Anda di halaman 1dari 16

Muhammad Luthfie, dkk, Interaksi Simbolik Organisasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa

INTERAKSI SIMBOLIK ORGANISASI MASYARAKAT


DALAM PEMBANGUNAN DESA

Muhammad Luthfie
Fisip Universitas Djuanda
mluthfie25@yahoo.com
Aida Viyala S Hubeis, Amiruddin Saleh, Basita Ginting
Fema Institut Pertanian Bogor

Abstract
This research analyze the symbolic interaction of Muhammadiyah as a community
organization in order to anticipate conflict due to different religious views to be able
to participate in rural development. Symbolic interaction as the role of communication
is done to influence society to accept Muhammadiyah and give opportunity to run
its organization program. The purpose of the research is to analyze the symbolic
interaction of Muhammadiyah to realize the trust and support of the community in
rural development. Through qualitative methods, research results show that symbolic
interactions made through interpersonal communication, dialogical communication
and group communication can achieve consensus and can reduce conflict, from
organizations that were initially rejected until they became accepted organizations and
subsequently succeeded in becoming pioneers in rural development.

Abstrak
Penelitian ini menganalisis interaksi simbolik Muhammadiyah sebagai organisasi
masyarakat dalam rangka mengantisipasi konflik akibat perbedaan pandangan
keagamaan untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan desa. Interaksi simbolik
sebagai peranan komunikasi tersebut dilakukan untuk mempengaruhi masyarakat
agar dapat menerima Muhammadiyah dan memberikan kesempatan untuk
menjalankan program-program organisasinya. Tujuan penelitian, adalah menganalisis
interaksi simbolik Muhammadiyah untuk mewujudkan kepercayaan dan dukungan
masyarakat dalam pembangunan desa. Melalui metode kualitatif, hasil penelitian
menunjukkan  interaksi simbolik yang dilakukan melalui komunikasi interpersonal,
komunikasi dialogis dan komunikasi kelompok dapat mewujudkan konsensus dan dapat
meredam konflik, dari organisasi yang awalnya ditolak sampai menjadi organisasi yang
diterima dan selanjutnya berhasil menjadi pelopor dalam pembangunan desa.
Keywords: Communication Actions, Muhammadiyah, Symbolic Interaction.

19
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

PENDAHULUAN salah satu prespektif teori yang baru


Pada beberapa kasus, partisipasi dalam muncul setelah adanya teori aksi (action
pembangunan desa tidak selalu mudah theory) yang dipelopori dan dikembangkan
dilakukan oleh anggota masyarakat atau oleh Max Weber. Ciri khas dari interaksi
organisasi masyarakat, terutama bagi yang simbolik yang essensinyaadalah komunikasi
memiliki perbedaan dengan masyarakat atau pertukaran simbol yang diberi makna
desa seperti perbedaan visi dan misi atau terletak pada pemahaman makna yang
keyakinan dalam menjalankan ibadah diberikan terhadap tindakan orang lain
keagamaan. Namun sebagai sebuah feno- melalui penggunaan simbol-simbol, inter­
mena, keadaan bisa berbalik jika peran pre­tasi, dan pada akhirnya tiap individu
komunikasi dikembangkan dengan baik, tersebut akan berusaha saling memahami
seperti yang terjadi dalam pembangunan maksud dan tindakan masing-masing untuk
di Desa Plompong, Kecamatan Sirampog, mencapai kesepakatan bersama.Kusumastuti
Kabupaten Brebes. (2006), melalui penelitiannya melihat proses
interaksi dapat ditandai dengan munculnya
Realitas seperti itu ditunjukkan oleh simbol-simbol tertentu, misalnya muncul
Muhammadiyah sebagai organisasi masya­ dan tersirat dalam dupa lengkap dengan
rakat yang memiliki perbedaan keyakinan sesaji, nyanyian, gerak tari dan tranceyang
keagamaan dengan masyarakat desa tetapi dimaknai.
berhasil mengembangkan peran komunikasi
yang tepat sehingga dapat mengantisipasi Menurut Mead (Ritzer & Douglas 2010),
konflik, dapat melakukan kerjasama dengan simbol atau tanda yang diberikan oleh
semua pihak, dapat eksis dan berhasil manusia dalam melakukan interaksi mem­
melaksanakan program-programnya tanpa punyai makna-makna tertentu sehingga
ada masalah yang berarti. Padahal banyak dapat menimbulkan komunikasi, dan ko­
penelitian menunjukkan bahwa perbedaan mu­­nikasi secara murni baru terjadi bila
karakteristik akan mempersulit gerakan masing-masing pihak tidak saja memberikan
sebuah organisasi masyarakat. Hasil pene­li­ makna pada perilaku mereka sendiri, tetapi
tian Gandasari (2015), Rahardjo (2007) dan memahami atau berusaha memahami makna
Nashir (2001) menunjukkan bahwa kesulitan yang diberikan oleh pihak lain. Selanjutnya
organisasi masyarakat dalam berinteraksi Herbert Blumer, yang mempopulerkan teori
atau berkomunikasi dengan warga desa interaksi simbolik pada tahun 1939 memberi
akibat adanya perbedaan. julukan pemikiran Mead itu sebagai teori
Interaksionisme Simbolik (Poloma, 2007).
Sebagai sebuah fakta sosial, situasi ini
sangat menarik untuk diteliti. Tujuannya Prinsip metodologi interaksionisme
adalah untuk menganalisis interaksi sim- simbolik adalah simbol dan interaksi itu
bolik Muhammadiyah guna meminimalisir menyatu, tidak cukup bila hanya merekam
perbedaan dengan masyarakat desa serta fakta dan harus mencari yang lebih jauh dari
mewujudkan kepercayaan dan dukungan itu, yakni mencari konteks sehingga dapat
masyarakat dalam pembangunan desa. Se- ditangkap simbol dan makna sebenarnya.
mua analisis diarahkan untuk melihat proses Untuk memahami prinsip interaksionisme
terwujudnya komunikasi yang dapat diper- simbolik Jones (1979) tertarik pada (1)
caya yang menghasilkan kesamaan makna cara manusia menggunakan simbol untuk
di antara komunikator dan komunikan, mengungkapkan apa yang mereka maksud,
kompromi,dan menghasilkan efektivitas ko- dan untuk berkomunikasi satu sama lain, dan
munikasi. (2) akibat interpretasi atas simbol-simbol
terhadap kelakuan pihak-pihak yang terlibat
selama interaksi sosial berlangsung.
KAJIAN PUSTAKA Penelitian sebelumnya menunjukkan
Interaksi simbolik atau populer dengan bahwa pemaknaan yang sama dalam
teori interaksionisme simbolik merupakan interaksi simbolik sangat dibutuhkan

20
Muhammad Luthfie, dkk, Interaksi Simbolik Organisasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa

dalam mewujudkan pemahaman bersama dari informan penelitian, yaitu pimpinan


dan harmonisasi. Penelitian-penelitian Muhammadiyah, kepala desa, dan tokoh or­
itu antara lain melihat tentang proses ganisasi masyarakat lainnyadi Desa Plompong
terjadinya interaksi simbolik antara pemain tentang interaksi simbolik. Sementara data
dan penonton, serta simbol-simbol yang sekunder diperoleh dari catatan organisasi
ada dan digunakan untuk membentuk in­ atau dokumen. Pengumpulan data dalam
teraksi simbolik antara pemain dan pe­non­ penelitian dilakukan dengan teknik ob­
ton (Kusumastut, i2006), pemaknaan da­lam servasi, wawancara mendalam (indepth
mengaktualisasikan nilai leluhur di ling­ interview), Focus Group Discussion (FGD),
kungan etnis Tionghoa pada jaringan ko­ dan studi dokumen.
munikasi perdagangan (Anugrahani, 2014), Teknik pemeriksaan keabsahan data
ciri khas interaksi simbolik yang terletak yang digunakan adalah triangulasi, yaitu
pada penekanan manusia dalam proses saling sebuah teknik pemeriksaan keabsahan
menterjemahkan, dan saling mendefinisikan data yang memanfaatkan sesuatu yang
tindakannya, tidak dibuat secara langsung lain di luar data itu untuk keperluan
antara stimulus-response, tetapi didasari pengecekan atau perbandingan terhadap
pada pemahaman makna yang diberikan data itu sendiri.Analisis data dilakukan
terhadap tindakan orang lain melalui melalui proses mengatur urutan data,
penggunaan simbol-simbol, interpretasi, dan mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
pada akhirnya tiap individu tersebut akan kategori, dan satuan uraian data dengan
berusaha saling memahami maksud dan cara memilah data menjadi satuan-satuan,
tindakan masing-masing, untuk mencapai mengkategorisasikan berdasarkan tema-
kesepakatan bersama (Siregar, 2011). tema yang muncul, menemukan pola yang
sesuai dengan obyek studi, menafsirkan
METODE dan merefleksikannya, serta memutuskan
apa yang penting disajikan dalam hasil
Penelitian, menggunakan pendekatan penelitian.
kualitatif yang berorientasi pada penjelasan
data deskriptif dari obyek yang diteliti,
membangun gambaran yang kompleks dan HASIL DAN PEMBAHASAN
menyeluruh, menganalisis kata-kata, me­ Desa Plompong, tempat Muhammadiyah
laporkan pandangan informan dan me­ beraktivitas di dalamnya, masuk ke dalam
la­kukan penelitian dalam setting ilmiah wilayah Kecamatan Sirampog, yang loka­
(Somantri, 2005). Pendekatan kualitatif sinya terletak di daerah terpencil, di atas
didasarkan pada paradigma konstruktivisme perbukitan bagian dari lereng Gunung
yang menjadikan peneliti sebagai instrumen Slamet, sekitar 29 Km arah tenggara dari
penelitian dengan unit analisis tindak ibukota Kabupaten Brebes, berjarak 10 Km
komunikasi organisasi yang memiliki per­be­ dari ibukota Kecamatan Sirampog serta
daan dengan masyarakat desa dalam me­wu­ 703 Km dari Ibukota Propinsi Jawa Tengah
jud­kan interaksi simbolik yang positif. (Semarang).
Subyek penelitian adalah Muham- Dari data lapangan yang berhasil
madiyah dengan wilayah penelitian di Desa dihimpun, Muhammadiyah adalah organisasi
Plompong, Kecamatan Sirampog, Kabupaten masyarakat yang berpartisipasi aktif dalam
Brebes. Penelitian pendahuluan dilakukan pembangunan di Desa Plompong dan
pada bulan Mei-Juni tahun 2014, dan memiliki visi dan misi untuk mencerahkan
pengambilan data kualitatif secara lengkap umat Islam dan terhindar dari tahyul,
dilakukan pada bulan Oktober-Desember bid’ah dan churafat. Melalui dinamika yang
2015. pasang surut dan peranan komunikasi
Data yang dikumpulkan adalah data yang tidak sederhana, Muhammadiyah
primer dan sekunder. Data primer diperoleh Plompong didirikan pada tanggal 12 Februari

21
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

1964. Muhammadiyah Plompong, adalah sarung; dan menyelenggarakan lembaga


kepengurusan ranting yang dalam hirarki pendidikan sistem kelas menggunakan
struktur organisasi Muhammadiyah berada bangku dan meja, dimana oleh masyarakat
pada unit yang paling bawah. Ranting desa dipandang sebagai lembaga pendidikan
berhubungan langsung dengan anggota Kristen. Masyarakat desa sendiri waktu
persyarikatan, karena itu sebagai front itu terbiasa melakukan sistem sorogan
terdepan Muhammadiyah di masyarakat, saat belajar kepada seorang kyai, yakni
fungsinya adalah membimbing anggota- menghadap satu persatu kepada kyai untuk
anggota dan jama’ah-jama’ah dalam amalan menyelesaikan pembelajarannya.
kemasyarakatan dan hidup beragama, me­ Dengan kondisi seperti itu, maka
ningkatkan kesadaran berorganisasi dan program kerja (amal usaha Muhammadiyah
beragama serta menyalurkan aktivitas dalam disingkat AUM) yang diprioritaskan, lebih
amal usaha Persyarikatan sesuai dengan bakat dititikberatkan pada program konsolidasi
dan kemampuannya (ART Muhammadiyah organisasi untuk mensosialisasikan ke­lem­
Pasal 11 ayat 1 c). ba­gaan dan pemahaman Muhammadiyah
Perjalanan Muhammadiyah Plompong ke­pada masyarakat di Desa Plompong.
hingga penelitian berlangsung, dibagi ke Sebagai alat da’wahnya, dibentuklah team
dalam enam periode, yaitu dari periode kesenian orkes melayu yang diberi nama
yang penuh dinamika pertentangan, ka­ “Anida” akronim dari Alunan Irama Damai
rena kehadirannya tidak diinginkan oleh dan PGT (Pasukan Gendang Terompet). Di
pihak-pihak tertentu, sampai kepada pe­ tengah perbedaan pandangan keagamaan,
ri­ode yang di dalamnya terdapat upaya- kedua group kesenian itu cukup efektif dalam
upaya mengembangkan eksistensi melalui menyebarluaskan dan mensosialisasikan
pembangunan amal-amal usaha atau Muhammadiyah, khususnya dalam masalah
program-program organisasi. kelembagaan. Kegiatannya sangat beragam,
Periode pertama yang dinamakan terutama tampil dalam setiap acara atau
Ashabiqunal Awwalun (1964-1970), dipimpin kegiatan yang diselenggarakan oleh or­ga­ni­
oleh Bapak Haji Mahroni (HM).Pada sasi. Magnetnya kepada masyarakat cukup
periode ini dinamika pertentangan dari kuat sehingga tidak sedikit anak-anak muda
masyarakat desa begitu kental, dan jika yang bergabung di dalamnya, yang otomatis
tidak diatasi dengan baik dapat menyulut harus menjadi anggota Muhammadiyah
konflik horisontal. Kesabaran menjadi terlebih dahulu. Saat itu pendekatan seni
modal dasar dari aktivis Muhammadiyah budaya menjadi alat yang sangat ampuh
untuk menghadapi masalah-masalah yang untuk memasyaratkan Muhammadiyah di
berkembang. Desa Plompong.
Adapun perbedaan mendasar antara Periode kedua yang dinamakan masa
Muhammadiyah dan masyarakat desa, perkembangan (1970-1980), pemahaman
intinya adalah sebagai berikut: Islam dalam dimensi Muhammadiyah secara
Pertama, dari aspek ritual atau tata cara ber­tahap mulai dikembangkan, baik lewat
peribadatan, Muhammadiyah melarang keras dakwah (komunikasi) kelompok maupun
kegiatan-kegiatan yang justru dilakukan oleh dengan dakwah jama’ah (komunikasi orga­
masyarakat desa, seperti tahlilan 3,7,sampai nisasi). Pada periode ini program-program
1000 hari setelah kematian, membaca qunut yang bersentuhan dengan masyarakat desa
saat shalat shubuh, shalat taraweh lebih dari belum dikembangkan.
11 rakaat, dan menyelenggarakan azan dua Kebangkitan Muhammadiyah Plompong
kali pada shalat jum’at. mulai menggeliat pada periode ketiga
Kedua, dari aspek sosial kemasyarakatan yang dipimpin oleh Bapak H.Mu’min Thoif
Muhammadiyahberbedadalamhal kepatuhan (HMT) dan dinamakan masa kebangkitan
kepada kyai; tidak membudayakan pakai I (1981-1990), apalagi pada tahun 80-an ini
banyak masyarakat Desa Plompong bersedia

22
Muhammad Luthfie, dkk, Interaksi Simbolik Organisasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa

jadi anggota, minimal menjadi simpatisan otonom (ortom) di lingkungannya, antara


organisasi. Dengan kondisi yang mulai lain Aisiyah (wanita Muhammadiyah),
mendukung itu, dari sudut aqidah, pema­ Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Pemuda
ha­man keagamaan Muhammadiyah mulai Muhammadiyah, dan Nasyiatul Aisiyah
diaplikasikan. Masyarakat Desa Plompong, (remaja puteri Muhammadiyah.
secara bertahap mulai tidak memberi sesaji Periode keemasan Pimpinan Ranting
ketika akan panenan dan semakin jarang Muhammadiyah Plompong baru diraih pada
warga masyarakat yang mempelajari klenik, periode kepemimpinan 2000-2005 di bawah
ilmu hitam dan yang sejenisnya. Secara tegas arahan Bapak Wahibpudin (Wb) sebagai
dalam visi misinya, Muhammadiyah memang ketua. Jika dilihat dari sejarah, kepemimpinan
memerangi Tahyul, Bid’ah dan Churafat ini adalah periode kepemimpinan ketiga,
(TBC). Muhammadiyah sebagai gerakan setelah Bapak HMT tidak bersedia lagi
tajdid (tajdid fiy al-Islam) melahirkan amalan- menjabat karena sudah 30 tahun memimpin
amalan pembaruan, yaitu: (1) membersihkan Ranting Muhammadiyah Plompong.
Islam dari pengaruh dan kebiasaan yang Pada kepemimpinan Bapak Wb,
bukan Islam, (2) reformulasi doktrin Islam amal usaha (program) yang dikelola
dengan pandangan alam pikiran modern, (3) oleh pimpinan Ranting Muhammadiyah
reformulasi ajaran dan pendidikan Islam, dan Plompong semakin beragam. Setelah MTs
(4) mempertahankan Islam dari pengaruh dan MA Muhammadiyah Plompong sema­
dan serangan luar (Ali 1990). kin maju, didirikanlah Pondok Pesantren
Pada periode ini, tepatnya pada tanggal Muhammadiyah, yang bertujuan: (1) Meng­
12 Juni 1986, didirikan Madrasah Tsanawiyah hi­langkan persepsi di masyarakat bahwa
(MTs) Muhammadiyah Plompong untuk dai’-dai’Muhammadiyah tidak mampu
memfasilitasi siswa sekolah dasar (SD) mem­baca Kitab Kuning, yang berakibat
dan Madrasah Ibtida’iyah (MI) di Desa kurang berwibawanya dai’-dai’ itu di
Plompong agar bisa melanjutkan belajar tengah masyarakat, (2) Mengantisipasi
ke Sekolah Menengah Tingkat Pertama. sema­kin banyaknya siswa-siswi MTs dan
Pada periode kebangkitan II (1990-2000), MA Muhammadiyah Plompong dari luar
Pimpinan Muhammadiyah Plompong me­ daerah, (3) Mempersiapkan generasi
nye­lenggarakan pendidikan setingkat SLTA, yang selain menguasai ilmu pengetahuan
yaitu Madrasah ‘Aliyah (MA) Muhammadiyah dan teknologi juga memahami iman dan
Plompong. Di bidang pengembangan taqwa. Pondok pesantren tersebut diberi
organisasi, Pimpinan Muhammadiyah nama sesuai nama waqifnya, Ponpes Hj
Plompong berhasil men­dirikan organisasi Nasikhah Maemanah. Selanjutnya, didirikan
Tabel 1 Amal usaha Muhammadiyah di Desa Plompong, 2016
Bidang Pendidikan Bidang Sosial Keagamaan Ekonomi
MTs Majlis Taklim Al Inayah Koperasi Karyawan
MA Majlis Taklim Al Barokah Kopontren
SMK Majlis Taklim Al Muqorrobin CKM
TPQ Al Izzah Majlis Taklim Nurul Huda
TPQ Al Inayah Majlis Taklim Al Muhlisisn
TPQ Al Muhlisin
TPQ Al Ikhwan
TPQ Nurul Huda
TK ABA I
TK ABA II
Pondok Pesantren

23
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

pula Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) a. Membangun pandangan positif


Muhammadiyah Plompong yang membuka terhadap organisasi
dua jurusan, yaitu Tata Busana dan Mekanik Perbedaan tentang pandangan
Otomotif. Pada bidang ekonomi, pimpinan keaga­maan seperti diperlihatkan oleh
Ranting Muhammadiyah Plompong berhasil Muhammadiyah bukanlah masalah yang
mengembangkan Koperasi Karyawan Surya seder­hana jika dikaitkan dengan kepentingan
Sekawan, dan Koperasi Pondok Pesantren interaksi sosial atau kebutuhan bekerjasama
(Kopontren) Muhammadiyah. Secara garis dalam mengupayakanperubahan masyarakat.
besar, amal usaha yang telah berhasil diba­ Perbedaan yang terjadi adalah perbedaan
ngun dan dikelola oleh Pimpinan Ranting masalah prinsip keyakinan yang dalam
Muhammadiyah Plompong, adalah seperti beberapa pengalaman seringkali sulit di atasi,
terlihat pada Tabel. di mana penanganannya membutuhkan
peran komunikasi yang lebih luas. Penelitian
Interaksi Simbolik Muhammadiyah pendahuluan melihat peran komunikasi
Interaksi simbolik yang dilakukan oleh yang dikembangkan oleh Muhammadiyah
Muhammadiyahsudah berlangsung dari jauh- dalam mengantisipasi perbedaan prinsip
jauh hari sebelum pendirian organisasi resmi organisasinya dengan masyarakat di Desa
dilakukan. Menurut para pendirinya (antara Plompong telah berhasil mengantisipasi
lain HM dan HMT), mendirikan organisasi dampak negatif.
di suatu daerah yang tidak mendukung Sejarah Muhammadiyah terkait dengan
bukanlah sebuah kerja yang mudah, apalagi pergerakan Masyumi yang pernah eksis
memiliki perbedaan dengan masyarakat dalam pergerakan politik di Indonesia dan
desa yang dipastikan akan menemukan pengaruhnya hingga saat ini masih kuat
hambatan dalam melakukan interaksinya. di Desa Plompong, sehingga organisasi
Demikian pula dengan fenomena yang masyarakat dan partai politik yang ber­
terjadi pada keberadaan Muhammadiyah pengaruh umumnya masih ada hubungan
sebagai organisasi masyarakat di Desa sejarah dengan Masyumi. Dengan kondisi
Plompong yang berusaha berpartisipasi seperti itu, maka organisasi masyarakat dan
dalam pembangunan desa. Walaupun pada partai politik yang memiliki akar rumput atau
akhirnya mampu melahirkan kepercayaan didukung masyarakat di Desa Plompong pun
masyarakat, perjuangan yang dilalui oleh adalah yang berbasis Islam.
organisasi masyarakat tersebut tidak seder­ Keluarga-keluarga Masyumi di Desa
hana karena harus melakukan berbagai Plompong memiliki visi masing-masing da­
tindakan komunikasi agar eksistensinya lam pendidikan keluarga, di mana ada yang
dapat diterima oleh masyarakat desa dan memilih mendaftarkan anggota keluarganya
dipercaya sebagai bagian dari penggerak ke pondok pesantren, ke lembaga-lembaga
pembangunan desa. pendidikan umum, dan ada pula yang meng­
Melihat sejarah dan peran komunikasi kom­binasikannya keduanya. Warga Desa
yang telah dikembangkan, penelitian mem­­­ Plompong yang berpendidikan Ponpes
fokuskan analisisnya pada tindakan komu­ umumnya memilih organisasi massa NU yang
nikasi di awal pendirianorganisasi dan pada mengklaim berlatar ahlussunah waljama’ah,
saat membangun serta mengembangkan sementara yang berpendidikan umum
program-programnya sebagai partisipasi atau kombinasi memilih aktif di organisasi
dalam pembangunan di Desa Plompong. masyarakat yang lebih umum atau lebih
Hasil penelitian pada masalah tersebut modern, seperti Muhammadiyah. Bapak HM
dibagi ke dalam dua tema, yaitu membangun dan Bapak HMT, yang aktif di Muhamma­
pandangan positif terhadap organisasi, dan diyah kemudian mencoba merintis pendirian
memantapkan kinerja organisasi dalam organisasi masyarakatnya di Desa Plompong
pembangunan desa. dan berusaha menyosialisasikan kepada war­
ga desa melalui berbagai tindak komunikasi.

24
Muhammad Luthfie, dkk, Interaksi Simbolik Organisasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa

Perintisan itu dilalui dengan dengan menjaga misi organisasinya dengan kecenderungan
iklim komunikasi yang kondusif diantara warga desa setempat dalam komunikasinya.
para aktivis Muhammadiyah, yang artinya Para aktivis Muhammadiyah selalu mene­
menjaga komunikasi agar tetap dalam nuansa kankan pada penyampaian pesannya, bahwa
kebersamaan dan kekeluargaan yang kuat. prinsip-prinsip keagamaan organisasi yang
Menurut Bapak HM, yang pernah menimbulkan perbedaan dengan masyarakat
menjadi santri di pondok pesantren terbesar desa padaorganisasinya tidak bisadihilangkan
di Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, tetapi dijanjikan tidak akan mengganggu
tindakan komunikasi yang dilakukan toleransi beragama. Artinya, Muhammadiyah
pada tahap awal berbenturan dengan akan menghormati kegiatan tahlilan dan
masalah khilafiyah (perbedaan pandangan pembacaan qunut dalam shalat shubuh,
keagamaan). Perbedaan konsep fiqh (tata cara dan sebaliknya meminta permakluman dari
ibadah) dalam melaksanakan ajaran-ajaran masyarakat desa jika anggota organisasinya
agama Islam yang mendasari terjadinya tidak melakukan tata cara seperti itu. Pada
khilafiyah, bukan masalah sederhana karena perilaku ibadah, para aktivis Muhammadiyah
menyangkut aqidah (keyakinan) masing- juga memperlihatkan penghormatan ke­
masing pihak. Muhammadiyah dipandang pada pihak lain, dengan bersedia menjadi
sebagai organisasi yang menolak simbol- makmum shalat Shubuh berjamaah yang
simbol ritual atau tata cara keagamaan diimami oleh imam dari pihak lain.
yang telah membudaya di masyarakat desa Keberatan masyarakat desa terutama
seperti tahlilan dan qunut. Pada masyarakat yang diwakili oleh NU terhadap keberadaan
lain di lingkungan Desa Plompong, gerakan Muhammadiyah di Desa Plompong, terbakar
modernisasi Muhammadiyah juga dianggap pada sebuah realitas sosial yang terkenal
mengancam kebiasaan masyarakat dalam dengan nama “Peristiwa Perebutan Adzan
masalah klenik, karena Muhammadiyah Satu” tahun 1964. Peristiwa itu disulut
bertujuan memerangi tahyul, bid’ah dan oleh tindakan aktivis Muhammadiyah
churafat yang justru telah melekat dengan yang dipimpin oleh Bapak HM untuk
kuat di lingkungan masyarakat desa. menstandarkan adzan satu kali pada
Data lain diungkapkan oleh Bapak HMT ibadah Shalat Jum’at di masjid besar Desa
yang menjadi Ketua Muhammadiyah pada Plompong.
periode kepemimpinan kedua. Pada saat Peristiwa itu sendiri bermula dari musya­
pendirian organisasi, warga desa termasuk warah jamaah tentang kesiapan masjid desa
Kepala Desa Plompong menentang dan yang baru dibangun untuk menyelenggarakan
menyatakan bahwa Muhammadiyah shalat Jum’at, setelah sebelumnya harus
prinsip-prinsip keagamaannya bertentangan melaksanakan shalat Jum’at di luar desa
dengan masyarakat. Namun karena dapat karena belum ada tempat yang layak di
bantuan dari pimpinan cabang organisasi desa tersebut. Perbedaan dimulai ketika
tingkat Kecamatan Tonjong dan para tokoh aktivis Muhammadiyah meminta shalat
Masyumi yang masih ada, kondisi tegang Jum’at diselenggarakan dengan hanya satu
agak sedikit mencair walaupun perdebatan kali azan sesuai keyakinan organisasinya.
masalah perbedaan tata cara ibadah (fiqh) Menurut aktivis Muhammadiyah, azan satu
atau pandangan keagamaan tetap memanas. itulah yang sesuai dengan sunnah nabi.
Pada tahap awal, masyarakat yang Masyarakat desa yang direpresentasikan oleh
berbeda tidak memberikan tempat ke­pa­ NU menolak keras usulan itu, karena azan
da Muhammadiyah untuk eksis di Desa dua kali dalam shalat Jum’at juga merupakan
Plompong, sehingga menimbulkan banyak ajaran yang diyakini kebenarannya, diajarkan
hambatan di dalam proses pasca pen­di­ oleh para kyai dan sudah menjadi harga
rian­nya. Untuk mengantisipasi penolakan mati. Penjelasan aktivis Muhammadiyah
masyarakat, para aktivis Muhammadiyah yang mensitir sejumlah hadits dan dalil-dalil
justru membuka adanya perbedaan visi dan lain tidak bisa menyelesaikan perdebatan,

25
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

dan justeru melebar kepada sikap antipati sebagai jamaahnya. Demikian juga dengan
terhadap gerakan Muhammadiyah. ibadah shalat taraweh yang diselenggarakan
Saat perdebatan tentang masalah- hanya dengan 11 rakaat.
masalah fiqh terjadi, aktivis Muhammadiyah Berkaitan dengan proses interaksi
tetap terbuka dengan perbedaan dan mem­ simbolik tersebut Bapak HM menyatakan
per­tahankan prinsip-prinsip organisasinya. bahwa di samping tidak menutup-nutupi
Menurut Bapak HM, menutup-nutupi per­ perbedaan dalam pandangan keagamaan
bedaan adalah sebuah kebohongan yang dan giat melakukan komunikasi berdasarkan
akhirnya akan terbongkar juga, baik melalui kepentingan atau isu bersama, untuk meng­
kata maupun sikap. Untuk mengerem hadapi penentangan masyarakat desa
suasana yang panas, Bapak HM menyatakan, ter­hadap organisasi dilakukan langkah-
bahwa karena peserta dialog sama-sama langkah seperti (1) melakukan proses ko­
Islam, dan dirinya juga pernah mondok di mu­nikasi melalui komunikasi inter­per­
pesantren tersebut, maka berikan kepada sonal, dialogis dan komunikasi kelompok,
organisasinya tempat untuk berkarya tanpa (2) memanfaatkan orientasi kekerabatan
mengganggu pihak-pihak lain. Adapun untuk berkomunikasi dengan pihak yang
untuk menghadapi perbedaan yang ada berseberangan, misalnya komunikasi antara
perlu ditingkatkan toleransi dan kompromi- sesama buyut, sesama cucu, keponakan dan
kompromi untuk kemaslahatan bersama. paman, dan hubungan kekerabatan lainnya
Selain itu, untuk meredam suasana Bapak HM (3) menggunakan pandangan almamaterisme
meminta semua kembali kepada semangat untuk mendukung prosesnya.
kekeluargaan (komunikasi keluarga), baik Temuan lain diperoleh dari FGD yang
saudara secara Islam, saudara sekandung, melibatkan lima orang peserta: Tf, Th, SH,
dan saudara sekeluarga besar. Mz, dan MTS, yang menyatakan, bahwa
Dari data sosial kemasyarakatan di Desa untuk meminimalisir perdebatan tentang
Plompong yang diperoleh dari berbagai masalah khilafiyah yang rawan timbul
wawancara dengan para informan, antara kembali, Muhammadiyah pada cara lainnya
aktivis Muhammadiyah dengan masyarakat selalu mengajak organisasi masyarakat lain
desa memang banyak yang terpaut dengan untuk mengkaji isu-isu bersama, misalnya
pertalian keluarga. Misalnya pimpinan tentang pembangunan jalan raya, perbaikan
Muhammadiyah ada yang memiliki hu­bu­ jembatan dan irigasi untuk kesejahteraan
ngan saudara sepupu dengan pimpinan NU, bersama yang untuk mewujudkannya selalu
dan bahkan ada pula yang masih terikat mengajak bergotong royong. Kajian isu-isu
dalam persaudaraan sekandung. Kondisi bersama itu pada perkembangannya menjadi
ini telah mendorong kesulitan berinteraksi perekat kebersamaan antar warga desa
dapat diantisipasi dengan komunikasi dan berpengaruh besar kepada ketertiban,
secara kekeluargaan, dan konflik tidak keamanan, kesejahteraan, dan pertumbuhan
sampai mengancam secara keras persatuan ekonomi di Desa Plompong.
masyarakat di Desa Plompong. Pembangunan sarana dan prasarana
Pada awal tahun 1970, setelah melalui oleh Muhammadiyah yang tidak hanya
dialog, komunikasi interpersonal dan diperuntukkan bagi anggota organisasi
komunikasi kelompok (pengajian bareng atau tetapi untuk semua warga desa, juga turut
bersama) dengan pesan yang meyakinkan memperkuat kepercayaan masyarakat
dan disampaikan dengan jelas, azan satu desa terhadap Muhammadiyah. Misalnya
akhirnya menjadi ketetapan di masjid desa. untuk bantuan dana siswa tidak mampu,
Pengajian-pengajian yang diselenggarakan Muhammadiyah menawarkannya kepada
oleh Muhammadiyah telah efektif mendorong semua warga desa dan menampung siswa
pemahaman yang sama pada masyarakat dari keluarga tidak mampu walaupun
terhadap pelaksanaan atau tata cara ibadah berasal dari lingkungan atau keluarga
shalat Jum’at yang diikuti oleh warga desa organisasi masyarakat yang berbeda.

26
Muhammad Luthfie, dkk, Interaksi Simbolik Organisasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa

Realitas itu dipandang oleh peserta FGD Muhammadiyah masih selalu mempengaruhi
sebagai komunikasi non verbal organisasi masyarakat desa agar tetap berpegang kepada
untuk terwujudnya penguatan SDM dan pandangan atau keyakinan yang sudah
kesejahteraan warga di Desa Plompong. berakar sebelumnya.
Komunikasi verbal dan non verbal organisasi Melihat kondisi seperti itu, pim­pi­
telah sangat efektif untuk menunjukkan nan Muhammadiyah selalu berdiskusi dan
bahwa Muhammadiyah adalah kita, dan mencari cara agar visi dan misi organisasi
bukan siapa-siapa atau bukan sesuatu yang dapat berjalan tanpa membuat anggota baru
asing. lari atau banyak yang keluar meninggalkan
b. Memantapkan kinerja organisasi organisasi. Tidak jarang para pengurus
dalam pembangunan desa melakukan konsultasi dengan Pimpinan
Pemantapan motivasi anggota untuk Muhammadiyah yang lebih tinggi, termasuk
menerima visi dan misi organisasi pada para ahli agama di lingkungannya. Beberapa
berbagai kesempatan wawancara dengan keputusan Muhammadiyah kemudian
informan bukan perkara yang mudah, dilakukan, salah satunya adalah dengan
apalagi anggota-anggota organisasi pada melaksanakan sosialisasi dan penanaman
awalnya adalah bagian dari masyarakat aqidah secara bertahap dan disesuaikan
yang telah terikat kuat dengan keyakinan dengan kemampuan atau tingkat pe­nge­ta­
dan budaya setempat. Di dalam prosesnya huan para anggota.
terdapat simbol-simbol organisasi yang Tahapan-tahapan pemahaman dan
perlu dijabarkan secara terus menerus agar pene­rimaan anggota terhadap simbol-simbol
dapat dimaknai bersama, baik tentang tata organisasi terus dihadapi oleh pimpinan
cara peribatan maupun lambang-lambang Muhammadiyah dengan sabar dan telaten,
organisasi. Program pemantapan motivasi antara lain dengan mengulang penjelasannya
anggota untuk berperilaku sesuai visi misi jika ada yang belum mengerti. Hal ini
organisasi, dilakukan dengan memperbanyak dilakukan agar anggota atau simpatisan
tindakan komunikasi langsung dan ko­mu­ memahami dengan baik keberadaan
nikasi dalam kelompok, seperti melalui organisasi dengan berbagai prinsipnya.
pengajian dan rapat. Pada proses-proses Simbol-simbol organisasi dikemas dalam
komunikasi itu, prinsip-prinsip organisasi pesan yang mudah dimengerti oleh anggota
disampaikan, dibahas, dan disepakati untuk dan simpatisan, misalnya dengan bahasa
dilaksanakan bersama-sama. yang sederhana, atau dengan menggunakan
Menurut Bapak Wb, tidak mudah bahasa jawa sebagai bahasa pengantar sehari-
menjelaskan visi dan misi organisasi hari di Desa Plompong.
kepada warga desa yang sudah bersedia Sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
menjadi anggota. Ada yang keberatan jika simbol-simbol yang paling sulit untuk
tidak qunut saat shalat Shubuh, ada yang dilaksanakan adalah simbol-simbol yang
keberatan meninggalkan tahlilah jika ada berkaitan dengan keyakinan keagamaan
anggota keluarganya yang meninggal, ada organisasi, misalnya simbol Muhammadiyah
yang merasa tidak enak jika berbeda dengan adalah mewakili gerakan yang anti bid’ah,
tetangga, dan lain sebagainya. Hingga menentang tahayul dan hal-hal lain yang
pertengahan tahun 1980 anggota yang masih bertentangan dengan akal sehat manusia.
berhubungan dengan perdukunan juga tidak Namun pada akhirnya mulai tahun 1990-
sedikit, terutama saat ada anggota keluarga an, dengan kesabaran dan ketelatenan
yang sakit atau meminta air yang sudah pengurus melalui pengajian-pengajian yang
didoakan oleh seorang dukun (dijampi- dilakukan, pada akhirnya banyak simpatisan
jampi) untuk disiramkan di sekitar rumah dan anggota yang bersedia menerima visi
sebagai penjaga keselamatan. Apalagi dan misi organisasi secara menyeluruh.
tokoh-tokoh masyarakat sebagai pemimpin Dari penjelasan informan diketahui, bahwa
opini yang masih berseberangan dengan pengajian rutin dilakukan untuk memberikan

27
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

motivasi yang baik dan memberikan ruang lembaga pendidikan yang berstandar
terbuka yang cukup luas bagi para anggota nasional dipenuhi oleh organisasi melalui
untuk berekspresi dan mendialogkan hal-hal parameter akreditasi yang baik pada
yang belum dipahami. lembaga-lembaga pendidikan organisasi dari
Mengenai pemasyarakatan prinsip- tingkat dasar sampai pendidikan menengah
prinsip organisasi di bidang sosial, pen­ atas. Akibatnya, keluarga dari lingkungan
didikan dan ekonomi, pimpinan organisasi nasionalis dan organisasi masyarakat lain yang
selalu mengaitkannya dengan keputusan pernah berseberangan pandangan banyak
tarjih (musyawarah) Pimpinan Pusat yang lebih memilih menyekolahkan anak-
Muhammadiyah. Sosialisasi dan cara pe­nga­ anaknya di sekolah-sekolah Muhammadiyah
ma­lannya lebih banyak dilakukan melalui daripada lembaga pendidikan lainnya.
komunikasi kelompok berupa pengajian, Muhammadiyah mengapresiasi dukungan
dan diskusi dengan pesertanya termasuk masyarakat seperti itu dengan meningkatkan
masyarakatumumyang bersediadatangdalam fasilitas sekolah dan kualitas SDM
acara-acara organisasi tersebut. Pengajian pengajarnya, antara lain melalui studi lanjut
rutin selalu dilakukan pada malam jum’at ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kini
setiap minggunya, ditambah kultum pada di MA dan SMK-nya, sudah ada lima orang
setiap ba’da shalat Shubuh. Sementara diksusi guru yang berpendidikan Strata 2.
dan seminar yang biasa diselenggarakan oleh Essensi tindakan komunikasi yang
sekolah-sekolah, dilakukan pada peristiwa- dilakukan oleh Muhammadiyah sehingga
peristiwa tertentu dengan mengundang dapat mewujudkan interaksi simbolik yang
tokoh-tokoh pemikir atau ustad-ustad yang mendukung kiprahnya dalam pembangunan
ada di lingkungan Muhammadiyah tingkat di Desa Plompong diperlihatkan melalui
wilayah dan nasional. Tabel 2.
Untuk membahas keputusan-keputusan Dari uraian data di tabel 2, Muhamma­
tarjih, oganisasi menggunakan pedoman diyah telah memperlihatkan tin­dakan ko­mu­
tarjih yang diterbitkan oleh pimpinan pusat, nikasi yang tepat dalam interaksi simbolik
dan pada kajian-kajian khusus dibandingkan sehingga mampu mewujudkan dukungan
pula dengan kitab-kitab fiqh lain, termasuk dan harmonisasi di Desa Plompong. Tiga cara
Kitab Kuning. Muhammadiyah terbuka penting yang dapat dicatat dari keberhasilan
untuk menerima nilai-nilai positif yang interaksi simbolik Muhammadiyah di Desa
tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan Plompong, adalah:
al-Hadis, dan semua pesan disampaikan Satu, menyampaikan prinsip-prinsip
melalui bahasa yang dimengerti dan mudah keagamaan secara terbuka dan tidak ditutup-
dipahami oleh warga.Pembangunan lembaga tutupi untuk menghasilkan kompromi-
pendidikan sampai kepada lembaga ekonomi, kompromi. Ini adalah tindakan yang penuh
selalu dikaitkan dengan prinsip-prinsip resiko tetapi tepat. Karena sebagaimana
organisasi. Semuanya disandarkan kepada dikemukakan oleh Habermas (2007)
syariat Islam, termasuk dalam pembentukan bahwa kepentingan yang ditabrakan dalam
lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan, komunikasi, kepentingan masing-masing
seperti Koperasi Karyawan Surya Sekawan, kelompok itu akan menjadi kepentingan
dan Koperasi Pondok Pesantren Nasikhah bersama atau melahirkan kesepakatan-
Maemanah. kesepakatan. Hal itu menjadi kenyataan
Pada periode kepemimpinan 2000- dalam perjuangan Muhammadiyah yang
2105, image dan dukungan masyarakat semula ditolak keberaannya karena berbeda
terhadap lembaga-lembaga pendidikan (konflik), diberikan kesempatan (toleransi),
Muhammadiyah semakin baik atau dengan dan akhirnya diterima sebagai bagian dari
kata lain lembaga-lembaga pendidikan masyarakat Desa Plompong (kompromi).
yang dimiliki oleh Muhammadiyah sudah Dua, mengkomunikasikan isu bersama,
marketable. Semua persyaratan sebagai antara lain tentang pembangunan desa. Isu

28
Muhammad Luthfie, dkk, Interaksi Simbolik Organisasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa

Tabel 2 Tindak komunikasi organisasi Muhammadiyah dalam interaksi simbolik, 2016


No Masalah Tindak komunikasi Hasil
1 Membangun Komunikasi interpersonal, Kompromi berdasarkan
pandangan positif komunikasi dialogis isu bersama; konsensus;
terhadap organisasi berdimensi kekeluargaan tidak ada lagi konflik di
(akibat perbedaan dan almamaterisme untuk masjid desa; mengubah
dalam keyakinan, menyampaikan prinsip- paradigma terhadap
antara lain dalam prinsip keagamaan secara pendidikan organisasi
konsep tata cara ibadah terbuka dan tidak menutupi
fiqh) perbedaan

2 Memantapkan kinerja Komunikasi interpersonal, Anggota semakin


organisasi dalam komunikasi dialogis, mantap menjalankan
pembangunan desa
komunikasi media, program organisasi;
komunikasi kelompok simpatisan bersedia
seperti melalui pengajian, menjadi anggota;
dan forum rapat dukungan masyarakat
terhadap program kerja
organisasi;
partisipasi langsung

bersama atas dasar kepentingan bersama sebagai lembaga pendidikan Kristen


memang menjadi alat ampuh untuk karena mengusung pendidikan modern
memupuk kebersamaan sebagai warga desa, (menggunakan sistem kelas dan bangku)
apalagi ditunjukkan oleh gerakan nyata sampai dipercaya sebagai lembaga
dalam pembangunan seperti dilakukan oleh pendidikan Islam. Prosesnya berjalan
Muhammadiyah dalam pembangunan di melalui tahapan-tahapan yang dipenuhi oleh
Desa Plompong. hambatan-hambatan yang tidak sederhana
Tiga, memanfaatkan pesan yang ber- namun berhasil diatasi dengan baik melalui
orientasi kekerabatan untuk berkomunikasi langkah-langkah yang dilalui dengan penuh
dengan pihak yang berseberangan. Hal ini kesabaran dan program-program nyata yang
adalah tindakan paling cerdas dilakukan oleh berhasil meyakinkan masyarakat, terutama
Muhammadiyah, karena memanfaatkan se- dalam bidang pendidikan, sosial keagaman
gala arah kemungkinan untuk memuluskan dan ekonomi.
segala program kerjanya dengan terlebih da- Sikap para anggota organisasi pada
hulu membangkitkan kepercayaan dan du- peristiwa-peristiwa interaksi simbolik
kungan dari lingkungan keluarga. tersebut, tidak melahirkan tindakan-tin­
Data penelitian memerlihatkan pula dakan represif, melainkan memilih untuk
rangkaian interaksi simbolik Muham- menumbuhkembangkankan tindak komu­
madiyah yang telah merubah pandangan ni­kasi yang mendukung, karena sadar
masya­rakat terhadap organisasi, dari bahwa gerakan organisasi masyarakatnya
organisasi yang dianggap asing dan cen­de­ masih asing dalam pandangan masyarakat
rung membahayakan keyakinan beragama desa, termasuk tata cara peribadatannya.
masyarakat desa sampai kepada organisasi Proses komunikasi melalui komunikasi
yang dipercaya dan didukung sebagai interpersonal, komunikasi dialogis,
pelopor pembangunan desa, dari paradigma dan diperluas dengan jaringan-jaringan
masyarakat yang memandang lembaga- komunikasi yang tepat, dilakukan oleh
lembaga pendidikan Muhammadiyah para aktivis pergerakan organisasi dalam

29
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

rangka menyatukan persepsi terhadap hak- secara tepat, menyebabkan hambatan-


hak warga organisasi masyarakatnya untuk hambatan yang semula menjadi masalah
melaksanakan prinsip dan partisipasi dalam berubah menjadi dukungan masyarakat,
pembangunan desa, bukan memaksakan sehingga mendorong Muhammadiyah dapat
persamaan aqidah karena hal itu adalah menjadi pelopor dalam pembangunan desa.
masalah khilafiyah (perbedaan penafsiran Komunikasi organisasi dalam interaksi
agama). Interaksi simbolik dilakukan oleh sosialnya (komunikasi eksternal) telah
organisasi dengan mengarahkan kepada menentukan efektivitas komunikasi.
toleransi terhadap perbedaan penafsiran Adapun strategi komunikasi organisasi
keagamaan yang terjadi. dalam mencapaikan pesan pada proses
Hakikat dari keberhasilan interaksi interaksi simbolik sehingga menghasilkan
simbolik Muhammadiyah dapat dilihat komunikasi yang efektif, dari temuan
melalui fakta-fakta bahwa tindakan ko­mu­ penelitian dapat disimpulkan karena
ni­kasi dalam interaksi simbolik tersebut memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
telah nyata mampu membalikkan keadaan 1. Pesan dirancang dan disampaikan
di Desa Plompong. Hasilnya, jika pada sedemikian rupa sehingga dapat menarik
awal kelahirannya dicurigai dan dihambat perhatian sasaran pesan.
perjalanannya karena perbedaan pandangan 2. Pesan menggunakan tanda-tanda yang
dan simbol-simbol keagamaan, maka pada tertuju kepada pengalaman yang sama
tahun 1980-an Muhammadiyah telah menjadi antara sumber dan sasaran, sehingga
organisasi masyarakat yang dipercaya oleh sama-sama dapat dimengerti.
masyarakat desa sebagai organisasi yang
mampu menggerakkan pembangunan di 3. Pesan membangkitkan kebutuhan pihak
Desa Plompong bersama-sama pemerintah sasaran dan menyarankan beberapa cara
desa dan organisasi lainnya. untuk memperoleh kebutuhan itu.
Satu hal penting yang ditemukan 4. Pesan memberikan jalan untuk
dari penelitian adalah dalam proses ko­ memperoleh kebutuhan tadi.
munikasi yang dijalankan oleh per­ge­ra­kan­ 5. Pesan diupayakan tidak memasuki ranah
nya Muhammadiyah tidak pernah segan keyakinan yang bisa menimbulkan
menyampaikan prinsip-prinsip kea­ga­maan­ perdebatan atau pertentangan.
nya secara terbuka, walaupun berbeda dengan Dengan strategi komunikasi seperti
keyakinan warga desa pada umumnya. diuraikan di atas, Muhammadiyah telah
Muhammadiyah tetap memegang teguh berhasil melakukan komunikasi organisasi
prinsip-prinsip peribadatannya walaupun dengan baik sesuai tujuan disampaikannya
menghadapi tantangan dari masyarakat dan pesan. Ukurannya dapat dilihat dari hal-hal
pihak-pihak lain. Keterbukaan komunikasi sebagai berikut:
tentang perbedaan antara Muhammadiyah 1. Pesan dari organisasi dapat diterima
dan organisasi masyarakat lainnya di Desa dan dimengerti serta dipahami oleh
Plompong, bukan suatu hal yang salah masyarakat dan pihak lain.
karena pada akhirnya melahirkan kompromi-
2. Pesan yang disampaikan oleh organisasi,
kompromi untuk terselesaikannya masalah
seperti toleransi dan kompromi,
walaupun harus melalui hambatan-
dapat disetujui oleh penerima dan
hambatan dalam prosesnya.
ditindaklanjuti dengan perbuatan
Kepercayaan masyarakat yang dipe­ yang diinginkan oleh Muhammadiyah,
ro­leh oleh Muhammadiyah selanjutnya seperti penerimaan dan dukungan dari
menjadi modal sosial (social capital) untuk masyarakat desa.
memperkuat eksistensinya, membangun
3. Tidak ada lagi hambatan yang berarti
program kerja atau amal usaha dan
untuk melakukan programnya dalam
berpartisipasi aktif dalam pembangunandesa.
pembangunan desa.
Melalui peran komunikasi yang dibangun

30
Muhammad Luthfie, dkk, Interaksi Simbolik Organisasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa

4. Kepercayaan semakin menguat terhadap dan atau menjadi partisipan langsung dari
kemampuan Muhammadiyah menjadi lembaga-lembaga yang didirikannya. Semua
pelopor pembangunan desa, dan terhadap hal yang menggambarkan kepercayaan
keyakinannya. warga Desa Plompong, menjadi kemudahan
Mengacu kepada pandangan Lionberger bagi Muhammadiyah dalam menggerakkan
dan Gwin (1982) efektivitas komunikasi organisasinya untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi dalam interaksi simbolik dapat positif yang telah ditetapkan. Keberhasilan
diukur dari adanya dampak atau efek tertentu itu tentu tidak terlepas dari peran komunikasi
pada komunikan, yaitu: dan koordinasi yang dalam hal ini sejalan
a. Efek kognitif. Organisasi masyarakat dengan penelitian Gandasari (2015) yang
dan warga Desa Plompong menjadi menyatakan bahwa koordinasi yang berfungsi
tahu dengan visi misi organisasi dan dengan baik memang akan meningkatkan
memaklumi jika ada perbedaan dengan efektivitas komunikasi organisasi dan
masyarakat desa. pada akhirnya tujuan-tujuan individu dan
Muhammadiyah dapat tercapai.
b. Efek afektif. Karena telah memahami
visi misi Muhammadiyah yang banyak Secara keseluruhan hasil penelitian
juga bersentuhan dengan kebutuhan memperlihatkan bahwa interaksi simbolik
masyarakat Desa Plompong, maka Muhammadiyah telah berhasil karena
timbul sikap masyarakat untuk tidak didahului oleh kepercayaan warga desa
mempermasalahkan perbedaan dan sehingga tercipta komunikasi yang efektif, dan
menjadi pendorong terwujudnya sebagaimana disampaikan oleh Herdianto
kompromi dan toleransi masyarakat (2010), bahwa dalam hubungan komunikasi
Desa Plompong terhadap keberadaan yang efektif kepercayaan menjadi dasarnya.
Muhammadiyah. Pada prinsipnya, kepercayaan hanya bisa
muncul jika memiliki integritas pribadi
c. Efek behavior. Dampak yang timbul dari yang mencakup hal-hal yang lebih luas dari
efek behavior adalah timbulnya dukungan sekedar kejujuran.
berpartisipasi langsung dari masyarakat
Desa Plompong, baik sebagai partisipan Pada prosesnya, komunikasi yang
lembaga-lembaga yang didirikan oleh efektif membutuhkan umpan balik yang
Muhammadiyah, sampai bersedia ber­tujuan untuk mengevaluasi keberhasilan
menjadi simpatisan atau anggota di pe­nyampaian informasi pada penerimanya
dalamnya. (Nurrohim & Lina, 2009). Umpan balik
dari masyarakat dalam proses komunikasi
d. Paling tinggi kadarnya adalah dampak orga­nisasi, dapat dilihat melalui adanya
behavioral, yakni dampak yang timbul pe­nolakan, penafsiran, pemahaman, dan
pada komunikan dalam bentuk perilaku, kom­promi sekaligus kesepakatan terhadap
tindakan atau kegiatan yang sejalan prinsip-prinsip keagamaan serta visi dan
dengan Muhammadiyah, seperti selalu misi Muhammadiyah. Data-data tersebut
memberikan dukungan atau partisipasi me­nunjukkan bahwa komunikasi efektif
langsung. diperoleh karena adanya pemahaman yang
Realitas dari hasil penelitian yang sama akan makna simbol-simbol (dalam ma­­
memerlihatkan kepercayaan dan dukungan salah ini simbol-simbol keagamaan) yang di­
masyarakat, memberikan keuntungan ko­munikasikan, sehingga perbedaan yang ada
yang banyak bagi Muhammadiyah sebagai di dalamnya dipandang masyarakat bu­kan
organisasi masyarakat di Desa Plompong men­jadi sesuatu yang harus dipertentang­kan.
dan memiliki tujuan berpartisipasi dalam Keterbukaan terhadap perbedaan-perbe­daan
pembangunan desa. Hambatan-hambatan yang terdapat dalam pandangan atau simbol-
prinsip yang besar tidak dihadapi lagi, simbol keagamaan yang akhirnya melahir­kan
karena semakin banyaknya warga desa yang kompromi-komromi (setelah melalui pro­ses
mendukung gerakannya, menjadi mitra, pertentangan yang panjang tetapi berhasil

31
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

diantisipasi antara lain melalui komunikasi DAFTAR PUSTAKA


kekeluargaan) ini, menjadi contoh telah
terciptanya sebuah efektifitas komunikasi.
Anugrahani. (2014). “Pemaknaan Etnis
Tionghoa dalam Mengaktualisasikan
SIMPULAN Nilai Leluhur pada Bisnis Perdagangan
Muhammadiyah yang memiliki perbe- (Studi Fenomenologi Jaringan
daan dalam soal penerapan aqidah Islamiyah Komunikasi Pedagang Tionghoa di
telah berhasil mengatasi hambatan yang di- Kabupaten Kediri)”. Jurnal Penelitian
lakukan oleh masyarakat dengan melakukan Ilmu Komunikasi. 1 (1): 1-16.
tindak komunikasi yang tepat dalam interak- Gandasari, Diah. (2015). “Proses Kolaboratif
si simbolik. Proses interaksi simbolik dilaku- antar Pemangku Kepentingan pada
kan melalui keterbukaan dan tidak menutupi Konsorsium Anggrek Berbasis
adanya perbedaan. Komunikasi. Mimbar. 31 (1): 81-91.
Interaksi simbolik yang dilakukan mela-
lui komunikasi interpersonal, komunikasi Habermas, Jurgen. (2007). Teori Tindakan
dialogis, dan komunikasi kelompok untuk Komunikatif II: Kritik atas Rasio
menyampaikan keterbukaan prinsip dan Fungsionaris. Terj. Nurhadi. Yogyakarta:
menawarkan tindakan komunikatif yang Kreasi Wacana.
mengarahkan para pelaku komunikasi untuk HerdiantoW. (2010). LimaHukumKomunikasi
mencapai konsensus bersama telah mendu- Efektif. Diunduh 15 Oktober 2013.
kung keberhasilan organisasi untuk mewu- Tersedia: http://wanvisioner.blogspot.
judkan interaksi simbolik yang positif dan co m / 2 0 1 0 / 0 1 / re a ch - l i m a - h u k u m -
keberhasilan program kerjanya. komunikasi-efektif. html.
Komunikasi berlandaskan kekeluargaan Jamal, E. (2009). “Membangun Momentum
telah menjadi alat efektif untuk Baru Pembangunan Pedesaan di
meminimalisir konflik dalam interaksi Indonesia”. Jurnal Litbang Pertanian
simbolik, membangun definisi situasi Jakarta. 28 (1): 7-13.
bersama komunikasi dan membuka ruang
partisipasi dalam pembangunan desa. Jones, P. (1979). Pengantar Teori-Teori Sosial.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kusumastuti, E. (2006). “Laesan sebuah
Fenomena Kesenian Pesisir: Kajian
Interaksi Simbolik antara Pemain
dan Penonton”. Harmonia Jurnal
Pengetahuan Dan Pemikiran Seni.7 (3):
10-19.
Lionberger HF, Gwin. (1982). Communication
Strategies: A Guide for Agricultural
Change Agents. Illinois: The Interstate
Printers & Publishers.

32
Muhammad Luthfie, dkk, Interaksi Simbolik Organisasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa

Nashir, Haedar. (2001). Ideologi Gerakan


Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah.
Nurrohim H, Lina A. (2009). “Efektivitas
Komunikasi dalam Organisasi”. Jurnal
Manajemen. 7 (4): 8-9
[Pemdes] Pemerintah Desa Plompong.(2014).
Profil Desa dan Kelurahan (Prodeskel)
Tahun 2014, Pemdes Plompong,
Brebes.
Perda Kabupaten Brebes Nomor 2 Tahun 2007
tentang Perencanaan Pembangunan
Desa,Bagian Humas Pemkab Brebes,
Brebes.
Poloma, M. (2007). Sosiologi Kontemporer.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rahardjo S. (2007). “Konflik Antara NU dan
Muhammadiyah 1960-2002 (Studi
Kasus di Wonokromo Pleret Bantul
Yogyakarta”. Disertasi. Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga.
Ritzer G, Douglas JG. (2010). Teori Sosiologi
Modern. Jakarta: Kencana.
Royyani. (2012). Selayang Pandang Ranting
Muhammadiyah Plompong Dari Masa
Ke Masa (Sebuah Harapan dan Realita).
Brebes: PRM Plompong.
Siregar NSS. (2011). “Kajian Tentang
Interaksionisme Simbolik”. Perspektif
Jurnal Isipol UMA. 4 (2): 100-110.
Somantri, G Rusliwa. (2005). “Memahami
Metode Kualitatif”. Makara Sosial
Humaniora.9 (2): 57-65.

33
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

34

Anda mungkin juga menyukai