TUGAS UTS : EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
Judul Volume sedimen dan valuasi ekonomi sumber
daya air embung di kota Kupang Tahun 2014 Penulis Maxi Nikodemus Dethan, Johanis Kallau, marthen Roby Pelokilla Reviewer Muh Arif Amri Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk menghitung jumlah sedimen dalam kantung embung dan menghitung valuasi ekonomi sumberdaya air embung yang memberikan efek yang merugikan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan airkarena volume air yang berkurang disebabkan banyaknya sedimen (endapan) dalam kantung embung, yang pada akhirnya menurunkan pendapatan masyarakat sekitar embung Subjek penelitian 3 (tiga) embung di Kota Kupang, yaitu embung Nononesnab dan Nonopasi di Kelurahan Alak serta embung Metode penelitian Untuk menghitung Nilai ekonomi total atau total economic value (TEV) berdasarkan metode WTP yang dapat diartikan sebagai berapa besar orang mau membayar untuk memperbaiki lingkungan yang rusak (kesediaan konsumen untuk membayar) Hasil penelitian Rekapitulasi hasil perhitungan total WTP menunjukan bahwa semakin tinggi penawaran penambahan pembangunan embung baru, semakin rendah tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar. Hal ini terjadi karena masyarakat merasakan bahwa semakin banyak embung yang dibangun, maka kebutuhan akan air cepat terpenuhi, sehingga suatu waktu tidak diperlukan embung baru dan masyarakat tidak bersedia membayar lagi. Dilihat dari keinginan masyarakat untuk membayar menunjukan bahwa masyarakat ingin memelihara embung untuk kelangsungan hidup mereka. Semakin tinggi nilai ekonomi untuk embung, maka petani bersedia berkorban untuk pemeliharaan embung, dan kalau embung terpelihara maka tentu saja mengurangi laju sedimen dan sedimen akan berkurang dalam kantung embung. Kesimpulan 1. Jumlah sedimen yang terjadi pada ke 3 embung lokasi penelitian sudah sangat mengancam ketersediaan air bagi kebutuhan masyarakat, sehingga perlu dilakukan pengerukan untuk mengeluarkan sedimen tersebut. 2. Dari hasil nilai valuasi ekonomi sumberdaya air embung menunjukkan bahwa semakin tinggi penawaran penambahan pembangunan embung baru semakin rendah tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar. Hal ini terjadi karena masyarakat merasakan bahwa semakin banyak embung yang dibangun, maka kebutuhan akan air cepat terpenuhi, sehingga suatu waktu tidak diperlukan embung baru dan masyarakat tidak bersedia membayar lagi.
Judul Valuasi ekonomi sumber daya hutan mangrove
di desa palaes kecamatan likupang barat kabupaten minahasa utara Tahun 2011 Penulis Benu Olfie l. Suzana, Jean Timban, Rine Kaunang, Fandi ahmad Reviewer Muh Arif Amri Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian ekonomi terhadap ekosistem hutan mangrove, serta kontribusinya terhadap masyarakat di wilayah lokasi penelitian mangrove di Desa Palaes, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara. Subjek penelitian Ekosistem hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam wilayah pesisir yang mempunyai peranan penting ditinjau dari sudut sosial, ekonomi, dan ekologis. Metode penelitian Penilaian ekonomi sumberdaya mangrove dilakukan dengan menggunakan dua tahap pendekatan: (1). Identifikasi manfaat dan fungsi-fungsi sumberdaya hutan mangrove. (2). Kuantifikasi seluruh manfaat dan fungsi ke dalam nilai uang. Hasil penelitian Manfaat Langsung Berdasarkan hasil identifikasi, manfaat hutan mangrove yang dapat langsung dikonsumsi mencakup manfaat hasil hutan kayu, manfaat penangkapan hasil perikanan, serta manfaat pengambilan daun nipah. Hal ini berarti bahwa apabila dilakukan eksploitasi terhadap kayu yang ada maka manfaat lain dari hutan mangrove akan berkurang atau bahkan hilang. Manfaat tidak langsung dari hutan mangrove sebagai penahan abrasi disetimasi melalui replacement cost dengan pembangunan bangunan pemecah gelombang (break water). Hal ini dikarenakan bangunan pemecah ombak tersebut sudah dapat menggantikan fungsi dari hutan mangrove sebagai pemecah gelombang pada sepanjang garis pantai Desa Palaes, sehingga manfaat tidak langsung mangrove sebagai penahan abrasi adalah sebesar Rp53.358.137.418 Nilai tersebut kemudian dibagi 5 guna mendapatkan nilai per tahunnya. Dengan demikian manfaatnya adalah sebesar Rp10.671.627.483 per tahun. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai ekonomi total hutan mangrove di Desa Palaes sebesar Rp10.888.218.123 per tahun, yang dihitung dari manfaat langsung (Rp175.293.000 per tahun), manfaat tidak langsung (Rp10.671.627.483 per tahun) dan manfaat pilihan (Rp.41.297.640 per tahun). 2. Jika potensi kayu di eksploitasi didapat keuntungan sebesar Rp273.617.273 per tahun. Dapat disimpulkan bahwa jika hutan mangrove dipertahankan, maka keuntungan akan 39.8 kali lebih besar dibandingkan mengeksploitasi sumberdaya alam hutan mangrove Desa Palaes. 3. Berdasarkan perhitungan INP untuk mengetahui eksistensi suatu jenis dalam suatu komunitas yang dikaji, hutan mangrove Desa Palaes didominasi oleh jenis Rhizophora sebesar 109.499. Data INP dari jenis lainnya secara berturut-turut yaitu jenis Brugiera sebesar 58.088, jenis Ceriops sebesar 57.492, jenis Xilocarpus sebesar 41.491, jenis Sonneratia sebesar 20.860 dan jenis Avicennia sebesar 12.860. Judul Valuasi ekonomi sumberdaya alam lingkungan pesisir kota bontang Kalimantan timur Tahun 2008 Penulis Juni Astuti, M. nurdin dan Ahmad Munir Reviewer Muh Arif Amri Tujuan Penelitian Valuasi ekonomi dilakukan dengan tujuan untuk menjadi masukan neraca sumberdaya alam pesisir untuk meningkatkan upaya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pesisir dan kelautan di Kota Bontang Subjek penelitian Cakupan pembahasan dalam makalah ini hanya pada tiga sumberdaya yang telah disebutkan yaitu: sumberdaya mangrove, terumbu karang dan perikanan tangkap dan lahan pesisir. Metode penelitian metoda yang digunakan untuk melakukan valuasi dari ketiga sumberdaya tersebut. Metoda ini mengikuti metoda yang telah digunakan oleh Suparmoko dkk (2005). Nilai Ekonomi Hutan Mangrove Nilai ekonomi kayu hutan mangrove dapat dihitung dengan rumus [ ] ( )( ) Vkm = Lu × Q + Ltu ×α × Rkm /1/ Hasil penelitian Dengan memperhitungkan nilai ekonomi hutan mangrove, terumbu karang dan ikan tangkap dan lahan pesisir maka diperoleh nilai ekonomi total kawasan pesisir Bontang yaitu Rp 2.411.030.273.298,- atau 2,4 Trilliun Rupiah. Nilai ini belum memperhitungkan nilai keindahan, keaslian dan keunikan kawasan pesisir yang mempunyai potensi pengembangan pariwisata Kesimpulan 1. Dengan memperhitungkan nilai ekonomi hutan mangrove, terumbu karang, ikan tangkap dan lahan pesisir maka diperoleh nilai ekonomi total kawasan pesisir Bontang Rp. 2.411.030.273.298,- atau 2,4 Trilliun Rupiah. 2. Dengan memperhatikan besarnya potensi dan hasil valuasi ekonomi tersebut, maka menjadi keharusan untuk memperhatikan aspek nilai ekonomi dalam kegiatan pembangunan di pesisir Bontang. Nilai tersebut dapat menjadi patokan untuk kegiatan pengembangan masyaraka untuk industri besar yang beroperasi di Bontang (PT. Badak dan PT. Pupuk Kaltim dan PT. Indominco). Judul Valuasi Ekonomi sumberdaya alam pantai sidem Tahun 2015 Penulis Abdul Muqsith Reviewer Muh Arif Amri Tujuan Penelitian melalui studi valuasi ekonomi untuk memahami sejauh mana sumberdayada alam yang berada dalam kawasan pantai Sidem memberikan manfaat baik itu manfaat langsung maupun tidaklangsung, manfaat ekonomi ataupun manfaat non ekonomi. Hal ini berguna sebagai dasar argumentasi bagi pentingnya instrumen ini diterapkan di berbagai wilayah pesisir di Indonesia.Tujuan penelitian ini ini adalah menganalisis nilai ekonomi sumber daya alam dan lingkungan khususnya di kawasan Pantai Sidem. Subjek penelitian Lokasi penelitian difokuskan pada kawasan Pantai Sidem yang terletak di wilayah administrasi Desa Basole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur, Metode penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei. Data dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara langsung responden untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi pola pemanfaatan sumberdaya serta mengetahui nilai dari sumberdaya yang diukur dari kesediaan masyarakat untuk membayar atau menerima suatu perubahan lingkungan. Analis data menggunakan teknik valuasi ekonomi untuk menghitung nilai total ekonomi (Total Economic Value/ TEV) dari sumberdaya perikanan perairan pesisir. Hasil penelitian Hasil analisis nilai total ekonomi sumberdaya alam Pantai sidem adalah Rp. 99.803.263.236. Sumbangan ekonomi terbesar berasal dari penangkapan ikan mencapai 64,6 miliar atau 64,7%. Penangkapan ini terdiri dari beberapa alat tangkap yaitu Jaring Titil, Pancing, Incamida (jaring kantong), Beach seine dan penangkapan lobster. Selanjutnya diikuti dari sektor pariwisata mencapai 19 miliar (19%), dan selanjutnya dari pohon kelapa mencapai 14 miliar (14,19% Kesimpulan Dari hasil valuasi ekonomi Sumber Daya Alam Pantai Sidem, dapat disimpulkan bahwa sektor penangkapan masih memberikan sumbangan terbesar dalam perekonomian di Pantai Sidem. Dan apabila kondisi sumberdaya ikan sudah mulai habis/over fishing akan mempengaruhi kehidupan masyarakat Sidem. Kegiatan dalam sektor pariwisata juga memberikan sumbangan yang cukup sesar dalam perekonomian masyarakat Sidem. Sektor pertanian perlu ditingkatkan dengan intensifikasi lahan sehingga sektor ini lebih bisa menjanjikan jika kondisi sumberdaya ikan semakin berkurang.
Judul Pendekatan valuasi ekonomi untuk menghitung
dampak ekonomi akibat tumpahan minyak di wilayah pesisir dan laut Tahun 2017 Penulis Andrian Ramadhan, SitiHajar Suryawati dan sonny koehendrajana Reviewer Muh Arif Amri Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menyusun pedoman perhitungan dampak kerugian akibat tumpahan minyak dengan pendekatan valuasi ekonomi. Subjek penelitian Secara total nilai dampak ekonomi dihitung dengan memasukkan tiga komponen yaitu biaya kerugian ekonomi yang dikompensasi, biaya rehabilitasi dan biaya administrasi penghitungan kerugian Metode penelitian Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan teknik analisis isi (content analysis). Analisis isi merupakan teknik yang dapat menyajikan data secara obyektif, sistematis dan deskripsi kuantitatif dari suatu konten. Teknik ini juga membuat peneliti dapat melakukan suatu test terhadap teori dalam rangka memahami suatu data (Elo & Kyngas, 2007). Pada analisis isi konteks dari suatu dokumen, artikel, atau buku diperhatikan sehingga tersaji dalam suatu paparan yang jelas. Hasil penelitian Prinsip pencemar membayar memberi arti bahwa setiap pencemar memiliki kewajiban untuk menanggung biaya yang dibutuhkan untuk penanganan dan pemulihan lingkungan dari dampak lingkungan yang ditimbulkan. Prinsip ini awalnya diadopsi oleh Organization For Economic Co-Operation and Development (OECD) pada tahun 1972 yang mengatur tentang pengalokasian biaya dari pengendalian polusi yang seharusnya ditanggung oleh pencemar (OECD, 1992). Alokasi biaya ini terdiri dari biaya pencegahan dan kontrol terhadap polusi, administrasi penghitungan dampak polusi dan biaya kerusakan yang ditimbulkan. Mereka yang harus bertanggung jawab termasuk dari kejadian yang disengaja, kelalaian dan atau kecelakaan. negara tidak sepatutnya menanggung beban pencemaran yang dilakukan oleh suatu pihak. Pencemarlah yang berkewajiban untuk memberikan alokasi pembiayaan mulai dari penilaian, penanggulangan, rehabilitasi sampai dengan dampak ekonomi yang ditimbulkan. Meski demikian, negara juga tidak boleh abai terhadap pencemaran yang terjadi. Kesimpulan Dampak ekonomi yang timbul akibat terjadinya tumpahan minyak tidak sepantasnya menjadi beban negara. Pencemar harus bertanggungjawab baik karena kejadian yang bersifat tidak disengaja, kelalaian atau kecelakaan. Prinsip pencemar membayar juga telah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku baik secara internasional maupun nasional