Anda di halaman 1dari 23

MINI RISET DAN REKAYASA IDE AGAMA

“Tubuh dan Kecantikan” dan “Tubuh dan Komsumsi”

Dosen Pengampu : Pdt. Selfi Sihombing M.Si

Disusun Oleh : Kelompok 4


1. Cindy Nelly Mariska Sinaga 7193342017
2. Dini Oktavia Sitanggang 7192142002
3. Eklesia Sentia Sijabat 7192242004
4. Essi Arpiana Simatupang 7193342020
5. Kristina Sihombing 7191142010
6. Rahel May Carry Sibuea 7193342019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
nikmat, berkah dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun Mini Riset dan
Rekayasa Ide mata kuliah Pendidikan Agama Kristen yang berjudul “ Tubuh dan
Kecantikan” dan” Tubuh dan Komsumsi”
Pada kesempatan ini tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Pdt.Selfi Sihombing M.Si selaku dosen mata kuliah Studi Pendidikan Agama
Kristen yang telah membimbing kami, serta pihak-pihak lain yang terkait dalam
proses pembuatan Mini Riset dan Rekayasa Ide mata kuliah Pendidikan Agama
Kristen yang berjudul “Tubuh dan Kecantikan” dan “Tubuh dan Komsumsi” Kami
menyadari bahwa tugas Mini Riset dan Rekayasa Ide mata kuliah Pendidikan Agama
Kristen yang berjudul “Tubuh dan Kecantikan” dan “Tubuh dan Komsumsi” ini
masih jauh dari kata sempurna. Apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan. Kami mohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman
kami masih terbatas, karena keterbatasan ilmu dan pemahaman kami yang belum
seberapa. Karena itu kami sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca yang
sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas ini.
Kami berharap semoga Mini Riset dan Rekayasa Ide ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan bagi kami khususnya. Atas perhatiannya kami mengucapkan terima
kasih.

Medan, Mei 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

A. Tubuh dan Kecantikan


 Dialetika Kecantikan
 Melawan Tubuh Alamiah
 Mitos kecantikan dan ketakutan tubuh
B. Tubuh dan Komsumsi
 Teorisasi Komsumsi Tubuh
 Negosiasi Tubuh Ketika Belanja
 Tubuh dan Pakaian
 Tubuh dan Konsumsi pada Masyarakat Modern

BAB III PENUTUP

 Kesimpulan
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dari waktu ke waktu makna terahadap konstruksi kecantikan selalu beralih
seperti dari yang bersifat seksual semata ke politis. Sebagai misal, untuk
memudahkan memasuki pasar kerja maka kecantikan digunakan sebagai sebuah
modal. Kecantikan memang sangatlah didambakan oleh semua wanita yang ada di
permukaan bumi ini karena dengan kecantikanlah segala seuatu menjadi “lebih
mudah” untuk diraih. Secara politis kita dapat saksikan betapa para penguasa seperti
Napoleon Bonaparte; Senator Garry Hart; Pengusaha Donald Trump; Presiden John F.
Kennedy; Popendrau; hingga Presiden Roosevelt, semua harus bertekuk lutut di
bawah bayang-bayang kecantikan Josephine; Donna Rice, Dimitra Liani, Marylin
Monroe , Lucy Mercer Ruth.
Pada kajian awal, makna cantik oleh Plato mereferensi kepada kualitas moral
dan spiritual. Hingga masa pertengahan pemujian terhadap makna cantik dihubungkan
dengan dunia Ketuhanan. Tradisi terhadap pemaknaan cantik terus berubah melalui
tradisi dan konfigurasi kekuasaan yang panjang. Hingga makna cantik tersebut
kemudian berbelok merujuk kepada kaum perempuan.
Mitos merupakan Unsconscious Wishes (keinginan-keinginan yang tak
disadari). Ia merupakan produk imajinasi atau khayalan manusia. Mitos kecantikan
hadir dengan menggeneralisir bahwa perempuan yang cantik adalah: Berbadan
ramping; Berkulit putih; Berambut lurus; Berbibir tipis; Kutilang Darat: Kurus Tinggi
Langsing. Dada Rata; STNK: Setengah Tuo Neng Kenceng.
Asumsi dasar yang ingin dikembangkan dalam bab kali ini bahwa perangkat
tubuh mempunyai peranan penting untuk melakukan konsumsi.

B. Tujuan
Mini Riset dan Rekayasa Ide ini bertujuan untuk menyelesaikan salah satu tugas
kelompo mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Akuntansi di Universitas Negeri
Medan mata kuliah Pendidikan Agama Kristen dan juga untuk mengetahui bagaimana
pandangan dari Kriisten megenai topik yang dibahas dibuku.
C. Manfaat
1. Untuk menyelesaikan salah satu tugas Pendidikan agama Kristen
2. Untuk mengetahui bagaimana cara berpakaian dan mengenai kecantikan menurut
kristen
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tubuh dan Kecantikan


 Dialetika Kecantikan

Kecantikan adalah dambaan semua wanita yang ada dimuka bumi ini, sampai akhir nya
banyak orang yang menyalah guna kan sebuah kecantikan mengapa demikian misalnya di
sebuah dunia pekerjaan kecantikan termasuk modal awal untuk lebih mudah di terima dalam
lapangan pekerjaan. Seperti contoh yang bisa kita ambil adalah Marilyn Monroe, beliau
terkenal dengan berbagai pose fotonya, termasuk pose telanjang dengan menggunakan
pakaian mandi, memeluk domba, menggunakan jeans hingga di tengah tanaman labu.

Makna sebuah kecantikan selalu berubah – ubah tergantung pada motivasi individu
nya ketika sedang melakukan bedah plastic. Saat awal kesejarahan bedah plastik. Pertama
sekali dilakukan pada tahun 1000 sebelum masehi yang dilakukan di india. Pada abad ke 15
seorang fisikiawan asal italia memulai melakukan bedah palstik dengan menggunakan kulit
Pundak. Pada abad ke 16 bedah plastic digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti
sipilis dan lepra. Pada abad 19 bedah plastic semakin marak tatkala dan obat bius di temukan
tahun 1846. Pada abad 20 bedah plastic digunakan untuk estetika dan kosmetika tubuh.
Perubahan tubuh dengan cara pembedahan lainnya adalah memperbesar payudara (Breast
Augmentations).

Secara garis besar, individu yang melihat tubuh sosial, membagi ke dalam dua
perdebatan besar, mengenai kecantikan. Yakni:

1. Sociopsychology of Beauty.
Kecantikan tubuh selalu dilihat pada permasalahan internal diri individu
sendiri. Terkadang seseorang merasa tubuhnya selalu terdapat kekurangan. Seperti
kulitnya kurang putih, kurang mancung. Selalu merasa kegemukan (Anorexia
Nervosa), Merasa ada yang berkerut (Rhytodectomies). Persentase alasan tidak
percaya diri berdasarkan latar belakang fisik, lebih besar dibanding laki-laki.
Kesempurnaan tubuh menjadi alat terpenting untuk interaksi sosial, dibanding kaum
pria.
2. Sociology of Beauty adalah pandangan yang menganggap bahwa Kecantikan modern
tubuh perempuan dimaknai bukan oleh individu itu sendiri melainkan hal-hal dari
luar/ eksternal seperti media teknologi.

Sementara itu beberapa kaum feminis dan politisi kecantikan menilai kecantikan dibagi ke
dalam tiga perspektif yaitu :

1. Beauty as Oppression.

Pandangan ini dianut oleh kaum feminis. Ada beberapa asumsi bahwa kaum perempuan yang
ingin selalu tampak cantik, menggiurkan (voluptuous), langsing (slender), awet muda (eternal
youth) ini adalah merupakan bentuk kepatuhan dan ketundukan terhadap laki-laki yang selalu
menuntut agar perempuan selalu tampil cantik.

2. Beauty as Cultural Discourse


cenderung berbeda dengan pandangan kaum feminis. Tubuh perempuan yang
didiskursuskan ingin selalu tampil cantik, dapat dilihat melalui tiga wacana berikut, yakni :
 The Mind-Body Dualism dimana tubuh dianggap penuh misterius ancaman dan
inferior, karena itu tubuh yang cantik dan terawat, merupakan media penyeimbang
terhadap keberadaan jiwa yang dianggap lebih tinggi.
 Beauty has a Little Will Power dimana perempuan percaya bahwa dengan mengontrol
tubuhnya melalui kecantikan maka ia akan mempunyai kuasa dan
kekuatannpenyeimbang terhadap lelaki.
 Beauty as a Cultural Statement, yakni kecantikan tidak bisa digeneralisasikan sebagai
bentuk paksaan dan ketundukkan terhadap kaum laki-laki dan industri kosmetik.
Kecantikan mempunyai specific cultural meaning yakni keunikan motif ingin terlihat
cantik berdasarkan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

 Melawan Tubuh Alamiah

Pada ulasan awal makna cantik oleh Plato mereferensi kepada kualitas moral dan
spiritual. Hingga masa pertengahan mendukung terhadap makna cantik dihubungkan dengan
dunia Ketuhanan. Tradisi ini sangat cantik terus berubah melalui tradisi dan kekuasaan yang
panjang. Hingga arti dari cantik tersebut kemudian berbelok merujuk kepada kaum
perempuan. Konstruksi kecantikan tubuh di dekade kali ini adalah mengacu pada referensi
kesegaran. Konsep kencang dan muda diidentikkan dengan beberapa objek yang berkaitan
dengan kesegaran seperti buah apel yang masih basah. Kegunaan ini dalam tampilan
memberikan sebuah kesan baru mengenai sesuatu yang halus, rapi yang semuanya sangat ke
arah segar.

Dari tampilan ini dapat kita lihat memberikan sebuah kesan baru mengenai sesuatu
yang halus, rapi yang semuanya bergeser ke arah segar. Pergeseran ini menunjukkan kepada
kita ada sebuah pembalikan terhadap sejarah yang dipandang selalu bermuatan linear. Dari
kecil sampai besar, dari muda sampai tua dan dari lahir sampai mati, termanipulasi ke dalam
bentuk tubuh yang dikondisikan dalam keadaan muda. Masa muda sangat di anggap paling
ideal dan penuh kejayaan. Tubuh kemudian diharapkan pada satu idealitas tertentu untuk
tidak mengalami ketuaan dan tidak mengalami mati disaat muda.cara poses linear tubuh
seperti diatas merupakan kejadian alami dari halus menuju keriput. Pada sisi lain, jika tua
telah sudah lebih kelihatan. Dan tak bisa dihindarkan lagi. Maka yang dilakukan adalah
dengan bagaimana berumur panjang. Cara yang dilakukan adalah dengan memakan makanan
sedikit, menemui teman di masa kecil. Dan mencoba hidup dekat dengan tanaman. Dan
mendekatkan diri dengan air. Ini seperti kehidupan yang dilakukan oleh orang-orang tua
berumur panjang di tiga tempat dunia, yakni di Sardinia Italia, California dan di Okinawa.
Jika kita perhatikan orang yang sangat kritis terhadap tubuhnya, pada pagi hari hampir semua
aktifitasnya dihabiskan dengan membenahi dan kembali mendandani tubuh serta
perangkatnya. Mulai dari mengaca sejenak setelah lepas dari tempat tidur, kemudian menuju
kamar mandi, cuci muka, mandi dan beberapa anggota tubuh diberi fondasi berupa penahan
sinar matahari hingga vitamin yang menjaga kebugaran tubuh sepanjang hari. Kemudian baru
menuju ke wilayah publik. Perawatan tubuh menjadi rejim yang mengendalikan berbagai
aktivitas tubuh manusia dalam hari-harinya. Jika pada peradaban Yunani idealisasi tubuh
yang cantik dan bagus mengacu kepada maskulinitas dan feminitas yang terepresentasi pada
ruang-ruang gimnastium di kota Athena dan Sparta. Sedangkan pada candi gambaran
perempuan mengacu kepada produktivitas tubuhnya dalam menghasilkan keturunan. Pada
masa kini kualitas tubuh mengacu kepada kebugaran. Ini karena terjadinya pola perubahan
tubuh yang diharuskan berada di ruang publiK selama 10-12 jam dalam sehari. Orang telah
masuk ke dalam sektor kerja urban yang berbeda dengan sektor rural agraris. Tubuh
dipolakan untuk dimanja. Tubuh yang tadinya jika lelah bisa langsung berhenti seketika,
seperti minum kopi sebentar di pematang sawah atau menikmati nasi lauk-pauk yang dihantar
setiap saat.
Berbeda dengan mekanisasi sistem kerja di abad modern, dimana tubuh diharuskan
bekerja atau beristirahat pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Ditandai dengan deringan
bel, lonceng atau sirene. Tubuh kemudian dimasukkan ke dalam ruang displin dan mesinisasi
modern, seperti dalam ruang kantor. Penentuan tubuh bukan lagi didasarkan pada otoritas
individual, melainkan ditentukan oleh masifikasi lembaga. Hingga kini jika kita perhatikan,
semakin modern suatu masyarakat, maka pengenalan terhadap istirahat siang semakin jarang.
Makna perawatan kecantikan hanya dilakukan pada malam dan pagi hari.

Yang kita ketahui selama ini belom perna kita mendengar peraturan ini masuk dalam
peraturan tubuh cantik masuk kedalam tentang Politik. Seperti yang pernah yang kita lihat di
Orde Baru ketika memberlakukan upacara senam kebugaran setiap jum’at pagi pasti ada
dilaksanakan. Kita percaya bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula.
Kebijakan ini dilegalkan dalam sebuah surat keputusan. Senam dilakukan sebagai perawatan
tubuh. Suatu konsep politik, yang pada awalnya bersifat individu, kemudian digiring secara
seragam oleh negarab. Beberapa waktu kemudian diketahui bahaw Si Richard ini lebih
gemuk dari presiden sebelumnya. Untuk tetap menutupi kasus tersebut, akhirnya
dikeluarkanlah sebuah undang-undang nasional yang mengharuskan para warganya untuk
mengikuti senam. Dengan presiden Richard sebagai konstruktor senam. Ia dituduh kurang
melakukan olahraga, sehingga semua rakyatnya dikumpulkan ke sebuah lapangan untuk
melakukan senam tersebut. Tubuh masuk ke dalam wilayah politik. Tubuh juga tidak saja,
hanya terkait dengan permasalahan sosiologis, teknologis dan praktik-praktik pasar.

 Mitos Kecantikan dan Ketakutan Tubuh

Mitos kecantikan hadir dengan menggeneralisir bahwa perempuan yang cantik


adalah: Berbadan ramping; Berkulit putih; Berambut lurus; Berbibir tipis; Kutilang Darat:
Kurus Tinggi Langsing. Dada Rata; STNK: Setengah Tuo Neng Kenceng. Pada beberapa
majalah kecantikan bisa dianggap sebagai pembawa mitos, karena di dalamnya mengandung
mitos kecantikan yang disebarkan dan dipaksakan melalui siklus kebencian terhadap diri
sendiri (pembaca) akibat melihat foto-foto sosok model iklan di majalah yang dikesankan
bertubuh sempurna. Kedua, Majalah kecantikan disensor bukan oleh negara atau lembaga
agama, melainkan oleh iklan-iklan produk kecantikan yang mendominasi halaman majalah.
Dan di dalam berbagai gambar iklan produk kecantikan, tubuh difoto dengan sangat
sempurna (halus dan bersih); penuh dengan tipuan cahaya. Bagian-bagian tubuh model iklan
yang kurang menarik, tidak sempurna atau cacat disembunyikan dengan sangat rapat.
Adapun implikasi dari adanya mitos kecantikan tersebut adalah kehendak untuk membenci
tubuhnya sendiri, karena selalu merasa ada yang kurang. Kehendak untuk membenci tubuh
sendiri tersebut ditandai dengan tiga hal, yakni:

• Pertama, Munculnya rasa takut terhadap usia.

• kedua, Perlawanan terhadap tubuh alamiah. Perubahan pada tanda di atas menunjukkan
bahwa tubuh mengalami kealamaiahan atau naturalitas yang kemudian ia dilawan dengan
berbagai produk konsumsi.

• Ketiga, Munculnya Body Dismorphic Disorder. Selalu merasa kekurangan pada diri sendiri.

 Diet (Fat Removing and Body Contouring)

Salah satunya yang sekarang tengah menjadi trend adalah diet. Tubuh yang tengah
melakkan diet dibentuk serta didisiplinkan oleh dua perspektif, yakni diet sebagai kontrol
sosial, dimana tubuh digiring ke arah pengukuran organis. Kontrol dan pengawasan, bisa
berupa teguran, perhatian, ejekan dalam pergaulan. Diet pasca Calvinitas (Kristen Protestan)
menjadi lebih dirasionalkan berdasarkan rasionalitas industri. Bahwa tubuh yang tidak gemuk
sama dengan hemat, sehat, cantik, dan gesit. Sesuai dengan manajemen keuangan, Sesuai
dengan perhitungan modal. Dalam hal ini, wacana diet tengah beralih dari etik agama menuju
ke etik modernitas dan kapitalisme.

Diet berkaitan dengan etik Protestan karena empat alasan. Yakni yang pertama, diet
merupakan disiplin tubuh. Kedua, posisi tubuh diet menurut agama mengharuskan kesabaran,
ketenangan hati dan kerja keras. Ketiga, dalam agama diet ditujukan untuk kesehatan dan
higienitas. Terakhir, diet berkaitan dengan efisiensi dan asketisme dalam agama sesuai
dengan permintaan kapitalisme terhadap buruh.

Terdapat tiga alasan mengapa diet dan kesehatan (sanitasi, higienitas) sangat penting bagi
perkembangan kapitalisme. Dengan pengadaan sanitasi dan higienitas pada segala jenis
makanan, maka penyakit menular yang menjakiti kalangan kelas bawah seperti TBC,
bronchitis, kolera, tidak akan menyerang ke kelas menengah dan kelas elit. Kedua, tubuh-
tubuh yang telah disehatkan oleh rejim medis dan kalangan kelas menengah profesional,
maka dengan mudah dapat dipatuhkan.

 Membenci Tubuh yang Tak Normal


Munculnya konstruksi ketidaknormalan tubuh tidak hanya ditetapkan oleh iklan
melainkan juga oleh para dokter bedah plastik. Kompleksitas tubuh tampak pada gerakan-
gerakan keseharian tubuh, seperti yang dilakukan perempuan dengan menyibakkan
rambutnya. Di sisi lain, konstruksi ketidaknormalan tubuh dihadirkan dengan adanya
komparasi dengan tubuh lainnya. Komparasi ini menciptakan keinginan untuk
membayangkan bahwa seharusnya ini di sini, seharusnya lemak di bagian perut ini dibagikan
ke lengan, seharusnya ditambah, ini seharusnya dikurangi, seharunya ini berpindah seperti
ini, dan “seharusnya-seharusnya” yang lain.

Komparasi juga terjadi akibat adanya interaksi. Interaksi bukan sesuatu yang apa-apa,
melainkan penuh dengan nuansa perbandingan dan saling mempengaruhi. Melihat tubuh
yang lebih bagus dari miliknya, menjadikan konstruksi keinginan untuk menyerupai tubuh
ideal tersebut (possessiv body). Operasi plastik dijadikan salah satu basis legitimasi untuk
mengubah permukaan bentuk tubuh, meskipun itu harus sangatlah sakit sekalipun.

Kebencian terhadap tubuh sulit untuk berhenti, mengingat komparasi tubuh yang
ditawarkan oleh tubuh yang lebih ideal dan iklan disekitarnya juga tak pernah berhenti. Pada
akhirnya dapat dikatakan bahwa hampir sebagian kehidupan perempuan dihabiskan untuk
membenci tubuhnya sendiri.

 Menopause

Kekhawatiran terhadap tubuh lainnya adalah masa menopause. Pada studi kasus
menstruasi (Studi Kasus Perempuan Melayu) menopause disebut dengan datang bulan (the
coming of moon) atau datang kotor (istilah Melayu) (the arrival of the unclean). Perempuan
secara alamiah dan teratur akan mengalami PMS (Pre Menstruation Syndrom). Istilah yang
digunakan untuk menggambarkan keberadaan gejala menstruasi yang terjadi secara berulang
pada fase yang sama pada setiap bulannya. Gejala ini tidak terjadi pada anak perempuan di
bawah usia; kaum laki-laki dan Lansia/Sialan (usia lanjut). Adapun gejala biologisnya adalah
ketidaknyamanan pada bagian pinggang; kesakitan pada dada; kesakitan pada bagian
punggung; sakit bagian kepala. Munculnya menstruasi, secara sosialnya, implikasi pada
perempuan yang mengalami secara kultural akan mendapatkan fase bebas dari segala
aktivitas kerja pada setia bulannya (a symptom-free phase in each month).

B. Tubuh dan Komsumsi


 Teorisasi Komsumsi Tubuh
Asumsi dasar yang ingin dikembangkan dalam bab kali ini bahwa perangkat tubuh
mempunyai peranan penting untuk melakukan konsumsi. Seperti tangan yang digunakan
untuk menyentuh, hidung untuk membau, lidah untuk mencicipi, telinga untuk mendengar
dan mata untuk melihat. Semua digunakan untuk memperlengkap kegiatan konsumsi.
Konsumsi merupakan praktik yang sangat dekat dan selalu melibatkan tubuh.

Tidak hanya mengkonsumsi semata, tapi tubuh juga berperan untuk melakukan
selektifitas terhadap apa yang boleh dimakan dan apa yang tidak. Tubuh mempunyai sensor
terhadap berbagai kode konsumsi. Kode konsumsi berkaitan erat dengan kesehatan internal
tubuh; peraturan agama maupun norma masyarakat. Individu mempunyai selektivitas
terhadap makanan yang halal – haram; sakral - profan dan makanan yang sesuai dengan
anjuran untuk kesehatan – atau tidak sesuai dengan kesehatan. Tubuh melakukan tindakan
konsumsi dengan empat karakteristik yang digunakan yakni Memakai (to use up); Merusak
(to destroy); Menghabiskan (to waste); Membuang (to exhaust). Di sisi lain, indikasi penyakit
tubuh juga mampu menunjukkan latar belakang klas sosial masyarakat secara representatif.
Tubuh mengindikasikan penyakit berdasarkan kualitas konsumsi dan latar belakang kelas.
Seperti misal, bahwa beberapa penemuan mengindikasikan bahwa penyakit klas menengah
atas selalu identik dengan diabetes dan penyakit jantung. Sementara penyakit klas menengah
bawah lebih mengarah ke TBC; demam berdarah; kolera; dan rematik.

Maka dalam hal ini Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam hidup, namun masih
jarang orang peduli dengan kesehatannya sendiri. Salah satu cara menjaga kesehatan adalah
dengan memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Makanan merupakan kebutuhan yang
sangat penting untuk setiap orang guna kelangsungan hidupnya. Selain itu makanan
merupakan salah satu hal utama untuk menyokong tubuh dalam melakukan berbagai
aktivitas. Keseimbangan konsumsi makanan dapat menentukan kesehatan seseorang. Terlalu
banyak mengkonsumsi satu jenis makanan tanpa mengimbanginya dengan makanan lain bisa
mengakibatkan gangguan kesehatan. Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam mengatur
pola makan menjadi salah satu faktor seseorang mengabaikan pola makan yang seimbang.
Pola makan yang seimbang adalah mengkonsumsi makanan yang terdiri dari beraneka ragam
makanan dalam jumlah dan porsi yang sesuai dengan kebutuhan jumlah kalori yang
dibutuhkan. Tidak semua orang mengetahui jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dan
mengabaikan makanan yang sehat. Masyarakat lebih cenderung memilih makanan yang
mengenyangkan dan memiliki rasa yang nikmat tanpa menghiraukan kandungan gizi yang
terkandung dalam makanan yang dikonsumsi.
Proses konsumsi pada tubuh sosial mencakup tiga yang menjadikannya dinamis, yakni,
Social Live of Things, dimana komoditas konsumsi menjadi tidak berguna/disfungsi
diakibatkan oleh kerusakan; kadaluarsa. Kerusakan juga diakibatkan penggunaan dari gerak
tubuh seperti cara pakai dan cara merawat. Kedua adalah Bodies Alteration (perubahan
tubuh), konsumsi tubuh mengalami perubahan karena perkembangan usia. Tubuh
menggemuk, membesar, mengurus, berimplikasi kepada penggunaan komoditas baru yang
menyesuaikan terhadap perkembangan tubuh. Misalnya adalah pengonsumsian pakaian akan
disesuaikan dengan ukuran tubuh. S, M,

Perlu diketahui mengenai masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang diri sendiri
merupakan masalah penting, karena dapat menyebabkan risiko penyakit tertentu. Oleh sebab
itu pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan oleh setiap orang untuk mengetahui status
gizi orang tersebut. Berapa banyak orang yang sedang diperbudak atau dikendalikan oleh
keinginan (bukan kebutuhan) tubuhnya akan cokelat, kopi, teh, dan sebagainya, yang
sebenarnya secara ilmiah telah dibuktikan bahwa makanan dan minuman ini tidak berguna
karena hanya untuk kepuasan keinginan saja; bahkan bahan-bahan ini bisa membahayakan
tubuh kita karena sifat adiktif (ketagihan) yang ditimbulkannya.

"Segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna." (1 Korintus
10:23)

"Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku,
tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun." (1 Korintus 6:12)

Karena segala sesuatu diperbolehkan (bebas), Tuhan justru menempatkan tanggung jawab
yang lebih banyak pada kita untuk memilih dan membuat keputusan sendiri dengan
bijaksana. Kita memiliki hukum-hukum yang lebih sedikit dalam Perjanjian Baru, tetapi lebih
banyak tanggung jawab untuk melakukan hal yang benar, dan semua hal yang diperkenankan
untuk kita lakukan belum tentu berguna. Kita diharapkan untuk menunjukkan perhatian pada
pilihan-pilihan dan keputusan-keputusan itu, bahkan yang menyangkut makanan sekalipun.
Orang-orang yang mengatakan bahwa memakan makanan kesehatan akan menimbulkan
perbudakan pada diri mereka, hanya berusaha menemukan alasan bagi kurangnya
pengendalian diri mereka dan kelakuan-kelakuan mereka yang negatif. Orang-orang Kristen
seharusnya bersikap positif terhadap makanan yang bermanfaat yang Tuhan sediakan bagi
kita.
Penting sekali bagi kita untuk bersikap menghargai makanan yang telah diciptakan oleh
Tuhan sebagai makanan dan membatasi atau tidak mengonsumsi makanan yang sudah diolah
dan dikembangkan oleh manusia.

 Negosiasi Tubuh Ketika Belanja

Cara berbelanja kita menunjukkan konstruksi sosialnya. Contohnya itu: kita bisa
lihat ketika seorang ibu rumah tangga sedang berbelanja kebutuhan rumah tangga. Si ibu
berhak untuk menentukan bagaimanan dan apa kebutuhan rumah tangga yang ingin dia beli.
Ketika si ibu berbelanja dia tidak hanya untuk membeli kebutuhan rumah tangga saja tetapi
bisa dibarengi dengan refresing. Seperti yang digambarkan oleh Chua Beng Huat bahwa
tingkat perbelanjaan itu ada dua yaitu tingkat menegah dan tingkat bawah yang menimbulkan
rasa iri dari kelas menengah terhadap kelas atas dikarenakan adanya perbedaan kebutuhan
primer dan sekunder. Karena adanya rasa iri diantara kedua belah pihak maka Negara perlu
meredamnya supaya tercipta lingkungan yang sehat. Ketika kelas menegah dapat membeli
mobil dan apartemen yang mewah maka pemerintah melakukan peningkatan infrastruktur
umum seperti kondominium untuk keas bawah, saran publik yang memadai dan kereta api
cepat.

Chua Beng Huat dengan studi kasus pertokoan di Singapura juga menunjukkan
bahwa mall / shopping centre merupakan salah satu sarana untuk refresing untuk tubuh kita.
Kenapa ? karena ketika kita pergi ke mall kita bisa membeli semua barang dan kebutuhan
yang kita inginkan, bisa memanjakan diri dengan berbagai fasilitas yang ada di Mall dan bisa
menunjukkan identitasnya.

Ada beberapa motivasi tubuh konsumen ketika pergi ke suatu Mall , yakni :

1. Shopping is for buying : untuk benar- benar berbelanja

2. Hanging out : hanya untuk duduk-duduk atau sarana untuk kumpul dengan
rekan kerja

3. Being a Spectator Only : hanya untuk cuci mata saja.

Ketika kita berbelanja di Mall dan kita sudah mendapatkan barang yang kita inginkan
pastinya setelah itu kita akan mendapati kekecewaan terhadap barang yang kita miliki atau
yang sering disebut dengan Refleksi pasca belanja atau post shopping reflection .
kekecewaan itu dialami karena ketidak sesuaian barang yang dikomsumsi dengan Tubuh.
Contoh nya itu karena factor umur, karena fisik seperti Berat badan yang berubah. Relasi
tubuh dengan komsumsi juga dapat kita realisasikan antara hubungan orang tua dengan
anaknya. Ketika orangtua sibuk dengan urusan pekerjaan dan untuk menutupi peranan orang
tua terhadap sianak, maka orang tua hanya mencukupkan semuanya kedalam materi atau
uang. Maka relasi yang tercipta bukanlah relasi antara anak dengan orang tua melainkan
relasi antara si anak dengan materi tersebut.

Daniel Miller menyampaikan ada sebuah komsumsi yaitu : Green Consumption yang
artinya : konsumsi yang dilakukan dengan memenuhi nilai etika kemanusiaan secara
universal. Sebagai misal, tidak mengkonsumsi daging penyu pada jenis tertentu mengingat
keterancanmannya akan kepunahannya. Akan tetapi bisa kita lihat bahwa etika komsumsi
sekarang ini masih mengarah ke sifat individualisme, karena hanya memikirkan kesenangan
dan kepuasannya sendiri.

 Tubuh dan Pakaian

Beberapa konsep yang dikemukakan para antroopolog menunjukkan bahwa pakaian


itu adalah symbol dan bahasa untuk menggambarkan tubuh kita. Turner mengkonsepsikan
bahasa pakaian pada tubuh masyarakat Tchikrin dengan “symbolic language” (1969), Arthur
Wolf megnkonsepsikan “Vocabulary” ketika meneliti simbol pakaian duka pada kekerabatan
masyarakat China (1970). Masing yang meneliti pakaian Toga dan klas sosialnya pada
masyarakat Ethiopia menyebutnya sebagai “non verbal language” (1960), Jeffrey Nash yang
meneliti pakaian di lemari, pada masyarakat kontemporer menyebutnya sebagai “silent
language” (1977), Marshall Sahlins membandingkan secara detail termasuk memasukkan
beberapa referensi yang mengacu pada konsep “sintagmatik”; “semantik” dan “grammar”
dari sebuah pakaian (1976) Dan masih banyak studi lainnya yang mengungkapkan bahwa
pakaian adalah bagian dari simbol bahasa tubuh. Pakaian sebagai figur pembicara layaknya
sebuah bahasa manusia.

Dari pakaian yang digunakan oleh suatu masyarakat dapat menggambarkan prinsip,
kategori dan kebudayaannnya. Seperti study yang dilakukan oleh Bogatyrev (1971) yang
melakukan penelitian pakaian tradisional masyarakat Moravia yang mempunyai sistem
pembeda pakaian didasarkan pada usia, status perkawinan, jenis kelamin dan kedudukan.
Dari kategorisasi, jenis pakaian kemudian dibagi berdasarkan tiga tanda, yakni berdasarkan
praktik pengunaannya, estetika penggunaan dan fungsi penggunaan. Study lain yang
dilakukan oleh Van Gennep (1960) dan Victor Turner (1967) mengenai perubahan kebiasaan
dalam berpakaian karena budaya dari luar. Pada masyarakat Indonesia, tubuh masyarakat
yang digambarkan terbaratkan terwakili melalui simbol topi koboi, seperti yang digambarkan
oleh Remi Silado seorang sastrawan terkemuka.

 Tubuh dan Komsumsi pada Masyarakat Modern

Secara bahasa istilah konsumsi berasal dari bahasa Inggris consumption, merupakan bentuk
kata benda dari consume yang berarti makan, menghilangkan,menghabiskan,
membelanjakan, memiliki, atau menguasai (Ali, 2003: 192-193).Dalam kamus bahasa
Indonesia, konsumsi artinya pemakaian barang-barang hasil industri, bahan makanan dan
sebagainya (Suharso & Retnoningsih, 2005: 264).Hal itu menunjukkan konsumsi
merupakan aktifitas manusia dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan dalam hidup
dengan menikmati hasil produksi industri. Istilah konsumsi pada awalnya menjadi
pembahasan dalam bidang ekonomi, karena ekonomi merupakan kajian yang membahas
perilaku manusia dalam memanfaatkan sumber produktif sebagai hasil produksi barang
maupun jasa serta mendistribusikannya untuk dikonsumsi (Samuelson, 197:3). Sehingga
lingkaran aktifitas produksi, distribusi dan konsumsi merupakan cakupan bidang ekonomi.
Dimana konsumsi merupakan tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan nilai guna
ekonomi dari suatu barang atau jasa.

Menurut Draham Bannoch (1998: 132) konsumsi adalah pengeluaran total untuk
memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian pada jangka waktu tertentu
pengeluaran. Sedangkan dalam pandangan Dumairy (2004: 67) konsumsi adalah
pembelanjaan atas barang dan jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Secara sederhana aktifitas konsumsi meliputi
pengeluaran uang, penggunaan barang atau jasa, serta pemenuhan kebutuhan.Uang adalah
alat tukar atau standar pengukur nilai satuan hitungan yang sah dari pemerintah sebuah
negara baik berupa perak, emas, kertas dengan dicetak dalam bentuk atau gambar tertentu
(Suharso & Retnoningsih, 2005: 605). Adapun barang adalah benda atau sesuatu yang
berwujud, baik berupa cair, keras, perlengkapan rumah, perhiasan dan lainnya (Suharso &
Retnoningsih, 2005: 77).Dalam istilah ekonomi hal tersebut kemudian dinamakan barang
konsumsi. Sedangkan jasa merupakan perbuatan yang bermanfaat (Suharso &
Retnoningsih, 2005: 201), yang dilakukan oleh pihak tertentu untuk melayani
konsumen. Seperti jasa ojek, laundry, les privat, salon, rental dan lainnyamerupakan
bagian dari pelayanan yang dimanfaatkan oleh konsumen. Barang, komoditas maupun
jasa tersebut dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Lebih jauh mereka mengemukakan bahwa ada semacam kekakuan dalam teori
kegunaan, hal ini terjadi karena ketiadaan pemikiran yang jelas dari teori tersebut sehingga
ide-ide yang tersembunyi tentang kebutuhan manusia akan merembet kepada analisis
ekonomi yang terselubung. Selanjutnya Douglas-Wood membagi kebutuhan dalam 2 asumsi
yang digunakan secara kombinasi terhadap pihak yang mendukung maupun yang masih ragu-
ragu yaitu kebutuhan menurut ilmu kesehatan, dalam

hal ini dekenal dengan teori materialistis dan kebutuhan menurut teori

kecemburuan (envy theory). Atau dikenal juga dengan kebutuhan fisik dan

spiritual.

Kemudian dalam menganalisis tentang alasan orang membutuhkan barang konsumsi,


Douglas-Wood juga mengungkapkan beberapa kritik-diri para ahli ekonomi. Menurut
mereka, tidak ada pembenaran teori kegunaan tradisional terhadap asumsi apapun dari
kekurangan teori kecemburuan tentang kebutuhan pisik dan spiritual. Teori kegunaan
tradisional itu hanya semata-mata menduga bahwa individu bertindak secara rasional dan
konsisten ketika berhubungan dengan setiap orang dalam waktu singkat dan bersifat stabil.
Hal itu merupakan suatu sikap bagaimana menanggapi kejatuhan harga dengan kesiapan
membeli barang dalam jumlah besar walau harga membumbung tinggi, dan secara konsisten
pula menanggapi mode ketika terjadi perubahan penghasilan.

Berhubungan dengan hal tersebut di atas maka selanjutnya akan dilakukan telaah
melalui pendekatan teori postmodernitas. Hal itu mengingat alasan orang memerlukan barang
pada era postmodern lebih bersifat kompleks. Munculnya pola konsumsi baru mengharuskan
orang menyesuaikan gaya hidupnya dengan situasi dan kondisi yang sudah berubah. Dengan
demikian alasan orang untuk memerlukan barang tidak sekedar hanya memenuhi kebutuhan
pisik dan spiritual tetapi lebih jauh adalah bagaimana bisa eksis dalam zaman yang berubah.

Teori Sosial tentang PostmodernitasAnalisis tentang masyarakat postmodern dapat


dilihat dalam karya para teoritisi sosiologi. Menurut Dandaneau (2001), bahwa
postmodernisme tak bisa diabaikan lagi oleh teoritisi sosiologi. Dan Kellner (1989) juga
mengemukakan, dalam teori sosial masa kini, postmodernisme telah menjadi “permainan
terpanas di kota”. Selanjutnya Smart (1993) membedakan tiga pendirian di kalangan pemikir
postmodern tersebut yaitu:

Pertama, pendirian ekstrim, yang menyatakan bahwa masyarakat modern telah


terputus hubungannya dengan dan sama sekali telah digantikan oleh masyarakat postmodern.
Tokohnya adalah Jean Baudrillard, Gilles Deleuze dan Felix Guattari (1983) serta Bogard
(1997).Kedua, pendirian yang menyatakan bahwa meski telah terjadi perubahan,
postmodernisme muncul dan terns berkembang bersama dengan modernisme. Tokohnya
adalah pemikir Marxian seperti Fredric Jameson, Ernesto Laclau dan Chantal Mouffe serta
pemikir feminis seperti Nancy Fraser dan Linda Nicholson.Ketiga, pendirian Smart sendiri
yang lebih memandang modernisme dan postmodernisme sebagai zaman. Kedua zaman itu
menurut Smart terlibat dalam rentetan hubungan jangka panjang, namun postmodernisme
terus menerus menunjukkan keterbatasan modernisme.

ANALISI TUBUH DAN KONSUMSI PADA MASYARAKAT MODERN

Menurut Ritzer, McDonald (dan industri fast-food pada umumnya) merupakan salah
satu dari pola konsumsi bare masyarakat postmodern, selain pola-pola lainnya seperti mall,
megamall, cybermall, superstore, discounter, saluran hiburan, hotel-kasino dan taman
peternakan. Dalam tulisan Baudrillard telah diketahui signifikansi dari pola konsumsi bane
ini di akhir 1960-an. Akan tetapi, dia tidak banyak mengkaji ide dan fenomena yang
berkaitan dengannya. Lebih jauh, dia segera memfokuskan pada toko obat Paris, yang hanya
berdampak kecil pada seluruh dunia. Dalam kenyataannya, dewasa ini toko obat itu telah
diganti dengan jenis-jenis pola konsumsi bare seperti restoran fast-food, toserba dan Euro
Disney. Meski demikian, pemahaman Baudrillard tentang pola konsumsi adalah yang
terdekat dengan cara konsep tersebut dipergunakan saat ini.

McDonaldisasi merupakan suatu fakta bahwa restoran cepat-saji (fastfood)


mencerminkan paradigma masa kini dari rasionalitas formal yang dimasa hidup Weber
disebut birokrasi. Secara tak langsung dapat dinyatakan bahwa rasionalitas formal tersebut
merupakan komponen kunci kehidupan postmodern. Menurut Ritzer dan Goodman (2004)
ada 4 dimensi rasionalitas formal yaitu efisiensi, kemampuan untuk diprediksi, lebih
menekankan kuantitas ketimbang kualitas dan penggantian teknologi nonmanusia untuk
teknologi manusia.
Semua pola konsumsi baru itu adalah postmodern dalam pengertian bahwa pola-pola
itu sebagian besar adalah inovasi barn yang muncul dan berkembang pada parch akhir abad
dua puluh. Seperti McDonald, pola-pola itu sebagian besar inovasi Amerika yang bukan
hanya telah mentransformasikan konsumsi di Amerika Serikat, tetapi juga diekspor secara
agresif ke sebagian besar belahan dunia lain dimana pola konsumsi itu bahkan berdampak
lebih besar terhadap konsumsi. Pola konsumsi baru adalah bersifat postmodern dalam
pengertiannya yang lebih penting, yakni pola-pola itu sangat rasional atau terMcDonaldisasi-
kan. Hal itu dapat dideskripsikan sebagai berikut:Efisiensi) Mall, misalnya, dapat
digambarkan sebagai mesin penjualan yang sangat efisien. Ini pada gilirannya menjadikannya
“mesin pembelian” yang sangat efisien dari persfektif konsumen. Konsumsi jelas dibuat
menjadi lebih efisien untuk konsumen karena tersedia semua jenis toko dalam satu tempat
yang juga punya tempat parkir berdekatan yang luas. Efisiensi yang sama juga disediakan
oleh superstore bagi konsumen yang mencari jenis produk tertentu.

Perempuan merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki sifat lembut dan penuh
kasih. Namun dibalik sisinya yang lembut dan penuh kasih sayang. Perempuan adalah sosok
yang cerdas, tangguh, dan pekerja keras. Melalui kecerdasannya perempuan dapat membawa
perubahan dalam pembangunan nasional.Dewasa ini, peran perempuan dalam pembangunan
nasional dapat dilihat dalam bidang ekonomi dan sosial. Peran perempuan dibidang ekonomi
dapat dilihat banyak perempuan yang berada diranah publik, dimana perempuan berperan
aktif dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Keberadaan perempuan di ranah publik tentunya membawa perubahan dalam status


sosial di dalam masyarakat. Perubahan status sosial yang dialami oleh wanita saat ini
dikarenakan Beberapa faktor diantaranya karena perkembangan teknologi yang kian maju
dan faktor pendidikan yang mendukung kaum perempuan untuk semakin maju dan berfikir
kritis. Belakangan ini wanita juga dianggap sejajar dengan kaum pria dima perempuan
memiliki hak yang sama sehingga kita sering mendengar istilah “Emansipasi Wanita”. Kini
perempuan dengan hak dan kesempatan yang dimilikinya dapat merubah pola yang
konvensional kearah yang lebih modern.

Pendidikan yang di dapat oleh perempuan membawa perempuan sejajar dengan kaum
laki-laki. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya perempuan yang berada diranah publik
(perempuan yang berkakir) yang dimana pekerjaan yang diemban oleh perempuan sama
dengan pekerjaan yang diemban oleh kaum pria. Pekerjaan perempuan diranah Publik seperti
menjadi seorang Presiden, Tenaga kerja wanita, Pengusaha, Mentri, Guru, Bidan, Dokter,
Atlit, Supir, Tukang Ojek, Polisi, Pelaut, Pilot. Secara total, persentase perempuan yang
bekerja sebesar 47,91 persen. Persentase perempuan yang bekerja di perkotaan sebesar 44,74
persen, sedangkan di perdesaan sebesar 51,10 persen.(sumber: BPS RI - Sakernas Agustus
2012)Dengan masuknya kaum perempuan ke ranah publik maka timbullah beban ganda yang
dialami oleh kaum perempuan. Beban ganda yang dialami, seperti perempuan yang telah
menikah haruslah mengurus rumah tangganya seperti mengurus anak dan suami dan juga
haruslah mengurus urusan pekerjaannya.

Sering kali kita melihat beberapa orang dalam masyarakat memiliki tubuh dengan
hiasan gambar –gambar tertentu. Gambar – gambar yang melekat pada tubuh seseorang
tersebut dinamakan tato. Pada era modern sekarang banyak kaum pria baik wanita memakai
seni tato.

Tato sendiri ialah merupakan lukisan yang mempunyai warna pada kulit tubuh dengan
sengaja dibuat dengan cara memasukkan pigmen ke dalam ke dalam lapisan kulit. Tato
dibedakan dalam dua jenis yaitu tato temporer dan permanent. Tato jenis permanent
merupakan tato yang jika diukur dari segi ketahananya dapat bertahan lama atau selamanya
akan tetap terpampang pada kulit selama sang pengguna tato tidak menghapusnya secara
sengaja. Tato jenis temporer merupakan jenis tato yang mempunyai daya tahan yang tidak
begitu lama jika dibandingkan dengan tato permanent.

Tato yang dahulunya bernilai sakral dan hanya digunakan oleh masyarakat atau
orang – orang tertentu. sekarang gambar tato bisa dipunyai oleh siapapun yang
menginginkanya. Hanya dengan modal uang dan berani menahan sakit kita bisa memiliki
tato. Bahkan jika kita tidak mau merasakan sakit pada kulit akibat dari tusukan jarum tato
kita tetap bisa memiliktato temporeri karena memang tato temporeri sendiri proses
pembuatanya tidak perlu menusuk – nusukkan jarum seperti pada pembuatan tato
permanent. Dahulu tato digunakan seseorang karena memang tradisi adat istiadat
mengharuskan orang tersebut menggunakan tato. Contohnya saja pada masyarakat suku
Mentawai yang menggunkan tato sebagai simbol dari kenjatanan dan kedewasaan seorang
pria dalam perburuan dan juga peperangan. Sekarang orang memasang tato dengan
berbagai motif dan alasan tertentu yang mungkin hanya bisa ditafsirkan oleh orang yang
mempunyai tato itu sendiri.
Tetapi kebanyakan sekarang kaum muda pria baik wanita hanya memakai tato untuk
terlihat keren saja, padahal tato sendiri ialah merupakan seni maupun adat istiadat, sebaiknya
tidak disalahgunakan. Memang tato itu sendiri ialah sumber kebahagian sebagain besar orang
yang memakainya ilihat dari fungsi atau nilai guna seharusnya tato sendiri dianggap
sebagai sebuah seni dan hal tersebut tidak dapat menunjukkan adanya kesenjangan
sosial antar orang – orang pemilik Tato.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Secara garis besar, individu yang melihat tubuh sosial, membagi ke dalam dua
perdebatan besar, mengenai kecantikan. Yakni:

Sociopsychology of Beauty. Kecantikan tubuh selalu dilihat pada permasalahan


internal. Indovidu merasa tubuhnya selalu terdapat kekurangan. Seperti kulitnya kurang
putih, kurang mancung. Selalu merasa kegemukan (Anorexia Nervosa), Merasa ada yang
berkerut (Rhytodectomies). Persentase alasan tidak percaya diri berdasarkan latar belakang
fisik, lebih besar dibanding laki-laki. Kesempurnaan tubuh menjadi alat terpenting untuk
interaksi sosial, dibanding kaum pria.

Sociology of Beauty adalah pandangan yang menganggap bahwa Kecantikan modern tubuh
perempuan dimaknai bukan oleh individu, melainkan hal-hal eksternal seperti oleh
Teknologi

Berbelanja lebih didasarkan pada tingkat refleksi yang mendalam. Konstruksi dalam
konsumsi didasarkan pada lingkungan sekeliling yang menetukan sekaligsu ditentukan.
Secara reflektif dapat terlihat bahwa orang tua tidak membeaskan pilihan pada anak untuk
melakukan konsumsi. Semua pilihan dan tindakan konsumsi dilakukan dari perspektif orang
tua yang mengobjektifikasi anak. Sedangkan dari orang tua sendiri tindakan konsumsi tidak
dilakukan sendiri. Karan konfrontasi, ketidaksepahaman bahkan ketegangan terjadi ketika
system belanja dilakukan secara bersama.

Relasi tubuh dan konsumsi juga dihadirkan oleh masyarakat seperti ketika orang tua
yang tidak begitu memperhatikan anaknya, maka sebagai substitusi dari rasa bersalah dan
penawar dari hilangnya peranan ia sepenuhnya sebagai orang tua, adalah memenuhi
keinginan anak dengan materi konsumsi. Dengan demikian relasi yang dibangun bukan
berdasarkan antara orang tua dengan anak secara nyata, melainkan relasi antara anak dengan
materi yang disampaikan oleh orang tua.
Pakaian adalah sebuah bahasa yang menempel di tubuh. Metaforisasi bahasa yang
dikenakan untuk objek benda membantu kita untuk mencatat properti-properti simbolik dari
sbeuah kebudaayaan material dan barang-barang yang dikonsumsi.

Anda mungkin juga menyukai