Anda di halaman 1dari 7

Hal.

40
Cliff F. Thompson1 dalam sebuah artikelnya berkenaan pendidikan hukum di
Indonesia pada pokoknya mengemukakan, “pendidikan hukum harus responsif terhadap
kebutuhan Negara, dan ahli hukum yang efektif tidak hanya mengetahui hukum modern
semata-mata, melainkan hendaknya memiliki kemampuan untuk menerapkannya dalam
penyusunan undang-undang”.
Selain itu secara khusus untuk para dosen (seluruh pengajar pada
perguruan tinggi), Thompson2 pada pokoknya menekankan ….kemampuan teori dan
praktek dimanfaatkan semaksimalnya juga untuk preparing teaching materials to
educate the students, the new generation of lawyers….must attract to the law school the
students and teachers who are as excellent as possible….must avoid one of the greatest
barriers to effective legal skills, namely an education that is too rote, without sufficient
opportunities to learn application. Dengan bertumpu pada konteks uraian yang
sedang berlangung ini berkaitan dengan pembangunan ekonomi, maka yang dimaksudkan
Thompson dengan the need of the country pada dasarnya berkisar pada kebutuhan Negara
yang sedang membangung perekonomiannya. Maknanya, ahli hukum ekonomi dan/atau
bisnis tidak semata-mata memahami aspek hukumnya saja, tetapi juga aspek
ekonominya. Tidak hanya aspek teoritis, melainkan pula prakteknya. Sudah tentu sangat
sulit untuk membayangkan harapan tersebut dapat diwujudkan dalam kondisi pendidikan
hukum yang terlalu menekankan output dan predikat. Sungguh masih banyak hal yang
harus dikerjakan terutama pengajar hukum tersebut, termasuk juga menyempurnakan
tulisan ini.
Hal. 41
Secara ringkas dari pandangan Burg seperti dikutip oleh Leonard J.
Theberge dapat dikemukakan adanya lima kualitas yang terkandung dalam hukum
berkenaan dengan pembangunan ekonomi. Ada pun kualitas yang dimaksudkan, pertama,
stability (menjaga keseimbangan berbagai kepentingan dalam masyarakat), kedua,
predictability (kemampuan melakukan forecasting tentang hukum (ekonomi) apa saja
yang dibutuhkan di masa depan), ketiga, fairness (hukum harus dapat memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap orang untuk menjadi pelaku ekonomi, education
(hukum harus bersifat mendidik, membangkitkan kecerdasan dan inisiatif dalam
berekonomi), dan yang kelima, the special abilities of the lawyers (dengan ditunjang
pendidikan hukum yang memadai, para ahli hukum harus responsif terhadap kebutuhan
Negara dalam pembangunan ekononmi).
Kata kuncinya terletak pada “pembangunan

1
Cliff F. Thompson, 2005, Legal Education for Developing Countries: A Personal Case Study from
Indonesia. Dalam : The Role Of Law In Development Past, Present and Future. Ed.: Y. Matsuura. Center
for Asian Legal Exchange Graduate School of Law, Nagoya University. hal. 21
2
Ibid.
ekonomi”, bagaimana hukum itu berperan dalam pembangunan tersebut. Bagaimanakah
ihwalnya hukum harus turut mengambil peranan dalam perekonomian. Bukankah
sebelumnya berkembang pandangan bahwa “masalah ekonomi hanya dapat diatasi oleh
ilmu ekonomi itu sendiri”. Apabila dicermati, pandangan tersebut sesungguhnya juga
mengandung kebenaran, karena pernyataannya berkenaan dengan “masalah ekonomi”
yang merupakan wilayah kompetensi ilmu ekonomi.
Hal. 42
Pembangunan ekonomi sendiri kiranya tidak semata-mata merupakan masalah
ekonomi. Akan tetapi untuk menjernihkan atau memperluas pandangan, mari sejenak
melepaskan kacamata kuda yang menghambat visi. Untuk itu jalan yang paling baik
dilakukan adalah mempertegas kembali pemahaman mengenai apa yang dimaksud
dengan pembangunan ekonomi (economic development ) sebagai obyek yang akan
“digarap” oleh hukum. Selanjutnya dipahamkan juga istilah peranan dan fungsi hukum.
Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan suatu
konsep dalam ilmu ekonomi khususnya makro ekonomi. Hingga saat ini telah
diperkenalkan begitu banyak definisi mengenai konsep tersebut. Di antaranya ada yang
mengemukakan, pembangunan ekonomi identik dengan penciptaan berbagai kesempatan
kerja yang baru. Pihak yang lainnya memaknainya dengan indikasi meningkatnya
pendapatan per kapita. Sementara itu pihak yang lainnya lagi memandang bahwa
pembangunan ekonomi sebagai suatu proses konsumsi sumber daya yang terbatas dan
berpengaruh terhadap degradasi lingkungan. Demikianlah masing-masing pihak
memandang pembangunan ekonomi tersebut sesuai visinya yang cenderung sempit dan
terbatas. Sebenarnya pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang dapat
menyebabkan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan penduduk secara
berkesinambungan. Dengan definisi ini, pembangunan tidak hanya meningkatkan akses
terhadap lapangan pekerjaan, tetapi juga mampu menciptakan akses terhadap lapangan
pekerjaan yang baik. Sehingga hal ini akan mendukung peningkatan standar kehidupan
bagi seluruh penduduk secara langgeng.3 Hal. 43
Apabila pengertian tersebut digabungkan dengan pengertian-pengertian yang
telah diuraikan pada halaman terdahulu, maka dapatlah dipetik makna bahwa dalam
pembangunan ekonomi terkandung aspek-aspek sebagai berikut ;
1. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penerapan teknologi baru dalam
rangka mengentaskan ekonomi yang berbasis pertanian menjadi ekonomi
industry,
2. Upaya peningkatan berbagai standar dalam kehidupan,

3
Sonny Harry B. Harmadi, 2016. Pengantar Ekonomi Makro. Penerbit Univerditas Terbuka, Jakarta.
Hal. 1.33
3. Proses peningkatan kesejahteraan ekonomi, politik dan sosial berikut dengan
sistem pengawasannya,
4. Pengukuran keberhasilan pembangunan ekonomi berdasarkan pencapaian
kondisi dan kualitas tertentu atas lingkungan,
5. Peningkatan kesempatan kerja,
6. Peningkatan pendapatan masyarakat,
7. Mitigasi kemiskinan,
8. Peningkatan efisiensi,
9. Berkesinambungan.
Dalam proses pembangunan ekonomi berbagai pemikiran dan langkah yang
dirancang serta dilakukan berkisar pada upaya-upaya untuk peningkatan kesejahteraan
antara lain melalui pembukaan kesempatan berekonomi seluas-luasnya. Semuanya pada
akhirnya bermuara pada mitigasi kemiskinan. Oleh karena itu dapat dikemukakan
pembangunan ekonomi sesungguhnya merupakan proses dalam rangka peningkatan
berkesinambungan.
Hal. 44
Sudah merupakan dalil dalam ilmu ekonomi bahwa pelaksanaan setiap kegiatan
ekonomi beranjak dari yang dinamakan dengan kelangkaan (scarcity). Suatu sumber
untuk suatu saat tertentu memang tersedia secara melimpah, akan tetapi hal ini tidak
mengandung pengertian bahwa sumber tersebut bersifat tidak terbatas. Setiap sumber
tidak dapat melepaskan diri dari keterbatasan. Oleh karena demikian ditekanlah aspek
berkesinambungan dalam pembangunan ekonomi.
Anggaran pembangunan memang dapat dicantumkan secara terus-menerus
bahkan dengan jumlah yang cenderung semakin meningkat. Akan tetapi dalam kaitannya
dengan pembangunan berkesinambungan (sustainable development), pelaksanaan
pembangunan sama sekali tidak dapat diartikan bahwa pembangunan itu boleh berjalan
terus seperti tanah longsor atau banjir yang melabrak apa pun. Pembangunan
berkesinambungan tidak tunduk pada jargon the show must go on.
Sumber yang dikutip terakhir tadi4 Penekanan pada aspek
berkesinambungan pada dasarnya mengandung pengertian bahwa pendayagunaan sumber
harus dilakukan secara bijaksana. Perlu memperhatikan bahwa definisi
berkesinambungan (sustainable) pada dasar mengarahkan agar pemanfaatan sumber daya
saat ini tidak mengorbankan kualitas hidup jangka panjang.
Secara ekonomi alur dalam proses
pembangunan berkesinambungan pada intinya dijelaskan dengan menampilkan Bagan
The Circle of Prosperity. Oleh karena penjelasan secara detail kiranya dapat lebih
dipahami dengan menyimak bagan tersebut.

4
Ibid.hal. 1.34
Hal. 45
The Circle of Prosperity

-akses terhadap pendidikan


dan kesehatan berkualitas
Akan menghasilkan - perumahan yang layak - Diinvestasikan dalam
lingkungan yang bersih - bentuk
peningkatan kapasitas
komunitas

-tenaga kerja dengan


ketrampilan tinggi
- pertumbuhan industri
Akan meningkatkan Pendapatan
-peningkatan upah
- penurunan angka
masyarakat
kemiskinan

Menurut Brundtland Commission5 (World Commission on Environment and


Development yang diketuai oleh Ny. Gro Harlem Brundtland pada 1984. Komisi yang
dipimpinnya sering disebut Brundtland Commission) yang merumuskan dan
mendefinisikan konsep tersebut pada pokoknya mengemukakan prinsip pembangunan
berkelanjutan adalah memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorban pemenuhan
kebutuhan generasi masa depan.
Dari perspektif tersebut atau per definisi setelah disesuaikan dengan segala
kekurangan dan kelebihan masing-masing, pembangunan berkelanjutan tampak setara
dengan pengertian efisiensi yang dikemukakan oleh Vilfredo Pareto, seorang ekonom dan
insinyur dari Italia. Oleh karena itu pandangannya disebut dengan Pareto’s Efficiency.
Vilfredo Pareto pada intinya mendefinisikan efisiensi …. as the economic situation when
the circumstances of one individual cannot be made better without makin situation worse
for another individual. Pareto’s Efficiency takes places when the resources are most
optimally used.6
Hal. 46
Penekanan pada faktor efisiensi menyebabkan pembangunan ekonomi menjadi
tidak mudah pelaksanaan kendati pun modal finansial tersedia tanpa batas. Sepanjang
tidak memenuhi kriteria efisiensi maka pelaksanaan pembangunan dikatakan masih jauh
dari berhasil. Efisiensi yang sesungguhnya merupakan konsep engineering, dewasa ini
telah menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi.

5
Meidia Pratama, 2014. Pembangunan Berkelanjutan, Gagasan, Implementasi dan Kecenderungan
Realitas Di Indonesia. Bandung Magazine, https://www.bandungmagazine.com
6
Definitions of Pareto’s Efficiency, https://economictimes.indiatimes.com
Dalam format yang lebih lengkap indicator berkenaan dengan
keberhasilan pembangunan tersebut adalah sebagai berikut ;
a. Peningkatan kesempatan kerja yang memiliki etika kerja yang baik;
b. Stabilitas harga barang dan jasa sebagai akibat adanya mekanisme pasar yang baik;
c. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tanpa merugikan kesempatan
pertumbuhan di masa mendatang ;
d. Pencapaian kualitas hidup yang lebih baik (pendidikan, kesehatan);
e. Adanya akses yang baik bagi masyarakat terhadap pusat aktivitas ekonomi (major
market areas);
f. Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam proses produksi;7
Hal. 47
Khusus terhadap indikator yang disebutkan terakhir (Peningkatan pemanfaatan
teknologi dalam proses produksi) perlu diberikan sedikit catatan bahwa dalam rangka
peningkatan produksi yang efisien memang sangat tepat apabila diterapkan teknologi-
teknologi yang menghasilkan efisiensi. Namun demikian akan lebih efisien lagi
sekiranya teknologi yang dimaksudkan itu merupakan hasil karya dan milik putra bangsa
sendiri. Rangkaian peraturan perundang-undangan di bidang hak milik
perindustrian (industrial property rights) yang telah diundangkan lengkap dengan
perubahan-perubahannya yang telah dilakukan dengan gencar, idealnya lebih berorientasi
pada tujuan meningkatkan inisiatif masyarakat untuk berkreasi menghasilkan invensi
yang dapat diberikan paten, hak atas merek, hak atas rancangan sirkuit terpadu, hak atas
desain industri.
Sebaliknya apabila idealisasi tersebut tidak terpenuhi maka
perekonomian nasional telah terjebak dalam suatu hubungan hukum milik perindustrian
yang berat sebelah. Celakanya timbangan menunjukkan berat lebih ke arah perlindungan
hukum terhadap para pemilik intellectual property rights yang secara kebetulan dewasa
ini mereka adalah para inventor dari berbagai Negara asing.
Lebih celaka lagi apabila terjerumus
membeli dan membayar royalty untuk paten-paten yang sudah berstatus sebagai public
domain atau terjebak dalam pola hubungan hukum milik perindustrian dalam bentuk
yang disebut dengan pemberian paten dengan pembatasan area pemasaran (restricted
paten area).8 Dengan pola tersebut penerima lisensi paten di suatu Negara dapat
mendayagunakan paten tersebut sama seperti yang dilakukan oleh pemilik paten atau
pemberi lisensi, akan tetapi tidak dapat menjual produk yang dihasilkan dari paten tadi ke
Negara lain. Hal. 48
Pembangunan ekonomi pada dasarnya memiliki tiga tujuan dasar yang hendak
7
Sonny Harry B. Harmadi. Op.cit. hal. 1.34
8
H.S. Kartadjoemena, 1977. Perusahaan Multinasional Dan Beberapa Catatan Dari Segi Profesi
Hukum. Makalah Seminar. Pusat Studi Hukum dan Ekonomi FH UI, Jakarta. Hal. 18.
dicapai, yaitu mengurangi kemiskinan, mengatasi pengangguran, dan pemerataan
pendapatan.9 Dari uraian ini dapat dikemukakan, mengurangi kemiskinan merupakan
tujuan pokok dan utama, sedangkan mengatasi pengangguran dan menciptakan
pemerataan merupakan strategi untuk mewujudkan tujuan pokok.
Pandangan tersebut juga menampakkan hubungan antara tujuan dengan
apa yang harus dilakukan, alat dan strategi apa yang harus dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah dicanangkan. Dari hubungan yang digambarkan itu tampak pula bahwa sesungguhnya
tujuan menentukan peranan. Menurut Soerjono Soekanto 10, peranan merupakan aspek dinamis
dari kedudukan atau status. Peranan adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam
melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya.
Perilaku yang diharapkan dari hukum dalam pembangunan
ekonomi ditentukan oleh tujuan pembangunan ekonomi itu sendiri. Demikianlah strategi
yang dipergunakan untuk menentukan keluasan cakupan peranan hukum dalam
pembangunan ekonomi. Ruang lingkup peranan hukum tersebut berbanding sejajar
dengan tujuan pembangunan ekonomi.
Hanya saja yang sudah menjadi jelas, rupanya
sudah dapat diprediksi bahwa nanti tidak akan ada undang-undang pemberantasan
kemiskinan kendati pun ini merupakan tujuan utama. Berkenaan dengan tujuan tersebut
dapatlah diterima apabila yang dikaryakan itu adalah aturan-aturan hukum yang
berhubungan dengan peningkatan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Semuanya
merupakan legal device dalam rangka mitigasi kemiskinan.

Hal. 49
Sesungguhnya terma peranan merupakan konsep yang sangat melekat dengan
kata kerja dan kata kerja itu sendiri melekat dengan subyek hukum baik orang maupun
badan hukum. Sementara itu tujuan pembangunan ekonomi tidaklah dapat dilepaskan
kaitannya dengan eksistensi hukum hukum sebagai sarana atau alat (legal device).
Implementasi hukum dalam kedudukan seperti itu dipahamkan sebagai konsep fungsi
hukum. Dengan demikian secara garisnya sudah dapat
dikemukakan bahwa ruang lingkup materi pengajaran peranan hukum dalam
pembangunan ekonomi meliputi fungsi-fungsi hukum dan sudah tentu peranan hukum itu
sendiri dalam pembangunan tersebut. Fungsi hukum mencakup aspek yang paling
fundamental yaitu mengatur, sementara peranan hukumnya diimplementasikan dengan
perilaku Negara-pemerintah dalam perekonomian.

9
Sonny Harry B. Harmadi. Loc.cit. hal. 1.34
Soerjono Soekanto, 2012, Sosiologi Suatu Pengantar.
10

Anda mungkin juga menyukai