Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ilham Ainur roziqin

Kelas : PAI 1 E
Absen : 47
Nim : 126201213246

KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADIST DALAM ISLAM


Pengertian Al-Hadist menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu
yang dekat atau waktu yang singkat. Hadist juga berarti berita yaitu sesuatu yang diberitakan,
diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada oarang lain. Hadist menurut istilah syara’
ialah hal-hal yang datang dari Rosulullah SAW, baik itu ucapan, perbuatan atau
pengakuan(taqrir) Hadist terbagi menjadi 3 macam, yaitu: Hadist Qouliyyah, Hadist Fi’liyyah,
dan Hadist Taqririyah.
Kedudukan Hadist dalam kedudukannya sebagai penjelas, hadist kadang-kadang
memperluas hukum dalam Al-Qur’an. Fungsi Hadist adalah untuk menjelaskan Al-Qur’an hal ini
telah sesuai dengan penjelasan Allah dalam surat An-Nahl : 64. Dengan demikian bila Al-Qur’an
disebut sebagai sumber asli bagi hukum fiqh, maka Hadist disebut sebagai bayani. Dalam
kedudukannya sebagai bayani dalam hubungannya dengan Al-Qur’an, ia menjalankan fungsi
sebagai berikut:
1. Menguatkan dan mengaskan hukum-hukumnya tersebut dalam Al-Qur’an atau disebut
fungsi ta’kid dan taqrir.
2. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-Qur’an dalam hal:
Menjelaskan arti yang masih samar dalam Al-Qur’an, Merinci yang apa-apa dalam Al-
Qur’an disebutkan secara garis besar, Membatasi apa-apa yang dalam Al-Qur’an
disebutkan secara umum, Memperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam Al-
Qur’an.
3. Menetapkan suatu hukum dalam hadist yang secara jelas tidak terdapat dalam Al-Qur’an.

HADIST DARI SEGI KUANTITAS DAN KUALITAS PERAWINYA

 Dari Segi Kuantitas

a. Hadist Mutawatir

Dalam terminologi ilmu hadits, ia merupakan hadits yang diriwayatkan oleh orang
banyak dan berdasarkan logika atau kebiasaan, mustahil mereka akan sepakat untuk
berdusta. Hadist Mutawatir ada 3 yaitu Mutawatir Lafdzi, Mutawatir Ma’nawi, DAN dan
Mutawatir ‘Amaly.

b. Hadist Ahad

Menurut istilah, hadits ahad berarti hadits yang diriwayatkan oleh orang perorangan,
atau dua orang atau lebih akan tetapi belum cukup syarat untuk dimasukkan kedalam
kategori hadits mutawatir. Hadist Ahad ada 3, yaitu : Hadist Masyhur (diriwayatkan 3
perawi), Hadist Aziz (diriwayatkan 2 perawi), dan Hadist Gharib (diriwayatkan 1 perawi)

 Dari Segi Kualitas

a. Hadist Shahih

Kata shahih dalam bahasa diartikan sehat, yang dimaksud hadis sahih adalah
hadis yang sehat dan benar serta tidak terdapat penyakit dan cacat. Hadist shahih menurut
istilah ulama berbeda pendapat, namun secara umum pendapat mereka tidak ada
perbedaan yang jauh.. Hadist Shahih ada 2 yaitu Shahih Lidzatihi (Sahih dengan
sendirinya) dan Shahih Lighairihi (Sahih karena yang lain)
b. Hadist Hasan

Hadits hasan adalah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang
adil, kurang sedikit ke-dhabit-annya, tidak ada keganjilan (syaz), dan tidak ‘illat. Macam
macam hadist hasan sama seperti hadist shahih

c. Hadist Dhoif

Hadits dha’if adalah hadits yang tidak memenuhi sebagian atau semua persyaratan
hadits hasan dan shahih.
SYARAT-SYARAT KESHAHIHAN HADITS
Hadist shahih merupakan hadist yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sanadnya bersambung, perawinya yang adil, kuat ingatannya atau kecerdasannya, tidak ada cacat
atau rusak. Dari pengertian tersebut, maka bisa di tarik kesimpulan bahwa syarat-syarat hadist
shahih itu ada 5, yaitu :
1. Muttashil (bersambung mulai dari nabi hingga rijalul hadits terakhir yang kemudian
membukukan hadits (mukharrij hadits)).
2. Adil (islam, baligh, berakal, memelihara muru’ah, dan tidak fasiq).
3. Dhobith (kuatnya hafalan).
4. Tidak Syadz (hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah dan bertentangan dengan
hadits yang lebih tsiqah).
5. Tidak Adanya ‘Illat (sebab yang tersembunyi yang dapat berakibat pada keshahihan
hadits). 
Hadits shahih dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu : Hadits Shahih Lidzatihi,
hadits shahih yang lima syaratnya terpenuhi seluruhnya dan tidak ada kekurangan apapun. Hadits
shahih lighoirihi, dikatakan sebagai hadits shahih lighoirihi apabila salah satu dari lima syarat
tersebut tidak terpenuhi.

SEJARAH TURUNNYA AL-QURAN DAN KODIFIKASINYA


Secara bahasa, Al-Qur’an merupakan masdar dari kata qara’a-yaqra’u- qira’atan-wa
qur’anan yang artinya bacaan atau yang dibaca. Adapun pengertian Al- Qur’an adalah kalam
Allah SWT yang diturunkan menggunakan bahasa Arab melalui perantara malaikat Jibril secara
berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umatnya. Kitab ini
ditulis secara mutawatir dan tertulis rapi dalam mushaf Utsmani.
Turunnya Al-Qur’an adalah pemberitahuan melalui cara yang dikehendaki Allah SWT
sehingga sampai kepada malaikat Jibril hingga Nabi Muhammad SAW di dalam hatinya yang
suci. Al-Qur’an diturunkan dalam jangka waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari. Tepatnya pada malam
17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi sampai 9 Dhulhijjah Haji wada’ tahun 63 dari
kelahiran Nabi SAW. Al-Qur’an pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW di Gua
Hira. Surat yang pertama kali diturunkan adalah Surah al-Alaq ayat 1-5.
ASBABUN NUZUL
 MAKNA ASBABUN NUZUL
Asbabun Nuzul adalah konsep, teori atau berita tentang adanya sebab-sebab
turunnya wahyu tertentu dari al-Qur'an kepada Nabi SAW, baik berupa satu ayat, satu
rangkaian ayat atau satu surat.
 FUNGSI ASBABUN NUZUL
Asbabun Nuzul memudahkan para Mufassir untuk menemukan tafsir dan
pemahaman suatu ayat dari balik kisah diturunkannya ayat itu.
 CARA MENGETAHUI ASBABUN NUZUL
Asbabun Nuzul diketahui melalui riwayat yang di sandarkan kepada Nabi
Muhammad. tidak semua riwayat yang disandarkan kepadanya bisa dipegang. Riwayat
yang dapat dipegang ialah riwayat yang memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana
ditetapkan kepada ahli hadis.
 MACAM-MACAM ASBABUN NUZUL
1. Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid.
2. Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahid.
MEMAHAMI AYAT-AYAT MAKKIYAH DAN MADANIAH
Surat Makkiyah adalah ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah selama 12 tahun 5 bulan 13
hari, sedangkan surat Madaniyah adalah surat yang diturunkan di Madinah selama 9 tahun 9
bulan 9 hari. Para ulama' berbeda dalam mendefinisikan Makiyyah dan Madaniyyah. Perbedaan
ini disebabkan oleh berbedanya kriteria yang ditetapkan untuk menetapkan Makiyyah dan
Madaniyyah sebuah surat atau ayat. Para sarjana muslim (ahli ulumul qur’an) mendefinisikan
terminologi Makkiyah dan Madaniyyah pada umumnya menjadi tiga pandangan yang didasrkan
pada tempat, waktu, bahan pembicaraan, dan sasarannya. Ayat dalam surat Makkiyah umumnya
pendek, sedangkan ayat dalam Madaniyah umumnya panjang. Surat Makkiyah mengandung
keterangan dan penjelasan tentang keimanan, perbuatan baik dan jahat, pahala bagi orang
beriman dan beramal shaleh, siksa bagi orang kafir dan durhaka, kisah para rasul dan nabi, cerita
umat terdahulu, dan berbagai perumpamaan untuk dijadikan teladan dan ibarat. Madaniyyah
pada umunya menjelaskan hal yang berhubungan erat dengan hidup kemasyarakatan atau
masalah muamalah.

Anda mungkin juga menyukai