JUDUL
"Kerajaan Majapahit"
Kelas: X MIPA 2
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas
makalah Sejarah Indonesia tepat pada waktunya.
Dan tak lupa pula kita kirimkan Shalawat beserta Salam kepada Nabi Muhammad
SAW dengan ucapan “Allahumma Sholli ‘Ala Sayyidina Muhammad “.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ Tak Ada Gading Yang Tak Retak “, oleh
karena itu harap dimaklumi apabila ada salah kata dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata, kami aberharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Aamiin.
ii
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................... ¡
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................. 1
D. Manfaat.............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
C. Sumber-sumber Sejarah...................................................................... 5
E. Kejayaan Majapahit........................................................................... 10
A.Kesimpulan......................................................................................... 14
B.Saran.................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 15
LAMPIRAN..................................................................................................... 15
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
• Untuk mengetahui kehidupan di Kerajaan Majapahit.
• Untuk mengetahui peninggalan sejarah dari Kerajaan Majapahit.
• Untuk mengetahui masa kejayaan dan keruntuhan Majapahit.
D. Manfaat
2
BAB II PEMBAHASAN
3
Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam
Pararaton. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang
melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia
dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian
pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu
dihukum mati. Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.
4
C. Sumber Sejarah
a.Kehidupan Politik
1) Raden Wijaya
Berdirinya kerajaan Majapahit adalah usaha dan perjuangan Raden
Wijaya dibantu pengikutnya. Ia mampu memanfaatkan kedatangan tentara
Cina Mongol (Kubilai Khan) yang datang ke pulau jawa untuk menghukum
Kertanegara. Kedatangan pasukan Kubilai Khan, dimanfaatkan untuk
menyerang Jayakatwang di Kediri,sehingga kekalahan Kertanegara dapat
terbalaskan karena Jayakatwang akhirnya meninggal di Ujung Galuh.
Sedangkan pasukan Kubilai Khan melalui tipu muslihat Raden Wijaya dapat
diusir dari pulau Jawa tahun 1293.
Raden Wijaya diangkat menjadi raja pertamanya dengan gelar Sri
Kertajasa Jayawardhana. Di kerajaan Majapahit telah dapat berjalan dengan
5
baik.namun pada awal pemerintahannya terjadi beberapa pemberontakan yang
dilakukan oleh teman seperjuangannya dulu. Mereka merasa tidak puas
terhadap kedudukan yang diperolehnya. Para pelaku pemberontakan itu antara
lain Sora dan Ranggalawe. Pada tahun 1309, Raden Wijaya meninggal dunia.
la dimakamkan di dua tempat yaitu 'di Antapura dalam bentuk Jina (Budha)
dan di Candi Simping (Blitar) dalam bentuk Wisnu-Syiwa.
2) Raja Jayanegara
Setelah Raden Wijaya wafat, putra permaisuri Tribuwaneswari yang
bernama Jayanegara menggantikannya sebagai Raja Majapahit. Pada awal
pemerintahannya Jayanegara harus menghadapi sisa pemberontakan yang
meletus di masa ayahnya masih hidup. Selain pemberontakan Kuti dan Sumi,
Raja Jayanegara diselamatkan oleh pasukan pengawal (Bhayangkara) yang
dipimpin oleh Gajah Mada ia kemudian diungsikan ke Desa Bedager. Sebagai
penghargaan atas jasanya itu, Gajah Mada diangkat menjadi patih di
Kahuripan (1319 - 1321) dan kemudian di Daha (1321 - 1322), serta Kediri
(1322-1330). Raja Jayanegara wafat tahun1328 karena dibunuh oleh salah
seorang anggota dharmaputra yang bernama Tanca.
3) Ratu Tribhuana
Setelah meninggalnya Raja Jayanegara, takhta kerajaan dipegang oleh
Gayatri (permaisuri Raden Wijaya). Tetapi, karena Gayatri telah menjadi
biksuni maka takhta Kerajaan Majapahit dipedang oleh putrinya yang
bernama Tribuana sebagai yakamanggala (wakil raja).
Pada masa pemerintahan Ratu Tribhuana juga terjadi pemberontakan.
Pemberontakan itu dikenal dengan nama pemberontakan Sadeng (1331).
Patih Arya Tadah mengusulkan agar yang memimpin pasukan untuk
menumpas pemberontakan itu adalah Gajah Mada. Usul itu disetujui oleh
Ratu Tribhuana. Gajah Mada kemudian memimpin pasukan Majapahit dengan
dibantu oleh pasukan Kerajaan Melayu yang dipimpin oleh Sadeng. Sebagai
penghargaan atas jasanya itu, Gajah Mada diangkat menjadi Patih
Mangkubumi Kerajaan Majapahit (1331). Pada saat pengangkatannya Gajah
Mada mengucapkan sumpahnya yang terkenal dengan sebutan Sumpah Palapa.
Artinya Gajah Mada tidak akan hidup bermewah-mewah sebelum Nusantara
berhasil disatukan di bawah panji Kerajaan Majapahit.
Pada tahun 1334, lahirlah putra mahkota Kerajaan Majapahit yang
diberi nama Hayam Wuruk. Pada tahun 1350, Ratu Tribuanatunggadewi
mengundurkan diri setelah berkuasa 22 tahun. la wafat pada tahun 1372. Pada
6
tahun 1350, Hayam Muruk dinobatkan sebagai raja Majapahit dan bergelar Sri
Rajasanagara. Gajah Mada diangkat sebagai Patih Hamangkubumi.
4) Raja Hayam Wuruk
Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Kerajaan
Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan Majapahit menguasai
wilayah yang sangat luas. Hampir seluruh wilayah. Nusantara tunduk pada
Majapahit. Gajah Mada meninggal tahun 1364. Meninggalnya Gajah Mada
menjadi titik tolak kemunduran Majapahit. Setelah Gajah Mada tidak ada
negarawan yang kuat dan bijaksana. Keadaan semakin memburuk setelah
Hayam Wuruk juga meninggal pada tahun 1389.
5) Raja Wikrama Wardhana
Setelah Raja Hayam Wuruk meninggal dunia, takhta Kerajaan
Majapahit dipedang oleh putrinya yang bernama Kusuma Wardhani. la
kemudian menikah dengan Wikrama Wardhana. Wikrama Wardhana
langsung menjalankan roda pemerintahan Kerajaan Majapahit atas nama
permaisurinya.
Di samping Kusuma Wardhani, Raja Hayam Wuruk juga mempunyai
putra yang terlahir dari selirnya. Anak yang lahir dari selir itu bernama
Wirabhumi. Ia diberi wilayah kekuasaan di ujung timur Pulau Jawa, yaitu
daerah Blambangan.
Pada tahun 1400, Kusuma Wardhani meninggal, sedangkan Wirakama
Wardhana berkeinginan untuk menjadi biksu. Sebagai pengganti, Wikrama
wardhana mengangkat putrinya yang bernama. Suhita menjadi penguasa
Majapahit. Pengangkatan Suhita ini ditentang oleh Wirabhuni, akibatnya
meletuslah Perang Paregreg (1401 - 1406). Dalam perang itu, Wirabhumi
berhasil dikalahkan dan keamanan Majapahit berhasil dipulihkan kembali.
Setelah masa pemerintahan Suhita terdapat beberapa raja yang pernah
memerintah Kerajaan Majapahit.
1. Kertawijaya, adik Suhita
2. Sn Rajasawardhana
3. Girindrawardhana, anak dari Kertawijaya
4. Sri Singhawikramawardhana
5. Girindrawardhana Dyah Ranawijaya (Raja Brawijaya V)
b. Kehidupan Ekonomi
7
Menelusuri jejak kehidupan ekonomi kerajaan Majapahit bisa kita
ketahui dari peninggalan-peninggalan yang berhasil ditemukan. Contohnya dari
kitab-kitab dan prasasti yang memuat isi kehidupan di kerajaan Majapahit.
8
c. kehidupan Sosial
Namun terdapat golongan lain di luar lapisan tersebut, yaitu Candala, Melccha,
dan Tuccha. Golongan tersebut merupakan orang-orang terbawah dari lapisan
sosial masyarakat di kerajaan Majapahit. Brahmana adalah kaum pendeta,
kesatria merupakan keturunan raja atau pewaris raja, waisya terdiri dari
pedagang dan orang-orang yang menggeluti bidang pertanian dan peternakan,
sedangkan kaum Sudra adalah budak.
d. Kehidupan Agama
Pada masa Kerajaan Majapahit berkembang agama Hindu Syiwa dan Buddha.
Kedua umat beragama itu memiliki toleransi yang besar sehingga tercipta
kerukunan umat beragama yang baik. Raja Hayam Wuruk beragama Syiwa,
sedangkan Gajah Mada beragama Buddha. Namun, mereka dapat bekerja sama
dengan baik. Rakyat ikut meneladaninya, bahkan Empu Tantular menyatakan
bahwa kedua agama itu merupakan satu kesatuan yang disebut Syiwa-Buddha.
Hal itu ditegaskan lagi dalam Kitab Sutasoma dengan kalimat Bhinneka
Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa. Artinya, walaupun beraneka
ragam, tetap dalam satu kesatuan, tidak ada agama yang mendua.
9
keagamaan yang disebut dharmmaupatti. Pejabat itu, pada zaman Hayam
Wuruk yang terkenal ada tujuh orang yang disebut sang upatti sapta. Di
samping sebagai pejabat keagamaan, para upatti juga dikenal sebagai
kelompok cendekiawan atau pujangga. Misalnya, Empu Prapanca adalah
seorang Dharmmaddhyaksa dan juga seorang pujangga besar dengan kitabnya
Negarakertagama. Untuk keperluan ibadah, raja juga melakukan perbaikan dan
pembangunan candi-candi.
E. Kejayaan Majapahit
Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada,
Majapahit mencapai zaman keemasan. Wilayah kekuasaan Majapahit sangat
luas, bahkan melebihi luas wilayah Republik Indonesia sekarang Oleh karena
itu, Muhammad Yamin menyebut Majapahit dengan sebutan negara nasional
kedua di Indonesia. Seluruh kepulauan di Indonesia berada di bawah
kekuasaan Majapahit. Hal ini memang tidak dapat dilepaskan dari kegigihan
Gajah Mada. Sumpah Palapa, ternyata benar-benar dilaksanakan. Dalam
melaksanakan cita-citanya, Gajah Mada didukung oleh beberapa tokoh,
misalnya Adityawarman dan Laksamana Nala. Di bawah pimpinan Laksamana
Nala Majapahit membentuk angkatan laut yang sangat kuat. Tugas utamanya
adalah mengawasi seluruh perairan yang ada di Nusantara. Di bawah
pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mengalami kemajuan di berbagai
bidang.
10
F. Peninggalan Kerajaan Majapahit
1) Candi
2) Karya Sastra
11
(6) Kita Usana Jawa menceritakan penaklukkan Bali oleh Gajah Mada
dan Arya Damar.
3) Prasasti
12
desa itu diberi kedudukan perdikan dan bebas dari kewajiban membayar
pajak, tetapi diwajibkan memberi semacam sumbangan untuk
kepentingan upacara keagamaan dan diatur oleh Panji Margabhaya Ki
Ajaran Rata, penguasa tempat penyeberangan di Canggu, dan Panji
Angrak saji Ki Ajaran Ragi, penguasa tempat penyeberangan di Terung.
13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Makalah ini tentulah masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya
sangat membutuhkan kontribusi kritik dan saran dari pembaca agar dijadikan
sebagai intropeksi bagi makalah ini untuk menjadi lebih baik lagi.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://nesaci.com/sejarah-lengkap-kerajaan-majapahit
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majapahit
https://ips.pelajaran.co.id/prasasti-peninggalan-kerajaan-majapahit
LAMPIRAN
15
Prajnaparamita, dan Sri Paduka
Rajapadni Dyah Dewi Gayatri,
serta menyebutkan anaknya
dari permaisuri bernama Sri
Jayanegara yang dijadikan raja
muda di Daha.
16
Prasasti Karang Menyebutkan tentang
Bogem (1387 M) pembukaan daerah perikanan
di Karang Bogem. Prasasti
Marahi Manuk (tt) dan Prasasti
Parung (tt) Mengenai sengketa
tanah, persengketaan ini
diputuskan oleh pejabat
kehakiman yang menguasai
kitab kitab hukum adat
setempat.
17
Prasasti Biluluk Biluluk, yang terdapat dalam 3
versi yakni Biluluk I (1366 M),
Biluluk II (1393 M), Biluluk
III (1395 M) dan Biluluk IV.
Sesuai dengan nama daerah
tempat ditemukannya, yakni
Desa Bluluk, Lamongan, Jawa
Timur.
18
Prasasti Butulan Prasasti Butulan adalah
(1298 M) prasasti dari kerajaan
Majapahit yang ditemukan di
pegunungan Kapur Utara,
Kabupaten Gresik, Jawa
Timur.
19
Prasasti Prasasti Prapancasapura adalah
Prapancasarapura prasasti dari kerajaan
(1320 M) Majapahit yang ditemukan di
wilayah Jinawa. Prasasti ini
bertuliskan nomor 1320 M dan
diterbitkan oleh
Tribhuwanatunggadewi.
Prasasti ini menceritakan
Hayam Wuruk sebelum
diangkat menjadi raja, ia
sebelumnya bernama
Kummaraja Jiwana.
20
Prasasti Jiwu Prasasti Jiwu menceritakan
(1486 M) peresmian hibah tanah
Trailokyapuri kepada Sri
Brahmana Ganggadara.
Peninggalan kerajaan
Majapahit berikutnya adalah
prasasti Jiwu. Prasasti ini
memiliki nomor pada 1416
Saka atau 1486 AD yang
dikeluarkan oleh
Trailokyapuri.
21