Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

JUDUL

"Kerajaan Majapahit"

Disusun oleh kelompok 8:

1. Airin Nur Adilla Widyastuti (01)

2. Alifiana Kharisqika (02)

3. Fhasya Azzahra (15)

4. Vinka Ananda Dillavia (36)

Kelas: X MIPA 2

SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas
makalah Sejarah Indonesia tepat pada waktunya.

Dan tak lupa pula kita kirimkan Shalawat beserta Salam kepada Nabi Muhammad
SAW dengan ucapan “Allahumma Sholli ‘Ala Sayyidina Muhammad “.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ Tak Ada Gading Yang Tak Retak “, oleh
karena itu harap dimaklumi apabila ada salah kata dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata, kami aberharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Aamiin.

ii
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................... ¡

KATA PENGANTAR..................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1

C. Tujuan................................................................................................. 1

D. Manfaat.............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya kerajaan Majapahit.............................................. 3

B. Letak dan Wilayah.............................................................................. 4

C. Sumber-sumber Sejarah...................................................................... 5

D. Kehidupan di Kerajaan Majapahit...................................................... 5

E. Kejayaan Majapahit........................................................................... 10

F. Peninggalan Kerajaan Majapahit......................................................... 11

G. Keruntuhan Kerajaan Majapahit………………………..................... 13

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan......................................................................................... 14

B.Saran.................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 15

LAMPIRAN..................................................................................................... 15

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur,


Indonesia yang pernahberdiri dari sekitar tahun 1293 hingga1550 M. Kerajaan
ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai
wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang
berkuasa dari tahun 1350 hingga1389. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan
Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai
salahsatu dari negara terbesar dalam sejarah Menurut Negarakertagama,
kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung, Malaya, Kalimantan,
hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.

Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit,


dan sejarahnya tidakjelas. Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan
adalah Pararaton ('Kitab Raja-raja')dalam bahasa Kawai dan Nagarakretagama
dalam bahasa Jawa Kuno. Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri
Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai
terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi
Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan
HayamWuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas. Selain itu,
terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah
dari Tiongkok dan negara-negara lain.

B. Rumusan Masalah

• Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit ?


• Dimanakah letak wilayah Kerajaan Majapahit ?
• Darimanakah sumber-sumber sejarah Kerajaan Majapahit ?
• Bagaimana kehidupan di Kerajaan Majapahit ?
• Apa saja peninggalan sejarah dari Kerajaan Majapahit ?
• Bagaimana masa kejayaan dan keruntuhan Kerajaan Majapahit ?

C. Tujuan

• Untuk mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit.


• Untuk mengetahui letak wilayah Kerajaan Majapahit.
• Untuk mengetahui sumber-sumber sejarah Kerajaan Majapahit.

1
• Untuk mengetahui kehidupan di Kerajaan Majapahit.
• Untuk mengetahui peninggalan sejarah dari Kerajaan Majapahit.
• Untuk mengetahui masa kejayaan dan keruntuhan Majapahit.

D. Manfaat

Manfaat pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan


kita tentang sejarah Kebudayaan Majapahit.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Majapahit

Sebelum berdirinya Majapahit. Singhasari telah menjadi kerajaan


paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti
Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari
yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir
menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan
merusak wajahnya dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu
memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.

Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan


membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan
pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang
menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang
membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin
mengabdi kepada Jayakatwang. Jawaban dari surat di atas disambut dengan
senang hati. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan
itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya
diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan
Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur
melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden
Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka
menarik pulang kembali pasukannya secara kalang kabut karena mereka
berada di negeri asing. Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka
untuk menangkap angin muson agar dapat pulang, atau mereka terpaksa harus
menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.

Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan


Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15
bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November
1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan
ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk
Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun
pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini
didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi. Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra

3
Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam
Pararaton. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang
melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia
dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian
pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu
dihukum mati. Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.

Putra dan penerus Wijaya adalah Jayanegara. Pararaton


menyebutnya Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Kira-kira pada
suatu waktu dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia,
Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun
1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya. Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri
Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih
mengundurkan diri dari istana dan menjadi bhiksuni. Rajapatni menunjuk
anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu
Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai
Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah
Palapa yang menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan
Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan Selama kekuasaan
Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal
di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian
ibunya pada tahun 1350. la diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

B. Letak dan Wilayah

Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur,


Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M.
Kerajaan Majapahit Didirikan tahun 1294 oleh Raden Wijaya yang bergelar
Kertarajasa Jayawardana yang merupakan keturunan Ken Arok raja Singosari.

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang


menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar
dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra,
Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah
kekuasaannya masih diperdebatkan.

4
C. Sumber Sejarah

Sumber sejarah mengenai berdiri dan berkembangnya kerajaan


Majapahit berasal dari berbagai sumber yakni:.

• Kitab Pararaton yang menceritakan pemerintahan raja-raja Singasari dan


Majapahit.
• Kitab Negara Kertagama yang menceritakan keadaan Majapahit terutama
masa kejayaan yakni masa pemerintahan Hayam Wuruk.
• Prasasti Butok (1244 tahun). Prasasti ini dikeluarkan oleh Raden Wijaya
setelah ia berhasil naik tahta kerajaan. Prasasti ini memuat peristiwa
keruntuhan kerajaan Singasari dan perjuangan Raden Wijaya untuk
mendirikan kerajaan.
• Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama, kedua kidung ini
menceritakan Raden Wijaya ketika menghadapi musuh dari kediri dan tahun
tahun awal perkembangan Majapahit.
• Sedangkan sumber dari luar negeri diperoleh dari berita-berita Cina, seperti
berita yang ditulis pada masa dinasti Ming (1368-1643) dan berita dari Ma-
Huan dalam bukunya Ying Yai menceritakan tentang keadaan masyarakat dan
kota Majapahit tahun 1418 serta berita dari Portugis tahun 1518.

D. Kehidupan di Kerajaan Majapahit.

a.Kehidupan Politik

Kehidupan politik Kerajaan Majapahit berhubungan pemerintahan dan


kepemimpinan rajanya. Raja-raja itu antara lain :

1) Raden Wijaya
Berdirinya kerajaan Majapahit adalah usaha dan perjuangan Raden
Wijaya dibantu pengikutnya. Ia mampu memanfaatkan kedatangan tentara
Cina Mongol (Kubilai Khan) yang datang ke pulau jawa untuk menghukum
Kertanegara. Kedatangan pasukan Kubilai Khan, dimanfaatkan untuk
menyerang Jayakatwang di Kediri,sehingga kekalahan Kertanegara dapat
terbalaskan karena Jayakatwang akhirnya meninggal di Ujung Galuh.
Sedangkan pasukan Kubilai Khan melalui tipu muslihat Raden Wijaya dapat
diusir dari pulau Jawa tahun 1293.
Raden Wijaya diangkat menjadi raja pertamanya dengan gelar Sri
Kertajasa Jayawardhana. Di kerajaan Majapahit telah dapat berjalan dengan

5
baik.namun pada awal pemerintahannya terjadi beberapa pemberontakan yang
dilakukan oleh teman seperjuangannya dulu. Mereka merasa tidak puas
terhadap kedudukan yang diperolehnya. Para pelaku pemberontakan itu antara
lain Sora dan Ranggalawe. Pada tahun 1309, Raden Wijaya meninggal dunia.
la dimakamkan di dua tempat yaitu 'di Antapura dalam bentuk Jina (Budha)
dan di Candi Simping (Blitar) dalam bentuk Wisnu-Syiwa.
2) Raja Jayanegara
Setelah Raden Wijaya wafat, putra permaisuri Tribuwaneswari yang
bernama Jayanegara menggantikannya sebagai Raja Majapahit. Pada awal
pemerintahannya Jayanegara harus menghadapi sisa pemberontakan yang
meletus di masa ayahnya masih hidup. Selain pemberontakan Kuti dan Sumi,
Raja Jayanegara diselamatkan oleh pasukan pengawal (Bhayangkara) yang
dipimpin oleh Gajah Mada ia kemudian diungsikan ke Desa Bedager. Sebagai
penghargaan atas jasanya itu, Gajah Mada diangkat menjadi patih di
Kahuripan (1319 - 1321) dan kemudian di Daha (1321 - 1322), serta Kediri
(1322-1330). Raja Jayanegara wafat tahun1328 karena dibunuh oleh salah
seorang anggota dharmaputra yang bernama Tanca.
3) Ratu Tribhuana
Setelah meninggalnya Raja Jayanegara, takhta kerajaan dipegang oleh
Gayatri (permaisuri Raden Wijaya). Tetapi, karena Gayatri telah menjadi
biksuni maka takhta Kerajaan Majapahit dipedang oleh putrinya yang
bernama Tribuana sebagai yakamanggala (wakil raja).
Pada masa pemerintahan Ratu Tribhuana juga terjadi pemberontakan.
Pemberontakan itu dikenal dengan nama pemberontakan Sadeng (1331).
Patih Arya Tadah mengusulkan agar yang memimpin pasukan untuk
menumpas pemberontakan itu adalah Gajah Mada. Usul itu disetujui oleh
Ratu Tribhuana. Gajah Mada kemudian memimpin pasukan Majapahit dengan
dibantu oleh pasukan Kerajaan Melayu yang dipimpin oleh Sadeng. Sebagai
penghargaan atas jasanya itu, Gajah Mada diangkat menjadi Patih
Mangkubumi Kerajaan Majapahit (1331). Pada saat pengangkatannya Gajah
Mada mengucapkan sumpahnya yang terkenal dengan sebutan Sumpah Palapa.
Artinya Gajah Mada tidak akan hidup bermewah-mewah sebelum Nusantara
berhasil disatukan di bawah panji Kerajaan Majapahit.
Pada tahun 1334, lahirlah putra mahkota Kerajaan Majapahit yang
diberi nama Hayam Wuruk. Pada tahun 1350, Ratu Tribuanatunggadewi
mengundurkan diri setelah berkuasa 22 tahun. la wafat pada tahun 1372. Pada

6
tahun 1350, Hayam Muruk dinobatkan sebagai raja Majapahit dan bergelar Sri
Rajasanagara. Gajah Mada diangkat sebagai Patih Hamangkubumi.
4) Raja Hayam Wuruk
Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Kerajaan
Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan Majapahit menguasai
wilayah yang sangat luas. Hampir seluruh wilayah. Nusantara tunduk pada
Majapahit. Gajah Mada meninggal tahun 1364. Meninggalnya Gajah Mada
menjadi titik tolak kemunduran Majapahit. Setelah Gajah Mada tidak ada
negarawan yang kuat dan bijaksana. Keadaan semakin memburuk setelah
Hayam Wuruk juga meninggal pada tahun 1389.
5) Raja Wikrama Wardhana
Setelah Raja Hayam Wuruk meninggal dunia, takhta Kerajaan
Majapahit dipedang oleh putrinya yang bernama Kusuma Wardhani. la
kemudian menikah dengan Wikrama Wardhana. Wikrama Wardhana
langsung menjalankan roda pemerintahan Kerajaan Majapahit atas nama
permaisurinya.
Di samping Kusuma Wardhani, Raja Hayam Wuruk juga mempunyai
putra yang terlahir dari selirnya. Anak yang lahir dari selir itu bernama
Wirabhumi. Ia diberi wilayah kekuasaan di ujung timur Pulau Jawa, yaitu
daerah Blambangan.
Pada tahun 1400, Kusuma Wardhani meninggal, sedangkan Wirakama
Wardhana berkeinginan untuk menjadi biksu. Sebagai pengganti, Wikrama
wardhana mengangkat putrinya yang bernama. Suhita menjadi penguasa
Majapahit. Pengangkatan Suhita ini ditentang oleh Wirabhuni, akibatnya
meletuslah Perang Paregreg (1401 - 1406). Dalam perang itu, Wirabhumi
berhasil dikalahkan dan keamanan Majapahit berhasil dipulihkan kembali.
Setelah masa pemerintahan Suhita terdapat beberapa raja yang pernah
memerintah Kerajaan Majapahit.
1. Kertawijaya, adik Suhita
2. Sn Rajasawardhana
3. Girindrawardhana, anak dari Kertawijaya
4. Sri Singhawikramawardhana
5. Girindrawardhana Dyah Ranawijaya (Raja Brawijaya V)

b. Kehidupan Ekonomi

7
Menelusuri jejak kehidupan ekonomi kerajaan Majapahit bisa kita
ketahui dari peninggalan-peninggalan yang berhasil ditemukan. Contohnya dari
kitab-kitab dan prasasti yang memuat isi kehidupan di kerajaan Majapahit.

Salah satu bukti sejarah untuk mengetahui gambaran kehidupan


ekonomi Majapahit yaitu dari peninggalan Prasasti Canggu. Isinya
menyebutkan 78 perlintasan tempat perahu di dalam negeri (Jawa), dan macam-
macam pekerjaan yang telah dilakukan masyarakat pada saat itu.

Dikutip dari wikipedia, Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan


berbagai macam pekerjaan atau mata pencaharian yang sudah dilakukan oleh
masyarakat pada masa itu. Contohnya seperti pengrajin emas, perak, penjual
minuman, dan tukang daging.
Dari keterangan tersebut dapat kita pahami bahwa kehidupan ekonomi
kerajaan Majapahit sudah mengalami perkembangan yang cukup signifikan dari
masa-masa sebelumnya, di mana jumlah populasi penduduk yang bermata
pencaharian di luar pertanian semakin meningkat.
Menurut catatan pedagang Tiongkok bernama Wang Ta-Yuan,
komoditas ekspor Jawa pada zaman Majapahit meliputi lada, kain, garam dan
burung kakak tua. Sementara barang yang diimpor/didatangkan seperti emas,
mutiara, perak, keramik, sutra dan barang dari bahan besi.
Mata uang yang digunakan dibuat dari bahan campuran perak,
tembaga, timah putih dan hitam. Yang lebih menakjubkan lagi, berdasarkan
catatan biarawan Katolik Roma berasal dari Italia bernama Odorico dan
Pardenone, ia pernah mengunjungi Jawa pada tahun 1321 dan menyebutkan
bahwa di istana Jawa penuh dengan perhiasan emas, permata dan perak.
Ada dua faktor yang menyebabkan kehidupan ekonomi kerajaan
Majapahit bisa dikatakan makmur. Pertama terdapat daerah yang sangat cocok
untuk kegiatan pertanian tanaman padi, yakni di lembah sungai Brantas dan
Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur.
Faktor kedua adalah adanya pelabuhan-pelabuhan di Pantura (Pantai
Utara) Jawa yang memiliki peran penting dalam kemajuan ekonomi Majapahit.
Pelabuhan tersebut merupakan tempat berkumpulnya komoditas rempah-
rempah yang didatangkan dari Maluku.
Adanya pelabuhan rempah-rempah tersebut merupakan sumber
pemasukan Majapahit, yakni dari pajak. Dalam kitab Negarakertagama
disebutkan bahwa banyak pedagang asing berkumpul di pelabuhan tersebut,
seperti dari China, India, Khmer dan Siam. Pajak dikenakan kepada pedagang
asing yang melakukan transaksi perdagangan, maupun yang menetap semi
permanen.
Pajak merupakan sumber pemasukan penting bagi kerajaan
Majapahit. Untuk itu, Majapahit memiliki pejabat sendiri dalam hal mengurusi
para pedagang asing yang melakukan perdagangan di wilayah kerajaan.

8
c. kehidupan Sosial

Di dalam kehidupan sosial masyarakat kerajaan Majapahit mengenal sistem


kasta seperti di India, karena kerajaan ini bercorak Hindu. Namun sistem kasta
di kerajaan Majapahit hanya bersifat teoritis saja dalam kehidupan Istana.
Seperti yang kita ketahui, terdapat empat kasta, yaitu Brahmana, Ksatria,
Waisaya dan Sudra.

Namun terdapat golongan lain di luar lapisan tersebut, yaitu Candala, Melccha,
dan Tuccha. Golongan tersebut merupakan orang-orang terbawah dari lapisan
sosial masyarakat di kerajaan Majapahit. Brahmana adalah kaum pendeta,
kesatria merupakan keturunan raja atau pewaris raja, waisya terdiri dari
pedagang dan orang-orang yang menggeluti bidang pertanian dan peternakan,
sedangkan kaum Sudra adalah budak.

Berdasarkan aspek kedudukan sosial dalam masyarakat di Kerajaan Majapahit,


status wanita lebih rendah dibandingkan dengan pria. Hal ini terlihat dari
kewajiban wanita hanya melayani suami, tidak boleh ikut campur dalam
urusan apapun. Peraturan ini tertera dalam perundang-undangan di kerajaan
Majapahit dengan tujuan pergaulan bebas antara pria dan wanita dapat
dihindari.

d. Kehidupan Agama

Pada masa Kerajaan Majapahit berkembang agama Hindu Syiwa dan Buddha.
Kedua umat beragama itu memiliki toleransi yang besar sehingga tercipta
kerukunan umat beragama yang baik. Raja Hayam Wuruk beragama Syiwa,
sedangkan Gajah Mada beragama Buddha. Namun, mereka dapat bekerja sama
dengan baik. Rakyat ikut meneladaninya, bahkan Empu Tantular menyatakan
bahwa kedua agama itu merupakan satu kesatuan yang disebut Syiwa-Buddha.
Hal itu ditegaskan lagi dalam Kitab Sutasoma dengan kalimat Bhinneka
Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa. Artinya, walaupun beraneka
ragam, tetap dalam satu kesatuan, tidak ada agama yang mendua.

Urusan keagamaan diserahkan kepada pejabat tinggi yang disebut


Dharmmaddhyaksa, Jabatan itu dibagi dua, yaitu Dharmmaddhyaksa Ring
Kasaiwan untuk urusan agama Syiwa dan Dharmmaddhyaksa Ring Kasogatan
untuk urusan agama Buddha. Kedua pejabat itu dibantu oleh sejumlah pejabat

9
keagamaan yang disebut dharmmaupatti. Pejabat itu, pada zaman Hayam
Wuruk yang terkenal ada tujuh orang yang disebut sang upatti sapta. Di
samping sebagai pejabat keagamaan, para upatti juga dikenal sebagai
kelompok cendekiawan atau pujangga. Misalnya, Empu Prapanca adalah
seorang Dharmmaddhyaksa dan juga seorang pujangga besar dengan kitabnya
Negarakertagama. Untuk keperluan ibadah, raja juga melakukan perbaikan dan
pembangunan candi-candi.

E. Kejayaan Majapahit

Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada,
Majapahit mencapai zaman keemasan. Wilayah kekuasaan Majapahit sangat
luas, bahkan melebihi luas wilayah Republik Indonesia sekarang Oleh karena
itu, Muhammad Yamin menyebut Majapahit dengan sebutan negara nasional
kedua di Indonesia. Seluruh kepulauan di Indonesia berada di bawah
kekuasaan Majapahit. Hal ini memang tidak dapat dilepaskan dari kegigihan
Gajah Mada. Sumpah Palapa, ternyata benar-benar dilaksanakan. Dalam
melaksanakan cita-citanya, Gajah Mada didukung oleh beberapa tokoh,
misalnya Adityawarman dan Laksamana Nala. Di bawah pimpinan Laksamana
Nala Majapahit membentuk angkatan laut yang sangat kuat. Tugas utamanya
adalah mengawasi seluruh perairan yang ada di Nusantara. Di bawah
pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mengalami kemajuan di berbagai
bidang.

Menurut Kakawin Nagarakertagama pupus XIII-XV, daerah kekuasaan


Majapahit melipu Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimanta Sulawesi,
Kepulauan Nusa Tenggara, Maluk Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian
Kepulauan Filipina. Majapahit juga memil hubungan dengan Campa, Kamboja,
Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya
ke Tiongkok.

10
F. Peninggalan Kerajaan Majapahit

Hasil Kebudayaan peninggalan Kerajaan Majapahit, antara lain sebagai


berikut.

1) Candi

a. Candi Panataran (Blitar)

b. Candi Tegalwangi dan Surawana (Kediri)

c. Candi Sawentar (Blitar)

d. Candi Brahu (Mojokerto)

e. Candi Sumberjat (Blitar)

f. Candi Tikus (Trowulan)

2) Karya Sastra

a) Karya sastra dari zaman Majapahit awal

(1) Kitab Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca

(2) Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular

(3) Kitab Arjunawijaya karangan Mpu Tantular

b) Karya sastra dari zaman Majapahit akhir

(1) Kitab Pararaton berisi riwayat raja-rata Singasari dan Majapahit.

(2) Kidung Sundayana menceritakan peristiwa Perang Bubat.

(3) Kitab Sorandaka menceritakan pemberontakan Sora.

(4) Kitab Ranggalawe menceriktana pemberontakan Ranggalawe.

(5) Kitab Panjiwijayakrama menceritakan riwayat Raden Wijaya sampai


menjadi raja.

11
(6) Kita Usana Jawa menceritakan penaklukkan Bali oleh Gajah Mada
dan Arya Damar.

3) Prasasti

1. Prasasti Kudadu (1294 M)

2. Prasasti Sukamerta (1296 M) dan Prasasti Balawi (1305 M).

3. Prasasti Waringin Pitu (1447 M)

4. Prasasti Canggu (1358 M)

5. Prasasti Karang Bogem (1387 M)

6. Prasasti Katiden I (1392 M)

7. Prasasti Alasantan (939 M)

Menyebutkan bahwa pada tanggal 6 September 939 M, Sri Maharaja


Rakai Halu Dyah Sindok Sri Isanawikrama memerintahkan agar tanah di
Alasantan dijadikan sima milik Rakryan Kabayan.

8. Prasasti Kamban (941 M)

9. Prasasti Hara-hara (Trowulan VI) (966 M).

Menyebutkan bahwa pada tanggal 12 Agustus 966 M. mpu Mano


menyerahkan tanah yang menjadi haknya secara turun temurun kepada
Mpungku Susuk Pager dan Mpungku Nairanjana untuk dipergunakan
membiayai sebuah rumah doa (Kuti).

10. Prasasti Wurare (1289 M)

11. Prasasti Maribong (Trowulan II) (1264 M)

Menyebutkan bahwa pada tanggal 28 Agustus 1264 M Wisnuwardhana


memberi tanda pemberian hak perdikan bagi desa Maribong.

12. Prasasti Canggu (Trowulan I)

Mengenai aturan dan ketentuan kedudukan hukum desa-desa di tepi


sungai Brantas dan Solo yang menjadi tempat penyeberangan. Desa-

12
desa itu diberi kedudukan perdikan dan bebas dari kewajiban membayar
pajak, tetapi diwajibkan memberi semacam sumbangan untuk
kepentingan upacara keagamaan dan diatur oleh Panji Margabhaya Ki
Ajaran Rata, penguasa tempat penyeberangan di Canggu, dan Panji
Angrak saji Ki Ajaran Ragi, penguasa tempat penyeberangan di Terung.

G. Keruntuhan Kerajaan Majapahit

Sesudah mencapai puncak pada abad ke-14 kekuasaan Majapahit


berangsur angsur melemah. Tampak terjadi perang saudara (Perang Paregreg)
pada tahun 1405-1406 antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana.
Demikian pula telah terjadi pergantian raja yg dipertengkarkan pada tahun
1450-an dan pemberontakan besar yg dilancarkan oleh seorang bangsawan pada
tahun 1468.

Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yg


berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adl tahun berakhir
Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041 yaitu tahun 1400 Saka atau 1478
Masehi. Arti sengkala ini adl "sirna hilanglah kemakmuran bumi". Namun
demikian yg sebenar digambarkan oleh candrasengkala tersebut adl gugur Bre
Kertabumi raja ke-11 Majapahit oleh Girindrawardhana.

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar


agama sudah mulai memasuki nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad
ke-15) pengaruh Majapahit di seluruh nusantara mulai berkurang. Pada saat
bersamaan sebuah kerajaan perdagangan baru yg berdasarkan agama Islam
yaitu Kesultanan Malaka mulai muncul di bagian barat nusantara.

Catatan sejarah dari Tiongkok Portugis (Tome Pires) dan Italia


(Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan
Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus penguasa dari
Kesultanan Demak antara tahun 1518 dan 1521 M.

13
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah pada masanya Majapahit


mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada.
Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih
banyak wilayah. Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah
kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, Semenajung Malaya, Kalimantan
Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura)
sebagian kepulauan Filipina. Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus
puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.

B. Saran

Makalah ini tentulah masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya
sangat membutuhkan kontribusi kritik dan saran dari pembaca agar dijadikan
sebagai intropeksi bagi makalah ini untuk menjadi lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://nesaci.com/sejarah-lengkap-kerajaan-majapahit

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majapahit

https://ips.pelajaran.co.id/prasasti-peninggalan-kerajaan-majapahit

LAMPIRAN

Nama Gambar Keterangan

Prasasti Kudadu Mengenai pengalaman Raden


(1294 M) Wijaya sebelum menjadi Raja
Majapahit yang telah ditolong
oleh Rama Kudadu dari
kejaran balatentara
Yayakatwang setelah Raden
Wijaya menjadi raja dan
bergelar Krtajaya
Jayawardhana
Anantawikramottunggadewa,
penduduk desa Kudadu dan
Kepala desanya (Rama) diberi
hadiah tanah sima.

Prasasti Mengenai Raden Wijaya yang


Sukamerta (1296 telah memperisteri keempat
M) dan Prasasti putri Kertanegara yaitu Sri
Balawi (1305 M). Paduka Parameswari Dyah Sri
Tribhuwaneswari. Sri Paduka
Mahadewi Dyah Dewi
Narendraduhita, Sri Paduka
Jayendradewi Dyah Dewi

15
Prajnaparamita, dan Sri Paduka
Rajapadni Dyah Dewi Gayatri,
serta menyebutkan anaknya
dari permaisuri bernama Sri
Jayanegara yang dijadikan raja
muda di Daha.

Prasasti Waringin Mengungkapkan bentuk


Pitu (1447 M) pemerintahan dan sistem
birokrasi Kerajaan Majapahit
yang terdiri dari 14 kerajaan
bawahan yang dipimpin oleh
seseorang yang bergelar Bhre,
yaitu Bhre Daha. Bhre
Kahuripan, Bhre Pajang, Bhre
Wengker, Bhre Wirabumi,
Bhre Matahun, Bhre Tumapel,
Bhre Jagaraga, Bhre
Tanjungpura, Bhre Kembang
Jenar, Bhre Kabalan, Bhre
Singhapura, Bhre Keling, dan
Bhre Kelinggapura.

Prasasti Canggu Mengenai pengaturan tempat-


(1358 M) tempat penyeberangan di
Bengawan Solo. Prasasti
Biluluk (1366 M0, Biluluk II
(1393 M), Biluluk III (1395
M). Menyebutkan tentang
pengaturan sumber air asin
untuk keperluan pembuatan
garam dan ketentuan pajaknya.

16
Prasasti Karang Menyebutkan tentang
Bogem (1387 M) pembukaan daerah perikanan
di Karang Bogem. Prasasti
Marahi Manuk (tt) dan Prasasti
Parung (tt) Mengenai sengketa
tanah, persengketaan ini
diputuskan oleh pejabat
kehakiman yang menguasai
kitab kitab hukum adat
setempat.

Prasasti Katiden I Menyebutkan tentang


(1392 M) pembebasan daerah bagi
penduduk desa Katiden yang
meliputi 11 wilayah desa.
Pembebasan pajak ini karena
mereka mempunyai tugas
berat, yaitu menjaga dan
memelihara hutan alang-alang
di daerah Gunung Lejar.

17
Prasasti Biluluk Biluluk, yang terdapat dalam 3
versi yakni Biluluk I (1366 M),
Biluluk II (1393 M), Biluluk
III (1395 M) dan Biluluk IV.
Sesuai dengan nama daerah
tempat ditemukannya, yakni
Desa Bluluk, Lamongan, Jawa
Timur.

Isi Prasasti Biluluk I sampai III


adalah sama, yakni
menyebutkan tentang hak-hak
dan wewenang yang diberikan
kepada desa Bluluk dan
Tanggulan. Kecuali Beluluk IV
yang menyebutkan desa
Papadang sebagai tambahan.

Selain itu Prasasti Biluluk juga


terdapat cerita mengenai
pembuatan dan produksi garam
di daerah pesisir dan sumber
air asin, serta bagaimana
sistem perpajakannya,
sehingga perlu adanya
peraturan dan norma yang
ketat..

Prasasti Kamban Menyebutkan bahwa apada


(941 M) tanggal 19 Maret 941 M. Sri
Maharaja Rake Hino Sri
Isanawikrama Dyah
Matanggadewa meresmikan
desa Kamban menjadi daerah
perdikan.

18
Prasasti Butulan Prasasti Butulan adalah
(1298 M) prasasti dari kerajaan
Majapahit yang ditemukan di
pegunungan Kapur Utara,
Kabupaten Gresik, Jawa
Timur.

Prasasti Wurare Menyebutkan bahwa pada


(1289 M) tanggal 21 September 1289 Sri
Jnamasiwabajra, raja yang
berhasil mempersatukan
Janggala dan Panjalu,
menahbiskan arca
Mahaksobhya di Wurare. Gelar
raja itu ialah Krtanagara
setelah ditahbiskan sebagai
Jina (dhyani Buddha).

19
Prasasti Prasasti Prapancasapura adalah
Prapancasarapura prasasti dari kerajaan
(1320 M) Majapahit yang ditemukan di
wilayah Jinawa. Prasasti ini
bertuliskan nomor 1320 M dan
diterbitkan oleh
Tribhuwanatunggadewi.
Prasasti ini menceritakan
Hayam Wuruk sebelum
diangkat menjadi raja, ia
sebelumnya bernama
Kummaraja Jiwana.

Setelah menjadi raja kerajaan


Majapahit, putri Raja Hayam
Wuruk dengan nama
Kusumawardani juga
dinobatkan sebagai Raja
Kumari yang berdomisili di
Kabalan.

20
Prasasti Jiwu Prasasti Jiwu menceritakan
(1486 M) peresmian hibah tanah
Trailokyapuri kepada Sri
Brahmana Ganggadara.

Peninggalan kerajaan
Majapahit berikutnya adalah
prasasti Jiwu. Prasasti ini
memiliki nomor pada 1416
Saka atau 1486 AD yang
dikeluarkan oleh
Trailokyapuri.

Isi prasasti Jiwu menceritakan


tentang peresmian hibah tanah
di Trailokyapuri kepada Sri
Brahmana Ganggadara,
seorang Brahmana yang telah
berkontribusi dalam perang. Di
mana selama perang ini,
Ranawijaya berhasil
mengambil alih kerajaan
Majapahit dari Bhre
Kertabumi, yang akhirnya
meninggal di Kedaton.

21

Anda mungkin juga menyukai