Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena Rahmat dan KaruniaNya
kami bisa menyusun makalah berjudul “ONTOLOGI FILSAFAT ILMU” ini dengan tepat
waktu, guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Filsafat Ilmu, Fakultas Tarbiah dan Ilmu
Keguruan.
Dalam pembuatan makalah ini, kami banyak mendapat hambatan dan tantangan namun
dengan dukungan dari berbagai pihak, tantangan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, tim
penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah ikut membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Untuk itu penulis sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuannya, yaitu:
1. Bapak H. Riduwan, M. Pd. I, selaku Rektor Institut Agama Islam Pangeran Diponegoro
(IAI) Nganjuk yang telah berjasa memimpin dan memperjuangkan kampus sehingga dapat
beralih status menjadi Institut. Semoga kedepan menjadi lebih baik lagi dan menjadi universitas.
2. Bapak H. Soim, M. Pd. I, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan (FTIK), yang
telah membimbing mahasiswa mengenai pentingnya dunia akademik.
3. Bapak Muhammad Syaifulloh, M.Pd selaku Dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu
yang mengarahkan dengan penuh kesabaran dan ketelatenannya, memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam mata kuliah ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat dunia akhirat.
Penyusun sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik segi penyusunan maupun
isinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah
selanjutnya. Akhir kata, harapan kami makalah ini bisa memberikan manfaat untuk pembaca dan
kita sekalian.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia yang berakal sehat pasti memiliki pengetahuan, baik berupa fakta,
konsep, prinsip, maupun prosedur tentang suatu objek. Pengetahuan dapat dimiliki berkat adanya
pengalaman atau melalui interaksi antar manusia dan lingkungannya.
Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik bersifat
abstrak ataupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Sehingga untuk faham betul
semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-pemetaan dan mungkin kita hanya
bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang lingkup filsafat.
Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau bagian yaitu;
epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita memperoleh pengetahuan,
ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang hakikat segala sesuatu yang melahirkan
pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai yang membahas tentang guna pengetahuan. Sehingga,
mempelajari ketiga cabang tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu luas
ruang lingkup dan pembahasannya.
Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat, hanya saja
berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula. Epistemologi sebagai teori
pengetahuan membahas tentang bagaimana mendapat pengetahuan, bagaimana kita bisa tahu dan
dapat membedakan dengan yang lain. Ontologi membahas tentang apa objek yang kita kaji,
bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir. Sedangkan aksiologi
sebagai teori nilai membahas tentang pengetahuan kita akan pengetahuan di atas, klasifikasi,
tujuan dan perkembangannya.
Akan tetapi untuk sekarang ini penulis akan menitik-beratkan pembahasannya kepada
masalah ontologi yang mana membahas tentang apa objek yang kita kaji, bagaimana wujudnya
yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi ontologi Ilmu Pengetahuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ontologi
Ontologi dalam bahasa Inggris “ontology”, Tokoh pertama yang membuat istilah
ontologi adalah Christian Wolff (1679-1714). Istilah itu berakar dari bahasa Yunani, yang terdiri
dari dua kata, yaitu ontos berarti “yang berada atau keberadaan”, dan logos berarti ilmu
pengetahuan atau ajaran atau juga pemikiran (Lorens Bagus:2000). Maka ontologi dapat
diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada pada ilmu.Dan juga dapat
diartikan bahwa ontologi adalah pemikiran mengenai yang ada dan keberadaannya. Sedangkan
menurut Jujun S .Suriasumantri dalam Pengantar Ilmu dalam Perspektif mengatakan, ontologi
membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain,
suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”, Menurut Pandangan The Liang Gie Ontologi
adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna dari sebuah eksistensi yang
pembahasannya meliputi persoalan-persoalan.
Objek ilmu atau keilmuan itu empirik, dunia yang dapat dijangkau dengan panca indra.
Jadi objek ilmu adalah pengalaman indrawi. Dengan kata lain ontology adalah ilmu yang
mempelajari hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada penalaran
logis. Bidang pembicaraan teori tentang ontologi (hakikat) ini luas sekali, segala yang ada dan
yang mungkin ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai. Nama lain untuk teori
tentang hakikat ialah teori tentang keadaan (Langeveld).
Apa itu hakikat ? hakikat ialah realitas; realitas adalah ke-real-an; real artinya kenyataan
yang sebenarnya. Jadi, hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu,
bukan keadaan sementara atau menipu, bukan keadaan yang berubah.1
Dari teori hakikat (ontologi) ini kemudian munculah beberapa aliran dalam filsafat,
antara lain: Filsafat Materialisme, Filsafat Idealisme, Filsafat Monoisme, Filsafat Dualisme,
Filsafat Skeptisisme, dan Filsafat Agnostisisme.2
1
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), hal. 28
2
] Drs. H. Mohammad Adib, Filsafat Ilmu; Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hal. 68
Argumen ontologis ini pertama kali dilontarkan oleh Plato (428-348 SM) dengan teori
ideanya. Idea yang dimaksud oleh Plato adalah definisi atau konsep universal dari setiap sesuatu.
Idea itu adalah paham, gambaran atau konsep universal yang berlaku untuk seluruh kuda yang
berada di Benua manapun di Dunia ini.3
Demikan pula manusia juga punya idea. Idea manusia menurut Plato adalah “badan
hidup” yang kita kenal dan dapat berfikir.Tiap-tiap sesuatu di alam ini mempunyai idea. Idea
inilah yang merupakan hakikat sesuatu dan menjadi dasar wujud sesuatu itu. Idea-idea itu berada
di balik yang nyata dan idea itulah yang abadi.
Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang
berbeda dimana entitas (wujud) dari kategori-kategori yang logis yang berlainan (objek-objek
fisik, hal universal, abstraksi) dapat dikatakan ada dalam rangka tradisional. ontologi dianggap
sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaianya
akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada.
Para ahli memberikan pendapatnya tentang realita itu sendiri, diantaranya Bramel. Ia
mengatakan bahwa ontologi ialah interpretasi tentang suatu realita dapat bervariasi, misalnya
apakah bentuk dari suatu meja, pasti setiap orang berbeda-beda pendapat mengenai bentuknya,
tetapi jika ditanyakan bahanya pastilah meja itu substansi dengan kualitas materi, inilah yang
dimaksud dari setiap orang bahwa suatu meja itu suatu realita yang kongkrit.
Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedang
metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi, dan teologi.
Kosmologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan tentang alam
semesta. Psikologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakn tentang jiwa
manusia. Teologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan Tuhan.
B. Objek Ontologi
1. Objek Materi
Secara antologis, artinya metafisis umum, objek materi yang dipelajari dalam plural ilmu
pengetahuan, bersifat monistik pada tingkat yang paling abstrak. Seluruh objek materi pluralitas
ilmu pengetahuan, seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan zat kebendaan berada pada
tingkat abstrak tertinggi, yaitu dalam kesatuan dan kesamaannya sebagai makhluk. Kenyataan itu
3
Ibid, hal. 69
mendasari dan menentukan kesatuan pluralitas ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, prulalitas
ilmu pengetahuan berhakikat satu, yaitu dalam kesatuan objek materinya.
2. Objek Forma
Objek ontologi adalah yang ada, yaitu ada individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak
terbatas, ada universal, ada mutlak, termasuk metafisika dan ada sesudah kematian maupun
segala sumber yang ada yaitu tuhan yang maha esa. Objek forma ontologi adalah hakikat seluruh
realitas. Bagi pendekatan realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, akan menjadi kualitatif,
realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme.
Objek forma ini sering dipahami sebagai sudut atau titik pandang, yang selanjutnya
menenentukan ruang lingkup. Berdasarkan ruang lingkup studi inilah selanjutnya ilmu
pengetahuan berkembang menjadi prular, berbeda-beda dan cenderung saling terpisah antara satu
dengan yang lain.
C. Aliran-aliran
1. Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran
ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan
dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi, yang lainnya jiwa atau ruh itu hanyalah
merupakan akibat saja dari proses gerakan kebenaran dengan salah satu cara tertentu.
Kalau dikatakan bahwa materialisme sering disebut naturalism, sebenarnya ada sedikit
perbedaan diantara dua paham itu. Namun begitu, materlialisme dapat dianggap suatu
penampakan diri dari naturalism. Naturalisme berpendapat bahwa alam saja yang ada, yang
lainnya diluar alam tidak ada. Yang dimaksud alam disini ialah segala-galanya, meliputi benda
dan ruh. Jadi benda dan ruh sama nilainya dianggap sebagai alam yang satu. Sebaliknya,
materialisme menganggap ruh adalah kejadian dari benda. Jadi tidak sama nilai benda dan ruh
seperti dalam naturalisme.
2. Idealisme
Sebagai lawan materialisme adalah aliran idealisme yang dinamakan juga spiritualisme.
Idealisme berarti serba cita, sedang spiritualisme berarti serba ruh.
Idealisme diambil dari kata “Idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini
beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma)
atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menepati ruang. Materi atau zat
itu hanyalah suatu jenis dari penjelasan ruhani.
Materi bagi penganut idealisme sebenarnya tidak ada. Segala kenyataan ini termasuk
kenyataan manusia adalah ruh. Ruh itu tidak hanya menguasai manusia perorangan, tetapi juga
kebudayaan. Jadi kebudayaan adalah perwujudan dari alam cita-cita itu adalah ruhani.
Karenanya aliran ini dapat disebut idealisme dan dapat disebut spiritualisme.
3. Dualisme
Setelah kita memahami bahwa hakikat itu satu (monisme) baik materi ataupun ruhani,
ada juga pandangan yang mengatakan bahwa hakikat itu ada dua aliran ini disebut dualisme.
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya,
yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul
dari ruh, dan ruh bukan muncul dari benda. Sama-sama hakikat. Kedua macam hakikat itu
masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan keduanya
menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama
kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia.
Umumnya manusia tidak akam mengalami kesulitan untuk menerima prinsip dualisme
ini, kerana setiap kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh pancaindera kita, sedang kenyataan
batin dapat segera diakui adanya oleh akal dan perasaan hidup.
4. Pluralisme
Tokoh modern aliran ini William James (1842-1910 M). kelahiran New York dan
terkenal sebagai seorang psiolog dan filosof Amerika. Dalam bukunya The Meaning of Truth
james mengemukakan, tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap,
yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal.
5. Nihilisme
Nihilisme berasal dari Bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin
yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif.
Dokrin tentang nihilisme sebenarnya sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, yaitu
pada pandangan Gorgias (483-360 SM) yang memberikan tiga proposisi tentang realitas.
Pertama, tidak ada sesuatu pun yang eksis. Realitas itu sebenarnya tidak ada. Kita harus
menyatakan bahwa realitas itu tunggal dan banyak, terbatas dan tak terbatas, dicipta dan tak
dicipta
Kedua, bila sesuatu itu ada, ia dapat diketahui. Ini disebabkan oleh penginderaan itu tidak
dapat dipercaya, penginderaan itu sumber ilusi. Kita berfikir dengan kemauan, ide kita, yang kita
terapkan pada fenomena. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita
beritahukan kepada orang lain.
6. Agnotisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik
hakikat materi ataupun hakikat ruhani. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang
mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri
dan dapat kita kenal. Aliran ini dengan tegas selalu menyangkal adanya suatu kenyataan mutlak
yang bersifat trancedent.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos = ada, dan
logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu
yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk
jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. Metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat
yang membicarakan prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada.
2. Objek ontologi terbagi menjadi dua, pertama, objek materi, Kesatuan ilmu pengetahuan
tersebut menjadi semakin jelas jika ditinjau dari sumber asal seluruh perbedaan objek materi itu.
Semua makhluk, sebagai objek materi pluralitas ilmu pengetahuan, secara sistematis
berhubungan dengan proses kausalistik.Kedua, objek forma, Objek forma ini sering dipahami
sebagai sudut atau titik pandang, yang selanjutnya menentukan ruang lingkup. Berdasarkan
ruang lingkup studi inilah selanjutnya ilmu pengetahuan berkembang menjadi prular, berbeda-
beda dan cenderung saling terpisah antara satu dengan yang lain.Aliran-aliran yang ada pada
ontologi yaitu materialisme, idealisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, agnotisisme.
DAFTAR PUSTAKA
Adib, Mohammad. 2015. Filsafat Ilmu; Ontologi, Enpistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Anwar, Saeful. 2007. Filsafat Ilmu Al-Ghazali; Dimensi Ontologi, dan Aksiologi, Bandung:
Pustaka Setia.
Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Hidayat, Anwar, Ruang Lingkup Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi, (7
Januari 2014), https://plus.google.com/111276199-303520579310, diakses pada tanggal 10
April 2016.