Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN & ELEKTROLIT

OLEH

ANGGI AINUN NISA


PO7120421003

CI Institusi CI Lahan

PROFESI NERS ANGKATAN 5


POLTEKKES KEMENKES PALU
T.A 2021 - 2022
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar


A. Definisi
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu bagian dari
fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari (pelarut) dan
zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan Elektrolit masuk ke
dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu
maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.

B. Etiologi
Etiologi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Burner & Sudarrth, 2002)
A. Ketidakseimbangan Volume Cairan
1. Kekurangan volume cairan (Hipovolemik)
a. Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti diare, muntah.
b. Keringat berlebihan, demam, penurunan asupan cairan per oral,
penggunaan obat-obatan diuretic.
2. Kelebihan volume cairan (Hipervolemik)
Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis, asupan natrium
berlebih.
B. Ketidakseimbangan Elektrolit
1. Hiponatremia
Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui
gastrointestinal pengeluaran diuretic.

2. Hipernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, Pemberian
larutan salin hipertonik lewat IV secara iatrogenic.

3. Hipokalemiagastrointestial
Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium, diare, muntah
atau kehilangan cairan lain melalui saluran.

4. Hiperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah
seperti akibat luka bakar dan trauma.

5. Hipokalsemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat,
hipoalbuminemia, hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-
penyakit neoplastik, pancreatitis.

6. Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, osteoporosis, imobilisasi yang lama.

C. Pathofisiologi dan Pathway

Glomerulonefritis Diabetes Hipertensi Ginjal plastik


kronik, pielonefritis melitus
kronik

↓Ukuran ginjal,
↑viskositas ↑volume darah Terbentuk kista
terbentuk
darah ke ginjal pada parenkim
jaringan parut
ginjal

↓perfusi
ke ginjal Ginjal tidak mampu
menyaring darah
yang terlalu banyak
Kerusakan ginjal

↓GFR

Gangguan fungsi ginjal berlangsung kronik

PGK (CKD)

kerusakan glomerulus kerusakan tubulus


↓produksi eritopoetin

Terganggunya
↑permeabilitas ↓jumlah fungsi absorbsi, ↓fungsi sumsum
kapiler glomerulus yang sekresi, eksresi tulang belakang
berfungsi

Loss Protein Menumpuknya ↓produksi sel


↓klirens ginjal toksik metabolit darah merah
(fosfat, hidrogen,
Proteinuria masif Tertimbunnya urea, amonia,
produk hasil kreatinin, dsb) Anemia
metabolisme
hipoalbumin protein di dalam Uremia
darah
PK: Anemia

↓tekanan onkotik Pada GI Pada kulit Pada neuromuskular

Iritasi saraf
Transudasi cairan Gangguan Pruritus Kulit perasa nyeri
intrabasculer keintertisiil keseimbangan kering
asam basa
Digaruk
hipovolemi Iritasi lambung

Risiko kerusakan Nyeri Nyeri


Aktivasi renin
Asam lambung↑ integritas kulit kepala otot
angiotensin aldosteron

Retensi Na & air Mual, muntah Nausea Nyeri akut

Edema
Berlebihan dan
berkepanjangan
Kelebihan volume
cairan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh

D. Manifestasi klinis
 Kelelahan

 Kram otot dan kejang

 Mual

 Pusing

 Pingsan

 Lekas marah

 Muntah

 Mulut kering

 Denyut jantung lambat

 Kejang

 Palpitasi

 Tekanan darah naik turun

 Kurangnya koordinasi

 Sembelit

 Kekakuan sendi

 Rasa haus

 Suhu naik

 Anoreksia

 Berat badan menurun


E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a) Terapi cairan IV.
b) Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap.
c) Terapi obat-obatan.
d) Transfusi darah (jika diperlukan).
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Menghitung tetesan infus.

Jumlah tetesan permenit = jumlah kebutuhan cairan x faktor tetes


Waktu (Jam) x 60 menit
b) Rehidrasi oral.
c) Menghitung keseimbangan cairan.
IWL = (15 x BB ) : 24 jam = cc/jam

F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan darah lengkap (jumlah sel darah, Hb, Hematokrit).
2) PH dan Berat jenis urine.
3) Pemeriksaan elektrolit serum.
4) Analisa gas darah (astrup).

G. Komplikasi
Kelebihan volume cairan pada pasien Chronic Kidney Disease terjadi karena adanya
infeksi atau penyakit vaskuler, peradangan, penyakit metabolik, nefropati toksik, nefropati
obstruksi, dan gangguan kongenital menyebabkan kerusakan nefron ginjal sehingga terjadi
hipertripi nefron. Keadaan ini mengakibatkan penurunan cadangan ginjal, insufisiensi renal,
sehingga merubah adanya sistem yaitu sistem cardiovaskuler.Apabila sistem cardiovaskuler
rusak.Akan meningkatkan kerja ginjal, dan produksi rennin berlebih, dan sistem pengaturan
tekanan darah tidak dapat seperti semula sehingga terjadi hipertensi.Keadaan hipertensi
menyebabkan asidosis metabolik, dan tekanan darah tinggi mnyebabkan oedema.Keadaan ini
yang menyebabkan seorang yang mempunyai gagal ginjal mempenyai masalah kelebihan
volume cairan. Dampak apabila kelebihan volume cairan tidak teratasi akan mengalami
oedeme, badan terasa lemas,aktivitas terganggu dan sesak nafas (Bayhakki, 2012).
2. Asuhan Keperawatan
a.    Riwayat keperawatan
1) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parenteral)
2) Tanda umum masalah elektrolit
3) Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
4) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit
5) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan
6) Status perkembangan seperti usia atau situasi social
7) Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan
b.   Pengukuran klinik
1)  Berat badan
Kehilangan atau bertambahnya berat badan menunjukkan adanya masalah keseimbangan
cairan:
+/- 2% ringan
+/- 5% sedang
+/- 10% berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
2)      Keadaan umum
Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, pernafasan. Tingkat kesadaran.
3)      Pengukuran pemasukan cairan
a)   Cairan oral: NGT dan oral
b)   Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
c)   Makanan yang cenderung megandung air
d)  Irigasi kateter atau NGT
4)      Pengukuran pengeluaran cairan
a)   Urine: volume, kejernihan/kepekatan
b)   Feses: jumlah dan konsentrasi
c)   Muntah
d)   Tube drainase
e)   IWL
5)      Ukur keseimbangan cairan dengan akurat: normalnya sekitar +/- 200 CC.
c.    Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada:
1)      Integumen: keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani, dan
sensasi rasa
2)      Kardiovaskuler: distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan bunyi
jantung
3)      Mata: cekung, air mata kering
4)      Neurologi: reflek, ganguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
5)      Gastrointestinal: keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah, dan
bising usus.
d.      Pemeriksaan laboratorium
1)      Pemeriksaan darah lengkap :pemeriksaan ini melewati jumlah sel darah merah
hemoglobin (HB) dan hematrokit (HT).
a)   Ht naik :adanya dehidrasi berat dan gejala syok
b)   Ht turun :adanya perdarahan akut,massif dan reaksi hemilitik,
c)   Hb naik :adanya hemokonsentrasi.
d)  Hb turun :adanya perdarahan hebat, reaksi hemolitik.
2) Pemeriksaan elektrolit serum: pemeriksaan ini di lakukan untuk mengetahui kadar natrium,
kalium, klorida, ion bikarbonat,
3)      Ph dan berat jenis urine: berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk
mengatur konsentrasi urine,normalnya Ph urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya
1,003-1,030.
4)      Analisa gas darah :Biasanya yang di periksa adalah pH,PO,HCO,PC0, dan saturasi
02 nilai PCO2 normal:35-40 mmHg: PO2 normal:80-100 Hg:HCO3-normal;25-29
mEq/1,sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan
jumlah oksigen yang dapat di bawa oleh darah,normalnya di arteri (95%-98%)dan
vena(60%-85%).( Tarwoto dan Wartonah, 2006 )
e.    Diagnosa dan Intervensi
1)      Aktual/resiko defisit volume cairan
a)      Definisi: kondisi dimana pasien mengalami resiko kekurangan cairan pada
ekstraseluler dan vaskuler.
b)      Kemungkinan berhubungan dengan:
1. Kehilangan cairan secara berlebihan
2. Berkeringat secara berlebihan
3.   Menurunnya intake oral
4. Pengunaan diuretic
5. Perdarahan

c)      Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:


1. Penyakit Addison
2. Koma
3. Ketoasidosis pada diabetik
4. Anoreksia nervosa
5. Perdarahan gastrointestinal
6. Muntah, diare
7. Intake cairan tidak adekuat
8. AIDS
9. Perdarahan
10. Ulcer kolon

d)     Tujuan yang diharapkan:


1. Mempertahankan keseimbangan cairan.
2. Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urine adekuat,
tekanan darah stabil, membrane mukosa mulut lembab, turgor kulit baik.
3. Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
 Fluid balance
Definisi : Penurunan Fluid management
 Hydration
cairan intravaskuler,
 Nutritional Status : Food  Timbang
interstisial, dan/atau popok/pembalut jika
and Fluid Intake
intrasellular. Ini mengarah diperlukan
KriteriaHasil :
ke dehidrasi, kehilangan
 Mempertahankan urine  Pertahankan catatan
cairan dengan pengeluaran intake dan output
output
sodium yang akurat
sesuaidenganusiadan
BB, BJ urine normal,  Monitor status hidrasi
Batasan Karakteristik : ( kelembaban
HT normal
- Kelemahan membran mukosa,
 Tekanandarah, nadi,
- Haus nadi adekuat, tekanan
suhutubuhdalambatas
- Penurunan turgor darah ortostatik ), jika
normal
kulit/lidah diperlukan
 Tidakadatandatandadehi
- Membranmukosa/kulit drasi, Elastisitas turgor  Monitor hasillAb
kering kulitbaik, yang
- Peningkatan denyut membranmukosalembab sesuaidenganretensica
nadi, penurunan , tidakada rasa haus yang iran (BUN ,Hmt ,
tekanan darah, berlebihan osmolalitasurin )
penurunan  Monitor vital sign
volume/tekanan nadi  Monitor masukan
- Pengisian vena makanan / cairan dan
menurun hitung intake kalori
- Perubahan status harian
mental  Kolaborasi pemberian
- Konsentrasi urine cairan IV
meningkat  Monitor status nutrisi
- Temperatur tubuh  Berikan cairan
meningkat
 Berikan diuretik
- Hematokrit meninggi
sesuai interuksi
- Kehilangan berat badan
 Berikan cairan IV
seketika (kecuali pada
pada suhu ruangan
third spacing)
Faktor-faktor yang  Dorong masukan oral
berhubungan:  Berikan penggantian
- Kehilangan volume nesogatrik sesuai
cairan secara aktif output
- Kegagalan mekanisme  Dorong keluarga
pengaturan untuk membantu
pasien makan
 Tawarkan snack ( jus
buah, buahsegar )
 Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
 Atur kemungkinan
tranfusi
 Persiapan untuk
tranfusi

2)      Volume cairan berlebih


a)      Definisi: kondisi dimana terjadi peningkatan retensi dan edema.
b)      Kemungkinan berhubungan dengan:
1. Retensi garam dan air
2. Efek dari pengobatan
3. Malnutrisi

c)      Kemungkinan data yang ditemukan:


1. Orthopnea
2. Oliguria
3. Edema
4. Distensi vena jugularis
5. Hipertensi
6. Distress pernafasan
7. Anasarka
8. Edema paru

d)     Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:


1. Obesitas
2. Hipothiroidis
3. Pengobatan dengan kortikosteroid
4. Imobilisasi yang lama
5. Cushings syndrome
6. Gagal ginjal
7. Sirosis hepatis
8. Kanker
9. Toxemia

e)      Tujuan yang diharapkan:


1. Mempertahankan keseimbangan intake dan output cairan
2. Menurunkan kelebihan cairan

No DiagnosaKeperawatan TujuandanKriteriaHasil Intervensi

2 Kelebihan Volume Cairan NOC : NIC :


Definisi : Retensi cairan  Electrolit and acid base
Fluid management
isotomik meningkat balance
Batasan karakteristik :  Fluid balance  Timbang
- Berat badan  Hydration popok/pembalut jika
meningkat pada diperlukan
waktu yang KriteriaHasil:  Pertahankan catatan
singkat  Terbebasdari edema, intake dan output yang
- Asupan efusi, anaskara akurat
berlebihan  Bunyinafasbersih,  Pasang urin kateter
dibanding output tidakadadyspneu/ortopne jika diperlukan
- Tekanan darah u  Monitor hasillAb yang
berubah, tekanan  Terbebasdaridistensi vena sesuaidenganretensicai
arteri pulmonalis jugularis, ran (BUN ,Hmt ,
berubah, reflekhepatojugular (+) osmolalitasurin )
peningkatan CVP  Memeliharate  Monitor status
- Distensi vena kanan vena sentral, hemodinamik
jugularis tekanankapilerparu, termasuk CVP, MAP,
- Perubahan pada output jantungdan vital PAP, dan PCWP
pola nafas, sign dalambatas normal  Monitor vital sign
dyspnoe/sesak  Terbebas dari  Monitor indikasiretensi
nafas, orthopnoe, kelelahan, kecemasan / kelebihancairan
suara nafas atau kebingungan (cracles, CVP ,edema,
abnormal (Rales  Menjelaskani distensivenaleher,
atau crakles), ndikatorkelebihancairan asites)
kongestikemaceta  Kaji lokasi dan luas
n paru, pleural edema
effusion  Monitor masukan
- Hb dan makanan / cairan dan
hematokrit hitung intake kalori
menurun, harian
perubahan  Monitor status nutrisi
elektrolit,
 Berikan diuretik sesuai
khususnya
interuksi
perubahan berat
 Batasi masukan cairan
jenis
pada keadaan
- Suara jantung SIII
hiponatrermi dilusi
- Reflek
dengan serum Na <
hepatojugular
130 mEq/l
positif
- Oliguria,  Kolaborasi dokter jika
azotemia tanda cairan berlebih
- Perubahan status muncul memburuk
mental,
kegelisahan, Fluid Monitoring
kecemasan  Tentukan riwayat
jumlah dan tipe intake
Faktor-faktor yang cairan dan eliminaSi
berhubungan :  Tentukan
- Mekanisme kemungkinan faktor
pengaturan resiko dari ketidak
melemah seimbangan cairan
- Asupan cairan (Hipertermia, terapi
berlebihan diuretik, kelainan
- Asupan natrium renal, gagal jantung,
berlebihan diaporesis, disfungsi
hati, dll )
 Monitor berat badan
 Monitor serum dan
elektrolit urine
 Monitor serum dan
osmilalitas urine
 Monitor BP, HR, dan
RR
 Monitor tekanan darah
orthostatik dan
perubahan irama
jantung
 Monitor parameter
hemodinamik infasif
 Catat secara akutar
intake dan output
 Monitor adanya
distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan
penambahan BB
 Monitor tanda dan
gejala dari odema
 Beri obat yang dapat
meningkatkan output
urin

( Tarwoto dan Wartonah, 2006 )


A. Penatalaksanaan Terapi Intravena
a.    Cairan Intavena
Jenis cairan intavena yang bias digunakan meliputi :
1)   Larutan nutrient. Larutan ini berisi beberapa jenis karbohidrat (mis; dekstrosa dan
glukosa) dan air. Larutan nutien yang umum digunakan adalah 5% dekstrosa dalam air
(D5W), 3,3% glukosa dalam 0,3% NaCl, dan 5% glukosa dalam 0,45% NaCl. Setiap 1
liter cairan dekstrosa 5% mengandung 170_200 kalori; mengandung asam amino
(amigen, anunosol, travamin) atau lemak (lipomul dan lyposyn)
2)   Larutan elektrolit. Larutan elektrolit meliputi larutan saline, baik isotonic, hipotinik,
maupun hipertonik. Jenis larutan elektrolit yang paling banyak digunakan adalah normal
salin (isotonik), yaitu NaCl 0,9%. Contoh larutan elektrolit lainnya adalah laktat Ringer
(Na+, K+, Cl-, Ca2+) dan cairan Butler (NA+, K+, Mg2+, Cl-, HCO3-)
3)   Cairan asam-basa. Jenis cairan yang termasuk cairan asam basa adalah natrium laktat dan
natrium bikarbonat. Laktat merupakan sejenis garam yang dapat mengikat ion H+ dari
cairan sehingga mengurangi kesamaan lingkungan
4)   Volume ekspander. Jenis larutan ini berfungsi meningkatkan volume pembuluh darah
atau plasma, misalnya pada kasus hemoragi atau kombustio berat. Volume ekspander
yang umum digunakan antara lain dekstran, plasma, dan albumin serum. Cara kerjanya
adalah dengan meningkatkan tekanan osmotic darah.
b.   Infus Intravena
1)      Penentuan area infus
Secara umum, penginfusan dapat dilakukan pada vena lengan (vena sefalika, basilica, dan
mediana kubiti), vena tungkai (vena safena), atau vena di daerah kepala (vena temporalis
frontalis). Pada individu dewasa, infus biasanya dipasang didaerah lengan atas, tangan,
dan kaki. Sedangkan pada bayi, infus dipasng pada daerah kepala. Untuk penginfusan
jangka panjang, pembuluh darah yang sebaiknya digunakan pertama kali adalah
pembuluh darah distal. Ini dilakukan untuk mengantisipasi kegagalan saat melakukan
penusukan vena. Jika pembuluh darah distal rusak akibat penusukan pertama, pembuluh
darah proksimal dapat digunakan untuk penusukan berikutnya. Akan tetapi, jika
pembuluh darah proksimal telah rusak, penusukan tidak bias dialihkan ke pembuluh
darah distal.
2)      Prosedur pemasangan infus
Secara umum,prosedur pemasangan infus dapat diuraikan sebagai berikut :
a)      Siapkan peralatan yang diperlukan dan bawa ke klien. Peralatan tersebut meliputi:
1. Standar infus
2. Set infus
3. Cairan infus
4. Kapas alcohol,kassa steril, betadine
5. Perlengkapan (perlak, torniket, plester, gunting)
6. Sarung tangan bersih

b)      Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien


c)      Cuci tangan
d)     Siapkan cairan infus dan set infus; pertahankan teknik aseptic ketika membuka cairan
dan pack infus
e)      Hubungkan cairan keset infus dengan menusukkan ujung slang pada bagian karet botol
infus
f)       Isi cairan ke dalam set infuse dengan menekan ruang tetesan sampai terisi sebagian dan
buka klem slang sampai cairan memenuhi slang dan udara di dalam slang keluar
g)      Letakkan pengalas di bawah are (vena) yang akan dipasang infus
h)      Bending vena dengan memasang torniket 10-12 cm di atas area penusukan dan
anjurkan klien untuk menggenggam (bila sadar)
i)        Kenakan sarung tangan bersih
j)        Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol 70% memutar dari dalam ke luar
k)      Lakukan penusukan vena dengan meletakkan ibu jari di bawah vena dan posisi jarum
(abbocath) mengarah ke atas
l)        Perhatikan keluarnya darah melalui jarum (abbocath/surflo). Apabila terlihat ada darah
dalam jarum (abbocath/surflo), tarik keluar bagian dalam jarum sambil menyusupkan
bagian luarnya lebih jauh ke dalam vena
m)    Setelah jarum bagian dalam dilepaskan,tekan bagian atas vena dengan menggunakan
jari tangan agar darah tidak keluar. Selanjutnya, hubungkan abbocath ke slang infus
secara cepat dan cermat
n)      Lepaskan torniket dan lemaskan kepalan tangan klien.buka klem dan atur kecepatan
sesuai instruksi yang tekah diberikan
o)      Periksa daerah sekitar tempat penusukan untuk melihat adanya tanda-tanda infiltrasi
p)      Bila tidak ada tanda-tanda infiltrasi, tutupi area penusukan dengan kasa steril dan
fiksasi dengan plester
q)      Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta ukuran jarum
r)       Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
s)       Catat jenis cairan, lokasi infuse, kecepatan aliran, dan jenis jarum infuse yang
digunakan
3)      Pengaturan tetesan infus
Tetesan infus diatur sesuai progam pengobatan, tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat.
Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung jumlah tetesan, yakni:
a)   Jumlah milliliter/jam. Jumlah tetesan dihitung dengan membandingkan volume cairan
yang harus diberikan (ml) dengan lamanya pemberian (jam).
Contoh : 3000 ml cairan RL harus diberikan dalam 24jam. Dengan demikian
Jumlah tetesan = 3000ml
= 24 jam
= 125 ml/jam
b)   Tetesan/menit. Jumlah tetesan dihitung dengan mengalikan jumlah cairan yang
dibutuhkan (ml) dengan faktor tetes, kemudian membaginya dengan lama pemberian
(menit). Faktor tetes ditentukan berdasarkan alat yang digunakan.
Rumus pemberian cairan:
Tetes = ∑ cairan yang dibutuhkan x faktor tetes (makro/mikro)
Total waktu (jam/60 menit)
Pedoman:
         Faktor tetes makro : 20 tetes
         Faktor tetes mikro : 60 tetes
         1 kolf : 500 ml
Contoh:
Seorang klien datang dengan keluhan mual dan muntah yang terus menerus. Dari pengkajian
ditemukan tanda-tanda dehidrasi sedang. Berdasarkan pemeriksaan, klien harus
mendapatkan terapi cairan intravena. Dokter menginstruksikan pemberian 3 kolf RL
dalam 24 jam.
Dengan demikian, jumlah tetesan infuse/menit untuk klien tersebut adalah:
Tetesan/menit = (3x500 ml) x 20 tetes
24 x 60 menit = 30.000 tetes
1.440 menit = 30.000 tetes
tetes/menit = 20,8 tetes/menit = 21 tetes/menit
c)   Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah tetesan:
         Posisi tangan atau area pemasangan infus
         Posisi dan ketetapan slang
         Tinggi botol infuse
         Kemungkinan infiltrasi atau cairan terhambat
4)      Implikasi keperawatan
Selama terapi intavena, perawat harus:
a)      Mempertahankan kepatenan infuse intravena.
b)      Memenuhi kebutuhan rasa nyaman klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan
memenuhi kebutuhan hygiene personal klien dan membantu mobilisasi (mis;turun,dari
tempat tidur,berjalan, makan, minum, dll).
c)      Melakukan observasi terhadap komplikasi yang mungkin muncul, seperti:
      Infiltrasi, yaitu masuknya cairan ke jaringan subkutan yang ditandai dengan bengkak,
dingin, nyeri, dan tehambat tetesan infus
      Flebitis, yaitu trauma mekanik atau iritasi kimiawi pada vena yang ditandai dengan
nyeri, panas, dan kemerahan padavena tempat pemasangan infus
      Kelebihan cairan akibat tetesan infus yang terlalu cepat,yang ditandai dengan perasaan
dingin, sdanya cairan pada paru yang teramati pada foto toraks, dan lain-lain.
d)     Mengatur tetesan infus secara tepat. Hal-halyang harus diperhatikan perawat, antara
lain:
      Tetesan yang terlalu cepat dapat menyebabkan masalah pada fungsi paru dan jantung.
      Tetesan yang terlalu lambat menyebabkan asupan cairan dan elektrolit yang tidak
adekuat
e)   Mengganti botol infus. Penggantian botol dilakukan apabila cairan sudah berada di leher
botol dan tetesan masih berjalan. Sebaiknya,prosedur ini dilakukan dalam 24 jam untuk
mencegah flebitis dan pembentukan thrombus. Secara umum, prosedur penggantian
botol infus adalah sebagai berikut:
      Siapkan botol baru yang akan digunakan
      Klem slang infuse agar tidak terjadi penghentian tetesan atau pembuntuan darah
      Tarik jarum dari botol lama dan segera tusukkan pada botol baru yang sebelumnya
sudah didesinfektan dengan kapas alcohol 70%
      Gantungkan botol kembali
      Buka klem dan hitung kembali tetean secara benar
      Pasang label
      Catat tindakan yang dilakukan pada lembar observasi atau prosedur tindakan
f)    Mengganti selang infus. Prosedur ini dilakukan paling lambat setelah 3x24 jam, dan
Centers For Disease Control (CDC) menganjurkan agar tidak lebih dari 2x24 jam.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
      Siapkan set infus yang baru, termasuk botol cairan infus yang diresepkan
      Alirkan cairan sepanjang slang, gantung botol cairan, dan tutup klem pada standar
infus.
      Pegang poros jarum dengan satu tangan dan tangan yang lain melepaskan slang
      Sambungkan slang yang baru ke poros jarum
      Langkah selanjutnya sama dengan prosedur pemasangan infus baru
g)   Menghentikan terapi intravena. Prosedur ini dilakukan apabila progam terapi sudah
selesai jika hendak dilakukan penusukan yang baru. Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
      Tutup klem infus
      Buka slang pada area penusukan sambil memegang jarum
      Tarik jarum secepatnya dan beri penekanan pada area bekas tusukan dengan kapas
alcohol selama 2-3 menit untuk mencegah perdarahan
      Tutup area bekas tusukan dengan menggunakan kasa steril
      Catat waktu penghentian infus dan jumlah cairan yang masuk dan yang tersisa di botol.
( Tarwoto dan Wartonah, 2006 )
DAFTAR PUSTAKA

Bayhakki.(2012). Klien Gagal Ginjal Kronik: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta:


EGC

Nanda International. 2013.Diagnosa Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi.Jakarta:EGC

Asmadi.(2012). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai