Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Diky Fazry

NIM :201987085

KELAS : BOR

1. Isnaini mengungkapkan (2006) fisiologi (ilmu faal) adalah salah satu dari cabang
ilmu biologi yang mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan. Istilah
"fisiologi" berasal dari bahasa Belanda, physiologie, yang dibentuk dari dua kata
Yunani kuno yaitu physis, berarti "asal-usul" atau "hakikat" dan logia yang berarti
"kajian. Secara spesifik fisiologi (ilmu faal) berfokus pada bagaimana tubuh
bekerja. Terdapat dua pendekatan untuk menjelaskan kejadian-kejadian yang
berlangsung di tubuh yaitu pendekatan teleologis dan pendekatan mekanistik.
Pendekantan teleologis menjelaskan fungsi-fungsi tubuh berdasarkan pemenuhan
suatu kebutuhan tubuh tanpa mempedulikan bagaimana hasil ini tercapai, jadi
pendekatan teleologis menekankan aspek "mengapa" terhadap suatu kejadian
fisilogis. Pendekatan mekanistik memandang tubuh sebagai suatu mesin yang
mekanisme kerjanya dijelaskan berdasarkan rangkaian sebab akibat proses-proses
fisik dan kimiawi. Dapat disimpulkan fisiologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang bagaimana masing-masing komponen dalam tubuh berkerja secara
sistematis dan terorganisasi sehingga tubuh dapat melakukan aktivitas secara
normal.

Ilmu yang mempelajari bagaimana perubahan fisiologis yang terjadi sebagai


akibat olahraga disebut fisiologi olahraga. kajian terori tentang fisiologi olahraga
ini membahas tentang fungsi-fungsi kerja organ tubuh dan keterlibatan organ
tubuh manusia dalam aktivitas gerak (Giriwijoyo, 2012). Dapat disimpulkan
fisiologi olahraga adalah bagian atau cabang ilmu dari fisiologi yang secara
khusus mempelajari tentang fungsi/cara kerja organ tubuh dan perubahan yang
dapat terjadi baik secara sementara maupun secara menetap karena sebuah
aktivitas fisik (gerak) atau latihan fisik (olahraga). Berdasarkan penjelasan diatas
gerak merupakan dasar dari fisiologi olahraga. maka kajian-kajian atau
pembahasan dalam fisiologi olahraga akan berhubungan dengan organ yang
terlibat dalam pergerakan seperti tulang, otot rangka, sistem respirasi, dan
fisiologi jantung. Sebelum lebih jauh membahas materi-materti tersebut dalam
dibuku ini akan dibahas homeostasis dan sistem energi sebagai dasardari ilmu
fisiologi.
2. a. Perubahan pada Jantung
Jantung akan bertambah besar dan kuat sehingga daya tampung besar dan denyutan
kuat. Kedua hal ini akan meningkatkan efisiensi kerja jantung. Dengan efisiensi kerja
yang tinggi, jantung tak perlu berdenyut terlalu sering. Pada orang yang tidak
melakukan olahraga, denyut jantung rata-rata 80 kali per menit, sedang pada orang
yang melakukan olahraga teratur, denyut jantung rata-rata 60 kali per menit. Dengan
demikian dalam satu menit dihemat 20 denyutan, dalam satu jam 1200 denyutan, dan
dalam satu hari 28.800 denyutan. Penghematan tersebut menjadikan jantung awet, dan
boleh. diharap hidup lebih lama dengan tingkat produktivitas yang tinggi.

B. Perubahan pada Pembuluh darah Elastisitas pembuluh darah akan bertambah


karena timbunan lemak dan berkurangnya penambahan. kontraksi otot dinding
pembuluh darah. Elastisitas pembuluh darah yang tinggi akan memperlancar jalannya
darah dan mencegah timbulnya hipertensi. Disamping elastisitas pembuluh darah
yang meningkat, pembuluh-pembuluh darah kecil (kapiler) akan bertambah padat
pula. Penyakit jantung koroner dapat diatasi dan dicegah dengan mekanisme
perubahan ini. Kelancaran aliran darah juga akan mempercepat pembuangan zat-zat
lelah sebagai sisa pembakaran sehingga bisa diharapkan pemulihan kelelahan yang
cepat. 3. Perubahan pada Paru

C. Elastisitas paru akan bertambah sehingga kemampuan berkembang kempis juga


akan bertambah. Selain itu jumlah alveoli yang aktif (terbuka) akan bertambah dengan
olahraga teratur. Kedua hal diatas akan menyebabkan kapasitas penampungan dan
penyaluran oksigen ke darah akan bertambah. Pernafasan bertambah dalam dengan
frekuensi yang jugalebih kecil. Bersamaan dengan perubahan pada jantung dan
pembuluh darah, ketiganya bertanggung jawab untuk penundaan kelelahan.

D .Perubahan pada Otot


Kekuatan, kelentukan, dan daya tahan otot akan bertambah. Hal ini disebabkan oleh
bertambah besarnya serabut otot dan meningkatnya sistim penyediaan energi di otot.
Lebih dari itu. perubahan pada otot ini akan mendukung kelincahan gerak dan
kecepatan reaksi, sehingga dalam banyak hal kecelakaan dapat dihindari.
E . Perubahan pada Tulang
Penambahan aktivitas enzim pada tulang akan meningkatkan kepadatan, kekuatan,
dan besarnya tulang, selain mencegah pengeroposan tulang.
Permukaan tulang juga akan bertambah. kuat dengan adanya tarikan otot yang terus
menerus.
F . Perubahan pada Ligamentum dan Tendo Kekuatan ligamentum dan tendo akan
bertambah, demikian juga dengan perlekatan tendo pada tulang. Keadaan ini akan
membuat ligamentum dan tendo mampu menahan beban berat dan tidak mudah
cedera.
G . Perubahan pada Persendian dan Tulang
rawan Latihan teratur dapat menyebabkan bertambah tebalnya tulang rawan di
persendian sehingga dapat menjadi peredam (shock absorber) dan melindungi tulang
serta sendi dari bahaya cedera. 8. Perubahan pada Aklimatisasi terhadap Panas
Aklimatisasi terhadap panas melibatkan penyesuaian faali yang memungkinkan
seseorang tahan bekerja di tempat panas. Kenaikan aklimatisasi terhadap panas
disebabkan karena pada waktu melakukan olahraga terjadi pula kenaikan panas pada
badan dan kulit. Keadaan yang sama akan terjadi bila seseorang bekerja di tempat
panas.

3. A. Pada olahraga sepak bola sistem energi yang digunakan adalah sistem aerobik dan
anaerobik. Dilihat dari aktivitas dalam permainan sepak bola selama 2 x 45 menit, jelas
menggunakan sestem energi predominan aerobik. Dalam permainan 2 x 45 menit terdapat
gerakan gerakan yang ekplosif, baik dengan atau tanpa bola. Gerakan-gerakan ekplosif
tersebut dilakukan secara berulang-ulang dengan diselingi waktu recovery yang cukup untuk
bekerjanya sistem aerobik. Tanpa ditunjang dengan sistem aerobik, maka gerakan-gerakan
eksplosif tidak dapat berlangsung dalam waktu relatif lama. Hal ini dikarenakan sistem energi
aerobik tidak cukup untuk mengkafer gerakan-gerakan yang bersifat anaerobik, sehingga
terjadi penurunan intensitas atau berhenti dulu untuk menunggu suplai energi yang
disediakan oleh sistem aerobik. Untuk gerakan-gerakan yang lainnya, seperti jalan, jogging
dan lainya tetap dikafer dengan sistem pembentukan energi aerobik. Besarnya liputan sistem
energi aerobik terhadap sistem anaerobik ini merupakan dasar penentuan sistem predominan
dalam suatu cabang olahraga. Pada cabang olahraga sepak bola, liputan sistem energi aerobik
jauh lebih besar dari pada sistem anaerobik yang tidak dapat diliput, dengan demikian
olahraga sepak bola secara komulatif 2 x menggunakan energi predominannya adalah
aerobik.

B. aerobik adalah proses metabolisme energi dengan menggunakan oksigen. Sistem aerobik
ini utamanya menggunakan glukosa yang merupakan pemecahan karbohidrat sebagai sumber
utama, namun apabila glukosa tubuh sudah habis maka akan digunakan lemak sebagai
sumber pembentukan ATP. bahkan disaat tetentu tubuh dapat menggunakan protein sebagai
sumber energi. Penggunaan protein hanya digunakan saat tertentu dan mendesak, ketika
kelaparan, karbohidrat menurun dan lemak tidak dapat bertahan maka katabolisme protein
untuk menghasilkan energi akan terjadi. Energi aerobik dapat digunakan untuk menyediakan
ATP bila oksigen dalam otot mencukupi dan kerja otot tidak berlangsung cepat dan bertahan
lama. Proses secara aerobik merupakan serangkaian proses yang panjang dan kompleks
sehingga bisa dikatakan lebih rumit dari sistem anaerobik karena sistem ini melibatkana
oksigen juga melibatkan bahan-bahan kimia lainnya. Akan tetapi mampu menghasilkan
energi dalam jumlah yang besar. proses ini membentuk ATP sebanyak 34 ATP sehingga
sistem ini dapat digunakan untuk melakukana aktivitas dalam waktu yang cukup lama (Fox,
1993).

C. tubuh akan lebih efisien menggunakan sistem aerobic dari pada sistem anaerobik, karena
disamping mampu menghasilkan energi lebih besar sehingga bisa membentuk ATP lebih
banyak, juga tidak terjadinya akumulasi asam laktat yang dapat menyebabkan kelelahan.
Akan tetapi sistem aerobik akan terpakai pada intensitas kerja yang rendah dan dalam waktu
yang lama. Sebaliknya apabila intensitas kerja meningkat terutama aktivitas yang dilakukan
dengan cepat dan kuat, maka sistem energi akan berobah memakai sistem glikolisis anaerobik
sebagai efeknya akan terjadi penumpukan asam laktat. Karena itu pada intensitas kerja yang
tinggi tubuh akan cepat mengalami kelelahan dibanding dengan intensitas kerja yang rendah.

D. Latihan fisik yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama pemecahan energi yang
digunakan berasal dari pemecahan lemak. Pada saat berolahraga kompetitif dengan intensitas
tinggi, pengunaan lemak sebagai sumber energi tubuh akibat dari mulai berkurangnya
simpanan glikogen otot dapat menyebabkan tubuh terasa lelah sehingga secara perlahan
intensitas olahraga akan menurun. Hal ini disebabkan karena produksi energi melalui
pembakaran. lemak berjalan lebih lambat jika dibandingkan dengan laju produksi energi
melalui pembakaran karbohidrat walaupun pembakaran lemak menghasilkan energi yang
lebih besar (9kkal/gr) jika dibandingan dengan pembakaran karbohidrat (4 kkal/gr). Beta
oksidasi merupakan proses kimiawi yang mengubah lemak (asam lemak) menjadi ATP
(Adenosin Triphospat), banyak ATP yang dihasilkan bergantung pada banyaknya atom C
(Carbon) dari jenis lemak tertentu. Misalnya asam lemak mengandung 6 atom C akan
menghasilkan 45 ATP, asam palmitat memiliki 16 atom C akan menghasilkan 130 ATP,
sedangkan asam stearat yang mengandung 20 atom C akan menghasilkan 164 ATP (Djoko
Pekik Irianto, 2007: 39). Lemak merupakan bentuk persediaan energi yang terbanyak
dibandingkan dengan persediaan karbohidrat sebagai sumber enerul, besarnya persediaan
elmak kira-kira 40 kali lebih banyak. Lemak 26 dari 87 n energi bila O cukup. Lemaki dapat
menghasilkan energi hanya pada olahraga yang bersifat aerobik, seperti lari marathon
(Sockarman, 1987: 42)

4. A. Tulang atau kerangka adalah penopang tubuh vertebrata. Tanpa tulang, pasti tubuh kita
tidak bisa tegak berdiri. Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan, berlangsung
terus sampai dekade kedua dalam susunan yang teratur. Tulang merupakan jaringan
kompleks yang terdiri atas sel dan matriks. Matriks tulang dibentuk oleh serat-serat dan
subtansi dasar yang mengandung garam garam mineral (Subagyo, 2010).

Tulang merupakan jaringan kompleks yang terdiri atas sel dan matriks. Matriks tulang
dibentuk oleh serat-serat dan subtansi dasar yang mengandung garam garam mineral. Tulang
sebagai unsur pokok kerangka tubuh memiliki fungsi antara lain untuk memberi bentuk
tubuh, menyangga tubuh, sebagai pengungkit (tuas) dalam pergerakan sendi. melindungi
organ dalam, sebagai cadangan kalsium dan fosfat, tempat melakatnya otot, alat gerak pasif
yang bergerak dengan bantuan otot, memiliki sumsum tulang sebagai tempat pembentukan
sel darah.

B. Peningkatan pembentukan tulang karena latihan fisik lebih terlihat pada masa
pertumbuhan tulang dibandingkan dengan saat dewasa. Mekanisme biologis untuk fenomena
ini belum sepenuhnya dipahami, tetapi mungkin terkait dengan fakta bahwa selama masa
pertumbuhan, permukaan tulang ditutupi oleh osteohlas aktif yang lebih banyak daripada
masa dewasa. Perluasan periosteal terjadi terutama selama masa pertumbuhan, sehingga masa
anak-anak dan remaja memberikan kesempatan untuk secara signifikan meningkatkan
pertumbuhan periosteal dengan olahraga. Sehingga dapat disimpulkan olahraga selama
pertumbuhan dan dewasa muda juga dapat mengurangi risiko patah tulang dan osteoporosis.
Lebih lanjut Junqueira (2007) menjelaskan tulang dapat dibentuk dengan dua cara yaitu:
mineralisasi langsung dari matriks yang disekresi osteoblas (osifikasi intramembranosa) atau
deposisi matriks tulang pada matriks tulang rawan yang sudah ada (osifikasi endokondral).

C. Proses osifikasi endokral merupakan proses yang mencakup pergantian tulang rawan
dengan tulang, paling jelas terlihat pada tulang panjang. Pembentukan tulang diawali pada
daerah perikondrium yang melingkari bagian tengah diafisis. Perikondrium berfungsi
osteogenik dan menjadi osteoblas yang mulai membentuk tulang secara intramembranosa.
Pada tahap berikut tulang rawan mengalami proses degeneratif kemudian osteoblas melekat
pada matriks tulang yang telah mengapur dan menghasilkan lapisan-lapisan tulang primer
yang mengelilingi sisa matriks tulang rawan. Pada proses selanjutnya terbentuk pusat
osifikasi primer dan kemudian muncul pusat osifkasi sekunder di bagian ujung yang
membesar pada epifisis. Selama perluasan dan remodeling berlangsung pusat osifikasi
sekunder dan primer membentuk rongga yang secara berangsur diisi dan dipenuhi oleh
sumsum tulang. Pertumbuhan memanjang tulang terjadi melalui proliferasi kondrosit dalam
lempeng epifisis, pada waktu yang bersamaan kondrosit pada diafisis mengalami hipertropi
kemudian matriksnya mengalami pengapuran. Osteoblas meletakan selapis tulang primer
pada matriks yang mengapur tersebut.

Pada saat bayi dan remaja, tulang panjang bertumbuh memanjang sepenuhnya oleh karena
pertumbuhan pada lempeng pertumbuhan epifisis dan semua pertumbuhan tulang yang
menebal terjadi akibat suatu proses yang disebut. appositional growth (proses pertumbuhan
dimana ketebalan tulang meningkat). Hampir semua tulang pertumbuhannya berhenti saat
masa remaja atau menginjak dewasa. Pertumbuhan pesat tulang terjadi pada saat manusia
mengalami pubertas,

5. Dilihat dari serabutnya, maka otot sketel di bagi menjadi dua tipe yaitu serabut otot lambat
(slow twitch) dan serabut otot cepat (fast twitch). Serabut otot cepat dibagi kedalam dua
bagian fast twitch A dan fast twitch B. Slow twitch warnanya lebih merah sebab kandungan
myoglobinya lebih tinggi karena kepadatan kapilernya juga lebih banyak dibanding fast
twitch. Dikatakan otot lambat karena kecepatan kontraksinya lebih lambat dibanding fas
twitch. Namun demikian daya tahan otot ini lebih tinggi karenan itu cocok untuk cabang
olahraga yang menuntut daya tahan tinggi dan tidak menuntut kacepatan maksimal (Nawawi,
2008).

Anda mungkin juga menyukai