Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dorothea E. Orem merupakan salah seorang teoritis keperawatan terkemuka di Amerika.
Dorothe E. Orem lahir di Baltimore, Maryland di tahun 1914. Ia memperoleh gelar sarjana
keperawatan pada tahun 1939 dan Master Keperawatan pada tahun 1945. Selama karir
profesionalnya, dia bekerja sebagai seorang staf keperawatan, perawat pribadi, perawat
pendidik dan administrasi, serta perawat konsultan.
Model konsep menurut Dorothea E. Orem yang dikenal dengan model Self Care
memberikan pengertian jelas bahwa bentuk pelayanan keperawatan dipandang dari suatu
pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar dengan
tujuan mempertahankan kehidupan,kesehatan,kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat dan
sakit.Ia pertama kali mempubilkasikan ide-idenya dalam “Keperawatan : Konsep praktik”,
pada tahun 1971, yang kedua pada tahun 1980 dan yang terakhir di tahun 1995.
Dalam pemahaman konsep keperawatan khususnya dalam pandangan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar, Orem membagi dalam kelompok kebutuhan dasar yang terdiri dari
pemeliharaan dalam pengambilan udara (oksigenasi), pemeliharaan pengambilan air,
pemeliharaan dalam pengambilan makanan, pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi,
pemeliharaan keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial, kebutuhan akan
pencegahan pada kehidupan manusia dalam keadaan sehat dan kebutuhan dalam
perkembangan kelompok sosial sesuai dengan potensi pengetahuan dan keinginan manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah Dorothea E. Orem ?
2. Apa model konsep Dorothea E. Orem tentang teori keperawatan ?
3. Bagaimana teori keperawatan menurut Dorothea E. Orem ?
4. Apa perbedaan  teori Dorothea E. Orem dan proses keperawatan ?
5. Apa kekuatan dan kelemahan teori Dorothea E. Orem ?
6. Apa paradigma keperawatan menurut Dorothea E. Orem?
7. Apa karakteristik keperawatan menurut Dorothea E. Orem ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan menurut Dorothea E. Orem ?
9. Bagaimana contoh aplikasi teori Dorothea E. Orem dalam keperawatan ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Agar mahasiswa memahami tentang teori keperawatan Dorothea E. Orem
Tujuan khusus :
1. Agar mahasiswa mengerti bagaimana sejarah Dorothea E. Orem.
2. Agar mahasiswa mengerti apa model konsep Dorothea E. Orem.
3. Agar mahasiswa mengerti bagaimana teori sistem keperawatan menurut Dorothea E.
Orem.
4. Agar mahasiswa mengerti perbedaan  teori Dorothea E. Orem dan proses
keperawatan.
5. Agar mahasiswa mengerti apa kekuatan dan kelemahan teori Dorothea E. Orem
6. Agar mahasiswa mengerti paradigma keperawatan menurut Dorothea E. Orem.
7. Agar mahasiwa mengerti apa karakteristik keperawatan menurut Dorothea E. Orem.
8. Agar mahasiswa mengerti bagaimana asuhan keperawatan menurut Dorothea E.
Orem.
9. Agar mahasiswa mengerti bagaimana Contoh aplikasi teori Dorothea E. Orem dalam
keperawatan.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Dorothea E. Orem

Dorothea Orem adalah salah seorang teoritis keperawatan terkemuka di Amerika.


Dorothe Orem lahir di Baltimore, Maryland di tahun 1914. Ia memperoleh gelar sarjana
keperawatan pada tahun 1939 dan Master Keperawatan pada tahun 1945. Tahun 1958- 1959
sebagai konsultan di Departemen kesehatan pada bagian pendidikan kesejahteraan dan
berpartisipasi pada proyek pelatihan keperawatan. Tahun 1959 konsep perawatan Orem
dipublikasikan pertama kali. Selama karir profesionalnya, dia bekerja sebagai seorang staf
keperawatan, perawat pribadi, perawat pendidik dan administrasi, serta perawat konsultan.
Ia menerima gelar Doktor Honoris Causa pada tahun 1976. Tahun 1965 bergabung
dengan Universitas Katolik di Amerika membentuk model teori keperawatan komunitas
sebagai anggota subkomite kurikulum. Tahun 1968 membentuk kelompok konferensi
perkembangan keperawatan, yang menghasilkan kerja sama tentang perawatan dan disiplin
keperawatan. Tahun 1980 mendapat gelar penghargaan dari alumni Universitas Katolik
Amerika tentang teori keperawatan.
Ia mengakui kebutuhan untuk melanjutkan perkembangan konseptualisasi keperawatan.
Selanjutnya Orem mengembangkan konsep keperawatan tentang perawatan diri sendiri dan
dipulikasikan dalam keperawatan (Concept of Pratice tahun 1971). Tahun 1980
mempublikasikan buku kedua yang berisi tentang edisi pertama diperluas pada keluarga,
kelompok dan masyarakat. Kemudian, tahun 1985 mempublikasikan buku kedua yang berisi
tentang tiga teori, yaitu ; Theory self care, theory self care deficit, theory system
keperawatan. Hingga akhirnya, Dorothea Orem meninggal dunia pada tahun 2007.
Persembahan oleh rekan-rekan terdekat Dorothea Orem ditampilkan dalam jurnal resmi IOS,
tentang Self-Care, Dependent-Care Nursing (SCDCN).

3
2.2 Model keperawatan Dorothea E. Orem
Model konsep menurut Dorothea E. Orem yang dikenal dengan keperawatan mandiri
(self care) yaitu suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu
sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraannya sesuai dengan keadaan, baik sehat maupun sakit (Orem's, 1980).
Model self Care (perawatan diri) ini memiliki keyakinan dan nilai yang ada dalam
keperawatan diantaranya dalam pelaksanaan berdasarkan tindakan atas kemampuan.
Self Care didasarkan atas kesengajaan serta dalam pengambilan keputusan dijadikan sebagai 
pedoman dalam tindakan, setiap manusia menghendaki adanya self care dan sebagai bagian
dari kebutuhan dasar manusia,seseorang mempunyai hak dan tanggung jawab dalam
perawatan diri sendiri dan orang lain dalam memelihara kesejahteraan,self care juga
merupakan perubahan tingkah laku secara lambat dan terus menerus didukung atas
pengalaman sosial sebagai hubungan interpersonal, self care akan meningkatkan harga diri
seseorang dan dapat mempengaruhi dalam perubahan konsep diri.
Orem membagi Kebutuhan Dasar dalam kelompok yang terdiri dari pemeliharaan dalam
pengambilan udara (oksigenasi), pemeliharaan pengambilan air, pemeliharaan
dalam pengambilan makanan, pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi, pemeliharaan
keseimbangan aktivitas dan istirahat, pemeliharaan dalam keseimbangan antara kesendirian
dan interaksi sosial, kebutuhan akan pencegahan pada kehidupan manusia dalam keadaan
sehat dan kebutuhan daalam perkembangan kelompok sosial sesuai dengan potensi,
pengetahuan dan keinginan manusia.

2.3 Teori Keperawatan menurut Dorothea E. Orem 


Pelayanan manusia yang berpusat kepada kebutuhan manusia untuk mengurus diri
bagaimana mengaturnya secara terus menerus untuk dapat menunjang kesehatan dan
kehidupan, sembuh dari penyakit atau kelangkaan dan menanggulangi akibat-akibatnya
(Orem, 1971). Menurut Orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa
setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu
individu memenuhi kabutuhan hidup, memlihara kesehatan dan kesejahteraannya, oleh
karena itu teori ini dikenal sebagai Self Care (perawatan diri) atau Self Care Defisit Teori.
Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia, dan orang sakit
membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas Self Care mereka.

4
Teori ini mengacu kepada bagaimana individu memenuhi kebutuhan dan menolong
keperawatannya sendiri, maka timbullah teori dari Orem tentang Self Care Deficit of
Nursing. Dari teori ini oleh Orem dijabarkan ke dalam tiga teori yaitu :
1. Self Care
Teori self care ini berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang the nepeutic sesuai dengan
kebutuhan. Perawatan diri sendiri adalah suatu langkah awal yang dilakukan oleh seorang
perawat yang berlangsung secara continue sesuai dengan keadaan dan keberadannya ,
keadaan kesehatan dan kesempurnaan.
Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari seseorang dalam memelihara
kesehatannya serta mempertahankan kehidupannya. Terjadi hubungan antar pembeli self care
dengan penerima self care dalam hubungan terapi. Orem mengemukakan tiga
kategori/persyaratan self care yaitu : persyaratan universal, persyaratan pengembangan dan
persyaratan kesehatan.
Penekanan teori self care secara umum :
1. Pemeliharaan intake udara
2. Pemeliharaan intake air
3. Pemeliharaan intake makanan
4. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan eksresi
5. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
6. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi sosial
7. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia
8. Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial sesuai
dengan potensinya.
2. Self Care Deficit
Teori ini merupakan inti dari teori perawatan general Orem, yang menggambarkan kapan
keperawatan di perlukan. Oleh karena perencanaan keperawatan pada saat perawatan yang
dibutuhkan. Bila dewasa (pada kasus ketergantungan, orang tua, pengasuh) tidak mampu atau
keterbatasan dalam melakukan self care yang efektif.
Teori self care deficit diterapkan bila :
1. Anak belum dewasa
2. Kebutuhan melebihi kemampuan perawatan
3. Kemampuan sebanding dengan kebutuhan tapi diprediksi untuk masa yang akan
datang.

5
3. Nursing system
Teori yang membahas bagaimana kebutuhan “Self Care” patien dapat dipenuhi oleh
perawat, pasien atau keduanya. Nursing system ditentukan atau direncanakan berdasarkan
kebutuhan “Self Care” dan kemampuan pasien untuk menjalani aktifitas “Self Care”.
Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System :
1. The Wholly compensatory system
Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh kepada
pasien dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan keperawatan secara
mandiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi, serta
adanya manipulasi gerakan.
2. The Partly compensantory system
Merupakan system dalam memberikan perawatan diri secara sebagian saja dan ditujukan
pada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien post op abdomen
dimana pasien ini memiliki kemampuan seperti cuci tangan, gosok gigi, akan tetapi butuh
pertolongan perawat dalam ambulasi dan melakukan perawatan luka.
3. The supportive – Educative system
Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya untuk dipelajari, agar
mampu melakukan perawatan mandiri.
4. Metode bantuan
Perawat membantu klien dengan menggunakan sistem dan melalui lima metode bantuan
yang meliputi :
1. Acting atau melakukan sesuatu untuk klien
2. Mengajarkan klien
3. Menagarahkan klien
4. Mensuport klien
5. Menyediakan lingkungan untuk klien agar dapat tumbuh dan berkembang.

Model Orem's menyebutkan ada beberapa kebutuhan self care yang disebutkan sebagai
keperluan self care (self care requisite), yaitu :
1. Universal self care requisite ; keperluan self care universal dan ada pada setiap manusia
dan berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan proses kehidupan, biasanya mengacu pada
kebutuhan dasar manusia. Universal requisite yang dimaksudkan adalah :
1. Pemeliaharaan kecukupan intake udara
2. Pemeliharaan kecukupan intake cairan

6
3. Pemeliaharaan kecukupan makanan
4. Pemeliaharaan keseimbangan antara aktifitas dan istirahat
5. Mencegah ancaman kehidupan manusia, fungsi kemanusiaan dan kesejahteraan
manusia
6. Persediaan asuhan yang berkaitan dengan proses- proses eliminasi
7. Meningkatkan fungsi human fungtioning dan perkembangan ke dalam kelompok
sosial sesuai dengan potensi seseorang, keterbatasan seseorang dan keinginan
seseorang untuk menjadi normal.
2. Developmental self care requisite : terjadi berhubungan dengan tingkat perkembangan
individu dan lingkungan dimana tempat mereka tinggal yang berkaitan dengan perubahan
hidup seseorang atau tingkat siklus kehidupan.
3. Health deviation self care requisite : timbul karena kesehatan yang tidak sehat dan
merupakan kebutuhan- kebutuhan yang menjadi nyata karena sakit atau ketidakmampuan
yang menginginkan perubahan dalam perilaku self care.

2.4 Teori Dorothea E. Orem dan proses keperawatan


Menurut Orem (1991), proses keperawatan adalah istilah yang digunakan oleh perawat
untuk menunjukkan proses profesional-teknologi dari tindakan keperawatan beserta proses
perencanaan dan evaluasi.
Perbandingan antara proses keperawatan Orem dengan proses keperawatan

Proses Keperawatan Proses Keperawatan Orem


1. Diagnosa dan resep dokter
1. Pengkajian 2. Merancang system keperawatan dan
2. Diagnosa keperawatan perencanaan untuk melaksanakan self
3. Perencanaan care
4. Implementasi 3. Produksi dan manajemen system
5. Evaluasi keperawatan

Orem (1991) menjelaskan tiga tahap proses keperawatan yaitu:


Step 1 : Diagnosa dan resep keperawatan
Tahap ini menjelaskan mengapa keperawatan diperlukan. Analisa dan interprestasi
membuat keputusan tentang perawatan dini, juga memberikan manajemen kasus. “Diagnosa
keperawatan penting untuk pemeriksaan dan pengumpulan data tentang kemampuan pasien

7
dalam perawatan diri dan kebutuhan akan terapi perawatan diri serta hubungan antara
keduanya” (Orem, 1991, hal. 270).
Step 2 : Merancang system keperawatan dan merencanakan pelaksanaan perawatan diri
Merancang  system keperawatan yang efektif dan efisien menghasilkan data yang
valid tentang kondisi pasien. Rancangan ini termasuk peran dari perawat dan pasien dalam
hubungan melakukan self care, mengatur kebutuhan terapi perawatan diri , melindungi
pengembangan kemampuan perawatan diri. ( Orem, 1991)
Step 3 : Produksi dan manajemen sistem keperawatan (Planning and Controlling)
Pengaturan system keperawatan dihasilkan ketika berinteraksi dengan pasien secara
terus menerus untuk mencapai kemampuan terapi perawatan diri yang telah ditentukan dan
mengatur kemampuan untuk mengembangkan perawatan diri. Di tahap ini, tindakan perawat
adalah menghasilkan dan mengatur system keperawatan. (Orem, 1991).

2.5 Kekuatan dan Kelemahan Teori Dorothea E. Orem


Teori Orem menyediakan dasar yang komprehensif untuk tindakan keperawatan. Teori
ini dapat digunakan dalam keperawatan profesional pada area pendidikan, tindakan klinis,
administrasi, riset, dan system informasi keperawatan.
 Kekuatan umum yang dimiliki teori ini adalah aplikasinya untuk pelaksanaan praktek
keperawatan sebagai pekerja klinik baru. Konsep self-care, nursing system, dan self-care
deficit mudah dipahami oleh mahasiswa keperawatan dan dapat dikembangkan dengan
ilmu pengetahuan dan penelitian.
 Kelemahan dari model Orem adalah ia berpendapat bahwa kesehatan bersifat statis,
namun dalam kenyataannya kesehatan itu bersifat dinamis dan selalu berubah.

2.6 Paradigma Keperawatan menurut Dorothea E. Orem


       Keperawatan adalah suatu seni, pelayanan/bantuan dan teknologi.Tujuan dari
keperawatan adalah membuat pasien dan keluarganya mampu melakukan perawatan sendiri,
diantaranya mempertahankan kesehatan, mencapai kondisi normal ketika terjadi
kecelakaan atau bahaya, serta mengontrol, menstabilisasi dan meminimalisasi efek dari
penyakit/kondisi yang kronis atau kondisi ketidakmampuan.

2.7 Karakteristik Keperawatan menurut Dorothea E. Orem


Teori keperawatan selain digunakan untuk menyusun suatu model yang berhubungan
dengan konsep keperawatan,juga memiliki karakteristik diantaranya :
Pertama, teori keperawatan menggidentifikasi menjabarkan konsep khusus yang berhubungan
dengan hal-hal nyata dalam keperawatan sehingga teori keperawatan didasarkan pada

8
kenyataan–kenyataan yang ada di alam. Kedua, teori keperawatan juga digunakan
berdasarkan alasan-alasan yang sesuai dengan kenyataan yang ada.

2.8  Asuhan Keperawatan menurut Dorothea E. Orem


Menurut orem asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang
mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi
kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraannya. Oleh karena itu, teori ini
dikenal dengan self care (perawatan diri) / defisit teori.

2.9 Contoh aplikasi teori Dorothea E. Orem dalam keperawatan

Aplikasi Teori Self-Care Deficit Orem dalam Konteks Tuna Wisma (Studi Literatur)
PENDAHULUAN

Tuna wisma merupakan komunitas yang terus bertambah di negara dan kota-kota
besar. Wright (2000, dalam Stone, 2002) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam munculnya tuna wisma adalah kurangnya kesanggupan membeli rumah, pekerjaan
atau pendapatan yang kurang dari kebutuhan, kekerasan domestik, penyakit jiwa,
ketidakmampuan, dan penggunaan alkohol dan Narkoba (Wright, 2000). Tuna wisma,
dengan segala kondisi lingkungan dan kemampuan yang seadanya, melakukan perawatan
diri dengan seadanya pula. Hal ini menimbulkan banyak masalah kesehatan yang
muncul pada populasi tersebut. Setiap warga negara berhak atas kesehatan tidak terkecuali
tuna wisma. Kesehatan tuna wisma menjadi tanggung jawab pemerintah dan semua pihak
untuk menciptakan derajat kesehatan warga negara yang optimal. Tuna wisma juga
merupakan klien yang patut mendapat perhatian khusus bagi perawat kesehatan komunitas.
Dalam ilmu keperawatan, Teori Perawatan Diri banyak digunakan untuk memberikan
kerangka kerja konseptual sebagai panduan praktik dan membangun pengetahuan
perawatan diri melalui riset (Hartweg, 1991). Orem mendeskripsikan perawatan diri sebagai
tindakan yang berkesinambungan yang diperlukan dan dilakukan oleh orang dewasa untuk
mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Teori ini juga digunakan dalam
konteks tuna wisma oleh banyak ahli. Berdasar latar belakang di atas, penulis ingin
mengambarkan aplikasi Teori Perawatan Diri Orem dalam konteks tuna wisma sebagai salah
satu klien dalam keperawatan kesehatan komunitas.

9
Tinjauan Teori
Orem mengajukan 3 (tiga) teori yang saling berhubungan dan banyak digunakan.
Pusat dari ketiga teori tersebut adalah bahwa fungsi manusia dan pemeliharaan kehidupan,
kesehatan, dan kesejahteraan dengan merawat untuk hal-hal tersebut. Teori pertama “defisit
perawatan diri,” merupakan yang paling komprehensif dan inti dari idenya. Hal ini
merupakan gambaran konseptual penerima perawatan sebagai manusia yang tidak mampu
melakukan perawatan diri secara kontinyu dan independen dikarenakan hal-hal yang terkait
dengan kesehatan atau keterbatasan. Teori kedua, “teori perawatan diri” berdasar pada ide
sentral bahwa suatu hubungan muncul antara tindakan perawatan diri yang
dipertimbangkan serta perkembangan dan fungsi individu dan kelompok. Teori ketiga,
“teori sistem keperawatan” yang menggambarkan kebutuhan perawatan diri terapeutik
dan tindakan-tindakan serta sistem-sistem yang terlibat dalam perawatan diri dalam
konteks hubungan interpersonal dan yang dibangun dalam diri manusia dengan defisit
perawatan diri.
Fokus dalam ketiga teori ini adalah perawatan diri yang didefinisikan sebagai “praktik
atau aktivitas individu memulai dan menunjukkan keperluan mereka sendiri dalam
memelihara hidup, kesehatan, dan kesejahteraan”. Perawatan diri tidak terbatas pada
seseorang yang memberikan perawatan untuk dirinya sendiri; hal ini termasuk perawatan
yang ditawarkan oleh orang lain untuk keperluan orang lain. Perawatan mungkin ditawarkan
oleh anggota keluarga atau orang lain hingga orang tersebut mampu untuk melakukan
perawatan diri.
Perawatan diri mempunyai tujuan dan berperan terhadap integritas struktural, fungsi,
dan perkembangan manusia. Tujuan yang ingin dicapai adalah keperluan universal,
perkembangan, dan perawatan kesehatan akibat penyimpangan kesehatan. Ketiga tipe
keperluan perawatan diri yang dikemukakan Orem adalah universal, perkembangan, dan
penyimpangan kesehatan. Keperluan perawatan diri universal ditemukan pada seluruh
manusia dan dihubungkan dengan proses kehidupan dan kesejahteraan umum mereka.
Kebutuhan perkembangan berhubungan dengan tahapan-tahapan yang berbeda yang
dialami manusia. Kebutuhan yang ketiga disusun hasil dari atau dikaitkan dengan
penyimpangan dalam aspek struktur dan fungsi manusia. Orem mengoperasionalkan
masing-masing dari kebutuhan-kebutuhan ini. Fokus keperawatan adalah pada
pengidentifikasian kebutuhan perawatan diri, perancancangan metode adan tindakan
untuk memenuhi kebutuhan, dan “totalitas kebutuhan untuk tindakan perawatan diri”.
Pemberi perawatan diri, apakah diri sendiri maupun orang lain, disebut “agen

10
perawatan diri”. Hal ini merupakan suatu kesatuan yang digambarkan dalam perkembangan
dan dapat dioperasionalkan, yang dipengaruhi oleh beberapa variabel dan latar belakang
genetik, kultural, dan pengalaman, dan dalam istilah keadekuatan. Hal yang paling terakhir
dapat dievaluasi dengan mempertimbangkan kemampuan dan kebutuhan perawatan diri.
Asuhan keperawatan adalah perawatan diri yang terapeutik yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan perawatan diri dalam tidak adanya kemampuan untuk melakukannya.
Tindakan keperawatan, disebut “teori sistem keperawatan,” adalah : wholly
compensatory, partially compensatory, dan supportive educative system. Teori Orem
berdasar pada premis eksplisit dan implisi, yang tidak menyatakan keyakinan tunggal dalam
suatu cara yang jelas pada tingkat pernyataan filosofi maupun yang lebih umum. Orem
menawarkan preposisi yang dikembangkannya berkaitan dengan tiga ide sentralnya.
Manusia dan Klien Keperawatan
Manusia mempunyai kemampuan memberikan perawatan diri mereka sendiri
atau perawatan untuk orang lain yang ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan perawatan
diri universal, perkembangan, dan penyimpangan kesehatan. Kemampuan ini dipelajari dan
diingat. Kemampuan perawatan diri dipengaruhi oleh usia, status perkembangan,
pengalaman, dan latar belakang sosiokultural juga variabel lainnya. Defisit perawatan diri
adalah untuk menyeimbangkan antara kebutuhan perawatan diri dan kemampuan
perawatan diri serta merupakan indikasi dari suatu status ketergantungan sosial.
Perawatan diri atau perawatan ketergantungan diperantarai oleh usia, tahap
perkembangan, pengalaman hidup, orientasi sosiokultural, kesehatan, dan sumber-
sumber yang tersedia.
Terapi Keperawatan
Perawatan diri terapeutik meliputi tindakan-tindakan perawat, pasien, dan orang lain
yang mengatur kemampuan perawatan diri dan memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Perawat mengkaji kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri mereka dan
potensi hambatan untuk melakukan perawatan diri mereka. Perawat terlibat dalam memilih
proses yang valid dan reliabel atau teknologi atau tindakan untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri. Komponen perawatan diri terapeutik adalah kompensasi keseluruhan,
kompensasi sebagian, dan suportif-edukatif. Berdasar Orem (1985) dan Orem dan Taylor
(1986).
Aplikasi Teori
Menurut Orem (2001), perawatan merupakan fokus khusus pada manusia yang
membedakan keperawatan dari pelayanan masyarakat lainnya. Dari sudut pandang ini, peran

11
keperawatan dalam masyarakat untuk memampukan individu dalam mengembangkan dan
melatih kemampuan perawatan diri mereka agar mereka dapat memenuhi kebutuhan
perawatan yang berkualitas dan memadahi pada diri mereka sendiri. Menurut teori ini,
individu yang mempunyai kebutuhan perawatan diri melebihi kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut disebut defisit perawatan diri dan mengindikasikan bahwa orang tersebut
membutuhkan keperawatan. Oleh karena itu, Orem menjelaskan mengapa keperawatan
diperlukan.
Praktik keperawatan berbasis Orem telah dikembangkan dalam perawatan pasien
berbagai usia dengan segala jenis kebutuhanperawatan diri penyimpangan kesehatan dan
kebutuhan perkembangan (Parker, 2006). Misalnya untuk pasien remaja dengan penerima
transplantasi dan Norris (1991, dalam Parker, 2006) menyatakan bahwa pelayanan
keperawatan berdasar teori Orem signifikan dalam peningkatan kualitas hidup populasi
remaja. Hass (1990, dalam Parker, 2006) juga menyatakan bahwa kegunaan Teori Defisit
Perawatan Diri Orem sebagai basis praktik keperawatan yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan perawatan anak dengan masalah kesehatan kronis.

PEMBAHASAN
1. Kebutuhan Perawatan Diri pada Tuna Wisma
Kebutuhan perawatan diri merupakan hal yang tidak dapat dielakkan mengingat
kondisi minimnya perlindungan dari segi fisik dan psikologis bagi mereka. Ditinjau dari
jenis kebutuhan perawatan diri Orem, tuna wisma mempunyai semua jenis kebutuhan yang
ada. Kebutuhan perawatan diri universal dibutuhkan oleh semua tuna wisma sebagai
manusia. Mulai dari kebutuhan udara, cairan, nutrisi, eliminasi, istirahat-aktivitas,
menyendiri dan interaksi sosial, serta pencegahan dari bahaya. Kondisi tuna wisma
membuat kebutuhan-kebutuhan perawatan tersebut terganggu. Udara jalanan yang penuh
dengan polusi, air yang kotor, makanan yang kurang higienis, tempat eliminasi, interaksi
sosial yang keras, serta bahaya-bahaya fisik dan psikologis yang ditemui di jalanan
merupakan kebutuhan yang menjadi perhatian penting perawat.
Kebutuhan perawatan diri perkembangan disesuaikan dengan tahap perkembangan
individu dan keluarga. Misalnya tahap perkembangan bayi baru lahir hingga lansia
sebagai individu, atau tahap perkembangan keluarga pasangan baru menikah hingga
keluarga dengan lansia. Tahap perkembangan ini perlu diperhatikan karena masing-
masing tahap perkembangan pada tuna wisma mempunyai karakteristik misalnya anak
jalanan yang sudah terbiasa bebas dan tidak ingin terikat membutuhkan strategi untuk

12
menanamkan nilai-nilai dalam diri mereka. Gagalnya memenuhi tugas perkembangan
akan mempengaruhi tahap perkembangan selanjutnya. Kebutuhan perawatan diri
penyimpangan kesehatan diperlukan sesuai dengan kondisi-kondisi masalah yang banyak
ditemui pada tuna wisma. Misalnya masalah anemia, malnutrisi, penyakit kulit, infeksi
telinga, gangguan mata, masalah gigi, infeksi saluran pernafasan atas, dan masalah
gastrointestinal. Masalah kesehatan mental yang ditemukan pada tuna wisma anak-anak
meliputi keterlambatan perkembangan, depresi, ansietas, keinginan bunuh diri, gangguan
tidur, pemalu, penarikan diri, dan agresi. Perawat perlu mencari sumber masalah dan
berusaha menyelesaikan penyebab untuk mengatasi masalah yang ada.
2. Aplikasi Paradigma Keperawatan
Orem memandang manusia dalam dua kategori, yaitu yang membutuhkan
perawatan diri (tuna wisma) dan agen yang memberikan perawatan diri. Agen pemberi
perawatan tidak hanya terbatas pada perawat, namun juga keluarga atau orang lain yang dapat
memberikan perawatan kesehatan bagi tuna wisma. Kondisi sehat dapat tercapai bila
terpenuhi kebutuhan perawatan diri bagi tuna wisma. Untuk memenuhi hal ini diperlukan
strategi yang adukuat mengingat uniknya kondisi tuna wisma, banyaknya kebutuhan
perawatan diri, dan masih kurangnya support system bagi tuna wisma terutama di
Indonesia. Kondisi ini tercapai ketika tercapai keseimbangan antara kebutuhan dengan
kemampuan untuk melakukan perawatan diri. Tuna wisma terpapar berbagai elemen,
mengalami kondisi fisik yang berdesakan dan tidak sehat. Penelitian Murray (1996,
dalam Stone, 2002) menunjukkan bahwa mayoritas tuna wisma takut terhadap
kekerasan dan tidak mampu melindungi diri. Mereka juga frustasi dengan petugas
penampungan dan reaksi negatif dari orang lain. Hal ini merefleksikan kebutuhan terhadap
perawat yang memberikan perawatan yang holistik dan sensitif terhadap kebutuhan mereka
secara kompeten.
Populasi tuna wisma sering terisolasi dari masyarakat. Keluarga menemukan
mereka tanpa dukungan atau sumber-sumber yang berarti untuk mengatasi masalah kecil
dan sulit. Penelitian Kinzel (1991, dalam Stone, 2002) menemukan bahwa tema berulang
antar tuna wisma adalah kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang-orang peduli.
Perasaan bahwa tidak ada orang yang peduli, kurangnya kelayakan diri, dan kontrol
yang terbatas dalam kehidupan mereka dapat mengarah pada depresi, keputusasaan, dan
akhirnya penyakit. Perluasan dan efektivitas perilaku mencari kesehatan pada populasi ini
terbatas karena kurangnya kepercayaan, kurangnya motivasi untuk perawatan diri, dan isolasi
dari sistem pelayanan kesehatan dan sosial. Keperawatan pada tuna wisma merupakan seni

13
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri pada tuna wisma. Pada akhirnya diharapkan muncul kesadaran pada diri
mereka untuk melakukan hal ini secara mandiri atau dengan memanfaatkan dukungan yang
ada misalnya keluarga dan agen perawatan diri lainnya.
3. Aplikasi pada riset
Penelitian yang dilakukan pada tuna wisma di Kanada, menghasilkan perubahan
gaya hidup perawatan diri yang positif dalam promosi kesehatan dan dalam bertahan
hidup (McCormack dan MacIntosh, 2001). Perilaku yang dimunculkan dapat digunakan
sebagai mekanisme koping dan merupakan strategi keseharian dan situasi tertentu. Penelitian
Anderson (2001) tentang hubungan antara agen perawatan diri, perawatan diri, dan
kesehatan menghasilkan ditemukannya perawatan diri kearah kesehatan dengan
dukungan agen perawatan diri yang memberikan energi yang merekomendasikan
memperkuat agen perawatan diri bagi tuna wisma individu.
4. Aplikasi pada praktik
Perawat komunitas memberikan pelayanan kesehatan kepada tuna wisma dalam
setting klinik yang mempunyai target tuna wisma, maupun pusat-pusat yang berbasis
komunitas, memberikan aktivitas proteksi dan promosi kesehatan. Well (1996, dalam
Stone, 2002) menekankan kebutuhan program yang menjangkau tuna wisma untuk
mobile dan menemui tuna wisma dimanapun mereka berada, yang berada pergi dari
klinik dan kantor ke taman-taman, jembatan, dan penampungan. Seperti halnya masalah
lainnya, intervensi yang paling ideal adalah pencegahan primer, dalam hal ini adalah
terhadap tuna wisma. Suatu tujuan jangka panjang seharusnya tetap diarahkan ke arah
pemberian kepada tuna wisma alat untuk menjadi motivasi diri dan kecukupan diri dalam
memelihara kesehatan dan perlindungan mereka. Pencegahan adalah cara yang paling
efisien untuk membantu tuna wisma dan fokus sebaiknya pada perbaikan penyebab tuna
wisma. Perawat komunitas mempunyai peran yang signifikan terhadap tuna wisma.
Melalui mobilisasi partnership dan perencanaan komunitas dan aktivitas politik,
perawat komunitas membantu tuna wisma dan keluarga mencapai kecukupan diri mereka.
Usaha kolabarasi antar tim kesehatan yang multidisiplin dan komunitas yang membantu
tuna wisma dalam mengembangkan intervensi spesifik populasi. Praktik keperawatan
pada konteks tuna wisma dilakukan karena kurangnya akses pelayanan kesehatan yang
tersedia bagi mereka. Pelayanan yang dapat diberikan kepada mereka mencakup pelayanan
kesehatan primer, nutrisi, pelayanan legal, peer education, bantuan finansial, dan konseling
narkoba. Perawat sebagai case manager melakukan home visit (kunjungan ke tempat

14
persinggahan mereka) untuk melakukan pengkajian, intervensi dan rujukan kepada agen
perawatan diri lain yang diperlukan sesuai dengan permasalahan yang ditemui. Mengingat
keunikan kondisi klien tuna wisma, asuhan keperawatan yang diberikan harus
mempertimbangkan aspek-aspek berikut ini :
a) Accessibility : kemampuan tuna wisma untuk menggunakan pelayanan, meliputi
jarak, usaha, biaya, dan kesadaran tentang butuhnya perawatan diri sebagai kunci
bagi para tuna wisma. Akses meliputi waktu dan lokasi pelayanan.
b) Acceptability : tingkat penerimaan tuna wisma yang dapat mereka gunakan. Hal ini
ditinjau dari perspektif individu, keluarga, dan komunitas. Tuna wisma akan memilih
menggunakan pelayanan kesehatan berdasar persepsi kompetensi perawatan,
pengalaman sebelumnya, bahasa, dan budaya atau sensitivitas perilaku pemberi
pelayanan kesehatan (Magilvy, Congdon, & Martinez, 1994).
c) Affordability : kesanggupan ekonomi. Kondisi tuna wisma yang kurang mampu
dalam perekonomian dapat dibantu oleh pemerintah. Diperlukan suatu bentuk
pelayanan yang optimal dengan dukungan dari pemerintah berupa dana dan
kebijakan.
d) Appropriateness : Bentuk asuhan keperawatan yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhan perawatan diri tuna wisma dan hal ini merasa dibutuhkan sebagai
kebutuhan utama bagi mereka. Perawat perlu menumbuhkan kepedulian tuna wisma
tentang kebutuhan perawatan diri yang diperlukan mereka.
e) Adequacy : Keadekuatan intervensi keperawatan berbasis komunitas meliputi
kualitas dan kelengkapan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
sesuai dengan tingkat kebutuhannya (wholly compensatory, partially compensatory,
atau supportive-educative system). Diperlukan rancangan program yang sangat
bagus untuk dapat menghasilkan outcome yang optimal pada populasi tuna wisma
dengan segala kondisi yang ada.
5. Aplikasi pada pendidikan
Mahasiswa keperawatan seharusnya dibantu untuk memahami dan mengetahui
praktik keperawatan komunitas yang konkret dalam konteks tuna wisma. Ilmu
keperawatan teoritis membedakan isi yang secara spesifik berbeda dengan profesi lain.
Mahasiswa keperawatan perlu dibekali kemampuan untuk dapat memberikan perawatan diri
pada tuna wisma dan memampukan tuna wisma dalam melakukan perawatan diri. Oleh
sebab itu diperlukan kurikulum berbasis kompetensi yang adekuat untuk menghasilkan
perawat komunitas yang profesional.

15
Aplikasi Konsep Self Care Orem Dalam Praktek Keperawatan Keluarga Dengan Kasus
Asma
Kasus
Keluarga Tn. H terdiri dari seorang ibu berusia 35 tahun, ayah berusia 38 tahun, dan 2
anak yang berusia 10 tahun dan 8 tahun. Anak yang berusia 10 tahun menderita penyakit
Asma. Pada saat kunjungan rumah perawat mendapatkan data bahwa ibu sulit memenuhi
therapeutic self care demand pada anak yang sakit dan merawat anak yang sehat dan tidak
mampu melakukan perawatan yang selayaknya atau seharusnya. Tn H berusaha untuk
memenuhi kebutuhan yang seharusnya ,tetapi tidak mampu untuk memenuhi perawatan
anggota keluarganya. Ny. H memiliki pengalaman yang kurang dalam mempertahankan
intake makanan yang adekuat, kemudian keseimbangan antara istirahat dan aktifitas, dan
keseimbangan antara solitude ( kesepian ) dan interaksi social. Hasilnya keluarga ini tidak
dapat memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Tn. H tidak dapat berpartisipasi dalam
memenuhi kebutuhan dependen care anak – anaknya atau membantu istrinya untuk
memenuhi self care. Fungsi keluarga ini mengalami gangguan karena situasi dependen care
dan self care.

Pengkajian
Faktor Personal
Nama : kelurga Tn H
Usia : 38 thn
Jenis kelamin : laki–laki
Budaya : suku jawa
Status perkawinan : kawin
Agama : Islam
pekerjaan : wiraswasta

Universal Self Care


Tempat tinggal : rumah sendiri dengan ukuran 5 x 13 m, kamar 2 ruang keadaan rumah
cukup rapi
Makanan : kurang dapat memberikan intake yang adekuat , ketidakseimbangan antara
istirahat dan aktifitas.
Sosialisasi : kurang berinteraksi dengan lingkungan.
Developmental Self Care

16
Keluarga dengan anak usia sekolah yang salah satunya menderita penyakit kronis. Tahap
tumbuh kembang anak usia sekolah terganggu. Peran sebagai orang tua terganggu dalam
memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Fungsi sosialisasi terganggu.
Health Deviations
Keluarga tidak mampu merawat anak yang sakit asthma. Keluarga tidak mampu memenuhi
kebutuhan anak sakit seperti : nutrisi, istirahat, sosialisasi.
Self Care Deficits
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

Intervensi
Tujuannya adalah terpenuhinya kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti: nutrisi, istirahat
dan aktifitas, sosialisasi dan meningkatnya kemampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit.

Rencana Tindakan
 Tingkatkan motivasi, pengetahuan dan ketrampilan keluarga melalui:
 Manajemen nutrisi
 Monitoring aktifitas dan istirahat
 Monitoring social interaksi
 Manajemen koping keluarga
 Pendidikan kesehatan tentang penyakit asma : pengertian, penyebab/pencetus
kekambuhan, penanganan saat kambuh di rumah.

17
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan model konsep menurut Dorothea E. Orem setiap individu dituntut untuk
mampu melakukan perawatan diri (self care) secara Mandiri untuk memenuhi
kebutuhan dasar agar dapat menunjang kesehatan dan kehidupan, sembuh dari
penyakit atau kecelakaan dan menanggulangi akibat-akibatnya, tetapi pelaksanaaan
perawatan diri berdasarkan tingkat kemampuan setiap individu seperti faktor usia atau
perkembangan, contohnya bayi dan lansia termasuk kelompok individu yang tidak
dapat melakukan perawatan diri sendiri sedangkan dewasa yang masih memiliki
kemampuan dapat melakukan perawatan secara mandiri.
2. Orem dengan Self-Care Dependent-Care Nursing teorinya mencoba memberikan
pelayanan keperawatan dengan memunculkan potensi dari tiap klien yang terganggu
karena kondisi sakitnya. teori orem menjelaskan bahwa proses keperawatan akan
terjadi ketika kemampuan klien dalam memenuhi kondisnya yang terganggu. dalam
teori ini disebutkan bahwa kemampuan seseorang dalam memberikan pelayanan
terhadap dirinya sendiri itu akan di pengaruhi oleh kebutuhan dasar yang dependen.
Selain kebutuhan self care juga di pengaruhi self care agency, yaitu kemampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhanya sendiri. hal ini tidak bersifat dependen,
artinya kemampuan ini akan terganggu bila keadaan tubuh klien terganggu, misalnya
sakit. Bila ini terjadi maka kemampuan diri sendiri dalam memenuhi kebutuhanya
akan berkurang, akibatnya suplai kebutuhan yang harusnya terpenuhi akan tidak
optimal. Keadaan seperti ini yang akan menjadi permasalahan dalam teori ini. Disaat
seperti ini maka yang diperluakan adalah nursing agency, maksudnya disaat self care
agency tidak mampu memenuhi kebutuhanya maka perawat yang bertindak sebagai
nursing agency harus mampu memberikan bantuan pada klien tapi lebih pada sisi self
care agency-nya "tidak langsung diberikan pemenuhan kebutuhanya, tapi melalui
optimalisasi kemampuan klien itu sendiri".
3. Dasar teori ilmu keperawatan dan perspektif pelayanan kesehatan bagi perawat
mendukung dan dibutuhkan oleh sistem pelayanan kesehatan berbasis perawatan diri.
4. Teori Orem dapat diaplikasikan dan sangat signifikan dalam menyelesaikan
masalah-masalah kesehatan yang ditemui pada tuna wisma.

18
5. Harapan dan peran warga negara dan profesional dalam partisipasi aktif dan
pasif diperlukan dalam menyelesaikan masalah kesehatan pada tuna wisma,
khususnya perawatan diri mereka.
6. Perawat kesehatan komunitas harus cerdik dalam mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan tuna wisma dalam komunitas yang dihargai mereka.

3.2 Saran
Mahasiswa diharapkan lebih menambah pengetahuan tentang sejarah-sejarah
keperawatan   agar dapat mengetahui secara luas tentang keperawatan sehingga dapat
mambantu dalam proses pembelajaran dan tindakan-tindakan yang akan kita lakukan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.Aziz Alimul, 2007.konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika


Aziz Alimul H, 2012. Pengatar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
H. Zaidin Ali, 2001. Dasar-dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika
A.Aziz Alimul Hidayat (2004), Pengantar konsep dasar keperawatan salemba medika,
jakarta
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC
Anderson, Judith A. (2001). Understanding homeless adults by testing the theory of self-care.
Nursing Science Quarterly, 14(1), 59-67.
Dianne, McCormack. (2003). An examination of the self-care concept uncovers a new
direction for healthcare reform. Nursing Leadership (CJNL), 16(4), 48-65.
Orem, D. E., (1985). Nursing : Concept of practice. (3rd Ed.). New York : McGraw-Hill.
Orem, D. E., (2001). Nursing : Concept of practice. (6th Ed.). St. Louis : Mosby Inc.

20

Anda mungkin juga menyukai