dalam dirinya. Kadar glukosa darah yang terus
menerus tinggi akan menyebabkan gangguan gangguan yang akan timbul
beberapa tahun kemudian. ini biasanya di kenal sebagai komplikasi kronis.
Komplikasi akut juga dapat terjadi jika kadar glukosa seseorang meningkat
atau menurun dengan tajam dengan waktu relative singkat. Tidak semua
orang dengan diabetes akan menderita komplikasi jangka panjang.
Bagaimanapun penelitian telah membuktikan bahwa control glukosa darah
yang baik akan mencegah atau memperlambat perkembangan komplikasi
akut dan kronis.
a. Komplikas iAkut
Dalam komplikasi akut di kenal sebagai istilah sebagai berikut:
1) Hipoglikemia adalah keadaan seseorang dengan kadar glukosa darah
di bawah normal (kurang dari 60 mg). gejala ini di tandai dengan
munculnya rasa lapar,gemeter, mengeluarkan kringat, berdebar debar,
pusing, gelisah, dan penderita bisa menjadi tidak sadar di sertai
kejang.
2) Hiperglikemia dengan di ketahui dari hasil wawancara adanya
masukan kalori yang berlebihan, dan penghentian obat oral maupul
insulin. Tanda khasnya adalah rasa sangat haus, pandangan kabur,
muntah, berat badan menurun, sakit kepala, kulit kering dan gatal, rasa
mengantuk sampai kesadaran menuurun dan di sertai kekurangan
cairan yang berat akibat banyaknya jumlah air kencing (Urine) yang di
keluarkan.
3) ketoasidosis diabetic ataukoma diabetic yang di artikan sebagai
keadaan tubuh yang sangat kekurangan insulin dan bersifat mendadak
akibat infeksi, lupa suntik insulin, polamakan yang terlalu berlebih
anatau bebas, dan stress. Penderita dapat mengalami koma (tidak
sadar) akibat otak tidak menerima darah dan glukosa dalam jumlah
yang cukup.
4) Koma hiperosmolar non ketotik (HONK) yang di akibatkan adanya
dehidrasi berat, tekanan darah yang menurun dan syok tanpa adanya
badan keton ( hasil pemecahan asam lemak) dalam urine.
5) Koma lakto asidosis yang di artikan sebagai keadaan tubuh dengan
asam laktat yang tidak dapat diubah menjadi dikarbonat.
b. Komplikasi kronis/ jangka panjang
Penting untuk diingat seiring berjalanya waktu setelah
terdiagnosis, penderita diabetes akan mengembangkan potensi beberapa
komplikasi. Hal ini sangat mungkin terjadi karena pengabaian terhadap
gejala diabetes atau karena kadar glukosa darah yang tidak terkontrol.
Fakta ini penting untuk mengdiagnosa dengan ini melakukan
pemeriksaan mata, kaki, dan sirkulasi sesegera mungkin setelah
terdiagnosa diabetes. Kerusakan pada pembuluh darah yang
mengirimkan darah ke jantung, otak, dan kaki dapat menyebabkan
peningkatan penyakit setrok, serangan jantung (PJK) mati rasa dan
penurunan aliran darah ke kaki. Komplikasi ini bisanaya di kenal dengan
makrovaskuler. Kerusakan pada pembuluh darah yang mengalir darah ke
retina mata, ginjal dan syaraf dapat menyebabkan kerusakan pada mata
berupa pnglihatan menjadi kabur
(Retinopati). Gangguan pada ginjal (nefropati) dengan gejala hipertensi
dan adanya protein dalam air kencing (Urine). Komplikasi ini disebut
komplikasi mikrovaskular. Penyandang diabetes juga sangat mudah atau
rentan terjadi infeksi seperti pneomonia, keputihan, dan infeksi saluran
kemih.
7. Penatalaksanaan
a. Terapi Nonfarmakologis
Terapi nonfarmakologis merupakan bagian dari penatalaksanaan
komprehensif diabetes. Terapi yang diberikan menyangkut perubahan
gaya hidup, diet, dan penanganan obesitas.
1) Perubahan Gaya Hidup
Gaya hidup sedentari memiliki asosiasi yang erat dengan diabetes
mellitus tipe 2. Anjurkan pasien untuk olahraga secara teratur karena
olahraga dapat membantu mengatasi resistensi insulin. Pada tahap
awal penyakit, olahraga bahkan cukup untuk mengatasi diabetes
mellitus tipe 2 tanpa penambahan terapi farmakologis.
2) Diet
Mayoritas pasien diabetes mellitus tipe 2 merupakan pasien obesitas
sehingga doktter sebaiknya merujuk pasien ke ahli gizi. Target
penurunan berat badan 5-10% dalam jangka waktu setahun terbukti
tidak hanya menurunkan kadar gula darah, tetapi juga menurunkan
kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL, risiko penyakit
kardiovaskular, dan tekanan darah.
b. Terapi Farmakologis
1) Medikamentosa
Terdapat beberapa pilihan golongan pengobatan untuk diabetes
mellitus tipe 2, yaitu:
a) Biguanida
b) Sulfonilurea
c) Derivat meglitinide
d) Thiazolidinediones
e) Glucagonlike peptide-1 (GLP-1) agonists
f) Dipeptidyl peptidase IV (DPP-4) inhibitors
g) Selective sodium-glucose transporter-2 (SGLT-2) inhibitors
h) Insulin
i) Agonis dopamin
2) Metformin
Metformin merupakan obat anti diabetes oral golongan biguanide,
yang digunakan pada terapi pertama pada diabetes mellitus (DM)
tipe 2. Dosis awal 500 mg, diberikan 2 kali sehari, dan dosis yang
dibutuhkan adalah 1500-2550 mg/hari dibagi dalam 2-3 kali
pemberian.
3) Chlorpropamide
Dosis awal 100-250 mg oral, sekali sehari, dititrasi naik 50-125 mg
sesuai respon terapi setiap 3-5 hari. Dosis maintenance 100-500 per
hari. Dosis maksimum 750 mg per hari
4) Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun
NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk
kedalam ketoasidosis.
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali
dengan diet (perencanaan makanan).
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemikoral
dosif maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan
dosis rendah dan dinaikkan perlahan – lahan sesuai dengan hasil
glukosa darah pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, N. S., Ramli, A., Islahudin, F., &Paraidathathu, T.(2013). Medication
Adherence in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus Treated at Primary
Health Clinics in Malaysia. Patient Preference and Adherence, 7, 525.
Dinkes Sulsel. 2018. Data PTM Sulsel 2017. Makassar: Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan
Astuti, Y. D., & H. M. (2013). Pengaruh Pemberian Jus Tomat Terhadap Kadar
Glukosa Darah Pada PreDiabetes.Journal of Nutrition College, Volume 2,
Nomor 1 , 111-117.
Ayu, S. A. (2017). Hubungan Perawatan Kaki dengan Kejadian Luka Kaki pada
Penderita Diabetes Mellitus Di Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi
Lampung Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Holistik, 11(2), 95–100.
International Diabetes Federation (IDF). 2017. IDF Diabetes Atlas 8th Edition
Khairani. (2018). InfoDATIN (Pusat Data dan Kementrian Kesehatan RI) Hari
Diabetes Sedunia Tahun 2018. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Abdo, J. M., Sopko, N. A., & Milner, S. M. (2020). The applied anatomy of
human skin: a model for regeneration. Wound Medicine, 28, 100179.
Batool, S. H. (2012). The effect of coconut oil extract on full thickness wound
healing on the female rabbit. Basrah Journal of Veterinary Research.,
11(2), 28-36.
Den Hollander, D. (2019). Care of the burn patient after the discharge: clinical-
wound care. Medical Chronicle, 2019(Sep 2019), 44-44.
Ibrahim, A. H., Al-Rawi, S. S., Abdul Majid, A. S., Al-Habib, O., & Abdul Majid,
A. M. (2013). Pro-angiogenic and wound healing potency of virgin
coconut oil. Supp. Care Cancer (MASCC), 21, 235.
Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L. (2010). Medical Surgical Nursing
Critical Thinking For Collaborative Care(6th ed.). Saunders Elsevier.
LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Gangguan Integumen Gangguan Endokrin Gangguan
Gastrointestinal (5th ed.). EGC.
Luh Titi Handayani. (2016). Studi meta analisis perawatan luka kaki diabetes
dengan modern dressing luh titi handayani*. The indonesian journal of
health science, 6(2), 149–159
.
Muflihah, U., & Muflihatin, S. K. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan
pada Pasien Stroke Non Hemoragik dengan Penggunaan Virgin Coconut
Oil (VCO) Untuk Perawatan Luka Dekubitus di Ruang Unit Stroke RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2015.
Norris, S.L., Lau, J., Smith, S.J., Schmid, C.H., & Engelgau, M.M. Self
Management Education for Adults With Type 2 Diabetes A meta-analysis
of the effect on glycemic control. Diabetes Care, 25:1159–1171. 2002.
Norris SL, Nichols PJ, Caspersen CJ, Glasgow RE, Engelgau MM, Jack L, et al.
Increasing diabetes self-management education in community settings. A
systematic review. Am J Prev Med., 222(4 Suppl):39-66. [PMID:
11985934] 2002.
Soegondo, S., Soewondo, P., dan Subekti, I., 2013. Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu. Edisi ke 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.