LP Nyeri

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN RASA NYAMAN : NYERI

Disusun Oleh:

Ekka Nurfitrya Agustin

402021092

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG

2021

Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri


A. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
disebakan oleh kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama
seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan (Smeltzer, C, & Bare, 2013).
Nyeri diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara
sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan
atau faktor lain sehingga individu merasa tersiksa dan menderita yang akhirnya akan
mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis dan lain lain (Asmadi, 2008).
Nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami dan mengeluh
ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama satu detik
hingga kurang dari enam bulan (Carpenito, Lynda Jual 2013)
Nyeri postoperasi adalah nyeri yang dirasakan akibat dari hasil pembedahan.
Kejadian, intensitas dan durasi nyeri postoperasi berbeda- beda dari pasien ke pasien,
dari operasi ke operasi, dan dari rumah sakit ke rumah sakit yang lain. Lokasi
pembedahaan mempunyai efek yang sangat penting yang hanya dapat dirasakan oleh
pasien yang mengalami nyeri postoperasi. Aspek dari postoperasi adalah untuk
menyelidiki adanya pengalaman nyeri yang mencakup persepsi dan perilaku tentang
nyeri. Nyeri postoperasi adalah suatu reaksi yang kompleks pada jaringan yang terluka
pada proses pembedahaan yang dapat dirasakan setelah adanya prosedur operasi
(Smeltzer, C & Bare, 2013)
B. Klasifikasi Nhyeri
1. Nyeri Berdasarkan Tempatnya
a. Pheriperal pain yaitu nyeri yang dirasakan pada permukaan tubuh misalnya
pada kulit dan mukosa.
b. Deep pain yaitu nyeri yang dirasakan pada permukaan tubuh yang lebih dalam
atau pada organ tubuh visceral.
c. Refered pain yaitu nyeri yang disebabkan karena penyakit pada salah satu organ
atau struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke daerah bagian tubuh yang
berbeda atau bukan daerah asal nyeri.
d. Central pain yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan sistem syaraf pusat,
batang otak, talamus, dan lain lain (Asmadi, 2008).
2. Nyeri Berdasarkan Sifatnya
a. Incidental pain yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
b. Steady pain yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu
yang lama.
c. Paroxymal pain yaitu nyeri yang berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri
tersebut biasanya menetap ± 10-15 menit , lalu menghilang, kemudian timbul
lagi (Asmadi, 2008).
3. Nyeri Berdasarkan Lamanya Waktu Serangan
a. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang awitanya tiba-tiba dan berkaitan dengan cedera
spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi
(Smeltzer, C, & Bare, 2013). Nyeri akut adalah nyeri yang dirasakan dalam waktu
yang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri
diketahui dengan jelas. Rasa nyeri adalah sebagai akibat dari luka, seperti luka
operasi atau pada suatu penyakit tertentu (Asmadi, 2008).
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap dalam periode
waktu tertentu. Nyeri ini berlangsung diluar waktu penyembuhan yang diperlukan
dan tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronik tidak
mempunyai awitan yang ditetapkan dan sulit untuk diobati karena nyeri ini tidak
memberikan respons terhadap pengobatan yang diberikan. Nyeri kronik sering
didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih
(Smeltzer, C, & Bare, 2013). Nyeri kronik adalah nyeri yang dirasakan lebih dari
enam bulan. Nyeri ini memiliki pola yang beragam dan berlangsung selama
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Pola yang beragam tersebut diantaranya
merupakan nyeri yang timbul dalam periode waktu tertentu lalu timbul kembali
(nyeri berulang) dan nyeri yang konstan, yaitu nyeri yang dirasakan terus-menerus
dan semakin lama terasa semakin meningkat intensitasnya walaupun telah diberikan
pengobatan (Asmadi, 2008)
C. Etiologi Nyeri
Asmadi (2008) mengklasifikasikan penyebab nyeri ke dalam dua golongan yaitu
penyebab yang berhubungan dengan fisik dan penyebab yang berhubungan dengan
psikis. Secara fisik, misalnya trauma (trauma mekanik, kimiawi, termis, maupun
elektrik), neoplasma, dan peradangan. Secara psikis nyeri dapat terjadi karena adanya
trauma psikologis.
Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas mengalami
kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun luka. Trauma termis menimbulkan nyeri
karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas dan dingin. Trauma
kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat. Sedangkan trauma elektrik
dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa
nyeri.
Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan jaringan yang
mengandung reseptor nyeri dan karena tarikan, jepitan atau metastase. Nyeri karena peradangan
terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit karena
adanya pembengkakan. Dengan demikian disimpulkan bahwa nyeri yang disebabkan karena
faktor fisik disebabkan karena terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf ini terletak
dan tersebar pada lapisan kulit dan jaringan-jaringan tertentu.
Nyeri yang disebabkan oleh faktor psikologis dirasakan bukan karena penyebab organik,
melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik. Kasus ini dapat dijumpai
pada kasus yang termasuk kategori psikomotik. Nyeri karena faktor ini juga disebut pula dengan
psikogenic pain.
D. Manajemen Nyeri Pasca Operasi Sectio Caesarea
Berikut pedoman manajemen nyeri menurut (Rasjidi,2009) :
1. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap
2. Tentukan penyebab nyeri dan pembarian terapi yang sesuai
3. Tentukan obat yang tepat dan rute pemberian obat yang benar
4. Observasi efek terapi dan anjurkan menejemen nyeri nonfarmakologis
5. Pegelolaan multidisiplin yang melibatkan dokter obgin,anastesi,perawat
E. Faktor-Faktor yang mempengaruhi nyeri
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri sebagai berikut : (Potter &
Perry,2006)
a. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-
anak dan lansia. Perbedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia ini
dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.
b. Jenis Kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon
terhadap nyeri. Akan tetapi, toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor biokimia
dan merupakan hal yang unik pada setiap individu.
c. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengarui cara individu mengatasi nyeri.
Individu mempelajari apa-apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh
kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri.
d. Makna Nyeri
Makna seseorang yang berkaitan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan
cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan
latarbelakang budaya individu tersebut.
e. Perhatian
Tingkat seseorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi
persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat,
sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan
upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Konsep ini
merupakan salah satu konsep yang perawat terapkan di berbagai terapi untuk
menghilangkan nyeri, seperti relaksasi, teknik imajinasi, dan masasse.
f. Ansietas
Hubungan antar nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali
meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan
ansietas.
g. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri
semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.
h. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak
selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada
masa yang akan datang. Apabila seorang klien tidak pernah meraskan nyeri, maka
persepsi pertama dapat mengganggu koping terhadap nyeri.
i. Mekanisme Koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat seorang
merasakan kesepian. Hal yang sering terjadi adalah klien yang merasa kehilangan
kontrol terhadap lingkungan atau kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari
peristiwa yang terjadi
j. Dukungan keluarga dan sosial
adalah kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap
klien.
F. Skala Nyeri
1. Skala Pendiskripsi Verbal (Verbal Descriptor Scale/VDS)
VDS merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendiskripsian
yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis. Pendiskripsi ini dirangking
dari tidak terasa nyeri sampai sangat nyeri (nyeri yang tak tertahankan). pengukur
menunjukkan kepada pasien skala tersebut dan memintanya untuk memilih intensitas
nyeri yang dirasakannya. instrumen VDS ini memungkinkan pasien memilih sebuah
kategori untuk mendiskripsikan nyeri.
2. Skala penilaian Numerik (Numerical Rating Scale/NRS)

NRS lebih digunakan sebagai pengganti atau pendamping VDS. Dalam hal ini
klien memberikan penilaian nyeri dengan menggunakan skala 0 sampai10. Skala
paling efektif digunakan dalam mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah
intervensi terapeutik. Penggunaan skala NRS biasanya dipakai patokan 10 cm untuk
menilai nyeri pasien. Nyeri yang dinilai pasien akan dikategorikan menjadi tidak
nyeri(0),nyeri ringan (1-3) secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, (4-
6) secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendiskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengn baik, (7-9) secara obyektif klien
terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi, dan (10) pasien sudah tidak
mamu lagi berkomunikasi, memukul.

3. Skala Analog Visual (Visual Analog Scale/VAS)


Menurut McGuire dalam Potter dan Perry (2005), VS merupakan pengukur
tingkat nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada
rangkaian angka yang menurut mereka paling tepat dapat menjelaskan tingkat nyeri
yang dirasakan pada satu aktu.VAS tidak melabelkan suatu devisi, tetapi terdiri dari
sebuah garis lurus yang dibagi secara merata menjadi 10 segmen dengan angka 0
sampai10 dan memiliki alat pendiskripsi verbal pada setiap ujungnya. Pasien diberitahu
bahwa 0 menyatakan “tidak ada nyeri sama sekali” dan 10 menyatakan “nyeri paling
parah” yang klien dapat bayngkan. Skala ini memberikan kebebasan keada pasien untuk
mengidentifikasi keparahan nyeri.
VAS Modifikasi dapat digunakan pada anak dan orang dewasa yang

mengalami gangguan kognitif, menggantikan angka dengan kontnum wajah yang

terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang menggambarkan wajah dari yang

sedang tersenyum (tidak merasakan nyeri), kemudian kurang bahagia, wajah yang

sangat sedih,sampai wajah yang sangat ketakutan (sangat nyeri).

Ekspresi wajah 1 : tidak merasa nyeri sama sekali

Ekspresi wajah 2 : Nyeri hanya sedikit

Ekspresi wajah 3 : sedikit lebih nyeri

Ekspresi wajah 4 : jauh lebih nyeri

Ekspresi wajah 5 : jauh lebih nyeri sangat

Ekspresi wajah 6 : sangat nyeri luar biasa hingga penderita menangis


Asuhan Keperawatan Pada ibu post partum dengan gangguan rasa nyaman: nyeri
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada Sectio Caesarea menurut (Mitayani,2009) adalah
sebagai berikut:
2. Sirkulasi
a. Hipertensi
b. Terdapat perdarahan vagina
3. Integritas ego
a. Dapat menunjukan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan
atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.
4. Makanan cairan
a. Nyeri epigastrium, gangguan pengelihatan dan edema sebagai tanda- tanda
hipertensi karena kehamilan (HKK)
5. Nyeri/ketidaknyamanan
a. Distosia
b. Persalinan lama/disfungsional,kegagalan induksi
c. Terdapat nyeri tekan uterus
6. Keamananan
a. Penyakit hubungan seksual aktif (misalnya herpes)
b. Prolaps tali pusat, distres janin
c. Ancaman kelahiran janin yang prematur
d. Presentasi bokong dengan versi sefalik eksternal yang tidak berhasil
e. Ketuban pecah selama 24 jam atau lebih
f. Adanya kompilkasi ibu seperti HKK, diabetes, penyakit ginjal, atau jantung
serta infeksi asendens
7. Seksualitas
a. Disproporsi sefalopelvik (CPD)
b. Kehamilan multiple atau gestasi
c. Melahirkan secara bedah uterus atau serviks sebelumnya
d. Tumor atau neoplasma penghambat pelvis/jalan lahir
8. Penyuluhan/Pembelajaran
a. Kelahiran caeserea yang tidak direncanakan, dapat mempengaruhi ibu
Rumusan Masalah
Rumusan masalah keperawatan didasarkan pada identifikasi kebutuhan klien.
Saat melakukan pengkajian menunjukan masalah, perawat harus mampu menentukan
pilihan diagnosa yang sesuai dengan masalah klien.
(Menurut Bobak,2005) Diagnosa keperawatan bervariasi pada setiap individu.
Berikut contoh diagnosa keperawatan yang relevan terhadap pengendalian nyeri saat
melahirkan sectio caeserea:
Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan :
a. Efek analgesi atau anastesi
b. Posisi Maternal
Nyeri berhubungan dengan :
a. Proses persalinandan kelahiran
Rendah diri situasional yang berhubugan dengan :
a. Persepsi negatif terhadap prilaku wanita atau keluarga
Ansietas atau ketakutan yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang :
a. Prosedur analgesi blok saraf
b. Sensasi analgesi blok saraf yang timbul
c. Peran ibu selama analgesi blok saraf
d. Pilihan analgesi dan anastesi
Resiko tinggi cedera pada ibu yang berhubungan dengan :
a. Efek analgesi dan anastesi pada pengontrolan sensasi dan pengontrolan motorik
Perencanaan
Menurut Bobak (2005), Rencana yang berkaitan dengan masalah klinis dan
masalah keperawatan dikembangkan secara spesifik. Rencana ini melibatkan ibu
dan keluarganya dalam menyusun prioritas dan pilihan mereka, perawat
bekerjasama dengan tenaga kesehatan primer dan ibu bersalin, memilih aspek-
aspek perawatan yang relevan bagi ibu dan keluarganya. Rencana keperawatan yang
dilakukan pada pasien dengan nyeri post Sectio Caeserea seperti mengkaji skala
nyeri pasien secara komprehensif meliputi intensitas nyeri, karakteristik, frekuensi
nyeri, lokasi nyeri, kaji tanda-tanda vital, lakukan penatalaksanaan non
farmakologis seperti teknik distraksi ( seperti pijatan dan musik) teknik relaksasi
(seperti teknik nafas dalam) dan pemberian terapi obat.
Hasil akhir asuhan keperawatan yang diharapan dan berhubungan dengan
pengontrolan nyeri meliputi pertimbangan berikut :
1. Ibu akan memperoleh pereda nyeri yang adekuat tanpa menambah resiko
bahaya pada dirinya (misalnya, melalui metode non farmakologis, pemberian
dosis obat, waktu dan cara pemberian yang tepat)
2. Janin tetap sehat dan akan menyesuaikan diri terhadap kehidupan ekstrauterin
3. Keluarga/orang-orang terdekat lain mengetahui kebutuhan dan hak- hak mereka
dalam kaitannya dengan pemakaian analgesi dan anastesi.

Implementasi Keperawatan
Menurut Mitayani (2009), implementasi merupakan tindakan yang sesuai
dengan yang telah direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
1. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
2. Tindakan kolaboratif adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh
hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
Evaluasi Keperawatan
Menurut Bobak (2005), Evaluasi adalah suatu proses
berkelanjutanperawat dapat merasa pasti secara relatif bahwa perawatan yang
diberikan cukup efektif, bila hasil yang diharapkan terpenuhi : ibu mendapatkan
cara untuk mengurungai rasa nyeri tanpa resiko, janin dan bayi baru lahir tetap
sehat, dan keluarga mengetahui kebutuhan dan hak mereka sehubungan dengan
pemakaian analgesi dan anastesi

Anda mungkin juga menyukai