Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PARASITOLOGI

PLASMODIUM FALCIPARUM

OLEH :

KADEK DEWI PUSPITA UTARI (1508505012)


I GDE PANDE ANINDHITA P. W (1508505030)
DEWA GEDE PURNAMA PUTRA (1508505047)
IDA AYU PRADNYA DWI CAHYA (1508505065)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

Plasmodium falciparum yang menyebabkan penyakit malaria dapat ditularkan melalui


dua cara, yaitu secara alamiah dan non alamiah. Penularan secara alamiah yaitu infeksi terjadi
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi parasit Plasmodium falciparum,
sedangkan non alamiah penularan yang tidak melalui gigitan nyamuk Anopheles, yaitu
malaria bawaan dan melalui transfusi darah. Malaria bawaan (konginetal) yang disebabkan
penularanPlasmodium falciparum dari ibu ke janinnya. Penularan diakibatkan adanya
kelainan pada sawar plasenta (selaput yang menghalangi plasenta), sehingga tidak ada
penghalang infeksi dari ibu kepada janin yang sedang dikandungnya. Penularan secara
mekanik terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik. Infeksi malaria melalui transfusi
darah menghasilkan siklus eritrositer karena tidak melalui sporozoit (siklus hati) sehingga
dapat dengan mudah diobati(Maulana, 2004).
Kemampuan bertahan parasit Plasmodium falciparum yang menyebabakan penyakit
malaria di suatu daerah ditentukan oleh faktor iklim dan lingkungan.Iklim dan curah hujan
pada suatu daerah berperan penting dalam penularan penyakit malaria. Biasanya penularan
malaria lebih tinggi pada musim hujan dibandingkan kemarau, karena air hujan yang
menimbulkan genangan air merupakan tempat yang ideal untuk perindukan nyamuk
malaria.Keadaan lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap ada tidaknya penyakit
malaria di suatu daerah. Seperti adanya danau air payau, genangan air di hutan, persawahan,
tambak ikan, pembukaan hutan dan pertambangan merupakan tempat perindukan vektor
malaria (Prabowo, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangbiakan Plasmodiumfalciparum pada
nyamuk Anopheles betina adalah sebagai berikut:
1. Suhu
Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimum
berkisar antara 20-300C. Semakin tinggi suhu (sampai batas tertentu) semakin pendek
masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya semakin rendah suhu semakin
panjang masa inkubasi ekstrinsiknya. Pada suhu 26,70C masa inkubasi ekstrinsik
untuk Plasmodiumfalciparum adalah 10-12 hari.
2. Kelembaban
Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk. Tingkat kelembaban
60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada
kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit,
sehingga meningkatkan penularan malaria.
3. Hujan
Umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan terjadi epidemi
malaria. Curah hujan yang tidak teratur akan menyebabkan terbentuknya tempat
perindukan nyamuk dan hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan
berkembang biaknya nyamuk Anopheles.
4. Ketinggian
Pada umumnya malaria akan berkurang pada ketinggian yang semakin
bertambah, hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Nyamuk malaria
tidak bisa hidup pada ketinggian lebih dari 2.500 meter di atas permukaan laut.
Karena ketinggian di suatu daerah berhubungan dengan suhu, kelembaban, dan
tekanan udara.
5. Lingkungan biologi
Lingkungan biologi yang dimaksud adalah tumbuh-tumbuhan dan hewan yang
berpengaruh pada perkembangbiakan nyamuk malaria. Adanya tumbuhan bakau,
lumut, ganggang di tepi rawa yang dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk
malaria karena menghalangi sinar matahari langsung sehingga tempat perindukan
nyamuk menjadi teduh dan juga melindungi serangan dari makhluk hidup lainnya.
Adanya berbagai jenis ikan pemangsa larva seperti ikan kepala timah, gambusia, nila,
dan mujair akan mengurangi populasi nyamuk di suatu daerah. Begitu pula dengan
keberadaan hewan peliharaan di sekitar rumah, misalnya sapi, kerbau, dan babi dapat
mempengaruhi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, sebab nyamuk akan banyak
menggigit hewan tersebut.
(Harijanto, 2000).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyebaran
Plasmodium falciparum adalah protozoa parasit yang merupakan salah satu
spesies Plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria pada manusia. Protozoa ini masuk
ke dalam tubuh manusia melalui nyamuk Anopheles betina. Plasmodium
falciparum menyebabkan infeksi paling berbahaya dan memiliki tingkat komplikasi dan
mortalitas malaria tertinggi. Nama penyakit yang diakibatkan oleh Plasmodium falciparum
adalah malaria falciparum atau sering disebut dengan nama malaria tropikana. Manusia
merupakan hospes perantara parasit ini dan nyamuk Anopheles betina menjadi hopses
definitifnya atau dapat juga dikatakan sebagai vektornya. Parasit ini ditemukan didaerah
tropis, terutama di Afrika dan Asia Tenggara. Parasit ini tersebar di seluruh kepulauan
Indonesia (Natadisastra dan Ridat, 2009).

2.2 Siklus Hidup


2.2.1 Sporozoit dan Tahap Hati
Ketika anopheles betina yang membawa Plasmodium menggigit manusia, maka
sporozoit akan masuk ke dalam tubuh manusia. Lebih dari 100 sporozoit dapat masuk
hanya dengan satu gigitan oleh nyamuk yang terinfeksi Plasmodium. Kemudian,
sporozoit Plasmodium akan memasuki sistem peredaran darah dan menginfeksi sel-sel
hati dalam waktu 30 menit. Dengan demikian, Plasmodium memasuki tahap hati
(Depkes RI, 2006).

         2.2.2 Merozoit dan Tahap Eritrosit


Dalam hepatosit (sel hati), sporozoit mengalami multiplikasi aseksual yang
disebut skizogoni, membentuk merozoit-merozoit. Ribuan merozoit terbentuk dalam
kurun waktu dua minggu. Setelah pematangan, merozoit akan meninggalkan sel skizon
hati dan menyebar ke sel darah merah. Tahap infeksi ini disebut tahap eritrosit, yang
berlangsung sekitar 48 jam (Depkes RI, 2006).

2.2.3 Skizon
Merozoit berdiferensiasi lebih lanjut dalam sitoplasma sel darah merah untuk
membentuk trofozoit, yang berbentuk lebih besar dan bulat. Morfologi dan anatomi
zoit dari tahap trofozoit, yaitu eritrosit tidak membesar, terdapat titik Maurer, dan
sitoplasma berwarna biru pucat. Serupa dengan tahap sebelumnya, trofozoit
mengalami skizogoni, dimana replikasi DNA terjadi. Tahap ini disebut sebagai skizon
eritrositik. Dalam tahap skizon ini, diferensiasi seluler berlanjut dan terbentuk sekitar
12 sampai 16 merozoit. Tahap ini terus berlangsung selama 72 jam. Morfologi dan
anatomi zoit dari tahap skizon ini, yaitu hampir memenuhi eritrosit, bentuk padat, dan
pigmen berada di tengah yang berwarna hitam (Depkes RI, 2006).

Gambar 2. Morfologi Fase Skizon dari Plasmodium palcifarum (Depkes RI, 2006)
Gambar 3. Morfologi Fase Tropozoit dari Plasmodium palcifarum (Depkes RI, 2006).

2.2.4 Pecahnya Sel Darah Merah yang Terinfeksi


Dalam tahap ini, merozoit dilepas melalui pecahnya sel darah merah yang
terinfeksi. Hasil pengamatan menunjukkan beberapa dari merozoit yang dilepas
menyerang sel darah merah kembali. Nutrisi parasit Plasmodium dalam tahap eritrosit
berasal dari pencernaan hemoglobin. Sel darah merah yang terinfeksi pun
disirkulasikan ke berbagai organ tubuh seperti otak, jantung, dan hati. Kehadiran sel
darah merah yang terinfeksi Plasmodium dalam otak menyebabkan malaria selebral
atau cerebral malaria (Depkes RI, 2006).

2.2.5 Pembentukan Gamet Jantan dan Betina


Dalam tahap eritrositik, beberapa merozoit berdiferensiasi menjadi gametosit
jantan dan betina. Pada gigitan nyamuk anopheles betina selanjutnya, gametosit-
gametosit Plasmodium akan diambil oleh nyamuk tersebut. Gametosit-gametosit
tersebut kemudian akan menjalani gametogenesis dalam tubuh nyamuk untuk
membentuk gamet jantan dan gamet betina. Gamet jantan membelah lebih lanjut
dalam perut tengah, menjadi 8 mikrogramet berflagela. Morfologi dan anatomi zoit
dari tahap pembentukan gamet, yaitu pada mikrogamet berbentuk pisang dan
kromatin bertaburan. Sedangkan pada makrogamet berbentuk bulan sabit dan
kromatin padat di tengah. (Depkes RI, 2006).
Gambar 3. Morfologi Fase Gametosis dari Plasmodium falcifarum (Depkes RI, 2006)

2.2.6 Pembuahan dan Pembentukan Zigot


Mikrogamet kemudian membuahi gamet betina (makrogamet) untuk
menghasilkan zigot. Kemudian, zigot berubah membentuk ookinet. Setelah itu,
ookinet melewati epitel perut tengah dan membentuk ookista pada dinding luar perut
tengah. Ookista ini terus membesar lalu pecah melepaskan ratusan sporozoit-
sporozoit. Akhirnya sporozoit-sporozoit bermigrasi masuk ke kelenjar ludah nyamuk
anopheles betina. Sehingga siklus pun kembali lagi ke awal (Depkes RI, 2006).

 CARA MASUK KE DALAM SEL ATAU ORGAN

Pada waktu nyamuk Anopheles betina infektif menghisap darah manusia, sporozoit
yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama lebih
kurang 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit
hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000
merozoit hati. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama lebih kurang
2 minggu (Nugroho dan Tumewu, 2000; Depkes RI, 2006). Merozoit yang berasal dari
skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam peredaran darah dan menginfeksi sel darah
merah (Ashley et al., 2005).
Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai
skizon (8-30 merozoit). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Skizogoni
terjadi di dalam kapiler organorgan dalam. Skizon yang sudah matang akan mengisi 2/3
eritrosit dan membentuk 8-24 merozoit. Pertambahan volume merozoit terjadi karena
merozoit melakukan metabolisme aktif termasuk menelan sitoplasma eritrosit hospes dan
menghancurkan hemoglobin menjadi asam amino. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi
(skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya
(Sedigheh et al., 2002). Siklus ini disebut siklus eritrositer. Setelah 2 sampai 3 siklus
skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah dan membentuk
stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina (Nugroho dan Tumewu, 2000; Depkes RI,
2006).
 GEJALA PENYAKIT

Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan demam dengan
interval tertentu yang diselingi oleh suatu periode dimana penderita bebas sama sekali dari
demam. Terjadinya demam diduga berkaitan dengan pengaruh glycosyl 19
phosphatidyl inositol (GPI) atau terbentuknya sitokin. Malaria tropika merupakan bentuk
malaria yang paling berat yang ditandai dengan demam yang irregular, anemia, splenomegali,
hiperparasitemia, dan sering berakhir dengan komplikasi bahkan kematian. Masa inkubasi
berlangsung 9-14 hari. Gejala prodromal yang sering dijumpai yaitu sakit kepala, lesu,
dingin, mual, muntah, dan diare (Asih et al., 2009).
Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang dengan interval regular atau
irregular. Tiap episode diikuti satu sampai beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa
bulan suhu normal. Contoh yang dapat dilihat adalah malaria (istilah tertiana digunakan bila
demam terjadi setiap hari ke-3, kuartana bila demam terjadi setiap hari ke-4) (Sumardi,
2011).

Gambar . Pola demam malaria (Sumardi, 2011)

Limpa membesar dengan cepat dan biasanya teraba pada minggu pertama setelah infeksi.
Komplikasi ikterik lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan komplikasi lainnya.
Hampir semua kematian akibat penyakit malaria disebabkan oleh P.falciparum. Infeksi P.
falciparum dapat menimbulkan malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai
infeksi P. falciprum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut
(Harijanto, 2006; Syafrudin et al., 2009):
1. Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan Glasgow Coma Scale (GCS) kurang
dari 11.
2. Anemia berat (Hb < 5 gr%)
3. Gagal Ginjal Akut
4. Edema paru atau ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)
5. Hipoglikemia, kadar gula darah < 40 mg%
6. Gagal sirkulasi atau syok.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, traktus digestivus, dan atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8. Kejang berulang lebih dari 2x dalam 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia.
9. Asidemia.
10. Makroskopik hemoglobinuria oleh karena infeksi malaria akut bukan karena obat anti
malaria pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase (G6PD).
11. Diagnosa postmortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh
kapiler pada jaringan otak.

2.4 Pencegahan
Biasanya pemerintah melakukan foging (pengasapan) di tempat-tempat endemik malaria.
Namun kita juga bisa melakukan pencegahan seperti berikut (Nugroho dan Tumewu, 2000).

1. Menghindari gigitan nyamuk dengan memakai baju tertutup


2. Menggunakan krim anti nyamuk
3. Memasang kelambu anti nyamuk
4. Jika Anda akan bepergian ke tempat di mana banyak nyamuk malaria mengancam,
konsultasikan dulu dengan dokter
5. Jangan keluar rumah setelah senja
6. Menyemprotkan obat nyamuk di kamar tidur dan isi rumah

Selain beberapa pencegahan berdasarkan kesadaran adapun pencegahan dengan


menggunakan obat, yaitu yang pertama penggunaan obat ACT (artemisinin combination
treatment). Seperti pada pengobatan penyakit infeksi umumnya, kecenderungan
penggunaan obat kombinasi semakin kuat untuk mengatasi dan mencegah timbulnya
resistensi. Artemisinin merupakan obat antimalaria kelompok seskuiterpen lakton yang
bersifat skizontosida darah untuk P. falciparum dan P. vivax. Obat ini berkembang dari
obat tradisional Cina untuk
penderita demam yang dibuat dari ekstrak tumbuhan Artemesia annua L (qinghao) yang
sudah dipakai sejak ribuan tahun lalu dan ditemukan peneliti Cina tahun 1971.
Yang kedua Doxycycline, merupakan antibiotik yang bisa digunakan untuk profi
laksis malaria yang efektif dan untuk sediaan generik biayanya lebih murah.9 Obat ini
merupakan profi laksis antimalaria pilihan kedua di area resisten terhadap chloroquine,
memberikan perlindungan yang baik terhadap P. falciparum,4,14,15 dikonsumsi satu kali
sehari dan di Indonesia sediaan obat ini tidak sulit dicari.
.
2.4 Treatment
Terdapat tiga faktor yang harus diperhatikan dalam pengobatan malaria yaitu, jenis
plasmodium yang menginfeksi, keadaan klinis pasien (usia dan kehamilan) dan jenis obat
yang cocok untuk plasmodium penginfeksi. Jenis obat tergantung dari daerah geografis
tempat plasmodium tersebut hidup. Hal tersebut disebabkan adanya plasmodium yang sudah
resisten terhadap beberapa obat pada daerah daerah tertentu. Malaria ringan dapat diberikan
obat oral. Sedangkan malaria berat yang mempunyai gejala klinis perdarahan harus di
observasi di rumah sakit dengan pengobatan intra vena. Selain itu ada dua cara lainnya untuk
mengobati penyakit malaria (Harijanto, 2006).
1. Cara Modern
Jika terkena penyakit malaria, usahakan cepat ditangani dengan membawanya
berobat ke dokter ahli penyakit malaria. Jika sudah ditangan dokter pastinya akan
cepat ditangani namun bagaimana jika anda berada ditempat terpencil dan sangat jauh
dari tempat dokter, anda bisa menggunakan cara tradisional
2. Cara Tradisional 
Cara tradisional dapat dijadikan alternatif jika ada kendala berobat kepada
dokter. Untuk pengobatan secara tradisonal sangat mudah yaitu menggunakan “Daun
Pepaya”. Jangan salah, daun papaya juga sangat manjur untuk mengobati penyakit
malaria. Caranya yaitu siapkan beberapa daun papaya kemudian rebus dan minum
airnya 3 kali sehari. Lakukan ini secara teratur setiap hari dan yakinlah bahwa anda
akan sembuh.

KESIMPULAN
Plasmodium falciparum merupakan parasit yang menyebabkan penyakit
malaria pada manusia. . Malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum
disebut malaria falciparum atau malaria tropika. Di Indonesia malaria masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat. Siklus hidup dari parasit ini pun tidak hanya di satu
organ saja. Masuknya parasit tersebut ke dalam organ pun ada beberapa cara.
Dilihat dari penyakit yang diseebabkan oleh parasit ini yaitu malaria,
mempunyai gejala seperti beberapa serangan demam dengan interval tertentu yang
diselingi oleh suatu periode dimana penderita bebas sama sekali dari demam.
Adapaun beberapa treatment yang dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit
malaria yang disebabkan oleh parasit ini antara lain dengan cara modern dan
tradisional. Selain treatment itu, alangkah baiknya kita melakukan pencegahan
terhadapat penyakit tersebut. Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan cara
menjaga kebersihan lingkungan disekitar kita agar tidak tertimbun kotoran yang
menyebabkan nyamuk tertarik dan tinggal disekitar kita.

Daftar Pustaka
Ashley, E., R. McGready, S. Proux, and F. Nosten. 2005. Malaria (review). Travel Medicine
and Infectious Disease, Vol 98:1-15.
Asih, P.B.S., R.M. Dewi, S. Tuti, M. Sadikin, W. Sumarto, B. Sinaga, A.J.A.M. Van der
Ven, R.W. Sauerwein, and D. Syafrudin. 2009. Efficacy of Artemisinin-Based
Combination Therapy for Treatment of Persons with Uncomplicated Plasmodium
falciparum Malaria in West Sumba District, East Nusa Tenggara Province, Indonesia,
and Genotypic Profiles of the Parasite. Am. J. Trop. Med. Hyg, Vol 80(6):914- 918
Departemen Kesehatan RI. 2001. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia.
Jakarta: Ditjen PP & PL
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pemberantasan Vektor. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Jakarta, Indonesia.
Harijanto, P.N. 2006. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Volume 3 (hal.1754- 1760).
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Maulana, T. 2004. Beberapa Aspek Lingkungan Yang Berhubungan Dengan Angka Kejadian
Malaria Di Desa Suka Jaya, Suka Karya, Suka Makmur Dan Air Dingin Kecamatan
Simelue Timur, Kabupaten Simelue, Provinsi Nagroe Aceh Darusalam Tahun 2013.
Medan : USU
Natadisastra, D. dan Ridad A. 2009. Parasitologi kedokteran: ditinjau dari organ tubuh yang
diserang. Jakarta: EGC.
Nugroho, A., dan W.M. Tumewu. 2000. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Epidemiologi,
Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. EGC, Jakarta, Indonesia.
Prabowo, A. 2008. Malaria Mencegah dan Mengatasinya. Jakarta : Puspa Swara
Sedigheh, Z., S.T. Najafabadi, A. Zare, and N.D. Djadid. 2002. Detection of Malaria
Parasites by Nested PCR in South-Eastern, Iran: Evidence of Highly Mixed Infections
in Chahbahar District. Malaria Journal, Vol 1(2):1-6.
Wangi, Yan, Sista. dan I Wayan Sumardika. 2015. Doxycycline sebagai Kemoprofi laksis
Malaria untuk Wisatawan. Volume 42 no. 6. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai