Anda di halaman 1dari 12

Vol. 8, No. 4, pp.

336 – 347 e-ISSN: 2715–856X p-ISSN:2338-1183

Jurnal Pendidikan Matematika


http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/MTK

Analisis Kemampuan Literasi Matematika Siswa SMA Ditinjau dari


Gender

Mida Nurani1, Mayya Shofa Mahfud2, Riska Lail Agustin3, Hendrata Vive
Kananda4
1,2,3,4
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sebelas Maret
1
Email: midanurani2017@gmail.com

Received: Dec 20, 2020 Accepted: Dec 29, 2020 Published: Dec 30, 2020

Abstract
The purpose of this research is to analyze the mathematics literacy skills of high school
students in terms of gender, especially in the material linear program. This research is a
qualitative descriptive study. Data Collection was carried out on the eleventh-grade
students of SMA Negeri 1 Meraksa Aji. The subject was 31 students which consisted of
14 females and 17 males. The data was collected using tests and interviews and analyze
use method triangulation. The results showed that female students' literacy skills were
better than male students. Female students find the indicators of interpreting mathematics
to solve problems, formulate problems systematically and use concepts, facts, procedures,
and reasoning in mathematics. Meanwhile, male students have only fulfilled the
indicators of interpreting mathematics to solve problems.

Keywords: gender; mathematics literacy; program linear

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan literasi matematika siswa SMA
ditinjau dari gender khususnya pada materi program linear. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif. Pengambilan data dilakukan pada siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Meraksa Aji. Subjek penelitian adalah 31 siswa dimana terdiri dari 14 siswa
perempuan dan 17 siswa laki-laki. Pengumpulan data dilakukan dengan tes dan
wawancara yang dianalisis menggunakan triangulasi metode. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kemampuan literasi siswa perempuan lebih baik dari pada siswa
laki-laki. Siswa perempuan memenuhi indikator menafsirkan matematika untuk
menyelesaikan masalah, merumuskan masalah secara matematis dan menggunakan
konsep, fakta, prosedur dan penalaran dalam matematika. Sedangkan siswa laki-laki
hanya memenuhi indikator menafsirkan matematika untuk menyelesaikan masalah.

Kata kunci: gender; literasi matematika; program linear

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu pondasi untuk kemajuan suatu bangsa
dan merupakan modal besar dalam menghadapi persaingan. Akan tetapi kenyataannya
sistem pendidikan di Indonesia masih banyak mengalami masalah. Menurut
Supraptinah, Budiyono dan Subanti (2015) kualitas pendidikan di Indonesia saat ini

DOI: http://dx.doi.org/10.23960/mtk/v8i2.pp336-347 336


Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 4, 2020

masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini terlihat dari
Programme For International Student Assesment (PISA) tahun 2018 bahwa Indonesia
berada di urutan 72 dari 77 negara. Artinya kemampuan akademis siswa di Indonesia
masih rendah, terutama matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peran penting
dalam pendidikan. Belajar matematika diharapkan tidak hanya belajar dengan
kemampuan yang menggunakan perhitungan atau rumus dalam mengerjakan soal.
Sejalan dengan National Council of Teacher Mathematics (NCTM) tahun 2000 yang
merumuskan bahwa keterampilan belajar matematika meliputi pemecahan masalah
(problem solving), penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), koneksi
(connection), komunikasi (communication) dan representasi (representation). Artinya
belajar matematika perlu melibatkan proses bernalar maupun proses dalam memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pemecahan masalah yang dimaksudkan tidak
sekedar masalah berupa soal rutin, akan tetapi permasalahan dalam kehidupan sehari-
hari. Sehingga dibutuhkan kemampuan yang disebut dengan kemampuan literasi
matematika.
Literasi matematika adalah suatu kemampuan dalam merumuskan, menggunakan
dan menafsirkan matematika dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari. Sejalan
dengan Ojose (2011:90) yang menyatakan bahwa literasi matematika adalah sebuah
kemampuan untuk mengetahui dan menggunakan dasar matematika dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam hal ini, siswa memiliki literasi matematika yang baik jika mengetahui
konsep yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Dengan demikian siswa dapat
melanjutkannya dengan memecahkan masalah menggunakan konsep matematika.
Menurut Muzaki dan Masjudin (2019) literasi matematika dapat membantu
seseorang untuk memahami peran atau kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-
hari yang menggunakan pemikiran matematika dalam pemecahan masalah agar lebih siap
menghadapi tantangan kehidupan. Pemikiran yang dimaksudkan adalah pola pikir
penalaran secara logis, pemecahan masalah, mengkomunikasikan dan menjelaskan.
Dalam penulisan lain, literasi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
merumuskan, menerapkan dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks,
termasuk kemampuan melakukan penalaran secara matematis dan menggunakan konsep,
prosedur dan fakta untuk menggambarkan, menjelaskan atau memperkirakan
fenomena/kejadian (Wardani dan Rumiati, 2011).
Dalam menyelesaikan permasalahan, siswa yang memiliki literasi matematika akan
menyadari dan memahami konsep matematika mana yang relevan untuk menghadapi
permasalahan tersebut. Dari kesadaran tersebut, kemudian berkembang untuk
merumuskan masalah kedalam bentuk matematisnya yang kemudian akan diselesaikan.

337
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 4, 2020

Proses ini memuat mengeksplorasi, menghubungkan, merumuskan, menentukan, menalar


dan proses berpikir matematis lainnya. Proses berpikir ini dapat dikategorikan menjadi 3
proses utama yaitu merumuskan, menggunakan dan menginterpretasi. Sejalan dengan
Sari (2015) yang menyatakan bahwa kemampuan literasi matematika dapat didefinisikan
sebagai kemampuan seseorang untuk merumuskan, menggunakan dan
menginterpretasikan matematika dalam berbagai konteks pemecahan masalah sehari-hari
secara efektif. Indikator literasi matematika yaitu menafsirkan matematika untuk
menyelesaikan masalah, merumuskan masalah secara matematis dan menggunakan
konsep, fakta, prosedur dan penalaran dalam matematika (Zainiyah dan Marsigit, 2018).
Faktor yang mempengaruhi kemampuan literasi matematika diantaranya yaitu
faktor personal, intruksional dan lingkungan (Syawahid dan Putrawangsa, 2017). Faktor
personal yaitu persepsi siswa terhadap matematika dan kepercayaan siswa terhadap
kemampuan matematika. Faktor instruksional berkaitan dengan intensitas, kualitas dan
metode pengajaran. Sedangkan faktor lingkungan berkaitan dengan karakteristik guru dan
ketersediaan media belajar di sekolah.
Selain faktor personal, intruksional dan lingkungan, terdapat pula faktor lain yang
mempengaruhi literasi matematika siswa, salah satunya adalah gender. Gender
merupakan karakteristik yang membedakan setiap individu dalam belajar dan mengolah
informasi. Perbedaan gender antara perempuan dan laki-laki terjadi melalui proses
sosialisasi, ajaran agama dan kebijakan negara (Kusumaningsih, 2018). Perbedaan gender
menyebabkan perbedaan fisiologi dan perbedaan psikologis dalam pembelajaran.
Menurut Zhu (2017) perbedaan tersebut berpengaruh terhadap perkembangan
kemampuan belajar siswa, terutama kemampuan dalam mempelajari matematika.
Penelitian yang relevan yaitu Rifai dan Wutsqa (2017) menyatakan bahwa
kemampuan literasi matematika siswa SMP Negeri Bantul untuk domain proses
menggunakan konsep, fakta, prosedur dan penalaran matematika termasuk kategori
rendah. Firmanto (2013) menyatakan bahwa faktor gender mempengaruhi hasil belajar
matematika, dimana siswa perempuan cenderung memiliki motivasi rendah dalam belajar
matematika. Dalam hal ini, hasil belajar siswa perempuan lebih rendah dibandingkan
siswa laki-laki. Berbeda dengan penelitian Arkham (2014) yang mengungkapkan bahwa
penalaran adaptif siswa laki-laki cenderung kurang dibandingkan penalaran adaptif siswa
perempuan. Hal ini disebabkan karena siswa laki-laki tidak cermat dan teliti dalam
mengerjakan soal. Sehingga hasil yang diraih siswa laki-laki kurang maksimal.
Berdasarkan data puspendik UN siswa SMA Negeri 1 Meraksa Aji tahun 2019
khususnya pada materi program linear, seperti ditampilkan pada Tabel 1.

338
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 4, 2020

Tabel 1. Data Hasil UN SMA Negeri 1 Meraksa Aji Tahun 2019


No Indikator Nilai (%)
1 Menentukan daeah penyelesaian dari masalah sistem pertidaksamaan 38,91
linear dua variabel
2 Menentukan fungsi kendala dari daerah penyelesaian suatu masalah 51,41
program linear
3 Menentukan masalah nilai optimum dan masalah dengan fungsi kendala 43,69
tertentu

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa persentase daya serap siswa SMA Negeri 1
Meraksa Aji masih kurang, khususnya dalam menyelesaikan permasalahan program
linear. Hal ini dapat terjadi karena diduga rendahnya kemampuan literasi matematika
siswa SMA. Literasi matematika dikatakan baik jika nilai daya serap siswa yaitu lebih
dari 55,00%.
Selain itu, penelitian yang mengkaji tentang pentingnya literasi matematika untuk
dikaji yaitu: analisis kemampuan literasi matematik calon guru matematika (Prabawati,
2018) dan pengembangan lembar kerja siswa berbasis masalah dengan strategi heuristic
untuk meningkatkan kemampuan literasi matematis (Prabawati, Herman dan Turmudi,
2019). Dari beberapa perbedaan pendapat ahli dan permasalahan yang telah dipaparkan,
di SMA Negeri 1 Meraksa Aji belum pernah diadakan penelitian yang mengkaji
kemampuan literasi matematika ditinjau dari gender. Sehingga penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kemampuan literasi matematika siswa SMA Negeri 1 Meraksa Aji
ditinjau dari gender khususnya pada materi program linear.

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan di
salah satu SMA Negeri 1 Meraksa Aji, Lampung. Subjek dalam penelitian adalah 31
siswa dengan 14 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki. Untuk mengumpulkan data,
subjek diberikan soal tes literasi matematika. Setelah subjek menyelesaikan tes literasi
matematika, selanjutnya dipilih 2 siswa perempuan dan 2 siswa laki-laki dengan teknik
purposive sampling. Pemilihan subjek dilakukan berdasarkan pertimbangan guru, dimana
guru mengetahui karakteristik siswanya. Selain itu, siswa dipilih berdasarkan
kemampuan komunikasinya yang baik, karena dibutuhkan siswa yang mampu
memberikan atau menyampaikan ide dan alasan, sehingga dapat digali lebih dalam terksit
literasi matematika dari subjek penelitian. Untuk meningkatkan kepercayaan terhadap
data, penelitian ini menggunakan triangulasi metode. Data jawaban siswa dan wawancara
dikatakan valid jika data jawaban siswa sesuai dengan hasil wawancara, dan sebaliknya.
Indikator literasi matematika yang digunakan ditampilkan pada Tabel 2.

339
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 4, 2020

Tabel 2. Indikator Literasi Matematika


No Indikator Literasi Matematika Implementasi
1 Menafsirkan matematika untuk Mengidentifikasi unsur yang diketahui,
menyelesaikan masalah yang ditanyakan, dan kecukupan unsur
yang diperlukan
2 Merumuskan masalah secara Merumuskan masalah matematika atau
matematis menyusun model matematika
3 Menggunakan konsep, fakta, prosedur Menerapkan strategi penyelesaian
dan penalaran dalam matematika berbagai masalah (baik yang sejenis
maupun masalah baru) didalam
matematika

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data penelitian ini berupa data tes kemampuan literasi matematika dan wawancara.
Data wawancara didapat setelah subjek menyelesaikan tes literasi matematika. Subjek
penelitian terdiri dari 4 siswa, yaitu 2 siswa perempuan (subjek 1 dan subjek 2) dan 2
siswa laki-laki (subjek 3 dan subjek 4). Soal-soal yang digunakan untuk melihat
kemampuan literasi matematika dalam penelitian ini yaitu:

Tabel 3. Soal Kemampuan Literasi Matematika


No Soal
1 Menjelang hari raya Idul Adha, Pak Mahmud hendak bejualan sapi dan kerbau. Harga
seekor sapi dan kerbau beturut0-turut Rp 9.000.000 dan Rp 8.000.000. modal yang ia
miiki adalah 124.000.000. Pak Mahmud menjual sapi dan kerbau di Jakarta dengan harga
berturut-turut Rp 10.300.000 dan Rp 9.200.000. kandang yang ia miliki hanya dapat
menampung tidak lebih dari 15 ekor. Agar mencapai keuntungan maksimum, maka
banyak sapi dan kerbau yang harus dibeli Pak Mahmud adalah
2 Seorang anak diharuskan minum dua jenis tablet setiap hari. Tablet jenis I mengandung
5 unit vitamin A dan 3 unit vitamin B. Tablet jenis 2 mengandug 10 unit vitamin A dan
1 unit vitamin B. Dalam 1 hari, anak tersebut memerlukan 25 unit vitamin A dan 5 unit
vitamin B. Jika harga tablet I Rp 4.000/biji dan tablet II Rp 8.000/biji, pengeluaran
minimum untuk pembelian tablet perhari adalah
3 Tanah seluas 10.000 m2 akan dibangun rumah tipe A dan tipe B. Untuk rumah tipe a
diperlukan 100 m2 dan tipe B diperlukan 75 m2. Jumlah rumah yang dibangun paling
banyak 125 unit. Keuntungan rumah tipe A adalah Rp 6.000.000/unit dan tipe B adalah
Rp 4.000.000/unit. Keuntungan maksimum yang dapat diperoleh dari penjuaan rumah
tersebut adalah

Hasil jawaban tes kemampuan literasi matematika yang diselesaikan oleh subjek
disajikan sebagai berikut:

340
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 4, 2020

1. Jawaban Subjek 1 (S1)

Gambar 1. Menafsirkan dan Merumuskan Masalah

Berdasarkan hasil jawaban subjek dan wawancara didapat bahwa S1 telah


menguasai indikator kemampuan literasi matematika dalam menafsirkan matematika
untuk menyelesaikan masalah. S1 telah menuliskan informasi yang diketahui secara
benar. Selain itu, S1 telah menguasai indikator kemampuan literasi matematika dalam
merumuskan masalah secara matematis. S1 mampu menuliskan model matematika sesuai
informasi dari soal. Namun dalam menuliskan fungsi tujuan, subjek mengalami kesalahan
dalam penulisan. Hal ini dikonfirmasi saat wawancara bahwa subjek menuliskan
1.000.000 y, sedangkan yang benar adalah 1.200.0000 y. Selain itu, persyaratan maupun
batasan yang dimaksudkan dalam soal telah ditulis secara benar dalam model
matematikanya yaitu dengan menggunakan pertidaksamaan.

Gambar 2. Menggunakan Konsep

341
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 4, 2020

Berdasarkan hasil jawaban subjek dan wawancara didapat bahwa S1 telah


menguasai indikator kemampuan literasi matematika dalam menerapkan strategi
penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. S1 mengawali penyelesaiannya dengan
mencari titik-titik yang dilalui oleh garis dan menggambarkannya dalam grafik fungsi.
Kemudian S1 menentukan titik potong menggunakan konsep substitusi. Setelah itu, S1
menentukan daerah penyelesaian beserta nilai dari fungsi tujuannya. Dari langkah
tersebut, S1 dapat menarik kesimpulan banyak sapi dan kerbau yang harus dibeli agar
mendapat keuntungan yang maksimum.

2. Jawaban Subjek 2 (S2)

Gambar 3. Jawaban S2 Merumuskan Masalah

Berdasarkan hasil jawaban dan wawancara subjek didapat bahwa S2 telah


merumuskan masalah dengan benar. Penulisan model matematika maupun fungsi
tujuannya sudah sesuai dengan informasi dari soal. Artinya, S2 memenuhi indikator
kemampuan literasi matematika dalam merumuskan masalah secara matematis.

Gambar 4. Jawaban S2 Menggunakan Konsep

Berdasarkan hasil jawaban dan wawancara subjek didapat bahwa S2 mampu


menggunakan konsep, fakta, prosedur dan penalaran dalam matematika. S2 menentukan

342
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 4, 2020

titik potong, daerah penyelesaian, nilai fungsi tujuan dan menentukan titik minimum
secara tepat. Selain itu, S2 juga telah menggunakan konsep penyelesaian masalah tersebut
secara sistematis dan tepat.

3. Jawaban Subjek 3 (S3)

Gambar 5. Jawaban S3 Merumuskan Masalah

Berdasarkan hasil jawaban subjek dan wawancara didapat bahwa S3 belum


memenuhi merumuskan masalah. S3 mengalami kesalahan dalam menuliskan model
matematikanya. S3 menuliskan 100𝑥 + 75𝑦 = 10.000, sedangkan yang benar adalah
100𝑥 + 75𝑦 ≤ 10.000. Begitu pula untuk model matematika yang selanjutnya, masih
kurang tepat. Hal ini dianggap penting, karena simbol pertidaksaman dan pertidaksamaan
memiliki makna yang berbeda. Selain itu, pentingnya simbol pertidaksamaan tersebut
adalah digunakan sebagai penentu daerah penyelesaian.

343
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 4, 2020

Gambar 6. Jawaban S3 Menggunakan Konsep

Berdasarkan hasil jawaban dan wawancara S3 didapat bahwa subjek mengetahui


konsep atau prosedur yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Namun, S3 tidak dapat menentukan daerah penyelesaiannya dengan benar. S3 mengarsir
grafik fungsi dengan belum tepat. Walaupun demikian, S3 melanjutkan mencari nilai dari
fungsi tujuan yang sudah ditetapkan. Dalam menggunakann fungsi tujuan, membutuhkan
titik-titik daerah penyelesaian. S3 menentukan titik-titik daerah penyelesaian dengan cara
melihat contoh umum yang diberikan oleh guru. Tanpa mengetahui bagaimana asal mula
titik-titik tersebut didapat.

4. Jawaban Subjek 4 (S4)

Gambar 7. Jawaban S4 Merumuskan Masalah

Berdasarkan hasil jawaban dan wawancara subjek 4 didapat bahwa subjek belum
merumuskan masalah secara benar. S4 melakukan kesalahan dalam menuliskan model
matematikanya. Penulisan 5𝑥 + 10𝑦 ≥ 25 harusnya ditulis dengan 5𝑥 + 10𝑦 ≤ 25.

344
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 4, 2020

Gambar 8. Jawaban S4 Menggunkan Konsep

Berdasarkan hasil jawaban dan wawancara S4 didapat bahwa subjek tidak


mengarsir daerah penyelesaian sesuai rumusan masalah. Selain itu, dalam
meminimumkan nilai fungsi tujuan, S4 tidak menggunakan titik-titik dari derah
penyelesaian. S4 hanya menggunakan satu titik sebagai fungsi tujuan yang
diminimumkan dan titik yang dipilih bukanlah titik yang meminimumkan fungsi tujuan.
Dengan demikian, S4 tidak memenuhi indikator dalam menggunakan konsep.
Berdasarkan hasil analisis kemampuan literasi matematika yang telah dipaparkan,
kemampuan literasi matematika siswa perempuan lebih baik dari pada siswa laki-laki.
Sejalan dengan Farooq (dalam Pujiati, 2019:32) yang mendapatkan hasil bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan, dan siswa perempuan
memiliki kompetensi yang lebih baik dari siswa laki-laki. Siswa perempuan memenuhi
indikator menafsirkan matematika untuk menyelesaikan masalah, merumuskan masalah
secara matematis dan menggunakan konsep, fakta, prosedur dan penalaran dalam
matematika. Sedangkan siswa laki-laki hanya memenuhi indikator menafsirkan
matematika untuk menyelesaikan masalah. Hal ini terjadi karena siswa laki-laki kurang
teliti dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Sejalan dengan Salmina dan
Nisa (2018) yang menyatakan bahwa siswa laki-laki cenderung kurang cermat, teliti serta
kurang percaya diri dalam menyelesaikan soal tes penalaran, sehingga hasil soal tes
penalaran siswa laki-laki masih dianggap kurang maksimal.

SIMPULAN
Didalam penelitian ini, didapat bahwa kemampuan literasi matematika siswa
perempuan lebih baik dibandingkan siswa laki-laki. Siswa perempuan memenuhi seluruh
indikator literasi matematika, sedangkan siswa laki-laki hanya memenuhi indikator
literasi matematika yaitu menafsirkan matematika untuk menyelesaikan masalah.
Sehingga, guru perlu meningkatkan kembali kemampuan matematika siswa, terutama
kemampuan literasi matematika. Meningkatkan literasi matematika dapat dilakukan

345
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 4, 2020

melalui seringnya siswa dihadapkan oleh masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.


Selain itu, peneliti lain dapat melakukan penelitian tentang kemampuan kognitif lainnya
khususnya ditinjau dari gender atau aspek afektifnya.

REFERENSI
Arkham, P. H. (2014). Penalaran Adaptif Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Matematika Materi Bangun Ruang di SMP Negeri 4 Surabaya Berdasarkan
Perbedaan Gender. Skripsi. Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya.

Firmanto, A. (2013). Kecerdasan, Kreativitas, Task Commitment dan Jenis Kelamin


Sebagai Prediktor Prestasi Hasil Belajar Siswa. Psichological Journal: Science
and Practice, 1(1)

Kusumaningsih, W., Darhim, Herman, T., & Turmudi. (2018). Gender Differences in
Algebraic Thinking Ability to Solve Mathematics Problems. Journal of
Physics: Conference Series, 1013: 1 – 5.

Muzaki, A. & Masjudin. (2019). Analisis Kemampuan Literasi Matematis. Mosharafa:


Jurnal Pendidikan Matematika, 8(3): 493–501.
https://doi.org/10.31980/mosharafa.v8i3.557

Ojose, B. (2011). Mathematics Literacy: are We Able to Put the Mathematics We Learn
Into Everyday Use. Journal of Mathematics Education, 4(1): 89 – 100.

Prabawati, M. N. (2018). Analisis Kemampuan Literasi Matematik Calon Guru


Matematika. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 7(1): 113 – 120.
https://doi.org/10.31980/mosharafa.v7i1.347

Prabawati, M. N., Herman, T., & Turmudi, T. (2019). Pengembangan Lembar Kerja
Siswa Berbasis Masalah dengan Strategi Heuristic untuk Meningkatkan
Kemampuan Literasi Matematis. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika,
8(1): 37–48.
https://doi.org/10.31980/mosharafa.v8i1.383

Pujiati, A. (2019). Literasi Sains dan Kecerdasan Adversity Siswa Sekolah Menengah di
Cilodong Kota Depok. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kaluni, 2, 28–
35.
https://doi.org/10.30998/prokaluni.v2i0.6

Rifai & Wutsqa, D. U. (2017). Kemampuan Literasi Matematika Siswa SMP Negeri Se-
Kabupaten Bantul. Junal Pendidikan Matematika dan Sains, 4(2): 152–162.
https://doi.org/10.21831/jpms.v5i2.15747

Salmina, M., & Nisa, S. K. (2018). Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Berdasarkan
Gender pada Materi Geometri. Jurnal Numeracy, 5(1): 41–48.

346
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 4, 2020

Sari, R. H. N. (2015). Literasi Matematika: Apa, Mengapa dan Bagaimana?. Seminar


Nasional Matematika dan Pendidikan matematika UNY, 713 – 720.

Supraptinah, U., Budiyono & Subanti, S. (2015). Eksperimentasi Model Pembelajaran


Discovery Learning, Problem Based Learning dan Think-Talk Write dengan
Pendekatan Saintifik Terhadap Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari
Kemandirian Belajar Siswa. Jurnal Pembelajaran Matematika, 3(10): 1138–
1149.

Syawahid, M., & Putrawangsa, S. (2017). Kemampuan Literasi Matematika Siswa SMP
Ditinjau Dari Gaya Belajar. Jurnal Tadris Matematika, 10(2): 222–240.
https://doi.org/10.20414/betajtm.v10i2.121

Wardani, S., & Rumiati. (2011). Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP:
Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: PPPPTK.

Zainiyah, U., & Marsigit. (2018). Literasi Matematika: Bagaimana Jika Ditinjau dari
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SD Kelas Tinggi?. Jurnal
Riset Pendidikan Matematika, 4(1): 5–14.

Zhu, Z. (2017). Gender Differences in Mathematical Problem Solving Patterns: A Review


of Literature. International Education Journal, 8(2): 187 – 203.

347

Anda mungkin juga menyukai