Anda di halaman 1dari 5

Menampilkan Sikap yang Sesuai dengan Hukum

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum yang berlaku pada suatu negara hendaknya disesuaikan dengan kepribadian Bangsa dan
cara pandang masyarakat terhadap hukum itu sendiri. Hukum adalah bagian penting dalam upaya
pengaturan kepribadian Bangsa.

Upaya menegakkan hukum pada suatu Negara tidak dapat terlepas dari peran masyarakat sebagai
penyusun hukum itu sendiri. Hukum bersifat mengikat, maka setiap warga Negara wajib mematuhi
hukum yang telah dibuat dan diberlakukan. Hukum juga mempunyai sanksi hukum bagi pelanggarnya
yang melanggar peraturan hukum. Sanksi hukum disesuaikan dengan beratnya pelanggaran dan
keputusan penegak hukum.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan kami bahas yaitu bagaimanakah sikap yang menunjukkan sikap yang
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, khususnya berlaku di negara kita, Republik Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

Dalam kegiatan sehari-hari banyak diperlihatkan fenomena yang menunjukkan ketaatan terhadap
hukum. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Mematuhi peraturan lalu lintas, misalnya berkendara di lajur yang benar, tidak menerobos
lampu merah, dan memakai atribut keselamatan berkendara

2. Mematuhi peraturan yang berkaitan dengan interaksi masyarakat, misalnya tidak mencuri,
menganiaya dan melakukan pemerasan kepada orang lain.

3. Mematuhi peraturan yang berkaitan dengan kewarganegaraan, misalnya membuat KTP bagi
yang telah berusia 17 tahun, membayar pajak dan membuat kartu keluarga

A. Perilaku yang Sesuai dengan Hukum

Ketaatan atau kepatuhan hukum yang berlaku merupakan konsep nyata dalam diri seseorang
yang diwujudkan dalam perilaku yang sesuai dengan sistem hukum yang berlaku. Tingkat kepatuhan
hukum yang diperlihatkan oleh seseorang warga negara secara langsung menunjukkan tingkat
kesadaran hukum yang dimilikinya. Kepatuhan hukum mengandung arti bahwa seseorang memiliki
kesadaran:

a. Memahami dan menggunakan peraturan perundangan yang berlaku

b. Mempertahankan tertib hukum yang ada

c. Menegakkan kepastian hukum

Adapun ciri-ciri seseorang yang berperilaku sesuai dengan hukum yang berlaku dapat dilihat dari
perilaku yang diperbuatnya seperti :

a. Disenangi oleh masyarakat pada umumnya

b. Tidak menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain

c. Tidak menyinggung perasaan orang lain

d. Menciptakan keselarasan

e. Mencerminkan sikap sadar hukum

f. Mencerminkan kepatuhan terhadap hukum

Perilaku yang mencerminkan sikap patuh terhadap hukum harus kita tampilkan dalam
kehidupan sehari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa, dan negara. Berkaitan
dengan hal tersebut, lakukanlah identifikasi contoh perilaku yang dapat kalian tampilkan yang
mencerminkan kepatuhan terhadap hukum :

a. Dalam kehidupan di lingkungan keluarga, di antaranya:

1) Mematuhi perintah orang tua.

2) Melaksanakan ibadah tepat waktu.

3) Menghormati anggota keluarga yang lain seperti ayah, ibu, kakak, adik, dan
sebagainya.

4) Melaksanakan aturan yang dibuat dan disepakati keluarga.

b. Dalam kehidupan di lingkungan sekolah, di antaranya:

1) Tidak mencontek ketika sedang ulangan.

2) Menghormati kepala sekolah, guru dan karyawan lainnya.

3) Memakai pakaian seragam yang telah ditentukan.


4) Memperhatikan penjelasan guru.

5) Mengikuti pelajaran sesuai dengan jadwal yang berlaku.

6) Tidak terlambat datang ke sekolah.

c. Dalam kehidupan di lingkungan masyarakat, di antaranya:

1) Ikut serta dalam kegiatan kerja bakti.

2) Melaksanakan setiap norma yang berlaku di masyarakat.

3) Menghormati keberadaan tetannga di sekitar rumah.

4) Tidak Main Hakim Sendiri

5) Saling menghormati sesama manusia

6) Tidak melakukan perbuatan yang menyebabkan kekacauan di masyarakat seperti


tawuran, judi, mabuk-mabukan dan sebagainya.

d. Dalam kehidupan di lingkungan bangsa dan negara, di antaranya:

1) Membayar pajak.

2) Bersikap tertib ketika berlalu lintas di jalan raya.

3) Menjaga dan memelihara fasilitas negara.

4) Membayar retribusi parkir.

5) Membuang sampah pada tempatnya.

B. Perilaku yang Bertentangan dengan Hukum Beserta Sanksinya

a. Macam-macam Perilaku yang Bertentangan dengan Hukum

Perilaku yang bertentangan dengan hukum timbul sebagai akibat dari rendahnya kesadaran
hukum. Ketidakpatuhan hukum dapat disebabkan oleh dua hal yaitu:

1) Pelanggaran hukum oleh si pelanggar sudah dianggap sebagai kebiasaan bahkan


kebutuhan

2) Hukum yang berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan kehidupan.

Saat ini kita sering melihat berbagai pelanggaran hukum banyak terjadi di negara ini.
Hampir setiap hari kita mendapatkan informasi mengenai terjadinya tindakan melawan hukum,
baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun oleh aparat penegak hukum itu sendiri. Berkaitan
dengan hal tersebut, lakukan identifikasi contoh perilaku melawan hukum yang harus kalian
hindari dalam kehidupan di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa, dan Negara :

1) Dalam lingkungan keluarga, di antaranya:

a) Mengabaikan perintah orang tua

b) Tidak menghormati orang tua

2) Dalam lingkungan sekolah, di antaranya

a) Mencontek ketika ulangan

b) Datang terlambat disekolah

3) Dalam lingkungan masyarakat, di antaranya:

a) Mengkomsumsi obat-obat terlarang

b) Seks pranikah

4) Dalam lingkungan bangsa dan negara, di antaranya:

a) Tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas

b) Tidak membayar pajak tepat waktu

b. Macam-Macam Sanksi

Perilaku yang bertentangan dengan hukum menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan
pribadi maupun kehidupan hukum menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan pribadi
maupun kehidupan bermasyarakat. Ketidaknyamanan dan ketidakteraturan tentu saja akan
selalu meliputi kehidupan kita jika hukum sering dilanggar atau tidak ditaati. Untuk mencegah
terjadinya tindakan pelanggaran terhadap norma atau hukum maka dibutlah sanksi dalam setiap
norma atau hukum tersebut.

Sanksi terhadap pelanggaran itu amat banyak ragamnya, misalnya sanksi hukum, sanksi
sosial, dan sanksi psikologis. Sifat dan jenis sanksi dari setiap norma atau hukum berbeda satu
sama lain. Akan tetapi, dari segi tujuannya sama yaitu untuk mewujudkan ketertiban dalam
masyarakat. Berikut ini adalah norma dan sanksi yang ada di masyarakat :

1. Norma agama, sanksi yang berlaku tidak langsung, karena akan diperoleh setelah
meninggal dunia (pahala atau dosa)
2. Norma kesusilaan, sanksi yang berlaku tidak tegas, karena hanya diri sendiri yang
merasakan (merasa bersalah, menyesal, malu, dan sebagainya)
3. Norma kesopanan, sanksi yang berlaku tidak tegas, tapi dapat diberikan oleh
masyarakat dalam bentuk celaan, cemoohan, atau pengucilan dalam pergaulan
4. Norma hokum, sanksi yang berlaku tidak dan nyata serta mengikat dan memaksa
bagi setiap orang tanpa terkecuali
Dari pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa sanksi norma hukum adalah tegas dan
nyata. Hal tersebut mengandung pengertian sebagai berikut :
1) Tegas berarti adanya aturan yang telah dibuat secara material. Misalnya, dalam
hukum pidana mengenai sanksi diatur dalam pasal 10 KUHP. Dalam pasal tersebut
ditegaskan bahwa sanksi pidana berbentuk hukuman yang mengcakup:
a) Hukuman Pokok, yang terdiri atas:
 hukuman mati
 hukuman penjara yang terdiri dari hukuman seumur hidup dan
hukuman sementara waktu (setinggi-tingginya 20 tahun dan
sekurang-kurangnya 1 tahun)
b) Hukuman Tambahan, yang terdiri atas:
 pencabutan hak-hak tertentu
 perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu
 pengumuman keputusan hakim
2) Nyata berarti adanya aturan yang secara material telah ditetapkan seumur hidup
dan hukuman berdasarkan perbuatan yang dilanggarnya. Contoh : pasal 338 KUHP,
menyebutkan “barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”.
Jika sanksi hukum diberikan oleh negara, melalui lembaga-lembaga perdilan, sanksi sosial
diberikan oleh masyarakat. Misalnya dengan menghembuskan desas-desus, cemoohan,
dikucilkan dari pergaulan, bahkan yang paling berat diusir dari lingkungan masyarakat setempat.
Jika sanksi hukum maupun sanksi sosial tidak juga mampu mencegah orang melakukan
perbuatan melanggar aturan, ada satu jenis sanksi lain, yakni sanksi psikologis. Sanksi psikologis
dirasakan dalam batin kita sendiri. Jika seseorang melakukan pelanggaran terhadap peraturan,
tentu saja di dalam batinnya ia akan merasa bersalah. Selama hidupnya ia akan dibayang-
bayangi oleh kesalahannya itu. Hal ini akan sangat membebani jiwa dan pikiran kita. Sanksi
inilah yang merupakan gerbang terakhir yang dapat mencegah seeorang melakukan
pelanggaran terhadap aturan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa masyarakat di Indonesia masih
memiliki kekurangan dalam kesadaran hukum terutama bagi para remaja, karena banyak dari
para remaja di Indonesia yang masih melanggar hukum-hukum yang ada.
B. Saran
Saran dari kami adalah sebagai berikut:
1. Berhenti melakukan tindak kejahatan seperti minum minuman keras, tawuran, balap
liar, dll
2. Melakukan pendekatan dengan keluarga

Anda mungkin juga menyukai