OLEH:
PENDIDIKAN AKUNTANSI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Pendidikan
Inklusif” yang kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Inklusif.Tidak lupa pula shalawat serta salam kita curahkan bagi Baginda Rasulullah SAW yang
syafaatnya akan kita nantikan kelak.
Dalam makalah ini kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan, agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
Besar harapan kami dengan terselesaikannya makalah ini, dapat menjadi bahan tambahan
bagi penilaian dosen dibidang studi Pendidikan inklusif dan semoga dengan adanya makalah ini
dapat menambah wawasan yang dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penelitian
BAB II PEMBAHASAN
a. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan inklusif ini memegang tugas dan tanggung jawab yang penting, karena pada
dasarnya pendidikan untuk semua kalangan tanpa membedakan apapun merupakan kebutuhan
dasar untuk menjamin keberlangsungan hidup agar lebih bermartabat. Karena itu negara
memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap
warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan. Pemahaman mengenai
pendidikan inklusi juga merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang guru.
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Sejauh ini di Indonesia disediakan tiga lembaga layanan pendidikan anak berkebutuhan
khusus, yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB) / Sekolah Khusus, Sekolah Dasar luar Biasa (SDLB),
dan Sekolah Umum. SDLB adalah SLB yang menampung berbagai jenis anak berkebutuhan
khusus untuk usia SD, dan Sekolah Umum adalah sekolah reguler yang juga menampung anak
berkebutuhan khusus, dengan kurikulum, guru, sarana pengajaran, dan kegiatan belajar mengajar
yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
Ternyata di Indonesia masih banyak ABK yang belum mendapatkan hak dasar pendidikan,
khususnya bagi para ABK yang tinggal di daerah pedesaan dan terpencil. Selain itu, sebagian
besar orang tua para ABK termasuk dalam golongan yang lemah ekonomi. Untuk mengatasi
masalah tersebut, pemerintah menyediakan program pelayanan yang mudah diakses oleh para
ABK dimanapun mereka berada. Solusinya yaitu, setiap satuan pendidikan reguler (pendidikan
dasar maupun menengah umum dan kejuruan) didorong untuk dapat menerima ABK dari
lingkungan sekitar yang akan menyelesaikan pendidikannya pada satuan pendidikan tertentu
sesuai tingkat perkembangannya.
Di dalam Permendiknas tentang pendidikan inklusif pasal 2 ayat (1) secara jelas dinyatakan
bahwa tujuan penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada semua peserta didik dari berbagai kondisi dan latar belakang untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Serta dalam ayat (2)
yaitu menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif
bagi semua peserta didik.
Mengingat bahwa pendidikan inklusif termasuk hal baru, maka perlu segera dibuat pedoman
umum penyelenggaraan pendidikan inklusif. Hal ini sangat perlu karena ABK juga berhak
mendapat kesempatan dan akses yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, serta
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya.
1. Pengertian
Hambatan utama anak berkelainan untuk maju termasuk dalam mengakses
pendidikan setinggi mungkin bukan pada kecacatannya, tetapi pada penerimaan sosial
masyarakat. Selama ada alat dan penanganan khusus, maka mereka dapat mengatasi
hambatan kelainan itu. Justru yang sulit dihadapi adalah hambatan sosial. Bahkan,
hambatan dalam diri anak yang berkelainan itupun umumnya juga disebabkan pandangan
sosial yang negatif terhadap dirinya. Untuk itulah, pendidikan yang terselenggara
hendaknya memberikan jaminan bahwa setiap anak akan mendapatkan pelayanan untuk
mengembangkan potensinya secara individual.
Dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa setiap warganegara
mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa
anak berkelainan berhak pula memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya
(anak normal) dalam pendidikan.
Pendidikan inklusif dalam beberapa tahun terakhir ini telah menjadi isu yang sangat
menarik dalam sistem pendidikan nasional. Hal ini dikarenakan, pendidikan inklusif
memberikan perhatian pada pengaturan para siswa yang memiliki kelaian atau kebutuhan
khusus untuk bisa mendapatkan pendidikan pada sekolah-sekolah umum atau regular
sebagai kelas pendidikan khusus part time, pendidikan khusus full time, atau sekolah luar
biasa (segregasi). D.K. Lipsky dan A.D. gartner (Dalam Abdul Salim Choiri, dkk, 2009,
85) mengatakan: Inclusive education as: providing to all students, inclualing those with
significant disabilities, equitable opportunities to receive effective educational services,
with the needed suplementaland support service, in age-appropriate classes in their
neighborhood schools, in order to prepare students for productive lives as full members
of society.
Inklusif menyangkut juga hal-hal bagaimana orang dewasa dan teman sekelas yang
normal menyambut semua siswa dalam kelas dan mngenali bahwa keanekaragaman
siswa tidak mengharuskan penggunaan pendekatan tunggal untuk seluruh siswa. Dalam
perkembangannya, inklusi juga termasuk para siswa yang dikaruniai keberbakatan,
mereka yang hidup terpinggirkan, memiliki kecatatan, dan kemampuan belajarnya berada
di bawah rata-rata kelompoknya.
Integrasi berarti menempatkan siswa yang berkelainan dalam kelas anak-anak normal
dimana anak-anak berkelainan hanya mengikuti pelajaran-pelajaran yang dapat mereka
ikuti dari gurunya. Sedangkan untuk mata pelajaran akademis lainnya, anak-anak
berkelainan menerima pelajaran pengganti di kelas berbeda yang terpisah dari teman-
teman mereka. Penempatan terintegrasi tidak sama dengan integrasi pengajaran dan
integrasi sosial, karena integrasi bergantung pada dukungan yang diberikan sekolah dan
dalam komunitas yang lebih luas.
Sementara itu, Sapon-Shevin (Dalam Abdul Salim Choiri, dkk, 2009, 87)
menyatakan bahwa pendidikan inklusif sebagai sistem layanan pendidikan yang
mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di seolah-sekolah terdekat, di
kelas regular bersama-sama teman seusianya. Oleh karena itu, ditekankan adanya
restrukturisasi sekolah, sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan
kebutuhan khusus setiap anak, artinya kaya dalam sumber belajar dan mendapat
dukungan dari semua pihak, yaitu para siswa, guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.
Lebih lanjut, inklusi adalah cara berpikir dan bertindak yang memungkinkan setiap
individu merasakan diterima dan dihargai. Prinsip inklusi mendorong setiap unsur yang
terlibat di dalam proses pembelajaran mengusahakan lingkungan belajar dimana semua
siswa dapat belajar secara efektif bersama-sama. Dengan demikian, tidak ada siswa yang
akan ditolak atau dikeluarkan dari sekolahnya sebab tidak mampu memenuhi standar
akademis yang ditetapkan. Walaupun, pada sisi yang lain beberapa orang tua merasa
khawatir kalau anak-anak mereka yang memiliki kecacatan tersebut akan menjadi bahan
ejekan atau digoda orang-orang di sekitarnya.
2. Prinsip-Prinsip
a. Prinsip-prinsip pendidikan
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 4, dinyatakan bahwa
prinsip- prinsip penyelenggaraan pendidikan adalah :
Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, kultural dan kemajemukan bangsa.
Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu kesatuan yang sistematik dengan sistem
terbuka dan multi makna.
Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Membangun kemauan dan mengembangkan kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran.
Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan
menghitung bagi segenap warga masyarakat.
Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Secara umum prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia adalah sebagai berikut :
C. Kelebihan Pendidikan Inklusif
Sebagai tidak lanjut Deklarasi Bangkok, pada tahun 1994 diselenggarakan konvensi
pendidikan di Salamanca Spanyol yang mencetuskan perlunya pendidikan inklusif yang
selanjutnya dikenal dengan “the Salamanca statement on inclusive education”. Sejalan dengan
kecenderungan tuntutan perkembangan dunia tentang pendidikan inklusif, Indonesia pada tahun
2004 menyelenggarakan konvensi nasional dengan menghasilkan Deklarasi Bandung dengan
komitmen Indonesia menuju pendidikan inklusif.
Untuk memperjuangkan hak-hak anak dengan hambatan belajar, pada tahun 2005 diadakan
simposium Internasional di Bukittinggi dengan menghasilkan Rekomendasi Bukittinggi yang
isinya antara lain menekankan perlunya terus dikembangkan program pendidikan inklusif
sebagai salah satu cara menjamin bahwa semua anak benar-benar memperoleh pendidikan dan
pemeliharaan yang berkualitas dan layak.
Berdasarkan pengembangan sejarah pendidikan inklusif dunia tersebut, maka Pemerintah
Republik Indonesia sejak awal tahun 2000 mengembangkan program pendidikan inklusif.
Program ini merupakan kelanjutan program pendidikan terpadu yang sesungguhnya pernah
diluncurkan di Indonesia pada tahun 1980-an, tetapi kemudian kurang berkembang dan baru
mulai tahun 2000 dimnculkan kembali dengan mengikuti kecenderungan dunia, menggunakan
konsep pendidikan inklusif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan inklusif yang kini sedang marak dibicarakan, mencoba membantu memberikan
hak dasar pendidikan yang sama bagi Anak Berkebutuhan Khusus dengan anak normal
lainnya untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu. Melalui pendidikan inklusif, anak
berkelaian dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya. Bergabungnya anak-anak berkelainan dalam lingkungan belajar bersama anak-anak
normal dapat dilakukan dengan 3 model, yaitu: mainstream, integrative, dan inklusi.
Prinsip inklusi mendorong setiap unsur yang terlibat di dalam proses pembelajaran
mengusahakan lingkungan belajar dimana semua siswa dapat belajar secara efektif bersama-
sama. Secara umum prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia antara lain: (a)
prinsip pemerataan dan peningkatan mutu, (b) prinsip kebutuhan individual, (c) prinsip
kebermaknaan, (d) prinsip keberlanjutan, dan (e) prinsip keterlibatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/konsep-dasar-pendidikan-inklusi-disusun.html
https://adoc.pub/download/bab-i-pendahuluan-konsep-dasar-pendidikan-inklusif-adalah-
pe.html#:~:text=PENDAHULUAN-,A.,tentang%20Hak%20anak%2C%201989).