Anda di halaman 1dari 11

RUMPUN MODEL SOSIAL BERMAIN PERAN DALAM PEMBELAJARAN

TEMATIK MUATAN PELAJARAN PKLH DAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH


DASAR
Kristiningrum
NIM : 858393068

Abstrak
Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat dua faktor utama, yaitu pendidik dan peserta didik.
Untuk meningkatkan hasil pembelajaran yang di harapkan dibutuhkan juga faktor-faktor
pendukung seperti faktor tujuan, alat, dan juga lingkungan belajar.
Model belajar tematik dengan rumpun model sosial bermain peran (role playing) merupakan
salah satu model yang dapat membantu pendidik dalam menentukan perencanaan pembelajaran
dan penilaian yang terukur supaya menghasilkan prosedur pembelajaran yang efisien dan
efektif, sehingga hasil pembelajaran yang di dapat mengalami peningkatan yang signifikan.
Kata kunci : Rumpun model sosial, bermain peran, pembelajaran tematik, PKLH dan
Bahasa Indonesia

I. PENDAHULUAN
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah tersampaikannya materi pelajaran kepada
seluruh peserta didik. Pada prosesnya penyampaian materi ini harus menggunakan
model-model serta metode pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan motivasi
belajar peserta didik, sehingga baik pendidik maupun peserta didik mendapatkan hasil
belajar yang diharapkan.
Model belajar tematik menjadi acuan dalam pembelajaran Kurikulum 2013. Model
pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan
beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.
Rumpun model sosial bermain peran (role playing) sebagai salah satu rumpun model
pembelajaran dapat membantu pendidik dalam merencanakan pembelajaran, menyiapkan
bahan dan media ajar, juga menentukan instrumen penilaian yang efektif.
Dengan menggunakan rumpun model sosial bermain peran (role playing) diharapkan
terjadi proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan
sehingga dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar peserta didik. Sehingga hasil
pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.
Pembelajaran Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Proses pembelajaran pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup di sekolah dasar
antara lain agar anak memiliki pengertian sikap dan tingkah laku yang rasional, serta
tanggung jawab terhadap masalah-masalah kependudukan sebagai bekal melanjutkan
pelajaran maupun untuk terjun kemasyarakat (Kurikulum Pendidikan dan Kependudukan
dalam Pelaksanaan Kurikulum Tahun l975: 9).
Arah yang mendasar dari proses pembelajaran pendidikan kependudukan dan lingkungan
hidup adalah pembentukan sikap dan perubahan sikap. Pembentukan dan perubahan
sikap terjadi sebagai proses belajar atau sebagai proses kesadaran (Sarlito Wirawan
Sarwono, 1992: 52). Dan tumbuhnya sikap, bukan karena pengalaman langsung, tetapi
sikap dapat terjadi pengembangan dan penggunaan ketrampilan proses harus
dilaksanakan dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
(Kurikulum Pendidikan Dasar, 1994 : 123).

Pembelajaran Bahasa Indonesia


Mata pelajaran bahasa Indonesia diberikan disemua jenjang pendidikan formal. Dengan
demikian, diperlukan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia yang memadai
dan efektif sebagai alat komunikasi, berinteraksi sosial, media pengembangan ilmu, dan
alat pemersatu bangsa (Depdiknas, 2003:5).
Pengajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar berdasarkan kurikulum tahun 2006 atau
KTSP yang sekarang sebagian sekolah sudah diganti dengan kurikulum 2013 bahasa
Indonesia mendapatkan proporsi yang lebih, dalam proses pembelajaran (Pebriani dkk,
2014:2). Mata pelajaran bahasa Indonesia secara umum dikembangkan menjadi
keterampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis
(Depdiknas, 2003:7).
Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut, di Sekolah Dasar memiliki standar
kompetensi. Masing-masing standar kompetensi dari keempat dasar tersebut sebagai
berikut :
a) Mendengarkan
Mampu berdaya tahan dalam berkonsentrasi, mendengarkan sampai dengan tiga puluh
menit, dan mampu menyerap gagasan pokok dari berita, petunjuk, pengumuman,
perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah,
pidato, pembicaraan nara sumber, dialog, serta percakapan yang didengar dengan
memberikan respons secara tepat, serta mengaprisiasi dan berekspresi sastra melalui
kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat,
cerita binatang, puisianak, syair lagu, pantun, dan menonton drama anak.
b) Berbicara
Mampu mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan, dialog, pesan,
pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda,
tanaman, binatang, pengalaman, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan sehari-hari,
peristiwa, tokoh, kesulitan atau ktidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata tertib, petunjuk
dan laporan, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil
sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair
lagu, pantun, dan menonton drama anak.
c) Membaca
Mampu membaca lancar beragam teks, dan mampu menjelaskan isinya, membaca huruf,
suku kata, kata, kalimat, paragraf, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib,
pengumuman, kamus, ensiklopedi, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui
kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita
binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan menonton drama anak.
d) Menulis
Mampu menulis huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraf dengan tulisan yang rapi dan
jelas, mneulis karangan sederhana, berbagai petunjuk, berbagai teks, surat pribadi dan
surat resmi, serta memerhatikan tujuan dan ragam pembaca serta menggunakan ejaan dan
tanda baca, kosakata yang tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat
majemuk, mneulis berbagai formulir, pnegumuman, tata tertib, berbagai laporan, buku
harian, poster, iklan, teks pidato dan sambutan, ringkasan dan rangkuman, prosa, serta
puisi
sederhana (Depdiknas, 2003:10-11)

Model Pembelajaran Tematik


Model pembelajaran tematik adalah suatu konsep yang dapat dikatakan sebagai
pendekatan belajar-mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada siswa. Bermakna artinya, dalam pembelajaran
terpadu, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka
pahami (Tim pengembang D-II dan S-2, 1997:6). Kecenderungan pembelajaran tematik
diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan anak (Developmental Appropriate Practice). Pendekatan ini berangkat
dari teori pembelajaran yang menolak drill sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan
struktur intelektual anak. Pelaksanaan pendekatan ini bertolak dari satu topik atau tema
yang dipilih untuk dikembangkan guru. Tujuan dari tema ini bukan untuk literasi bidang
studi, akan tetapi konsep-konsep dari bidang studi terkait dijadikan alat atau wahana
untuk mempelajari dan menjelajahi tema tersebut. Model pembelajaran tematik adalah
suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk
memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Siswa akan memahami konsep-
konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Jika dibandingkan dengan pendekatan
konvensional, pembelajaran terpadu lebih melibatkan siswa aktif secara mental dan fisik
di dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas dan dalam pembuatan keputusan. Pendapatan
John Dewey dengan konsepnya ”Learning By Doing” sangat sesuai dengan pendekatan
tematik ini. Pendekatan pembelajaran tematik dapat dipandang sebagai upaya untuk
memperbaiki kualitas pendidikan di tingkat dasar, terutama dalam rangka mengimbangi
gejala penjejalan kurikulum yang sering terjadi dalam prose pembelajaran di sekolah.

Rumpun Model Pembelajaran Sosial

Menurut Udin Winataputra  1994, Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan
melaksanakan aktifitas belajar mengajar.
Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000) Model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar.

Model-model pembelajaran rumpun sosial menggabungkan antara belajar dan


masyarakat. Kedudukan belajar di sini adalah bahwa perilaku kooperatif tidak hanya
merupakan pemberi semangat sosial, tetapi juga intelektual. Sebaliknya tugas-tugas yang
sering dilakukan dalam kehidupan sosial dapat dirancang untuk meningkatkan
belajar/keakademisan.

Model Bermain Peran (Role Playing)


Menurut Sanjaya (2006 : 161) bermain peran adalah pembelajaran sebagai bagian dari
simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual atau kejadian yang
mungkin akan muncul pada masa mendatang. Berdasarkan beberapa pengertian yang
dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik bermain peran adalah suatu
pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa-
peristiwa atau kejadian yang mungkin akan muncul pada masa mendatang yang peranya
sangat baik dalam mendidik siswa dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan
benar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode bermain peran
merupakan salah satu metode pembelajaran dengan menempatkan peserta didik untuk
melakukan kegiatan bermain atau memainkan peran tokoh lain dengan penuh
penghayatan dan kreativitas berdasarkan peran suatu masalah yang sedang dibahas
sebagai materi pembelajaran bermain peran pada saat itu
Terdapat empat karakteristik bermain peran menurut Yamin (Dalam Sutino 2005: 81)
yaitu:
1) Didasari motivasi yang muncul dari dalam. Jadi anak melakukan kegiatan itu atas
kemauannya sendiri.
2) Sifatnya spontan dan sukarela, bukan merupakan kewajiban. Anak merasa bebas
memilih apa saja yang ingin dijadikan alternatif bagi kegiatan bermainnya.
3) Senantiasa melibatkan peran aktif dari anak, baik secara fisik maupun mental.
4) Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain,
seperti kemampuan kreatif, memecahkan masalah, kemampuan berbahasa,
kemampuan memperoleh teman sebanyak mungkin dan sebagainya.
Model bermain peran (role playing) dirancang untuk mengajak siswa dalam menyelidiki
nilai-nilai pribadi dan sosial melalui tingkahlaku mereka sendiri dan nilai-nilai yang
menjadi sumber dari penyelidikan itu. Bermain peran juga membantu siswa
mengumpulkan dan menata informasi mengenai isu-isu sosial, mengembangkan rasa
empati kepada teman, dan mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial siswa.
Langkah-langkah pembelajaran bermain peran (role playing):
1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari
sebelum KBM
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya terdiri dari beberapa siswa
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan
6. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang
diperagakan
7. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk
membahas penampilan masing-masing kelompok.
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum
10. Evaluasi
11. Penutup

II. METODOLOGI PENELITIAN


Jenjang : Sekolah Dasar
Tema : Makhluk hidup Tentang Hewan
Kelas/Semester :1/2
Muatan Pelajaran : PKLH, Bahasa Indonesia
Alokasi Waktu : 2 X 30 menit
A. Kompetensi Dasar
1. PKLH
3.2 Mengidentifikasi lingkungan sekolah (halaman, kelas, taman, kantor, kebun,
dan wc) serta cara perawatannya.
2. Bahasa Indonesia
3.6 Menguraikan kosakata tentang berbagai jenis benda di lingkungan sekitar
melalui teks pendek (berupa gambar, slogan sederhana, tulisan, dan/atau syair
lagu) dan/atau eksplorasi lingkungan.
4. Menggunakan kosakata bahasa Indonesia dengan ejaan yang tepat dan dibantu
dengan bahasa daerah mengenai berbagai jenis benda di lingkungan sekitar dalam
teks tulis sederhana
B. Hasil Belajar
1. PKLH
a) Menyebutkan ruangan-ruangan dan bangunan yang ada di sekolah
b) Menyebutkan dan menirukan cara merawat lingkungan sekolah
2. Bahasa Indonesia
a) Mendengarkan: Membedakan berbagai bunyi/suara serta, bunyi bahasa,
dan mengungkapkannya (secara verbal)
b) Berbicara: Mendeskripsikan benda-benda di sekitar berdasarkan ciri-ciri
fisiknya, menggunakan kalimat sederhana dan kosakata yang sudah
dikuasai, menceritakan pengalaman
c) Menulis: Menulis beberapa kalimat sederhana (terdiri atas 3 – 5 kata)
d) Membaca: Membaca nyaring kalimat sederhana
C. Indikator Hasil Belajar
1. PKLH
a) Mampu merawat lingkungan sekolah, dimulai dari melaksanakan piket
kelas.
3. Bahasa Indonesia
a) Mendengarkan: Mampu membedakan berbagai bunyi/suara serta, bunyi
bahasa, dan mengungkapkannya (secara verbal)
b) Berbicara: Mampu menyebutkan area yang berada di lingkungan sekolah
dengan bahasa sendiri, menceritakan pengalaman merawat lingkungan
sekolah.
c) Menulis: Mampu menuangkan ide/cerita ke dalam tulisan
d) Membaca : Mampu membaca teks pendek dengan pelafalan dan intonasi
yang jelas dan dapat dimengerti.
D. Materi
1. PKLH
Mengidentifikasi lingkungan sekolah (halaman, kelas, taman, kantor, kebun, dan
wc) serta cara perawatannya.
2. Bahasa Indonesia
Menguraikan kosakata tentang berbagai jenis benda di lingkungan sekitar melalui
teks pendek (berupa gambar, slogan sederhana, tulisan, dan/atau syair lagu)
dan/atau eksplorasi lingkungan.
Menggunakan kosakata bahasa Indonesia dengan ejaan yang tepat dan dibantu
dengan bahasa daerah mengenai berbagai jenis benda di lingkungan sekitar dalam
teks tulis sederhana
E. Metode dan Media
1. Tematik, bermain peran (role playing), bercerita, tanya jawab.
2. Buku Tematik Kelas 1 Tema, teks bermain peran
F. Kegiatan Belajar Mengajar
1. Kegiatan Awal
a) Guru membuka pembelajaran dengan salam.
b) Membaca doa sebelum memulai pembelajaran bersama-sama dipimpin
oleh salah seorang siswa.
c) Guru membacakan muqoddimah, siswa mengikuti
d) Guru mengaitkan pembelajaran yang akan berlangsung, dengan
pembelajaran sebelumnya (apersepsi)
2. Kegiatan Inti
a) Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan tema pembelajaran, sub
tema dan memberikan gambaran manfaatnya bagi siswa mempelajari
pelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
b) Guru memanggil siswa-siswa yang sudah mendapatkan teks bermain
peran sesuai dengan perannya masing-masing
c) Guru membacakan terlebih dulu teks-teks dialog masing-masing peran
d) Guru menginstruksikan agar siswa yang belum mendapat giliran berperan
agar menyimak dengan baik teman-temannaya.
e) Siswa dipersilahkan memulai bermain peran yang berjudul “Sekolahku
Bersih dan Nyaman”
f) Setelah semua siswa bergantian bermain peran, guru menjelaskan kembali
materi pembelajaran
g) Guru membuka sesi diskusi dan tanya jawab dengan siswa.
3. Kegiatan Penutup
a) Guru menutup pembelajaran dengan memberikan kesimpulan dan
penguatan
b) Membaca doa selesai belajar bersama-sama dipimpin oleh salah satu
siswa.
G. Penilaian
1. Keaktifan partisipasi
2. Disiplin dan tepat waktu dalam pengumpulan tugas.
3. Pengamatan sikap.
4. Tes pengetahuan

III. Hasil dan Pembahasan


Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari tiga hal yaitu hasil belajar peserta
didik, hasil analisis tes formatif peserta didik, dan hasil pengamatan atau observasi
kegiatan pendidik sebagai berikut :
1. Hasil Belajar Peserta Didik
Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan pemahaman peserta didik pada
materi pelajaran yang disampaikan oleh penulis, maka setiap akhir pembelajaran
penulis melakukan evaluasi pembelajaran dengan memberikan tes berupa tes formatif.
2. Hasil Analisis Tes Formatif Peserta Didik
Pada pembelajaran PKLH dan Bahasa Indonesia Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang diterapkan adalah 75, sedangkan target ketuntasan hasil belajar peserta
didik minimal adalah 75 %. Oleh Karena itu, dalam penelitian tindakan kelas yang
dilakukan penulis ini, harus mengacu pada indikator yang telah ditetapkan tersebut.
3. Hasil Pengamatan Pendidik
Pada proses pembelajaran dengan menggunakan model sosial bermain peran
(role playing), berdasarkan pengamatan pendidik terlihat ada perubahan tingkah
laku pada peserta didik berupa munculnya minat dan motivasi belajar. Hal ini
tergambar dari bersemangatnya peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
Kecepatan menangkap esensi materi pun sudah nampak terlihat perkembangannya
pada peserta didik saat belejar dengan model ini.

Berdasarkan dari yang telah dijabarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa


penerapan pembelajaran dengan menggunakan model sosial bermain peran (role
playing), sangat membantu pendidik dalam meningkatkan keaktifan, pemahaman dan
hasil belajar peserta didik serta mampu menanamkan konsep materi pembelajaran
kepada pendidik sehingga pembelajaran menjadi efektif dan bermakna untuk dapat
mencapai ketuntasan belajar peserta didik. Dengan ketuntasan yang sudah memenuhi
target ketuntasan hasil belajar, maka proses perbaikan pembelajaran melalui
penelitian tindakan kelas dapat dikatakan berhasil.

IV. Simpulan

Tindak lanjut dalam penelitian ini, yaitu model sosial bermain peran (role
playing) disarankan kepada para pendidik untuk menerapkan dalam
pembelajarannya karena dengan dapat membuat pendidik menjadi lebih
profesional dan terampil dalam mengajar sehingga peserta didik memiliki minat
yang tinggi dalam mengikuti pelajaran tematik. Pembelajaran menjadi efektif dan
menyenangkan sehingga metode demonstrasi dapat diterapkan pada mata
pelajaran yang lain

V. DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa. (2008). Menjadi Guru Professional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sagala, Syaiful (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
http://eprints.umm.ac.id/39267/3/BAB%20II.pdf
SukoPratomo,
http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_11-
April_2009/MODEL_PEMBELAJARAN_TEMATIK__DALAM_PENDIDIKAN_LIN
GKUNGAN_HIDUP_%28PLH%29_DI_SEKOLAH_DASAR.pdf
https://fatkhan.web.id/pengertian-dan-langkah-langkah-metode-pembelajaran-bermain-
peran/
Casmito, https://core.ac.uk/download/pdf/16508262.pdf

Anda mungkin juga menyukai