A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan kesepakatan internasional tentang
energi terbarukan. Setelah menyelesaikan materi pertemuan dua belas ini
mahasiswa mampu memahami tentang Agenda 21, Konvensi Wina, Protokol
Montreal, Konvensi Perubahan Iklim, Protokol Kyoto, Clean Development
Mechanism (CDM).
B. URAIAN MATERI
1. Protokol Montreal
Pada tahun 1985, Konvensi Wina telah menetapkan mekanisme
internasional untuk bekerja sama untuk melakukan riset mengenai lapisan
ozon dan efek dari bahan kimia yang merusak ozon. Dan berdasarkan
Konvensi Wina, 20 negara dan tiga nongovernmental organizations
(NGOs) mulai bernegosiasi tentang permasalahan lapisan ozon ini selama
seminggu pada tahun 1986 dan pada September 1987 sebanyak 60
delegasi dari seluruh dunia menandatanganinya bersama, dan perjanjian
ini dinamakan Protokol Montreal. Protokol Montreal mengenai Bahan
Kimia yang Merusak Lapisan Ozon (The Montreal Protocol on Substances
That Deplete The Ozone Layer) ini disetujui pada tanggal 6 September
1987 di Headquarters of the International Civil Aviation Organization, di
Montreal, Kanada.
Protokol ini tidak hanya bereaksi atas hal yang benar-benar telah
terjadi, namun juga pada aksi prefentif dalam skala global. Protokol ini
telah diperkuat dengan lima kali amandemen. Amandemen London pada
tahun 1990, Copenhagen pada tahun 1992, Wina pada tahun 1995,
Montreal pada tahun 1997, dan Beijing pada tahun 1999. Dan
amandemen-amandemen ini menghasilkan jadwal bertahap yang baru
serta menambah substansi-substansi perusak baru dalam daftar substansi
perusak ozon yang diatur dalam Protokol Montreal.
Interaksi antara ozon dan iklim telah menjadi subyek diskusi sejak
awal 1970-an ketika para ahli menyatakan bahwa bahan kimia buatan
manusia dapat menguraikan ikatan molekul ozon. Gambar 2. menunjukkan
kaitan antara penipisan ozon dan perubahan iklim. Ozon berdampak pada
iklim terutama terkait dengan perubahan suhu. Semakin banyak ozon yang
ada di kantung udara, maka panas yang ada tetap bertahan. Ozon
menghasilkan panas di stratosfer, baik yang berasal dari absorpsi radiasi
ultraviolet matahari maupun hasil serapan radiasi infrared di troposfer.
Akibatnya, ozon stratosfer makin menurun pada suhu yang makin rendah.
Dan aksi negara dalam protokol ini membuahkan hasil yang sangat
gemilang. Laporan PBB yang diterbitkan United Nation Environment
Program (UNEP) dan World Meteorological Organization (WMO) pada
pertengahan September 200, menyatakan bahwa produksi dan konsumsi
bahan kimia perusak ozon jenis utama di seluruh dunia (CFC, halon,
Carbon Tetraklorida, Metil, Klorofom, dan Metil Bromida) sudah dikurangi
hingga 98 persen. Dan diperkirakan bahwa lapisan ozon di luar daerah
kutub sudah akan pulih pada 2048.
C. DAFTAR PUSTAKA:
1. efferson W. Tester, et al., Sustainable Energy: Choosing Among Options,
MIT Press, 2005.