KEPERAWATAN MATERNITAS
KELOMPOK 4
DOSEN PENGAMPU :
ERNAWATI, S.Kp., M.Kep
NETHA DAMAYANTIE, Ners, M.Kep
A. Latar Belakang
Sectio caesarea merupakan pengeluaran janin melalui insisi dindingabdomen
(laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi). Persalinan dengan section caesarea
berisiko kematian 25 kali lebih besar dan berisiko infeksi 80 kali lebihtinggi dibanding
persalinan pervaginam (Cuningham et al, 2010).
Selain risiko dari tindakan, sectio caesarea sendiri berpengaruh
terhadapkehamilan berikutnya karena persalinan dengan riwayat bekas sectio
caesareamerupakan persalinan yang berisiko tinggi. Pada masa dulu sectio caesarea
dilakukan atas indikasi yang terbatas padapanggul sempit dan placenta previa.
Meningkatnya angka kejadian section caesareapada waktu sekarang ini justru antara
lain disebabkan karenaberkembangnya indikasi dan makin kecilnya risiko dan mortalitas
pada section caesarea karena kemajuan tehnik operasi dan anestesi, serta ampuhnya
antibiotika (Mochtar, 2012)
Saat ini sectio caesarea bukan lagi hanya indikasi medis, tetapi banyakfaktor
yang bukan medis yang dapat mempengaruhi, misalnya faktor ekonomi,kepercayaan
atau adat istiadat mengenai tanggal kelahiran anak dan lain-lain (Gondo, 2015). Selain
itu, kehamilan diatas usia 35 tahun berisiko 3 kali lebihbesar menjalani persalinan
dengan sectio caesarea dibanding dengan usia dibawah 35 tahun.
B. Tujuan
Agar saya memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien sectio caesarea dan bisa
memahami lebih dalam juga mengaplikasikannya dengan baik dan benar secara teori
maupun praktik di lapangan dan memenuhi nilai tugas seminar
2
C. Manfaat
1. Manfaat untuk mahasiswa
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang Asuhan Keperawatan pada
persalinan sectio caesarea
2. Manfaat untuk dosen
Makalah ini dapat dijadikan tolak ukur sejauh manamahasiswa mampu mengerjakan
tugas yang diberikan dan sebagai bahanpertimbangan dosen dalam menilai
mahasiswa.
3
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
4
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
hamil aterm di atas 37 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu
bayi.Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
f. Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernafas.
g. Kelainan Letak Janin
h. Kelainan pada letak kepala
3. Patofisiologi / WOC
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus
lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi
tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea
(SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah
defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam
proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di
5
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin
yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan
baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi
6
PATHWAY SC
7
a) Identitas atau biodata klien
b) Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register ,
dan diagnosa keperawatan.
c) Keluhan utama
d) Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
3) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien.
e) Pola-pola fungsi kesehatan
1) pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat
lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
9
4) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono,
yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi
karena penderita takut untuk melakukan BAB.
5) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
7) Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara
terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan
nifas.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
10
b) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya
proses menerang yang salah
c) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-
kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kunuing
d) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah
cairan yang keluar dari telinga.
e) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung
f) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae
dan papila mamae
g) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h) Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
i) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
j) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
11
k) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tindakan pembedahan
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik akibat tindakan
anestesi dan pembedahan
d. Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan tindakan anestesi, kelemahan,
penurunan sirkulasi.
e. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka bekas operasi.
4. Intervensi
No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATA NOC NIC
N
1. Nyeri akut Paint level Pain Management
berhubungan Paint control 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
pelepasan Setelah dilakukan karakteristik, durasi, frekuensi,
mediator nyeri asuhan keperawatan kualitas dan faktor presipitasi
(histamin, selama 3x24 jam 2. Observasi reaksi nonverbal dari
prostaglandin) diharapkan nteri ketidaknyamanan
akibattrauma berkurang dengan 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
jaringan dalam indicator: untuk mengetahui pengalaman nyeri
pembedahan a. Mampu pasien
(section mengontrol nyeri 4. Kaji kultur yang mempengaruhi
caesarea) (tahu penyebab respon nyeri
nyeri, mampu 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
menggunakan lampau
tehnik 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
nonfarmakologi kesehatan lain tentang ketidakefektifan
untuk mengurangi kontrol nyeri masa lampau
nyeri, mencari 7. Bantu pasien dan keluarga untuk
bantuan)\ mencari dan menemukan dukungan
12
b. Melaporkan 8. Kontrol lingkungan yang dapat
bahwa nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu
berkurang dengan ruangan, pencahayaan dan kebisingan
menggunakan 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
manajemen nyeri 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
c. Mampu (farmakologi, non farmakologi dan
mengenali nyeri inter personal)
(skala, intensitas, 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
frekuensi dan menentukan intervensi
tanda nyeri) 12. Ajarkan tentang teknik non
d. Menyatakan rasa farmakologi
nyaman setelah 13. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri berkurang nyeri
e. Tanda vital dalam 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
rentang normal 15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
18. Analgesic Administration
19. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
20. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
21. Cek riwayat alergi
22. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
23. Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
24. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
25. Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
26. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama
kali
27. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
28. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala (efek samping)
13
2. Gangguan Tissue Integrity : Pressure Management
integritas kulit Skin and Mucous 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan
berhubungan Membranes pakaian yang longgar
dengan tindakan Wound Healing : 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
pembedahan primer dan 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
sekunder bersih dan kering
Setelah dilakukan 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi
tindakan keperawatan pasien) setiap dua jam sekali
selama 3x24 jam 5. Monitor kulit akan adanya
kerusakan integritas kemerahan
kulit pasien teratasi 6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil
dengan kriteria hasil: pada derah yang tertekan
1. Integritas kulit 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi
yang baik bisa pasien
dipertahankan 8. Monitor status nutrisi pasien
(sensasi, elastisitas, 9. Memandikan pasien dengan sabun
temperatur, hidrasi, dan air hangat
pigmentasi) 10. Kaji lingkungan dan peralatan yang
2. Tidak ada luka/lesi menyebabkan tekanan
pada kulit 11. Observasi luka : lokasi, dimensi,
3. Perfusi jaringan kedalaman luka, karakteristik,warna
baik cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
4. Menunjukkan tanda-tanda infeksi lokal, formasi
pemahaman dalam traktus
proses perbaikan 12. Ajarkan pada keluarga tentang luka
kulit dan mencegah dan perawatan luka
terjadinya sedera 13. Kolaburasi ahli gizi pemberian diae
berulang TKTP, vitamin
5. Mampu melindungi 14. Cegah kontaminasi feses dan urin
kulit dan 15. Lakukan tehnik perawatan luka
mempertahankan dengan steril
kelembaban kulit 16. Berikan posisi yang mengurangi
dan perawatan tekanan pada luka
alami
6. Menunjukkan
terjadinya proses
penyembuhan luka
3. Defisit Self care : Activity Self Care assistane : ADLs
perawatan diri of Daily Living 1. Monitor kemempuan klien untuk
berhubungan (ADLs) perawatan diri yang mandiri.
dengan Setelah dilakukan 2. Monitor kebutuhan klien untuk
kelemahan fisik asuhan keperawatan alat-alat bantu untuk kebersihan
akibat tindakan selama 3x24 jam diri, berpakaian, berhias, toileting
anestesi dan ADLs klien meningkat dan makan.
14
pembedahan dengan indicator: 3. Sediakan bantuan sampai klien
1. Klien terbebas dari mampu secara utuh untuk
bau badan melakukan self-care.
2. Menyatakan 4. Dorong klien untuk melakukan
kenyamanan aktivitas sehari-hari yang normal
terhadap sesuai kemampuan yang dimiliki.
kemampuan untuk 5. Dorong untuk melakukan secara
melakukan ADLs mandiri, tapi beri bantuan ketika
3. Dapat melakukan klien tidak mampu melakukannya.
ADLS dengan 6. Ajarkan klien/ keluarga untuk
bantuan mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
5. Implementasi
Implementasi adalah tahap melakukan rencana yang telah dibuat pada klien.
Adapun kegiatan yang ada dalam implementasi data dasar, meninjau dan merevisi
rencana asuhan yang telah dibuat, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang
telah direncanakan (Deswa, 2019). Dalam tahap implementasi penulis berusaha untuk
melakukan implementasi yang sesuai dengan diagnosa keperawatan, dan sesuai
dengan perencanaan. Faktor yang mendukung penulis dalam melakukan tindakan
keperawatan adalah klien kooperatif dan dapat bekerja sama dengan perawat.
6. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang diamati dengan
kriteria hsil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses
keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam
siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.
Komponen tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan
tahap – tahap proses keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan
15
keperawatan. Pada evaluasi klien dengan post operasi sectio caesaria, kriteria evaluasi
adalah sebagai berikut :
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KASUS
TANDA TANGAN :
17
I. BIODATA
a. Nama Ibu :Ny. S
b. Umur :34 Tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan :S2
e. Pekerjaan :PNS
f. Suku/Bangsa :Indonesia
g. Alamat Rumah: Jl.Bukit Duri No 5 Kelurahan Kebun Sirih
h. Nama Suami :Tn. A
i. Umur :35 Tahun
j. Agama :Islam
k. Pendidikan :S2
l. Pekerjaan :PNS
m. Alamat Rumah:Jl.Bukit Duri No 5 Kelurahan Kebun Sirih
II. KELUHAN UTAMA / ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
Klien merasakan nyeri yang menganggu kegiatan untuk melakukan aktivitasnya.
Nyeri muncul saat bergerak, halyangmemperbaiki keadaanya adalah dengan berbaring
dan istirahat. Skala nyeri 5
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG (PQRST)
Pasien Post operasi caesare hari ke-2, mengeluh Nyeri yang dirasakanoleh klien
seperti disayat-sayat pada bagian abdomen, kuadran kanan bawah dan kuadran kiri
bawah, regio inguinalis dextra (region kanan bawah) dan region inguinalis sinistral
(region kiri bawah) dan nyeri pada bagian abdomen tidak menyebar.
18
3. TaksiranKehamilan :-
4. ANC (Ya / Tidak) :-Frekuensi
5. Masalah Kesehatan Umum : normal
6. PenyakitKehamilan : tidak ada
7. Hasil Kehamilan Yang Lain : normal
MasalahKeperawatan: tidak ada
V. RIWAYAT PERSALINAN
1. TanggalPersalinan : 24 Agustus 2021 Jam : 09.30 WIB
2. Type Persalinan :SC
3. Lama Persalinan : 1 Jam
4. JumlahPerdarahan : Normal
5. Perawatan dan Pengobatan yang
Diberikan? :
PenyulitPersalinan :tidak ada
6. Jenis Bayi :Normal BB Lahir 3200gram
7. Apgar Score :7 1 Menit 10 5 Menit
19
d. Kelainan : tidak ada
4. Uterus
a. Kontraksi :keras
b. Posisi :Normal
c. Tinggi Fundus Uteri : 2 jari di atas umbilikus
5. Lochea
a. Warna / Jenis :merah
b. Banyak :normal
c. Bau :Normal
6. Vulva
a. Oedema :tidak ada
b. Luka :tidak ada
c. Terdapat lochea dengan Jumlah sedikit, Jenis rubra, Bau tidak sedap/ amis
dan daerah vulva tampak bersih.
7. Perineum
a. Efisiotomi :SC
b. Jenisefisiotomi :SC, secara horizontal di kuandran kanan atas
dan kiri bawah, regio kanan bawah dan region kiri bawah dan masih
ditutup kassa
c. Jahitan :13 cm
d. Tanda-tandaInfeksi :tidak ada
8. Haemorrhoid ( Ya / Tidak ) :tidak
9. Ekstremitasbawah 9 Ya / Tidak ) : oedema :- Varices : -
10. Ambulasi :dibantu
11. Diet / NafsuMakan : Baik
12. Vesica Urania : Kosong
13. Eleminasi BAK
a. Frekuensi :terpasang kateter
b. Kesulitan :tidak ada masalah
c. UpayaMengatasinya :-
14. Eliminasi BAB
20
a. Frekuensi :1x sehari
b. Kesulitan :tidak ada masalah
c. UpayaMengatasinya :tidak ada masalah
15. Section Caesaria :ya
16. Keadaan Luka Operasi
a. Tanda-tandaInfeksi :tidak ada
MasalahKeperawatan: Nyeri Abdomen
VII. DATA PSIKOLOGIS
a. Sedih Cemas
b. Konsepdiri :baik
Hubungandengan Bayi :baik
c. HubungandenganKeluarga :baik
d. Self Care : ya
i. Perawatanbuah dada : Mengerjakan :ya
Memahami :ya
ii. Perawatan Perineum : Mengerjakan :ya
Memahami :ya
iii. Perawatan Bayi : Mengerjakan :ya
Memahami :ya
MasalahKeperawatan :-
Yang melakukanPengkajian
21
Lisa Sylvia/71202210039
22
2. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: SC Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan oleh klien seperti Insisi pada bagian depan
disayat-sayat pada bagian dinding perut
abdomen
DO: Terputusnya kontuinitas
- Skala nyeri 5 jaringan
- Post op hari ke-2
- Pasien tampak meringis Pelepasan zat bradikinin,
sambil memegang bagian luka histamine dan prostaglandin
operasi
- KU lemah Menyampaikan ke
TD : 120/70 MmHg hipotalamus
S : 36,5
N : 86x/mnt Korteks selebri
RR : 24 x/mnt
Composmetis Nyeri akut
2 DS : SC Gangguan Mobilitas
- pasien mengatakan belum Fisik
dapat beraktivitas sendiri Insisi pada bagian depan perut
karena bila beraktivitas terasa
nyeri. Luka post operasi SC
- Untuk melakukan aktivitas
seperti mandi, berpakaian nyeri operasi
pasien dibantu oleh suami dan
keluarganya Gangguan Mobilitas Fisik
DO :
- Post op hari ke-2
- KU lemah
TD : 120/70 MmHg
S : 36,5
N : 86x/mnt
RR : 24 x/mnt
Composmetis
3 DS : SC Defisit Perawatan Diri
- Pasien mengatakan nyeri saat
bergerak Insisi pada bagian depan
DO : perut
- Aktivitas seperti mandi,
berpakaian dibantu dengan Luka post Operasi SC
keluarga
Nyeri Operasi
Kelemahan Fisik
23
Defisit Perawatan Diri
4 DS : SC Resiko Infeksi
-
DO : Insisi pada bagian depan perut
- Luka Bekas
Luka post operasi SC/kerusakan
integritas kulit
Resiko Infeksi
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin)
akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea) ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri pada bagian perut seperti disayat-sayat, Skala Nyeri 5, p asien tampak
meringis sambil memegang bagian luka operasi
b. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri operasi ditandai dengan pasien
mengatakan belum dapat beraktivitas sendiri karena bila beraktivitas terasa nyeri, untuk
melakukan aktivitas seperti mandi, berpakaian pasien dibantu oleh suami dan keluarganya.
c. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan pasien mengatakan
belum dapat beraktivitas sendiri karena bila beraktivitas terasa nyeri, untuk melakukan aktivitas
seperti mandi, berpakaian pasien dibantu oleh suami dan keluarganya.
d. Resiko Infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit ditandai dengan luka post operasi
SC.
24
4. Intervensi Keperawatan
No DiagnosaKepe TujuandanKriteriahasil(SL IntervensiKeperawatan(S
rawatan KI) IKI)
1. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan Setelah dikakukan tindakan Observasi:
mediator nyeri (histamin, prostaglandin) akibat keperawatan 1x24 jam diharapkan Identifikasi lokasi, karakteristik,
trauma jaringan dalam pembedahan Tingkat nyeri menurun. frekuensi, intensitas nyeri
(sectioncaesarea) dibuktikan dengan tampak Identifikasi skala nyeri
meringis KriteriaHasil: Identifikasi factor penyebab nyeri
DS: Keluhan nyeri menurun
Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan oleh klien Monitor efek samping penggunaan
Tampak meringis menurun analgetik
seperti disayat-sayat pada bagian abdomen
Sikap protektif menurun
DO:
- Skala nyeri 5 Terapeutik:
- Post op hari ke-2 Berikan teknik nonfarmakologis (tarik
- Pasie tampak meringis sambil memegang bagian nafas dalam)
luka operasi Kontrol lingkungan yang memperberat
- KU lemah rasa nyeri (suhu, pencahayaan,
TD : 120/70 MmHg kebisingan)
S : 36,5 Fasilitasi istirahat dan tidur
N : 86x/mnt
RR : 24 x/mnt Edukasi:
Composmetis Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi pereda nyeri
Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
Anjurkan teknik nonfarkamkologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgetik
(jika perlu)
25
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Setelah melakukan tindakan Observasi:
nyeri post SC ditandai dengan keperawaran 1x24 jam diharapkan
DS : mobilitias fisik meningkat. Identifikasi keterbatasan fungsi dan
- pasien mengatakan belum dapat beraktivitas Kriteria Hasil : gerak sendi
sendiri karena bila beraktivitas terasa nyeri. Kemudahan dalam melakukan Monitor lokasi dan sifat
- Untuk melakukan aktivitas seperti mandi, aktivitas sehari- hari ketidaknyamanan atau rasa sakit selama
berpakaian pasien dibantu oleh suami dan meningkat bergerak atau beraktivitas
keluarganya Kekuatan otot meningkat
Rentang gerak (ROM) Terapeutik:
DO : meningkat
- Post op hari ke-2 Nyeri menurun
Lakukan pengendalian nyeri
- KU lemah sebelum memulai latihan
Kecepatan berjalan meningkat
TD : 120/70 MmHg Gerakan Terbatas menurun Berikan posisi tubuh optimal untuk
S : 36,5 gerakan sendi pasif atau aktif
Kelemahan fisik menurun
N : 86x/mnt Fasilitasi menyusun jadwal latihan
RR : 24 x/mnt rentang gerak aktif atau pasif
Composmetis Berikan penguatan positif untuk
melakukan latihan bersama
Edukasi:
26
5. Klien terbebas dari bau badan mampu secara utuh untuk
6. Menyatakan kenyamanan melakukan self-care.
terhadap kemampuan untuk 4. Dorong klien untuk melakukan
melakukan ADLs aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
Dapat melakukan ADLS dengan 5. Dorong untuk melakukan secara
bantuan mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
27
7. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
28
Memonitor lokasi dan sifat O :Klien tampak mulai berlatih
ketidaknyamanan atau rasa sakit jalan dan beraktivitas sendiri
selama bergerak atau beraktivitas A : Masalah belum teratasi, tampak
sesekali aktivitas klien di bantu
Terapeutik: keluarganya
Melakukan pengendalian nyeri sebelum P :Intervensi dilanjutkan
memulai latihan
Memberikan posisi tubuh optimal untuk
gerakan sendi pasif atau aktif
Memfasilitasi menyusun jadwal
latihan rentang gerak aktif atau pasif
Memberikan penguatan positif untuk
melakukan latihan bersama
Edukasi:
Menjelaskan kepada pasien atau keluarga
tujuan dan rencanakan latihan bersama
Menganjurkan pasien duduk ditempat
tidur, disisi tempat tidur (menjuntai) atau
dikursi
Menganjurkan melakukan latihan rentang
gerak pasif dan aktif secara sistematis
3 Defisit Perawatn diri Monitor kemempuan klien untuk S : Klien Mengatakan belum
perawatan diri yang mandiri. bisa sepenuhya melakukan
aktivitas sendiri
Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat O : Aktivitas masih dibantu
bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, suami
berhias, toileting dan makan. A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
Sediakan bantuan sampai klien mampu
secara utuh untuk melakukan self-care.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas
29
sehari-hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.
klien/ keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan
bantuan hanya jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
30
Daftar Pustaka
Cunningham, F. Gary. et al., (2010). Obstetri Williams Edisi ke-23. Jakarta : EGC
Prawiroharjo. 2018. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
31