Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY N

DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KECEMASAN PADA IBU HAMIL

Disusun Oleh:

AYU LESTARI

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

KECEMASAN

A. Konsep Dasar
1. Pengertian Ansietas
Ansietas adalah perasaan was-was, khawatir,atau tidak nyaman seakan-akan
akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman Ansietas berbeda dengan rasa
takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap ssuatu yang berbahaya,
sedangkan ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut (Keliat,
2012). Ansietas merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang
spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-olah
ada sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-gejala
otonomik yang berlangsung beberapa waktu (Stuart dan Laraia,1998) dalam buku
(Pieter,dkk,2011)
Sedangkan menurut (Riyadi&Purwanto,2010) Ansietas adalah suatu perasaan
takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai
gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan
yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut.
Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang
menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidak mampuan mengatasi suatu
masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada
umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai
perubahan fisiologis dan psikologis (Rochman, 2010)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ansietas adalah respon seseorang
berupa rasa khawatir , was-was dan tidak nyaman dalam menghadapi suatu hal tanpa
objek yang jelas.

2. Etilogi
a. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang yang
dapat menimbulkan kecemasan
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
yang menimbulkan kecemasan pada individu
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidak mampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami
karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon
individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasan
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodizepin, karena benzodizepin dapat menekan
neurotransmiter gama amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan tibulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Ancaman terhadap intregitas fisik.Ketegangan yang mengancam integritas
fisik yang meliputi :
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya hamil).
b) Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber eksternal dan internal
a) Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah
dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap intergritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya . (Eko Prabowo,
2014)

3. Patofisiologi
Neurotransmitter memegang peran penting dalam patofisiologi gangguan
cemas menyeluruh. Pada sistem saraf pusat, neurotransmitter seperti norepinefrin,
serotonin, dopamine, dan GABA memegang peran penting. Neurotransmitter dan
peptida lain seperti corticotropin-releasing factor, mungkin ikut terlibat dalam
patofisiologi penyakit ini walaupun belum jelas pengaruhnya. Sistem saraf pusat
simpatik memegang peran penting dalam terjadinya manifestasi klinis penyakit ini.
Dengan modalitas pencitraan PET ditemukan bahwa terjadi peningkatan aliran
neurotransmitter pada regio parahipokampus dan penurunan ikatan serotonin tipe 1A
dengan reseptornya pada region anterior dan posterior korpus singulata pasien.
Bagian dari otak yang terlibat dalam patofisiologi gangguan cemas
menyeluruh adalah amigdala yang memegang peran penting dalam memodulasi
ketakutan dan kecemasan. Pada pemeriksaan pencitraan otak pasien gangguan cemas
menyeluruh ditemukan bahwa terjadi peningkatan respons pada stimulus kecemasan.
Peningkatan respons ini terjadi karena penurunan ambang batas ketika merespon
pada peristiwa sosial biasan. Amigdala dan sistem limbik berhubungan erat dengan
korteks prefrontal. Pada pasien cgm juga dapat ditemukan aktivasi abnormal sistem
limbik dan korteks prefrontal yang berhubungan dengan respons klinis pada terapi
farmakologis dan non farmakologis pada pasien. Pada pemeriksaan MRI ditemukan
bahwa pasien dengan gangguan cemas menyeluruh memiliki volume lobus temporal
yang lebih kecil.
4. Rentang Respon Kecemasan
5. Tingkatan Ansietas
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa kehidupan sehari-
hari. Lapang persepsi melebar dan orang akan bersikap hati-hati dan waspada.
Orang yang mengalami ansietas ringan akan terdorong untuk menghasilkan
kreativitas. Respons-respons fisiologis orang yang mengalami ansietas ringan
adalah sesekali mengalami napas pendek, naiknya tekanan darah dan nadi, muka
berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala pada lambung. Respons kognitif
orang yang mengalami ansietas ringan adalah lapang persepsi yang melebar,
dapat menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan dapat
menjelaskan masalah secara efektif. Adapun respons perilaku dan emosi dari
orang yang mengalami ansietas adalah tidak dapat duduk tenang, tremor halus
pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.
b. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada lingkungan menurun dan
memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan menyampingkan hal-hal
lain. Respons fisiologis dari orang yang mengalami ansietas sedang adalah
sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik mulut kering, anoreksia, diare,
konstipasi dan gelisah.
Respon kognitif orang yang mengalami ansietas sedang adalah lapang persepsi
yang menyempit, rangsangan luar sulit diterima, berfokus pada apa yang menjadi
perhatian. Adapun respons perilaku dan emosi adalah gerakan yang tersentak-
sentak, meremas tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak aman .

c. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan
hal-hal lain. Individu sulit berpikir realistis dan membutuhkan banyak
pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain. Respons-respons
fisiologis ansietas berat adalah napas pendek, nadi dan tekanan darah darah naik,
banyak berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan kabur, dan mengalami
ketegangan.
Respon kognitif pada orang yang mengalami ansietas berat adalah lapang
persepsi sangat sempit dan tidak mampu untuk menyelesaikan masalah. Adapun
respons perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan tidak aman, verbalisasi
yang cepat, dan blocking.
d. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat sempit dan sudah
mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit
melakukan apapun walaupun dia sudah diberikan pengarahan. Respons-respons
fisiologis panik adalah napas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi
dan koordinasi motorik yang sangat rendah. Sementara respons-respons kognitif
penderita panik adalah lapang persepsi yang sangat pendek sekali dan tidak
mampu berpikir logis. Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat agitasi,
mengamuk dan marah-marah, ketakutan dan berteriak-teriak, blocking,
kehilangan kontrol diri dan memiliki persepsi yang kacau (Herry Zan Pieter,
2011)

6. Tanda dan Gejala


Gejala meliputi ( APA, 1994 )
a. Palpitasi, jantung berdebar, atau akselerasi frekuensi jantung
b. Berkeringat
c. Gemetar atau menggigil
d. Perasaan sesak napas dan tercekik
e. Perasaan tersedak
f. Nyeri atau ketidak nyamanan dada
g. Mual atau distres abdomen
h. Merasa pusing, limbung, vertigo, atau pingsan
i. Derealisasi (Perasaan tidak realistis) atau depersonalisasi (terpisah dari diri
sendiri)
j. Takut kehilangan kendali atau menjadi gila
k. Takut mati
l. Perestesia (kebas atau kesemutan)
m. Bergantian kedinginan atau kepanasan

Gejala lain meliputi:


a. Gelisah, perasaan tegang, khawatir berlebihan, mudah letih, sulit berkonsentrasi,
iritabilitas, otot tegang, dan gangguan tidur (gangguan ansietas umum)
b. Ingatan atau mimpi buruk berulang yang mengganggu mengenai peristiwa
traumatis, perasaan menghidupkan kembali trauma ( episode kilas balik ),
kesulitan merasakan emosi ( afek datar ), insomnia dan iritabilitas atau marah
yang meledak–ledak ( gangguan stres pasca trauma )
c. Repetitif, pikiran obsesif, perilaku kasar yang berkaitan dengan kekerasan,
kontaminasi, dan keraguan, berulang kali melakukan aktifitas yang tidak
bertujuan, seperti mencuci tangan, menghitung, memeriksa, menyentuh (gangguan
obsesif-kompulsif)
d. Rasa takut yang nyata dan menetap akan objek atau situasi tertentu ( fobia
spesifik), situasi performa atau sosial (fobia sosial), atau berada dalam satu situasi
yang membuat individu terjebak ( agorafobia) (Eko Prabowo, 2014)

7. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecemasan


Mcfarlan dan Wasli (1997 dalam Shives,1998) mengatakan bahwa faktor yang
berkonstribusi pada terjadinya kecemasan meliputi ancaman pada:
a. Konsep diri
b. Personal security system
c. Kepercayaan, lingkungan
d. Fungsi peran, hubungan interpersonal, dan
e. Status kesehatan.
8. Pathway
9. Penatalaksanaan
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makanan yang bergizi dan seimbang.
2) Tidur yang cukup.
3) Olahraga yang cukup
4) Tidak merokok
5) Tidak meminum minuman keras
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmiter (sinyal
penghantar syaraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolitic), yaitu
diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspironeHCl, meprobamate dan
alprazolam.
c. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik ( somatik ) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang berkepanjangan Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik ( fisik ) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada
organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi semangat atau dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidak mampuan mengatasi kecemasan
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksutkan memperbaiki (re-konstruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrai dan daya ingat.
5) Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadap stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung .
7) Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan
yang merupakan stressor psikososial. (Eko Prabowo, 2014)
e. Napas Dalam
Napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri atas pernapasan abdominal
(diafragma)
Prosedur :
1) Atur posisi yang nyaman
2) Fleksikan lutut klien untuk merelaksasi otot abdomen
3) Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga.
4) Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung sampai 3
selama inspirasi.
5) Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup secara perlahan – lahan
(Asmadi,2008).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Anamnese meliputi :
1) Nama :
2) Usia :
3) Jenis kelamin :
4) Jenis pekerjaan :
5) Alamat :
6) Suku/bangsa :
7) Agama :
8) Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim
mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh
penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa
dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah
penyakit ini.
9) Riwayat sakit dan kesehatan
a) Keluhan utama : Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan bawah.
b) Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari
gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak
atau bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
c) Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan dengan
penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri
tekan di kwadran epigastrik.
a) B1(breath) : takhipnea
b) B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah,
pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
c) B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat
terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
d) B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
e) B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak
toleran terhadap makanan pedas.
f) B6 (bone) : kelelahan, kelemahan
c. Fokus Pengkajian
1) Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2) Sirkulasi
Gejala : kelemahan, berkeringat
Tanda : - hipotensi (termasuk postural)
a) Takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
b) Nadi perifer lemah
c) Pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)
d) Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
e) Kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat (menunjukkan status
syok,
f) Nyeri akut, respons psikologik)
3) Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak
berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
4) Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena
perdarahan gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE,
misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster.
Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda :
a) Nyeri tekan abdomen, distensi
b) Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah
c) Perdarahan.
d) Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-
kadang
e) Merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi dapat terjadi
(perubahan
f) Diet, penggunaan antasida).
g) Haluaran urine : menurun, pekat.
5) Makanan / Cairan
Gejala : - anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi
pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
a) Masalah menelan : cegukan
b) Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor
kulit buruk (perdarahan kronis).
6) Neurosensosi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur,
disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume
sirkulasi / oksigenasi).
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
a) Nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,
b) Nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan /
distress samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan
(gastritis akut).
c) Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi
1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster).
d) Nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang
lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan
makanan atau antasida (ulkus duodenal).
e) Tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis)
f) Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan
tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
8) Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan
sirosis/ hipertensi portal)
9) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang
mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI.
Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak
berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat.
Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan
makan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas b/d perubahan status kesehatan,ancaman kematian dan nyeri.
3. Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Ansietas b/d perubahan Setelah dilakukan asuhan 1. Awasi respon fisiologi 1. Dapat menjadi indicator
status keperawatan ...x24jam misalnya: takipnea, derajat takut yang dialami
kesehatan,ancaman diharapkan kecemasan palpitasi, pusing, sakit pasien, tetapi dapat juga
kematian dan nyeri. pasien berkurang dengan kepala, sensasi kesemutan. berhubungan dengan
criteria: kondisi fisik atau status
1. Mengungkapkan syok.
perasaan dan 2. Dorong pernyataan takut 2. Membuat hubungan
pikirannya secara dan ansietas, berikan Terapeutik
terbuka umpan balik.
2. Melaporkan 3. Berikan informasi yang 3.Melibatkan pasien dalam
berkurangnya cemas akurat. rencana asuhan dan
dan takut 4. Berikan lingkungan yang menurunkan ansietas yang
3. Mengungkapkan tenang untuk istirahat. tak perlu tentang
mengerti tentang 5. Dorong orang terdekat ketidaktahuan.
peoses penyakit untuk tinggal dengan 4.Memindahkan
4. Mengemukakan pasien. pasien dari stresor
menyadari terhadap 6. Tunjukan teknik relaksasi luar, meningkatkan
apa yang relaksasi, dapat
diinginkannya yaitu meningkatkan
menyesuaikan diri
terhadap perubahan keterampilan koping.
fisiknya 5.Membantu
menurunkan takut
melalui pengalaman
menakutkan menjadi
seorang diri.
6.Belajar cara untuk
rileks dapat
membantu
menurunkan takutdan
ansietas
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses keperawatan
yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2010). Pengertian tersebut
menekankan bahwa implementasi adalah melakukan atau menyelesaikan suatu
tindakan yang sudah direncanakan pada tahapan sebelumnya.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan
untuk mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien
ke arah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Pieter,Herry Zan, Janiwarti, Bethsaida, Saragih, Martih. (2011). Pengantar


Psikopatologi untuk Keperawatan.Jakarta : Kencana

P. Potter. 2010. Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, dan Praktik). Edisi 4. Volume 2.
Jakarta:EGC.

Prabowo, Eko. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta Medical
Book

Riyadi, & Purwanto, T. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. N

DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KECEMASAN PADA IBU HAMIL

DI KELURAHAN RABA DOMPU BARAT.

Nama mahasiswa : ayu lestari

Nim :-

Ruang :-

No. RM Pasien :-

Diagnosa medis : stres koping pada ibu hamil

Tanggal masuk rumah sakit : -

Tanggal pengkajian : 05 oktober 2020

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : ny. n
Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Status Mariental : Menikah
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Bahasa Yang Digunakan: Bahasa Bima
Alamat : Jln. Belimbig, RT/RW: 008/009, Kelurahan : Raba
Dompu Barat, Kec. Raba, Kota Bima.
Diagnosa Medis : stres koping pada ibu hamil

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : TN.M
Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Bahasa Yang Digunakan: Bahasa Bima
Alamat : Jln. Belimbig, RT/RW: 008/009, Kelurahan : Raba
Dompu Barat, Kec. Raba, Kota Bima.
Hubungan Dengan Pasien: Suami Dan Istri

C. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

1. Keluhan Utama : Ny.n mengatakan cemas akan kehamilanya dan merasa


tidak nyaman
2. Keluhan Saat Dikaji : saat di kaji pasien mengatakan tidak tau penyebab
pasien merasakan cemas
3. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien mengatakan belum pernah dirawat di
rumah sakit.
4. Riwayat Penyakit Sekarang : pasien mengatakan merasa cemas tentang
kehamilanya
5. Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang
memiliki penyakit menular.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan : pasien mengatakan tinggal di daerah yang
cukup padat penduduknya. Pasien
mengatakan tinggal sama istrinya dalam
satu rumah.

D. RIWAYAT BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
a. Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehat
Sebelum Sakit : pasien mengatakan bahwa pasien mengerti tentang
pentingnya hidup sehat, dan berusaha menjaga
kesehatanya.
Saat Sakit : pasien mengatakan cemas dengan kondisinya dan juga
kehamilanya.
b. Pola Nutrisi Dan Metabolisme
Sebelum Sakit : pasien mengatakan makan 3× sehari pagi,siang dan
malam
Saat Sakit : pasien mengatakan sering makan

c. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit : pasien memgatakan BAB 1× sehari pada pagi hari,
dengan konsistensi lembek berwaran kuning dan bau khas
feses BAK ± 5-6 sehari dengan urine kuning jernih dan
bau Pesing.
Saat Sakit : pasien mengatakan BAB normal dan sering BAK
selama kehamilanya

d. Pola Tidur Dan Istrahat


Sebelum Sakit : pasien mengatakan tidur dengan teratur
pada malam hari pukul 21: 21 wita dan bangun di pagi
hari pada pukul 05: 50 wita. Pada siang hari pasien
mengatakan pasien tidur ± 2 jam, jadi dalam sehari pasien
tidur kurang lebih 10 jam.
Saat Sakit : pasien mengatakan tidur siang 1 jam dan tidur mlam 6
jam dengan kualitas tidak nyaman

e. Pola Aktivitas Dan Latihan


Sebelum Sakit : pasien mengatakan tidak pernah mengalami hambatan
dalam melakukan aktivitasnya, seluruh aktivitas
dilakukan sendiri

Saat Sakit : pasien mengatakan masih dapat melakukan dengan sendiri


tanpa bantuan

f. Pola Hubungan Dan Perang


Sebelum Sakit : pasien mengatakan setiap hari aktif bersosialisasi dan.
berkomunikasi dengan keluarga, teman dan lingkunga
sekitarnya.
Saat Sakit : pasien mengatakan masih tetap menjaga hubungan baik
dengan lingkungan sekitarnya.

g. Pola Persepsi Dan Konsep Diri


Sebelum Sakit : pasien mengatakan tidak ada masalah pada pola
persepsi dan konsep diri.

Saat Sakit : pasien mengatkan tidak ada masalah pada konsep persepsi
dan konsep diri.

h. Pola Seksual Dan Reproduksi


Sebelum Sakit : pasien mengatakan tidak ada masalah dengan organ
Reproduksi.
Saat Sakit : pasien mengatakan tidak ada masalah dengan organ
Reproduksi.

i. Pola Mekanisme / Penanggulan Stress Dan Koping :bicara dengan orang


persepsi dan konsep diri.
j. Pola Tata Nilai Dan Kepercayaan
Sebelum Sakit : pasien mengatakan dirinya dan keluarga beragama islam.
Pasein mangatakan melaksanakan ibadah sesuai
kepercayaannya.
Saat Sakit : pasien megatakan tetap melaksanakan ibadah seperti
biasanya.

E. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum
GCS : E4V5M6
Kesadaran : Compos mentis

2. Tanda-Tanda Vital
TD :110/80 mmHg
Nadi : 80 ×/menit
RR : 24 ×/menit
S : 36,4 ºC
Spo2 :-
3. Pemeriksaan fisik (head to toes)
a) Kepala dan rambut
Inspeksi : kepala simetris

Palpasi : tidak teraba benjolan

b) Wajah
Inspeksi : kuning lansat

Palpasi : wajah simestris dan strukturnya lengkap

c) Mata
Inspeksi : mata berjumlah sepasang, dan simetris antara kiri dan
kanan

d) Hidung
Inspeksi : tidak ada polie, tidak ada lender.

Palpasi : tulang hidung teraba dan posisinya simestris

e) Mulut
Inspeksi : bentuk simentris,tidak ada stomatitis, tidak ada
pembengkakan gusi, gigi tampak tidak lengkap, mukosa
bibir kurang lembab.
f) Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, tidakada lesi,tidakada serum pendengaran
baik.
Palpasi : lubang telinga bersih dan tidk ada benjolan

g) Leher
Inspeksi : vena jugularis teraba dengan jelas, tidak ada lesi.

Palpasi : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid

h) Thorax
Jantung
Inspeksi :-
Palpasi :-
Perkusi :-
Auskultasi :-

Paru-paru
Inspeksi : tampak pengemangan paru kiri dan kanan simetris.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
Perkusi : terdengar unyi resunan.
Auskultasi : suara terdengar vesicular.
i) Abdomen
Inspeksi :-
Palpasi :-
Perkusi :-
Auskultasi :-
j) Genetalia
Inspeksi :-
Palpasi :-
k) Ektermita
1) Atas
Inspeksi : tidak ada kelainan.
Palpasi : nyeri tekan pada tangan kanan dan kiri.
2) Bawah
Inspeksi : tidak terdapat edeman , kaki kiri dan kanan fungsi dengan
baik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

Pemeriksaan laboratorium :-

Terapi obat :-

II. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nama pasien : ny. n
Umur : 27 tahun
No. RM :-
Ruangan :-

A. ANALISA DATA

NO DATA PENUNJANG (SYMPTOM) ETIOLOGI PROBLEM


1 DS : pasien merasa khawatir hamil 32 minggu cemas
dengan proses persalinanya nanti

DO : pasien banyak bertanya dan prosedur infasif


tanpak tidak konsentrasi dalam yang akan
menjawab pertanyaan dilakukan

cemas

2 DS: pasien mengeluh sering pusing, hamil 32 minggu Resiko terjadinya


keletihan, kaki terasa pegal cedera

DO : TD :110/80
td: 110 /80 mmhg
R: 20x/menit
S: 36,
Bb: 50 kg keletihan
tb: 146

cedera

B. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Cemas berhubungan dengan proses persalinan yg ditandai dengan :
DS: pasien merasa khawatir tentang persalinanya nanti
DO: pasien banyk bertanya dan tanpak tidak konsentrasi dalam menjawab
pertanyaan
2. Resiko terjadi cidera b/d keletihan yang ditandai dengan :
DS: pasien mengeluh sering pusing, keletihan, kaki terasa pegal
DO: TD : 110/80
R : 20X/mnt
S :36

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


Nama pasien : ny.n No. RM: -
Umur : 27 tahun Ruangan: -

A. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO HARI/ DX. TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


TGL/J KEP
AM
1 senen/ I Tujuan: Kaji tingkat Dapat dilakukan
5 Cemas kecemasan : ringan, penanganan
oktob berkurang sedang,berak, panik. secara cepat dan
er atau hilang 1. Berikan tepat.
2020 setelah kenyamanan dan 1. Meyakinkan
diberikan ketentraman hati. klien bahwa ia
Jam penyuluhan 2. Jelaskan tentang benar mendapat
12: 00 perawatan pertolongan
wita hamil,pasca 2.mengurangi
Kriteria persalinan. kecemasan karna
Hasil: pasien sudah
Menjelaskan mengerti apa
ia tidak lagi yang akan
khawatir dan dihadapi/dijalanin
tidak gelisah ya nanti.
lagi

2 selasa II Cedera tidak Anjurkan klien untuk Mempercepat


/6 terjadi setelah tidak melakukan terjadinya cidera.
oktob diberikan aktivitas sendiri dan 1.aktivitas tetap
er penyuluhan. menghindari aktivitas dapat dilakukan
2020, yang membahayakan dengan resiko
Kriteria hasil : diri dan kandunganya. cidera minimal
Jam 1.dapat 1.anjurkan pasien 2. kelainan
11: 23 mengidentifika untuk melakukan menjelang proses
wita si faktor-faktor aktivitas yang aman persalinan dapat
yang dan ringan segera diketahui
meningkatkan 2. pantau ttv dan dan diatasi
kemungkinan keluhan klien
terhadap
cidera.
2.
menerangkan
cara agar tidak
sampai cidera
Ttv normal

IV. IMPLEMENTASI KESEHATAN


Nama pasien : Tn. A
Umur : 78 tahun

Hari Dx Tindakan keperawatan Respon hasil Paraf


tanggal Kep
Jam
senen/ 5 I 1. Pasien tampak
oktober 1. Mengkaji tingkat mengerti
2020 kecemasan : tentang tujuan
memberikan nyaman latiha fisik
Jam 12: dan ketentraman hati 2. Pasien tampak
25 2. Menjelaskan tentang melakukan
perawatan hamil, yang
persalinan pasca diperintahkan
persalinan dan prosedur oleh perawat
yg akan dilakukan. 3. Pasien d bantu
oleh perawat
4. Pasien
malakukan
yang d perintah
instruksi oleh
perawat
5. Pasien
melakukan
latihan ROM
yang di pandu
oleh perawat
6. [p=Pasien
melanjutkan
latihan sesuai
instruksi
perawat
selasa/ II 1. mengajarkan klien untuk tidak Hasil :
6 melakukan aktivitas sendiri dan 1. klien tidak
oktober membahayakan diri dan sepenuhnya melakukan
2020 kandunganya aktivitas
Jam 2. Mengajarkan klien untuk sendiri,aktivitas klien
12: 00 melakukan aktivitas yang aman dibantu keluarganya
wita dan ringan 2. klien melakukan
3. memantau ttv aktivitas yg aman dan
ringan
3. td: 110/80
R:20x/menit
S:36,5
Keluhan klien sedang

V. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. A
Umur : 78 tahun

tgl jam DX EVALUASI PARAF


05 oktober 13: 45 wita l S: pasien
2020 mengatakan
tidak lagi
khawatir
O: pasien tidak
lagi gelisah,
tenang,dan tidak
lagi tegang.
A: masalah
teratasi
P:pertahankan
intervensi
06 oktober 12: 25 wita ll S:
2020 O: klien dapat
menjelaskan
faktor apa saja
yg dapat
menimbulkan
cidera dan cara
mencegah atau
menghindarinya
A: masalah
teratasi
P : pertahankan
intervensi

Anda mungkin juga menyukai