Di Susun Oleh:
Kelompok I (Satu)
1. Defriza Mahyudin
2. Thasya Rekha Putri
Semester IIIc
Program Studi Ekonomi Syari’ah
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Natuna
Tahun Akademik 2020/2021
KEBIJAKAN MONETER DALAM EKONOMI ISLAM
1. DEFINISI
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro
agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang
yang beredar dalam perekonomian. Sasaran yang ingin dicapai adalah memelihara
kestabilan nilai uang baik terhadap factor internal maupun eksternal. Stabilitas nilai
uang mencerminkan stabilitas harga yang pada akhirnya akan mempengaruhi realisasi
pencapaian tujuan pembangunan suatu Negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar,
perluasan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi riil yang optimum dan stabilitas
ekonomi.
a. Instrument kebijakan moneter islam :
Instrument yang di perlukan dalam kebijakan moneter Islam diharapkan tidak hanya
akan membantu mengatur penawaran uang seirama terhadap permintaan rill terhadap
uang, tetapi juga memenuhi kebutuhan untuk membiyayai deficit pemerintah yang
benar-benar rill dan mencapai sasaran sosioekonomi masyarakat Islam lainnya.
Tujuan dari kebijakan moneter adalah sebagai berikut ini:
1. Menjaga kestabilan ekonomi artinya pertumbuhan arus barang dan jasa seimbang
dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia.
2. Menjaga kestabilan harga yaitu harga suatu barang merupakan hasil interaksi antara
jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang yang tersedia dipasar.
3. Meningkatkan kesempatan kerja yaitu pada saat perekonomian stabil pengusaha
akan mengadakan investasi untuk menambah jumlah barang dan jasa sehingga
adanya investasi akan membuka lapangan kerja baru sehingga memperluas
kesempatan kerja mayarakat.
4. Memperbaiki neraca perdagangan kerja masyarakat yaitu dengan jlan
meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk kedalam
negeri atau sebaliknya.
Ide perbankan Islam pun berkembang pada tahun yang sama Bank Islam komersial
pertama berdiri di Dubai, Ini Emirat Arab. Di tahun yang sama IDB berdiri sebagai
bank pan-Islam antar pemerintah. Tujuan utama IDB yakni untuk membiayai proyek-
proyek pembangunan negara-negara Muslim sesuai dengan aturan dan etika keuangan
Islam.
Beberapa tahun setelahnya tepatnya pada 1977, muncul Bank Islam Faisal di Mesir
Sudan. Dan, Bank Islam Bahrain serta Bank Islam Yordania yang terbentuk pada 1978.
Perbankan Islam terus tumbuh dan menyebar ke seluruh Asia Selatan dan Timur. Tak
hanya itu bank-bank etis dan lembaga keuangan berdasarkan prinsip-prinsip Islam juga
menyebar di negara-negara minoritas muslim seperti Inggris, Luxemburg, Denmark
Australia, India dan Amerika Serikat.
Pada 1960 hingga 1977 Dewan Ideologi Islam (CII) mengajukan sejumlah laporan pada
pemerintah yang memeriksa makna riba. Dalam semua laporan itu dengan tegas
dinyatakan bahwa bunga saat ini yang dibebankan dalam sistem keuangan negara itu
dilarang dalam Islam dengan istilah Riba.
Dari 1977 sampai 1980, Dewan Ideologi Islam dan para ahli dari Bank Negara Pakistan
mengerjakan rincian dan mengusulkan langkah-langkah konkret untuk menghilangkan
riba dari ekonomi.
Pada 2002, Bank Negara Pakistan menerbitkan Lisensi Perbankan Islam pertama untuk
menawarkan Produk dan Layanan Perbankan Syariah di Negara tersebut. Saat ini, lima
Bank Syariah dan berbagai bank konvensional menawarkan Produk dan Layanan
Perbankan Syariah di Negara ini.
Tahap pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba seolah olah menolong mereka
yang membutuhkan dan sebagai suatu perbuatan
untuk mencari keridhaan Allah SWT. Dalam Al-Quran (30:39)
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan, apa yang
kamu berikam berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang yang melipatgandakan
(pahalanya).”
Tahap kedua, riba adalah sesuatu yang buruk, dan Allah SWT
akan memberi siksa yang pedih bagi Yahudi yang memakan riba. Dalam
Al-Quran (4:160-161),
“Maka, disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas
mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi
mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah,
dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah
dilarang darinya, dn karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang bathil.
kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka
itu siksa yang pedih.”
2.1. Pasar Uang Antar bank Melalui Perhitungan Kliring Terbagi atas:
1. Transaksi melalui kliring penyerahan
Transaksi dalam pasar uang melalui kliring dilakukan dengan mekanisme berikut:
a) Bank yang meminjamkan berkewajiban untuk:
- menyerahkan nota kredit untuk peserta yang menerima pinjaman, sejumlah
transaksi yang disetujui oleh pihak yang bersangkutan.
- memperhitungkan nota kredit tersebut sebagai bagian dari nota kredit yang
diserahkan dalam kliring penyerahan.
b) Bank yang menerima pinjaman berkewajiban untuk:
- menerbitkan surat sanggup (aksep/promes) yang ditujukan kepada bank pemberi
pinjaman sesuai dengan transaksi yang disepakati.
- memperhitungkan nota kredit yang diterimanya sebagai bagian dari nota kredit yang
diterima dalam kliring penyerahan.
- menyerahkan tembusan atau fotokopi surat sanggup (aksep/promes) yang
bersangkutan kepada penyelenggara kliring.
c) Pencairan kembali surat sanggup (aksep/promes) dilakukan dengan cara penerbitan
nota debit (N/B) oleh peserta yang memberikan pinjaman sebagai warkat kliring,
sedangkan surat sanggup (aksep/promes) yang bersangkutan dijadikan lampiran dan
Transaksi yang diselenggarakan pada jadwal yang disediakan khusus untuk pasar uang
bank.
Bank yang meminjamkan berkewajiban untuk:
menyerahkan nota kredit untuk peserta yang menerima pinjaman sejumlah transaksi
yang disetujui oleh pihak yang bersangkutan.
mencantumkan jumlah transaksi tersebut pada bilyet saldo kliring sebagai komponen
dana pasar uang yang diserahkan.
Bank yang menerima pinjaman berkewajiban untuk:
menerbitkan surat sanggup (aksep/promes) yang ditujukan kepada bank pemberi
pinjaman sesuai dengan transaksi yang disepakati.
mencantumkan jumlah transaksi tersebut pada bilyet saldo Miring sebagai
komponen dana pasar uang yang diterima.
menyampaikan tembusan atau fotokopi surat sanggup (aksep/promes) yang
bersangkutan kepada penyelenggara kliring.
Pencairan kembali surat sanggup (aksep/promes) dilakukan dengan cara seperti tersebut
diatas.
Tata Cara Pinjam-meminjam di Luar Perhitungan Kliring
Jika hal pelaksanaan transaksi tersebut dilakukan diluar kliring, maka:
a. Bank yang menerima pinjaman berkewajiban:
- Menerbitkan surat sanggup (aksep/promes) yang ditujukan kepada bank pemberi
pinjaman sesuai dengan transaksi yang disepakati.
- Menyampaikan tembusan atau fotokopi surat sanggup (aksep/promes) yang
bersangkutan kepada Bank Indonesia.
b. Bank yang memberikan pinjaman harus menyelesaikan transaksi tersebut menurut
cara yang disepakati dengan pihak penerima pinjaman.
c. Pencairan kembali surat sanggup (aksep/promes) dapat dilakukan dengan cara seperti
diatas.