2 Kebijakandividen
2 Kebijakandividen
DISUSUN OLEH:
EVI KURNIASIH
175080016
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
TAHUN AJARAN 2020
1
KATAPENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
segalarahmat danridha-Nyasehinggapenulisdapatmenyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul“Kebijakan Dividen”ini
tepatpadawaktunya.
Untuksemuabimbingan,petunjukdandoronganyang telahdiberikan
penulismengucapkanbanyakterimakasih.Semoga semua kebaikan
Bapak/Ibu/ Saudara/i mendapat balasanyang berlipat ganda dariAllah
SWT.
Akhirkatapenulisberharapsemogamakalahinidapatbermanfaatbagi
kitasemua.
TimPenulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas,
adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
1.2.1. Bagaimana konsep kebijakan dividen ?
1.2.2. Apa saja teori – teori kebijakan dividen ?
1.2.3. Bagaimana bentuk – bentuk kebijakan dividen ?
1.2.4. Apa pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai asset pemegang
saham ?
1.2.5. Apa saja aspek dalam kebijakan dividen ?
1.3. Tujuan
Berdasarkan uraian pada latar belakang serta rumusan masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya , maka tujuan penyusunan makalah ini , yaitu:
1.3.1. Menjelaskan konsep kebijakan dividen .
1.3.2. Mengetahui teori – teori kebijakan dividen .
1.3.3. Menjelaskan bentuk – bentuk kebijakan dividen .
1.3.4. Mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai asset
pemegang saham .
1.3.5. Menjelaskan aspek - aspek dalam kebijakan dividen .
1.4. Kegunaan
Kegunaan dari penyusunan makalah ini , adalah sebagai berikut :
1.4.1. Dari aspek keilmuan (teoritis); makalah ini diharapkan agar
menambah wawasan pengembangan ilmu, khususnya ilmu
pengetahuan manajemen keuangan yang berkenaan dengan
Kebijakan Dividen.
1.4.2. Dari aspek praktis; makalah ini diharapkan dapat membantu para
siswa dalam memahami dan mengetahui cara menentukan
Kebijakan Dividen.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
mengurangi total sumber dana intern atau internal financial. Sebaliknya
jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka
kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
Dari beberapa pengertian kebijakan dividen tersebut diatas dapat
ditarik pengertian secara keseluruhan bahwa kebijakan dividen
menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna
diinvestasikann kembali di dalam perushaan. Kebijakan dividen yang
optimal pada suatu perusahaan adalah keijakan yang menciptakan
kesimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa
mendatang sehingga memaksimumkan harga saham .
6
3) Kemampuan untuk meminjam
Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang
tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini juga merupakan
fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk
membayar dividen juga tinggi.Jika perusahaan memerlukan
pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu
mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas
perusahaan.
4) Pembatasan dalam perjanjian hutang
Pembatasan digunakan oleh para kreditur untuk
menjaga kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya.
5) Tingkat Ekspansi Aktiva
Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin
besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya,
perusahaan cenderung untuk menahan laba daripada
membayarkannya dalam bentuk deviden.
6) Stabilitas Laba
Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering
kali dapat memperkirakan berapa besar laba dimasa yang akan
datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung
membayarkan Devidend Payout Ratio yang tinggi, daripada
perusahaan yang labanya berfluktuasi. Deviden yang lebih
rendah akan mebih mudah untuk dibayar apabila laba menurun
pada masa yang akan datang.
7) Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan,
makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan dana
untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya,
perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk
menahan earning nya daripada dibayarkan sebagai dividen
7
kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan-
batasan biayanya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa
makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan makin besar dana
yang dibutuhkan, makin besar kesempatan untuk memperoleh
keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan
dalam perusahaan, yang ini berarti makin rendah dividend
payout rationya.
Apabila perusahaan telah mencapai tingkat
pertumbuhan sedemikian rupa sehingga perusahaan telah well
established, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan
dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana eksteren
lainnya, maka keadaannya adalah berbeda. Dalam hal yang
demikian perusahaan dapat menetapkan dividend payout
ratio yang tinggi.
8) Keadaan Pemegang Saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif
tertutup, manajemen biasanya mengetahui dividen yang
diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan
tepat.Jika hampir semua pemegang saham berada dalam
golonganhigh tax dan lebih suka memperoleh capital gains,
maka perusahaan dapat mempertahankan dividend payout
ratioyang rendah. Dengan dividend payout ratio yang rendah
tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan
laba untuk kesempaan investasi yang profitable. Untuk
perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat
menilai dividen yang diharapkan pemegang saham dalam
konteks pasar.
9) Pembatasan Hukum
Pembatasan hukum tertentu bisa membatasi jumlah
dividen yang bisa dibayarkan perusahaan.Menurut Arthur J
Keown, menyatakan bahwa batasan hukum
8
yaitu Pembatasanmenurut Undang-Undang, dapat
mengahalangi perusahaan dalam membayar dividen.
10) Pengawasan Terhadap Perusahaan
Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya
membiayai ekspansinya dengan dana yang berasal dari sumber
interen saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar
pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang
berasal dari hasil penjualan saham baru akan
melemahkan control dari kelompok dominan di dalam
perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan
uang akan memperbesar risiko financialnya. Mempercayakan
pada pembelanjaan interen dalam usaha
mempertahankan control terhadap perusahaan, berarti
mengurangi dividen payout ratio nya.
9
MM menyatakan bahwa dividen tidak relevan berdasarkan
asumsi-asumsi di bawah ini:
1. Pasar modal sempurna, di mana para investor mempunyai
kesamaan informasi, tidak ada biaya transaksi dan tidak ada
pajak.
2. Para investor bersifat rasional.
3. Semua peserta pasar bersifat price-taker.
4. Adanya unsur ketidakpastian bagi arus pendapatan masa
datang dan para investor mempunyai informasi yang sama.
5. Manajer dalam pengambilan keputusannya mengenai produksi
dan investasinya disesuaikan dengan informasi tersebut.
6. Untuk memisahkan pengaruh dividen dan pengaruh leverage,
maka semua perusahaan dianggap memiliki rasio D/S sama.
7. Perusahaan-perusahaan semestinya memiliki kelas risiko yang
sama.
8. Perusahaan dengan produksi yang sekarang memiliki yield
yang sama.
10
keuntungan modal. MM menamakan pendapat Gordon-Lintner
sebagai kekeliruan bird-in-the-hand, yakni: mendasarkan pada
pemikiran bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih
berharga dibandingkan seribu burung di udara. Dengan demikian,
perusahaan yang mempunyai dividend payout ratio yang tinggi akan
mempunyai nilai perusahaan yang tinggi pula.
Namun menurut pandangan MM, kebanyakan investor
merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam
saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan
dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi
investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko
arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividen.
11
2.3.2. Kebijakan Dividen Dengan Penetapan Jumlah Dividen Minimal
Plus Jumlah Ekstra Tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per
lembar saham tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih
baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra diatas jumlah
minimal tersebut.
2.3.3. Kebijakan Dividend Rayout Ratio(DPR)yang Tetap (Constant
Dividend Payout Ratio Policy).
Dalam hal ini, jumlah dividen akan berubah-ubah sesuai dengan
jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan adalah
tetap. Deviden yang dibayar berfluktuasi tergantung besarnya
keuntungan bagi pemegang saham.Misalnya DPO 60% dari
keuntungan. Jika keuntungan Rp 1 miliar, maka deviden yang
dibayarkan sebesar 60% x Rp 1 Milyar = Rp 600 juta.
2.3.4. Kebijakan Dividen yang Fleksibel
Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen
payout ratio yang fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan
dengan posisi financial dan kebijakan financial dari perusahaan yang
bersangkutan.
Contoh :
PT. Indrajati selama 8 tahun terakhir mempunyai pola laba bagi
pemegang saham sebagai berikut :
Tabel Laba Untuk Pemegang Saham
12
Perusahaan mempunyai lembar saham yang beredar sebanyak 80.000
lembar saham . Dari data tersebut , dapat ditentukan besarnya
kebijakan dividen dia atas sebagai berikut :
a. Laba per lembar saham (Earning per share)
EPS dihitung dengan rumus :
Laba bagi pemegang saham
EPS =
Jumlah lembar saham yang beredar
13
Dividen Per Share
Tahun Perhitungan
(Rp)
2001 3.000 x 60% 1.800
2002 1.250 x 60% 750
2003 3.750 x 60% 2.250
2004 6.250 x 60% 3.750
2005 7.500 x 60% 4.500
2006 8.125 x 60% 4.875
2007 8.750 x 60% 5.250
2008 6.875 x 60% 4.125
14
Oleh karena itu, dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat
memaksimalkan nilai perusahaan. Berdasarkan pada pemikiran di atas,
penulis mencoba untuk melakukan penelitian dalam skripsi yang berjudul
“Analisis Faktor-faktor Kebijakan Dividen dan Pengaruhnya Terhadap Harga
Saham” .Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor kebijakan
dividen yang meliputi posisi solvabilitas, posisi likuiditas, tingkat keuntungan
(ROA), dan ukuran perusahaan baik secara simultan maupun parsial terhadap
nilai perusahaan yang tercermin pada harga pasar saham perusahaan pada
sektor industri perbankan tahun 2003. Dalam penelitian ini unit observasi
yang digunakan adalah 19 perusahaan pada sektor industri perbankan yang
sudah go public atau sudah terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif.Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi
berganda.Berdasarkan pengujian secara simultan, faktor-faktor kebijakan
dividen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga pasar saham
perusahaan dengan nilai koefisien determinasi sebesar 44.02%.Berdasarkan
pengujian secara parsial, hanya terdapat faktor kebijakan dividen yang
berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham perusahaan, yaitu tingkat
keutungan (ROA). Sedangkan tiga faktor kebijakan dividen lainnya, yaitu
posisi solvabilitas, posisi likuiditas, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga pasar saham perusahaan(Hairudin & Desmon,
2020).
15
pada dasarnya tidak mengubah jumlah modal sendiri. Namun
demikian cash flow perusahaan tidak terganggu karena perusahaan
tidak perlu mengeluarkan uang tunai. Peristiwa ini dilakukanjika
posisi kas perusahaan atau likuiditas diperlukan oleh perusahaan.
Investor dalam hal ini akan memiliki lebih banyak saham tetapi laba
per lembar saham lebih rendah. Proporsi pemilikan investor tidak
mengalami perubahan.
Pengaruh kebijakan dividen terhadap :
a) Neraca
Pengaruh stock dividen terhadap neraca adalah
merubah jumlah total saham menjadi meningkat , sehingga
laba , dividen , dan harga per saham seluruhnya menurun .
Dengan menggunakan dividen saham , nilai nominal tetap ,
tettapi pos akuntansi mengadakan pemindahan modal dari
rekening laba yang ditahan ke rekening saham biasa dan modal
disetor (paid-in capital) . Pemindahan modal dari laba yang
ditahan dihitung dengan rumus :
Jumlah uang yang dipindahkan dari laba ditahan = jumlah
lembar saham yang beredar x presentase dividen saham x
Harga pasar saham
b) Harga Saham
Jika dividen saham disertai dengan kenaikan dividen
tunai , nilai saham perusahaan akan meningkat . Sebaliknya
jika dividen saham tidak disertai dengan kenaikan dividen
tunai , atau dilusi laba dan dividen per saha menyebabkan nilai
saham akan menurun dengan persentase sebesar dividen
saham. Jadi Faktor fundamental yang menentukan harga
adalah laba dan dividen tunai per saham .
Contoh:
16
Saham biasa (nominal Rp 1000 ;3.000.000 lembar) Rp. 3.000.000.000
Jawab:
17
Stock dividend meningkatkan jumlah saham yang beredar,
sehingga laba per saham (EPS) akan menurun secara proporsional.
Jadi para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang
bertambah, tetapi mempunyai EPS yang berkurang, sehingga proporsi
keuntungan totalnya tetap tidak berubah. Pembagian stock dividen
akan menurunkan harga saham sehingga tidak memberikan manfaat
ekonomis, kalau kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
tidak berubah, demikian juga dengan biaya modalnya.
18
Dengan demikian struktur modal tidak berubah, dan nilai jual
saham biasa, agio, dan laba tidak mengalami perubahan.Tetapi harga
nominal dan lembar saham berubah proporsional.
Tujuan dari stock split:
Menurunkan harga saham, sehingga menarik pembeli/investor.
Diharapkan harga akan meningkat.
Menguntungkan bagi investor, jika dividen yang dibayar lebih
besar, misalnya sebelum dipecahkan membayar dividen Rp.
2.000 per lembar. Setelah dipecahkan hanya membayar dividen
Rp. 1.250 per lembar, maka investor akan menerima dividen Rp.
2.500 dengan nilai penyertaan yang sama besarnya.
Contoh:
19
100 lembar = 200 lembar, meskipun total nilainya tidak mengalami
perubahan. Kekayaan investor tidak berubah, sehingga tidak ada
keuntungan ekonomis yang diperolehnya dari stock split.
Jadi ada persamaan antara Stock Devidend dan Stock Split, yaitu:
1. Keuntungan
20
positif oleh investor karena saham digunakan , atau
seringkali didorong oleh obligasi konvertibel ditukar
keyakinan pihak dengan saham , atau hak
manajemen bahwa harga membeli saham
saham perusahaan terlalu dilaksanakan oleh
rendah . pemegang saham .
b. Para pemegang saham dapat b. Manajemen enggan
memilih apakah akan menaikkan dividen kecuali
menjual atau tidak saham kenaikan tersebutdapat
yang dimilikinya . dipertahankan dimasa
mendatang.
c. Dapat menghilangkan blok c. Dapat digunakan untuk
saham yang besar yang merombak struktur modal .
berarti bursa serta menekan
harga per saham.
d. Jika para pemegang saham
adalah orang yang memiliki
kelebihan kas yang banyak
dan memiliki sebagian
besar saham perseroan
kemungkinan besar mereka
lebih suka untuk membeli
kembali saham daripada
membagikan dividen
disebabkan faktor pajak.
2. Kerugian
21
pembelian kembali saham. tertentu dalam hal
pembayaran.
b. Pada umumnya perusahaan b. Kemungkinan dilakukan
melakukan pembelian penyidikan jika perusahaan
kembali sahamnya guna memanipulasi harga
menghindarkan kemungkinan sahamnya.
adanya gugatan pemegang
saham.
c. Perusahaan mungkin
membayar harga yang terlalu
tinggi atas saham yang dibeli
kembali sehingga merugikan
pemegang saham yang tidak
menjual sahamnya .
Contoh:
22
b. Laba per saham setelah kebijakan pembelian kembali
saham.
c. Harga saham setelah kebijakan pembelian kembali saham
dengan asumsi P/E Ratio konstan.
Jawab:
EAT = 550 juta
Payout Ratio = 50%
Outstanding share = 1,1 juta
P saham = Rp 2500 / lembar
P treasury stock = Rp 2750 / lembar
a. Sebelum kebijakan pembelian saham:
EPS = Rp.550,- juta / 1,1 juta = Rp 500 /lembar
Price <- PER = 2500 / 500 = 5
EPS
b. Setelah kebijakan pembalian kembali saham:
EAT untuk treasury stock = ½ x Rp.550,- juta
= Rp.275,- juta
Jumlah saham yang dapat ditarik kembali = 275 juta / 2750 =
100 ribu lembar
EPS = Rp.550,- juta / 1 juta = Rp 550,- / lembar
c. P saham = PER X EPS = 5 x Rp 550,- = Rp 2.750,-
23
BAB III
KESIMPULAN
24
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan
keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah
keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi
kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk
menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Faktor
yang mempengaruhi kebijakan deviden yaitu posisi likuiditas perusahaan,
kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan,
pengawasan terhadap perusahaan, kemampuan meminjam, tingkat keuntungan,
stabilitas return, dan akses kepasar modal. Pendapat tentang kebijakan deviden
yaitu pendapat tentang ketidakrelevanan deviden (irrelevant theory) dan Pendapat
tentang relevansi deviden (relevant theory).Macam-macam kebijakan deviden
yaitu kebijakan deviden yang stabil, kebijakan deviden dengan penetapan jumlah
deviden minimal ditambah jumlah ekstra tertentu, kebijakan deviden dengan
penetapan deviden payout ratio yang konstan, dan kebijakan deviden yang stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Hairudin, H., Bakti, U., & Rachmadi, A. (2020). Implikasi Profitabilitas Terhadap
25
Nilai Perusahaan dan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening
(Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2009-2016). Jurnal Manajemen Bisnis, 17(2), 150–172.
26