Anda di halaman 1dari 8

Teori Akuntansi

Enron, fair value accounting, and financial crises: a concise


history

Kelas Paralel : A
Kelompok : 2

1. Rafin Hafizh 130318274


2. Andre Santoso 130318031
3. Caroline Elisse 130318222
4. Muhammad Aji Dharma 130318239
5. Geralda 130318069
6. Ahmad Fathoni A 130317290
7. Alvin 130317119

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA


UNIVERSITAS SURABAYA
2021/2022
1. INTRODUCTION

Fair Value Accounting (FVA)/Nilai Wajar Akuntansi adalah kumpulan Teknik yang secara
berkala merevisi nilai keuangan, terutama aset seperti saham dan lainnya yang dapat
diperdagangkan. Kumpulan Teknik ini ada beberapa teknik seperti “Mark to Market” FVA
yang menggunakan data pasar saat ini sebagai refrensi, lalu ada Teknik “Mark to Model”
FVA yang memungkinkan manajemen untuk memperkirakan dan merevisi harga aset
menggunakan perhitungan matematika keuangan serta memprediksi kondisi dan prospek aset
ke depannya.

Namun dalam praktiknya FVA juga dikritik karena memungkinkan pihak manajemen
perusahaan untuk lebih bebas dalam melakukan manipulasi dan menyembunyikan kerugian
pada aset yang gagal.
Dan juga diketahui bahwa penerapan FVA juga ikut berperan dalam kejatuhan Enron dan
perusahaan lainnya di tahun 2001an. Dan hal ini dibenarkan oleh Benston (2006) yang
mengatakan penyalah gunaan FVA menjadi penyebab kejatuhan Enron, selain itu juga FVA
juga menjadi kambing hitam saat terjadi krisis keuangan dunia (GFC) yang terjadi antara
tahun 2008-2009.

2. BACKGROUND
FVA and Enron FVA diperkenalkan kembali kedalam standar akuntansi Dewan
Standar Akuntansi Keuangan AS (FASB) dan Dewan Standar Akuntansi Internasional
(IASB) pada 1990-an. Setelah jatuhnya pasar saham dan depresi ekonomi berikutnya pada
tahun 1930-an, selama 60 tahun FVA (atau sistem sebelumnya yang menyerupai tujuan FVA)
hampir tidak pernah dipraktikkan. Kejadian ini, sebagian disebabkan oleh penilaian asset
yang berlebihan dengan teknik seperti FVA, yang telah dipraktikan secara sembarang. Pada
tahun 1990-an, FVA dibuat untuk membawa kerugian serta keuntungan ke rekening pada
waktu yang tepat. Selain itu regulator telah memperhatikan munculnya instrumen keuangan
dan mencari cara untuk mengukur aset keuangan yang lebih andal yang diperdagangkan
dengan cepat. Hasilnya adalah standar AS FAS 115, Akuntansi untuk Investasi Tertentu
dalam Efek Utang dan Ekuitas (Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 1993). Dengan
mengikuti, tekanan oleh bank-bank konservatif, Standar tersebut hanya mensyaratkan
beberapa investasi. Persyaratan ini, sebagian besar tetap tidak berubah dari awal pada tahun
1993 hingga setelah GFC pada tahun 2009.

Pada Tahun 1998, Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) setara dengan
FAS 115 dibuat. Waktu itu, standar IASB disebut International Accounting Standards (IAS)
sehingga setara dengan FAS115 adalah IAS 39, Financial Instruments: Recognition and
Measurement. Standar ini serupa dalam penerapannya pada FAS 115 karena merupakan
pendekatan campuran antara nilai wajar dan biaya historis. IAS 39 mengalami banyak
perubahan kecil setelah dimulainya, karena keluhan tentang kompleksitas dan kemanjurannya
yang berlebihan . Namun, meskipun permulaan peraturan ini sebagian dan bermasalah, pada
1990-an, visioner akuntansi telah menggantungkan harapan mereka pada versi FVA baru
yang lebih maju yang pada akhirnya dapat memimpin jalan untuk menghasilkan penilaian
kinerja bisnis yang akurat dalam ekonomi global. FVA dimulai sebagai perangkat yang
dimaksudkan untuk mengontrol pelaporan keuangan, tidak lama kemudian manajer
perusahaan menyalahgunakannya untuk tujuan mereka sendiri, dan menerapkannya pada
penggunaan yang tidak pernah dimaksudkan oleh regulator.
FVA akhirnya bergabung dengan daftar pelanggaran ini, tetapi tidak segera dikenali
sebagai masalah, seperti manipulasi pengakuan pendapatan, atau akrual, mereka tampaknya
tidak menyadari, atau tidak responsif, manipulasi nilai wajar sampai beberapa tahun setelah
Enron menabrak. Ketika GFC berkembang pada tahun 2008, subjek produk keuangan yang
dimanipulasi kembali menjadi perhatian para komentator. Kasus manipulasi akuntansi yang
ekstrem menyebabkan era keruntuhan perusahaan secara besar-besaran. Enron adalah salah
satu perusahaan besar pertama yang runtuh selama krisis di awal 2000-an.
Pada akhir 1990-an, Enron melakukan kecurangan berupa membukukan miliaran
dollar dalam pendapatan yang tidak ada. Pada saat yang sama, gaji dan bonus manajemen
berdasarkan keuntungan ini, meningkat secara eksponensial; 200 karyawan teratas membawa
pulang $ 193 juta pada tahun 1998, $ 402 juta pada tahun 1999 dan $ 1,4 miliar pada tahun
2000 (yaitu rata-rata $ 7 juta masing-masing), tepat sebelum perusahaan runtuh. Meskipun
bertahun-tahun laporan keuangan Enron dan perusahaan lain diterima oleh analis keuangan,
investor, otoritas dan "pasar", kegagalan mereka menghadirkan tantangan untuk sudut
pandang itu. Mungkin kegagalan pasar ini, dalam skala besar, menghadirkan tantangan yang
signifikan. Selain Enron, juga terdapat beberapa perusahaan yang runtuh misalnya
perusahaanWorldCom, Global Crossing, Tyco, Sunbeam, Parmalat, Qwest dan banyak
lainnya.
3. FVA and The Enron Hearings

Pada Akhir Tahun 2001, Perusahaan Enron mengalami keruntuhan sehingga hal ini
membuat komite Kongres AS memeriksa bencana Enron sehingga muncul beberapa pendapat
secara terpisah yang dirangkum dalam Tabel kedua. Enron dibahas secara ekstensif sehingga
menjadi satu-satunya topik diskusi hampir di semua audiens Enron. Pendapat dari audiens
dikumpulkan dalam satu transkrip persidangan yang berisi mencapai sekitar 16.800 halaman
dan tentunya hal ini juga melibatkan kesaksian dari ratusan saksi ahli dari tingkat tertinggi
akuntansi, keuangan, hukum, dan lembaga birokrasi. Fokus dari topik persidangan yang
dilakukan tidak membahas mengenai permasalahan akuntansi ataupun nilai wajar (FVA)
namun membahas mengenai penggunaan SPE yang dilakukan oleh Enron, beberapa celah
yang ada dalam menghindari konsolidasi, pemesanan pendapatan fiktif, dan penyimpangan
audit.

Secara keseluruhan dari 42 pendapat, 22 diantaranya tidak membahas mengenai nilai wajar
atau mark to market akan tetapi membahas mengenai pengawasan bank investasi untuk
menanggapi pembelajaran yang dihadapi oleh Enron dan “Keruntuhan Enron : Implikasi bagi
investor dan modal pasar”. Namun dari 20 dari 42 sidang yang menyebutkan nilai wajar atau
mark to market dan 5 diantaranya hanya diamati sekali atau dua kali secara sepintas tanpa
elaborasi. Topik mark to market dibahas secara singkat oleh Direktur SEC Robert Herman
pada sidang pertama yang terjadi pada 12 Desember 2001. Kesaksian yang disampaikan oleh
Direktur SEC Robert Herman berisi mengenai bahwa akuntansi mark to market merupakan
penyebab keruntuhan Enron yang menyebabkan Direktur ini menganggap bahwa informasi
ini adalah informasi yang menyesatkan bagi investor karena audiens belum melihat indikasi
bahwa akuntansi mark to market telah menyebabkan masalah bagi perusahaan dalam industri.
Hal ini perlu diperketat dengan aturan akuntansi sehingga tidak ada lagi informasi yang
menyesatkan bagi investor.

Enron mengakui revenue dari long-term contract sehingga terkesan memiliki profit yang
tinggi.. Eksekutif Enron pernah diwawancarai mengenai hal ini namun mereka selalu
menghindar kecuali Walter Schuetze yang malah memberikan deskripsi yang detail tentang
penggunaan FVA, namun tidak diketahui apakah penggunaan FV masih belum maksimal
atau tidak tepat. Schuetze juga dianggap telah menciptakan cara untuk menghindari tanggung
jawab dan mengalihkan kesalahan. Kita tidak tahu apakah Enron secara sengaja
menggunakan FVA dengan tujuan yang tidak benar atau memang mereka tidak tahu bahwa
yang mereka lakukan itu salah.

4. The Enron Effect, The Fair Value World View in The Mid-2000s, and The GFC

Pada awalnya, Enron telah meminta serta memperoleh izin dari US SEC untuk
menggunakan perhitungan tipe mark-to-model untuk membukukan pendapatan di muka atas
gas alam dari kontrak berjangka panjang. Hal ini dilakukan karena Enron berpendapat bahwa
bisnis harus dapat menyatakan keuntungan pada saat tindakan kreatif yang akan
menghasilkan keuntungan tersebut telah terjadi. Jika tidak, manajer hanyalah pemotong
kupon yang menuai manfaat dari inovasi yang telah dirancang di masa lalu oleh orang lain
yang lebih hebat. Seiring waktu, gagasan radikal tentang nilai ini muncul untuk
mendefinisikan cara Enron menampilkan dirinya ke dunia. Pembukuan atas jutaan
keuntungan pada bisnis sebelum itu menghasilkan sepeserpun dalam pendapatan aktual dapat
dijustifikasi. Oleh karena itu, Enron adalah perusahaan pertama yang menerapkan jenis
akuntansi ini dalam industri energi. Enron menggunakan FVA dalam setiap aspek bisnisnya,
sehingga FVA tipe mark-to-model adalah salah satu akar permasalahan dari penyimpangan
pengukuran Enron.

Penyimpangan tersebut terjadi karena pendapatan dibukukan dengan membuat asumsi


tentang aktivitas perdagangan yang mungkin atau mungkin tidak terjadi bertahun-tahun ke
depan. Pendapatan yang tidak realistis ini akan sangat sulit untuk dibukukan tanpa bantuan
FVA. Meskipun biaya historis dapat juga disalahgunakan, Penyalahgunaan yang dilakukan
oleh Enron berada pada tingkat yang luar biasa.

FASB telah belajar dari Enron bahwa FVA mark-to-model sangat bermasalah, oleh
karena itu protokol yang diperkenalkan dalam FAS 157 disebut hierarki FV. Ada tiga level
dalam hierarki, sebagai berikut:

 Pengukuran Level 1: berdasarkan input yang dapat diamati secara langsung (misalnya
dari kutipan harga pasar)
 Pengukuran Level 2: berdasarkan pengganti / alternatif yang mirip untuk input yang
dapat diamati.
 Pengukuran Level 3: berdasarkan pemodelan manajemen, misalnya yang arus kas
yang diharapkan di masa depan.
Pengukuran level 1 disebut sebagai akutansi mark-to-market, sedangkan Jarolim dan
Öppinger (2012) menggambarkan pengukuran level 2 sebagai mark-to-model dengan
parameter pasar dan pengukuran level 3 sebagai mark-to-model tanpa parameter pasar.
meskipun protokol tersebut memiliki tiga tingkatan, penggunaan pengukuran level 1 tentu
lebih disukai, yaitu mark-to-market. Model pengukuran pendapatan, terutama input Level 3
yang tidak dapat diamati, umumnya tidak dapat digunakan jika harga yang dikutip di pasar,
atau harga yang dikutip dari pengganti / alternatif yang mirip, masih tersedia. Oleh karena itu,
pada standarnya akan memprioritaskan pengukuran pasar jangka pendek dan umumnya tidak
memungkinkan perusahaan untuk mengambil pandangan jangka panjang yang dimodelkan
atas "asumsi" bahwa aset pasti akan memulihkan potensi harga jualnya. Selama
pengembangan FAS 157, SEC yang beroperasi bersama-sama dengan FASB telah
mendukung penekanan pada input yang dapat diamati sebagai masalah kebijakan. SEC
memperjelas bahwa input yang dapat diamati dan dinilai dalam jangka pendek, adalah ukuran
yang lebih disukai.

Dalam waktu yang sangat buruk, GFC tiba tepat setelah mark-to-market mulai diterima.
Pada pertengahan 2008, kenaikan suku bunga di AS telah menyebabkan kerugian finansial
krisis setelah gelembung perumahan runtuh. Bank telah melakukan perdagangan yang
"dimonetisasi" dalam bentuk produk pinjaman, yang telah digabungkan ke dalam bundle
yang kompleks dan dijual ke institusi keuangan di seluruh dunia. Ketika aset-aset ini mulai
gagal, industri perbankan dan pendukungnya mengklaim bahwa masalah langsung berada
pada cara mereka diukur yaitu menggunakan mark-to-market. Setelah itu selama
berlangsungnya GFC, pembuat standar dikritik secara terus menerus oleh pemimpin politik
AS. FASB menyerah dengan merevisi standar sedemikian rupa sehingga mark-to-market
(Level 1) tidak perlu digunakan ketika pasar dapat dianggap "tidak aktif". Namun,
pedomannya luas dan dapat ditempa: bukti ketidakaktifan dapat mencakup sedikit transaksi
terakhir, kutipan harga yang bervariasi, dan harga FVA yang tidak berkorelasi dengan indeks
lainnya. IASB membuat perubahan tetapi melangkah lebih jauh, yaitu untuk memungkinkan
pengalihan aset yang sebelumnya terukur dalam FVA untuk kembali ke HCA, prosedur yang
sebelumnya tidak diperbolehkan. Setelah perubahan ini, FASB dan IASB tampaknya telah
kembali ke peraturan awal pada tahun 2001 yaitu protokol FVA yang memungkinkan
penggunaan "estimasi manajemen" secara liberal.

Terdapat beberapa aksi yang terjadi dibeberapa tahun ini dimana dapat dilihat bahwa pada
tahun 1920 yang telah terjadi yaitu adanya peningkatan keuntungan atas asset keuangan yang
menyerupai dengan prosedur FVA hal itu mengakibatkan munculnya atau timbulnya reaksi
dimana yaitu FVA terlibat dalam boom dan penyergapan pada tahun 1929 dari hal ini semua
menimbulkan efek atau konsekuensi dimana yaitu adanya larangan FVA terhadap Amerika
Serikat pada tahun 1930an itu yang terjadi ditahun pertama. Sedangkan ditahun kedua yaitu
pada tahun 1990an terdapat aksi dimana adanya penyalahgunaan dalam biaya historis
akuntansi sehingga aksi yang timbul yaitu pengenalan sebagian FVA untuk memerangi
presepsi sejarah kekurangan biaya terdapat efek atau konsekuensi yang akan timbul dimana
terbukanya pintu untuk penyalahgunaan FVA. Ditahun ketiga dimana yaitu pada tahun 2001
aksi yang terjadi yaitu runtuhnya Enron FVA dalam penggunaan estimasi manajemen reaksi
yang didapatkan yaitu terjadinya pendapat kongres yang dimana SEC dan FASB menolak
adanya hubungan antara FVA dan Enron itu sendiri, efek yang akan timbul diantaranya
adanya pengukuran ditempat kerja yang tidak dihargai dengan baik oleh pembuat standard.
Masuknya aksi kembali ditahun keempat dimana aksi yang muncul pada tahun 2002 IASB
melihat Enron dan US GAAP sebagai aturan dengan masalah prinsip, reaksi yang terjadi
yaitu komentator menunjukkan palsu terhadap aspek kesejajaran sedangkan konsekuensi
yang ditanggung yaitu adanya program konvergensi. Tahun kelima dimana aksinya tahun
2003 McLean dan Elkind menulis sebuah buku yang popular The Smartest Guys reaksi yang
muncul dari adanya aksi ini yaitu komentator yang professional memberikan peringatan
terhadap FVA konsekuensi yang didapat adalah komunitas akademik menerima peringatan
tentang penyimpangan FVA. Pada tahun 2006 dimana merupakan tahun keenam yang terjadi
adalah adanya pengukuran dalam FASB dalam memperkenalkan adanya Hierarki tiga tingkat
reaksi yang timbul adalah IASB juga menunjukkan preferensi yang jelas untuk pengukuran
yang dilakukan secara konsisten konsekuensinya yaitu dimana dasar pengukuran menjadi
bermasalah secara politik di GFC. Tahun terakhir dimana tahun ketujuh aksi yang terjadi
ditahun 2008 hingga 2009 dimana tekanan dari Amerika Serikat dan potisi eropa untuk
memodifikasi FVA, reaksi yang terjadi FASB dan IASB direvisi dengan standard sedemikian
rupa sehingga mark-tomarket (Level 1) tidak perlu digunakan konsekuensinya yaitu FASB
dan IASB muncul untuk kembali di tahun 2001 dimana liberal dalam penggunaan estimasi
manajemen (mark to model) telah diizinkan.

CONCLUSION
Dari pembahasan yang kelompok kami lakukan, bahwa Fair Value Accounting (FVA) dapat
digunakan untuk memanipulasi kerugian yang terjadi oleh pihak manajemen perusahaan, dan
Enron terbukti menggunakan FVA “Mark to Model” untuk tujuan korup mereka sendiri. Dan
berdasarkan studi Enron tahun 2001-2002 menunjukkan bahwa FVA rentan terhadap
manipulasi. Dan juga banyak yang berpendapat bahwa lebih baik menggunakan metode
Historical Cost Model dari pada Fair Value Accounting.

Anda mungkin juga menyukai