Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemikiran filsafat diidentikkan sebagai “sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap
kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.” Filsafat juga dianggap sebagai
kreasi berfikir dengan menggunakan metode-metode ilmiah untuk memahami dunia dan
memperpadukan hasil-hasil dari ilmu pengetahuan ke ilmu pengetahuan spesial agar menjadi
suatu macam pandangan hidup yang seragam, merupakan tujuan yang esensial dari filsafat sejak
dari zaman Thales, filsuf Yunani yang pertama-tama, hingga zaman sekarang.
Pada abad pertengahan, terjadi perubahan. Sebelum abad pertengahan, iman dan
keyakinan adalah hal yang utama. Namun, pada abad pertengahan adalah keraguan yang
diterapkan untuk memperoleh sebuah pengetahuan. Pada abad ini adalah keinginan untuk
membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (scholastic), yang pernah diterima.
Muncullah berbagai aliran-aliran yang memulai sebuah filsafat modern.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu aliran Rasionalisme?
2. Siapa saja tokoh yang mendukung aliran Rasionalisme?
3. Bagaimana pemikir yang menentang aliran Rasionalisme?

C. TUJUAN KEPENULISAN
1. Mengerti tentang aliran Rasionalisme.
2. Mengetahui tokoh-tokoh yang mendukung aliran Rasionalisme.
3. Mengetahui para pemikir yang menentang aliran Rasionalisme.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN RASIONALISME

Secara etimologis Rasionalisme berasal dari bahasa Inggris rationalism. Kata ini berasal
dari bahasa Latin ratio yang berarti “akal”. Aliran Rasionalisme merupakan aliran filsafat yang
sangat mementingkan rasio. Dalam rasio terdapat ide-ide dan dengan itu orang dapat
membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan realitas di luar rasio (akal).
Realisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) yang disebut sebagai bapak filsafat
modern. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum, dan ilmu kedokteran. Ia menyatakan, bahwa ilmu
pengetahuan harus satu, tanpa bandingannya, harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan
yang berdiri sendiri menurut satu metode yang umum. Yang harus dipandang sebagai hal yang
benar adalah apa yang jelas dan terpilah-pilah (clear and distinctively). Ilmu pengetahuan harus
mengikuti langakah ilmu pasti karena ilmu pasti dapat dijadikan model cara mengenal secara
dinamis.
Rene Descartes berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah
akal. Hanya pengetahuan yang diperoleh lewat akal-lah yang memenuhi syarat yang dituntut
oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah. Dengan akal, dapat diperoleh kebenaran dengan metode
deduktif, seperti yang dicontoh dalam ilmu pasti.
Aliran rasionalisme modern memahami keseluruhan realitas dalam istilah matematis.
Walaupun descartes mengeluarkan “jiwa” manusia (istilah yang dipandang rendah oleh semua
teknokrat) pada versi metafisika dari “imperialisme matematis”-nya, ide-idenya nanti akan
memberi kontribusi penting terhadap pertumbuhan cara berpikir teknokratis. Menurut metafisika
dualistik Descartes, alam semesta terdiri dari dua jenis bahan dasar, yaitu pikiran dan materi.
Pikiran dilihat sebagai “substansi berpikir yang tidak memiliki perpanjangan” (res cogitans),
sedangkan materi dilihat sebagai “perpanjangan waktu dan ruang” (res extensa). Pengetahuan
diambil dari cara berpikir rasional ego yang sendiri, yaitu diri yang dipandang terpisah sama
sekali dari lingkungan alam dan sosialnya.

2
Descartes beranggapan bahwa, pikiran yang menipu tetaplah suatu pikiran. Tidak ada
yang bisa meragukan dirinya berpikir, karena meragukan bahwa kamu berpikir tetap saja suatu
kegiatan berpikir. Ia mengungkapkannya dalam kalimat “corgito ergo sum” (saya berpikir maka
saya ada).
Zaman Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke XVII sampai akhir abad ke
XVIII. Penggunaan akal budi berkontribusi sangat besar terhadap ilmu pengetahuan akibat
perkembangan yang pesat dari ilmu-ilmu alam. Isaac Newton adalah salah satu orang yang dapat
menemukan kebenaran melalui Rasionalisme (penemuan atom). Harus diakui bahwa newton
sendiri memilki sesuatu keinsyafan yang mendalam tentang batas akal budi dalam mengejar
kebenaran melalui ilmu pengetahuan. Berdasarkan kepercayaan yang makin kuat akan kekuasaan
akal budi, lama-kelamaan orang-orang abad itu berpandangan dalam kegelapan. Baru ketika
abad XVIII ditemukan sebuah pencerahan, yang dikenal sebagai zaman Aufklarung.

B. TOKOH-TOKOH YANG MENGANUT ALIRAN RASIONALISME

a. Rene Descartes
Descartes dilahirkan di Prancis tahun 1596. Descartes dijuluki sebagai bapak filsafat.
Pada masa mudanya, ia adalah penganut Katolik yang taat, dan filsafatnya
mempertahankan tema Katolik tertentu. Dia dididik oleh ordo Jesuit, dan saat muda ia
sangat kagum pada kepastian dan ketepatan matematika. Secara mengejutkan, dia
berjuang di pihak Protestan ketika melawan Katolik dalam perang tiga puluh tahun
(1616-1646), sehingga tidak mengejutkan jika pertanyaan etis bukanlah perhatian utama
filsafatnya.
Bagi Descartes, awal dari setiap pengetahuan adalah individu itu sendiri. Dirilah
satu-satunya yang bisa diandalkan sebagai sumber pengetahuan di dunia yang berubah
secara cepat. Namun, kita bisa melihat bahwa pemikiran Descartes tentang pengetahuan
yang pasti bersifat subjektif. Dia tidak bisa yakin terhadap kebenaran objektif manapun
tanpa keyakinannya akan keberadaan Tuhan sebagai suatu penjamin epistemologis.
Descartes mengemukakan metode baru yaitu metode keragu-raguan. Seakan- akan ia
membuang segala kepastian, karena ragu-ragu itu suatu cara berpikir. Ia ragu- ragu bukan
untuk ragu-ragu, melainkan untuk mencapai kepastian. Adapun sumber kebenaran adalah

3
rasio. Hanya rasio sejarah yang dapat membawa orang kepada kebenaran. Rasio pulalah
yang dapat memberi pemimpin dalam segala jalan pikiran. Adapun yang benar itu hanya
tindakan budi yang terang-benderang, yang disebutnya ideas claires et distinctes. Karena
rasio saja yang dianggap sebagai sumber kebenaran, maka aliran ini disebut
Rasionalisme.
Descartes tinggal di Belanda dari tahun 1620, dan di sanalah ketertarikannya pada
filsafat timbul. Dia disebut telah mengalami pengungkapan kebenaran-kebenaran dasar
tentang alam semesta. Dia menulis mengenai filsafat, optik, geometri, dan sifat jiwa. Di
meninggalkan Belanda menuju Stockholm pada tahun 1649 atas undangan Ratu
Christina. Dia meninggal pada tahun 1650 karena pneumonia.

b. Spinoza
Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 M. Ia adlah seorang keturunan Yahudi di
Amsterdam. Ia lepas dari segala ikatan agama maupun masyarakat, ia mencita- citakan
suatu sistem berdasarkan rasionalisme untuk mencapai kebahagiaan bagi manusia.
Menurut Spinoza aturan atau hukum yang terdapat pada semua hal itu tidak lain dari
aturan dan hukum yang terdapat pada idea. Baik Spinoza maupun lebih ternyata
mengikuti pemikiran Descartes itu, dua tokoh terakhir ini juga menjadikan substansi
sebagai tema pokok dalam metafisika, dan kedua juga mengikuti metode Descantes.

c. Leibniz
Leibniz lahir pada tahun 1646 M dan meninggal pada tahun 1716 M. Ia adalah
seorang filosof jerman, matematikawan, dan sejarawan. Lama menjadi pegawai
pemerintah, pembantu pejabat tinggi Negara. Ketika muda, ia mempelajari Scholastic.
Ia menerima substansi aliran Spinoza akan tetapi tidak menerima paham serba Tuhannya
(pantesme). Menurut Leibniz substansi itu memang mencantumkan segala dasar
kesanggupannya. Ia dan Spinoza mengembangkan ide-ide descartes lebih jauh dan
mencoba menempatkannya pada landasan metafisis yang lebih aman. Mereka menolak
dualisme Descartes dengan alasan tidak relevan. Mereka pun mencoba mencari cara
untuk menggabungkan rasionalisme Descartes dengan monoisme metafisis.

4
C. PENENTANG RASIONALISME

Terdapat beberapa penentang aliran ini. Ada yang menganggap bahwa akal sendiri tidak
dapat dipercaya dan memberi bentuk yang berbeda kepada kenyataan. Aliran yang berlawanan
dengan rasionalisme adalah aliran empirisme. Menurut empirisme, kelompok Rasionalis salah
saat mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan atas kepastian a priori ( sebelum pengalaman)
matematika. Sebaliknya, bagi mereka satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan tidak
tercemar adalah pengalaman indera, sehingga semua pengetahuan bersifat a posteriori (setelah
pengalaman). Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa
acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas
untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.
Cara berpikir/logika agama juga tak lepas dari pengetahuan inderawi manusia, atau ketika
kecil kita diajarkan cara berpikir agama/mitologi, kita tidak akan bisa tahu Al-Qur’an tanpa
membacanya atau tidak melakukan interaksi inderawi. Walaupun Albert Einstein mengatakan
imajinasi lebih penting daripada knowledge, tapi imajinasi yang benar pasti berasal dari
knowledge yang benar.
Menurut beberapa ahli yang menentang aliran Realisme:
1. Al-Ghazali meneliti kerja para filsuf dengan metodenya yang rasional, yang
mengandalkan akal untuk memperoleh pengetahuan yang meyakinkan. Dia pun
menekuni bidang filsafat secara otodidak sampai menghasilkan beberapa karya yang
mengangkatnya sebagai filsuf. Tetapi hasil kajian ini mengantarkannya kepada
kesimpulan bahwa metode rasional para filsuf tidak bisa dipercaya untuk memberikan
suatu pengetahuan yang meyakinkan tentang hakikat sesuatu di bidang metafisika
(ilahiyyat) dan sebagian dari bidang fisika (thabi’iyat) yang berkenaan dengan akidah
Islam. Meskipun demikian, Al-Ghazali tetap memberikan kepercayaan terhadap
kesahihan filsafat-filsafat di bidang lain, seperti logika dan matematika.

2. John Locke pernah mempertanyakan “bagaimana ide kita diperoleh?”


Seperti kertas putih, yang bebas dari semua sifat, tanpa ide apapun; lantas,
bagaimana pikiran dilengkapi? Dari mana datangnya simpanan yang banyak sekali,
khayalan manusia yangg amat banyak dan tak terbatas telah mengecatnya dengan

5
aneka ragam yang hampir tiada akhir? Atas pertanyaan ini, saya menjawab dalam
satu kata, dari pengalaman: di dalam pengalaman semua pengetahuan kita bangun,
dan dari pengalaman, pengetahuan pada puncaknya menurunkan dirinya. 1
3. John Locke juga berpendapat, pikiran seorang bayi yang baru lahir sebagai lempeng
yang kosong (tabula rasa), yaitu jiwa itu kosong bagaikan kertas putih yang belum
tertulis. Tidak ada sesuatu dalam jiwa yang dibawa sejak lahir, melainkan
pengalamanlah yang membentuk jiwa seseorang.
4. John Locke juga berpendapat semua pengetahuan manusia pada dasarnya merupakan
pikiran manusia melalui pengalaman yang pernah dialaminya.2
5. Hume yang mengajak kita untuk mengalami realitas memulai relasinya dengan
realitas melalui persepsi. Persepsi adalah gambaran inderawi atas bentuk luar dari
obyek-obyek. Manusia bagi Hume memiliki dua jenis persepsi, yaitu kesan
(impression) dan gagasan (ideas). Kesan dimaksudkan sebagai penginderaan
langsung atas realitas lahiriah, dan gagasan adalah ingatan akan kesan-kesan. Realitas
masuk dalam diri kita memulai kesan. Dengan kata lain, kesanlah yang membuat kita
mengenal realitas.
6. Menurut Hume, tidak ada ego seperti yang dipikirkan Descartes. Bagi Hume, pikiran
merupakan semacam panggung di mana beberapa kesan secara berurutan
menampilkan dirinya, dan lewat lagi, menyelinap dan bercampur dengan berbagai
sikap dan keadaan. Sebagai penganut teater tentu saja tunggal, namun isinya beragam.
Nah panggung dan isinya yang beragam itulah ego bagi Hume.3 Ia juga menegaskan
bahwa pengalaman lebih memberi keyakinan dibandingkan kesimpulan logika atau
kemestian sebab akibat.4
7. Thomas Hobbes berpendapat: pengalaman inderawi sebagai permulaan segala
pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan inderalah yang merupakan
kebenaran. Pengetahuan intelektual (rasio) tidak lain hanyalah merupakan
penggabungan data-data inderawi belaka,5

1
Suhar, Filsafat Umum Konsepsi, Sejarah dan Aliran, Hal 147
2
Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, Hal 118
3
Suhar, op.cid, Hal 162
4
Amsal Bakhtiar, filsafat Ilmu, Hal 100
5
Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, Hal 103

6
8. Menurut Thomas Hobbes, ilmu filsafat itu adalah suatu ilmu pengetahuan yang
sifatnya umum. Menurutnya filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang akibat-
akibat atau tentang gejala-gejala yang diperoleh dari sebabnya. Sasaran filsafat adalah
fakta, yaitu untuk mencari sebab-sebabnya. Segala yang ada ditemukan oleh sebab,
sedangkan prosesnya sesuai dengan hukum ilmu pasti/ilmu alam.
9. John Stuart Mill mengemukakan dua alasan: pertama, pernyataan a priori adalah
hipotesis empiris. Artinya, pernyataan itu hanya berupa dugaan sementara yang
sumbernya diperoleh dari pengalaman empiris. Kedua, semua pernyataan a priori
adalah analitis, diperoleh melalui analisis terhadap bahasa atau matematika.6
10. Kelemahan Realisme adalah kriteria untuk mengetahui akan kebenaran dari suatu ide
yang menurut seseorang adalah jelas dan dapat dipercaya tetapi menurut orang lain
tidak. Terbebas dari pengalaman maka evaluasi semacam ini tidak dapat dilakukan.7

BAB III
6
Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, Hal 50
7
Amsal Bakhtiar, filsafat Ilmu, Hal 105

7
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Aliran Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah
alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme suatu pengetahuan
diperoleh haruslah dengan cara berpikir. aliran Rasionalisme berpandangan bahwa akal
merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide
yang masuk akal.
Tokoh-tokoh yang mendukung aliran ini di antaranya Rene Descartes, Spinoza, Leibniz.
Bagi Descartes, awal dari setiap pengetahuan adalah individu itu sendiri. Dirilah satu-satunya
yang bisa diandalkan sebagai sumber pengetahuan di dunia yang berubah secara cepat. Menurut
Spinoza aturan atau hukum yang terdapat pada semua hal itu tidak lain dari aturan dan hukum
yang terdapat pada idea.
Selain mendukung, ada pula beberapa tokoh yang kontra terhadap aliran Realisme.
Menurut mereka, akal budi sendiri tidak dapat memberikan pengetahuan tentang realitas tanpa
acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera dan tidak ada sesuatu dalam jiwa
yang dibawa sejak lahir, melainkan pengalamanlah yang membentuk jiwa seseorang. Tokoh-
tokoh yang menentang di antaranya, Al-Ghazali, John Locke, Thomas Hobbes, David Hume,
John Stuart Mill, dan lainnya.

B. KRITIK DAN SARAN


Dari penjelasan di atas, kita dapat menambah wawasan tentang salah satu aliran filsafat,
yaitu aliran Rasionalisme. Serta tokoh-tokoh yang kontra dengan aliran Rasionalis. Sehingga,
kita juga bisa mengambil pelajaran bahwa kita harus bersikap kritis terhadap sebuah informasi.
Semoga, makalah ini dapat menambah sedikit ilmu tentang filsafat ilmu.

DAFTAR PUSTAKA
8
Abidin, zainal.Pengantar Filsafat Barat.Jakarta: RajaGrafindo Persada.2011

Achmadi, Asmoro.Filsafat Umum.Jakarta: RajaGrafindo Persada.2005

Bakhtiar, Amsal.Filsafat Ilmu.Jakarta: RajaGrafindo Persada.2012

Delfgaauw, Bernard.Filsafat Abad 20.Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.2001

Suhar.Filsafat Umum Konsepsi, Sejarah, dan Aliran.Jakarta: Gaung Persada Press.2009

Syadali, Ahmad dan Mudzaki. Filsafat Ilmu.Bandung: Pustaka Setia.2004

Turnbull, Neil.Bengkel Ilmu Filsafat.Jakarta:Erlangga.2005

http://alexarussia.wordpress.com/2011/12/29/empirisme-vs-rasionalisme-solusi-dan-imajinasi-
benar-hanya-bisa-muncul-dari-cara-berpikir-dan-input-informasi-yang-benar/

http://leonardoansis.wordpress.com/goresan-pena-sahabatku-yono/filsafat-pendidikan-menurut-
john-locke-dan-john-dewey/

Anda mungkin juga menyukai