Anda di halaman 1dari 11

1

2 TUGAS PENUNJANG DIAGNOSTIK FISIOTERAPI

3 FRAKTUR CORPUS ULNA

10

11 Oleh

12 AGENG RESTI ASIH

13 NIM : 20200606060

14

15

16

17

18 FAKULTAS FISIOTERAPI
19 UNIVERSITAS ESA UNGGUL

20 2021

21

22

23

24
25 DAFTAR ISI

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45
46
47 BAB I

48 PENDAHULUAN
49
50a.Latar belakang masalah

51 Patah tulang atau yang disebut juga fraktur didefinisikan sebagai suatu perpatahan
52pada kontinuitas struktur tulang yang diakibatkan oleh trauma langsung atau tidaklangsung.
53Dan dapat juga diakibatkan oleh penekanan yang berulang-ulang atau akibat patologik tulang
54itu sendiri. Apabila fragmen fraktur tersebut mengenai dan merobek kulit disebut sebagai
55fraktur terbuka, sedangkan apabila fragmen dan tenaga dari luar fraktur tidak sampai
56merobek kulit dikatakan sebagai fraktur tertutup (Apley dan Solomon, 2010).
57 Fraktur lengan bawah biasanya fraktur corpus radii, ulnae, ataupun keduanya. Fraktur
58Radius Ulna dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 medial, atau 1/3 distal. Fraktur dapat
59terjadi pada salah satu tulang ulna atau radius saja dengan atau tanpa dislokasi sendi. Fraktur
60radius ulna biasanya terjadi pada anak usia 10 tahun (5-13 tahun) (Muttaqin, 2008).

61 Berdasarkan data sekunder yang diperoleh peneliti pada tahun 2012 dari Instalasi
62Bedah Sentral RSO Prof. DR. R Soeharso, fraktur Radius Ulna menempati urutan nomor 8.
63Pada bulan Juni 2012 dari 382 pasien terdapat 10,79 % pasien yang mengalami fraktur
64Radius Ulna dan menjalani tindakan operasi debridement maupun Open Reduction Internal
65Fixation (ORIF) (Fauziah, 2012).

66
67b.Identifikasi masalah
681) Masalah gerak fungsional pada kasus meliputi ;

69 Masalah gerak dan fungsi akibat fraktur antara lain adalah

70 a) Nyeri, nyeri diakibatkan dari luka incisi setelah operasi pasca fraktur.
71 Biasanya nyeri terasa saat area yg terluka digerakkan.
72 b) Keterbatasan Gerak, faktor utama dari kekakuan sendi
73 elbow adalah sensitivitas jaringan pada sendi elbow terhadap trauma tinggi,
74 dan imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan penurunan lingkup gerak
75 sendi (Fisho & Galvao, 2010).

3
76 c) Adanya penurunan kekuatan otot, hal ini disebabkan karena ada nyeri gerak
77 sehingga pasien tidak mau menggerakkan area fraktur sehingga kekuatan otot
78 menurun.
79 2) Patologi yang terkait dengan intervensi
80 Fraktur pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya
81 dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik patologik.
82 Kemampuan otot pendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup.
83 Fraktur tertutup maupun terbuka akan mengenai saraf sehingga dapat
84 menyebabkan nyeri. Fraktur merupakan terputusnya kontinunitas jaringan pada tulang
85 sehingga menyebabkan terganggunya mobilitasi fisik.
86 b) Assessment dengan tes spesifik yang diterapkan
87 Assasment; berupa pertanyaan yang diajukan kepada pasien berupa penyebab
88 fraktur. Anamnesis dilakukan bagi menggali mekanisme cedera dan kejadian yang
89 berhubungan, riwayat fraktur sebelumnya, riwayat obat-obatan yang dikonsumsi,
90 riwayat merokok, alergi dan riwayat penyakit lain (Azlar, M. 2017). Setelah
91 dilakukan assessment (history taking) dilakukan pemeriksaan spesifik. Pemeriksaan
92 spesifik berupa pemeriksaan skala nyeri (VAS) saat digerakkan, diam dan di tekan
93 pada area fraktur. Pemeriksaan atomopometri untuk memeriksa apakah ada perbedaan
94 lingkar segmen dan panjang segmen pada kedua ekstremitas yang mengalami cedera.
95 Pemeriksaan kekuatan otot (MMT) berupa gerak aktif (mandiri), pasif (dibantu) dan
96 diberi tekanan.
97 Pemeriksaan penunjang meliputi laboratorium dan radiologis. Pemeriksaan
98 laboratorium meliputi golongan darah, darah rutin, cross-test, factor pembekuan darah
99 dan urinalisa. Untuk pemeriksaan radiologis biasanya digunakan foto rontgen (x-ray)
100 pada lokasi fraktur dengan gambaran anteroposterior (AP) dan lateral, memuat sendi
101 proksimal dan distal fraktur, disertakan dengan foto ekstremitas yang tidak terkena
102 cedera (pada anak) (Azlar, M. 2017).
103 c) Intervensi yang dapat diterapkan pada umumnya
104 Pada umumnya interverensi yang diberikan adalah perawatan luka terbuka,
105 pembedahan untuk penyambungan tulang jika diperlukan secara ORIF (Open
106 Reduction Internal Fixation) atau OREF (Open Reduction External Fixation).
107 d) Metode dan intervensi yang dianggap paling efektif dan efisien
108 Interverensi Fisioterapi yang paling efektif untuk kondisi frektur adalah active
109 exercise berupa latihan aktif yang dilakukan pasien sesuai kemampuan pasien. Pasif
110 exercise adalah latihan merupakan suatu gerakan yang dihasilkan dari kekuatan luar
111 dan bukan merupakan kontraksi otot yang disadari. Serta pemberian IRR untuk
112 memberikan efek nyaman sebelum dilakukan latihan (Justitiya, R. 2013)
113 e) Metode dan tekhnik yang dipilih dalam study kasus
114 Metode dan Tekhnik yang dipilih berupa penatalaksanaan. Yaitu berupa
115 penanganan langsung ke pasien. Dengan beberapa kali tindakan dan hasil yang sudah
116 di dapat selama tindan. Tindakan berupa pemberian IRR, Pasive execise dan active
117 exercie pada pasien. Latihan dilakukan secara berkala dan rutin agar hasil evaluasi
118 lebih maksimal.

1192) Pembatasan masalah

120 a. Nyeri
121 Reaksi nyeri terjadi karena adanya subtansia aktif yang menyebabkan
122 timbulnya nyeri tersebut.
123 b. Penurunan kekuatan otot MMT
124 Penurunan kekuatan otot disebabkan karena adanya keterbatasan gerak
125 sehingga otot menjaadi jarang digerakan dan menjadi lemah.
126 c. Keterbatasan gerak
127 Keterbatasan gerak atau keterbatasan LGS terjadi karna muncul nyeri
128 sehingga pasien tidak mau menggerakan area cedera untuk menghindari rasa
129 nyeri, karena jarang digerakan maka terjadi penurunan kekuatan otot.
130
131
132
133
134
135
136
137
138

139

140

5
141
142 BAB II
143 TINJAUAN PUSTAKA
144

145 Patah tulang atau yang disebut juga fraktur didefinisikan sebagai suatu perpatahan
146pada kontinuitas struktur tulang yang diakibatkan oleh trauma langsung atau tidaklangsung.
147Dan dapat juga diakibatkan oleh penekanan yang berulang-ulang atau akibat patologik tulang
148itu sendiri. Apabila fragmen fraktur tersebut mengenai dan merobek kulit disebut sebagai
149fraktur terbuka, sedangkan apabila fragmen dan tenaga dari luar fraktur tidak sampai
150merobek kulit dikatakan sebagai fraktur tertutup (Apley dan Solomon, 2010).
151 Fraktur adalah suatu perpatahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tidak lebih
152dari suatu retakan atau pengingsutan korteks, biasanya patahan lengkap dan fragmen tulang
153bergeser. Sedangkan jika kulit di atasnya masih utuh disebut fraktur tertutup (sederhana)
154kalau kulit atau salah satu dari rongga tubuh
155tertembus, yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi disebut fraktur terbuka
156(compound) (Kurniasari,D. 2010)
157 Fraktur lengan bawah biasanya fraktur corpus radii, ulnae, ataupun keduanya. Fraktur
158Radius Ulna dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 medial, atau 1/3 distal. Fraktur dapat
159terjadi pada salah satu tulang ulna atau radius saja dengan atau tanpa dislokasi sendi. Fraktur
160radius ulna biasanya terjadi pada anak usia 10 tahun (5-13 tahun) (Muttaqin, 2008).

161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174

175 BAB III

176 GAMBARAN RADIOGRAFI

177

178

179
180Gambar 1 frakture ulna, sumber: google
181
182 Fraktur diatas adalah fraktur ulna (nightstick fracture) yaitu fraktur yang hanya terjadi
183pada ulna saja. Mekanisme terjadinya fraktur radius dan ulna adalah tangan dalamkeadaan
184outstretched, sendi siku dalam posisi ektensi, dan lengan bawah dalamposisi supinasi.
185 Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yanghebat karena
186adanya spasme otot di sekitarnya.Sedangkan kerusakan pada tulangitu sendiri mengakibatkan
187perubahan sumsum tulang (fragmentasi tulang) dandapat menekan persyaratan di daerah
188tulang yang fraktur sehingga menimbulkangangguan syaraf ditandai dengan kesemutan, rasa
189baal dan kelemahan.
190Pada tulang radius ulna juga dipersyarafi oleh nervus Ulnaris. Jika kerusakan terjadi pada otot
191 1. M. Fleksor karpi ulnaris : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi dan
192 adfuksi pergelangan tangan
193 2. M. abductor polisis : mengakibatkan ketidakmampuan adduksi
194 jempol
195 3. M. abductor digiti minimi : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi

7
196 falang proksimal jempol
197 4. M. oponenes digiti minimi: mengakibatkan ketidakmampuan oposisi
198 terhadap kelingking
199 BAB IV

200 INTERVENSI FISIOTERAPI

201

202 a. Nyeri dengan infra red


203 Pada pasien ini, didapatkan hasil adanya nyeri karena masih terdapat luka
204 incisi pada tangan kirinya menggunakan VRS (Verbal Rating Scale). Pada saat
205 pemberian IRR tidak langsung memberikan efek nyeri berkurang namun efek
206 muncul setelah beberapa kali terapi/tindakan. Penurunan nyeri pada nyeri
207 diam, gerak maupun tekan. Hal ini disebabkan sudah adanya peningkatan pada
208 LGS. adanya penurunan pada nyeri diam, gerak dan tekan. Hal ini disebabkan
209 oleh efek fisiologis dari infra red yaitu peningkatan aktivitas sel, aliran darah
210 yang dapat menurunkan rasa nyeri dan dalam penuruhan metabolik histamin
211 dan bradikinin
212 (Ojeniweh et al., 2015).
213
214 b. Keterbatasan LGS dengan terapi latihan
215 Pada pasien ini, didapatkan hasil adanya keterbatasan LGS pada sendi
216 elbow,dan wrist sinistra. asil yang didapatkan pada sendi elbow dari T1 dan
217 T2 belum adanya perubahan saat gerakan fleksi, ekstensi, pronasi, dan
218 supinasi. Hal ini dikarenakan masih adanya kekakuan sendi elbow. Faktor
219 utama dari kekakuan sendi elbow adalah sensitivitas jaringan pada sendi
220 elbow terhadap trauma tinggi, dan imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
221 penurunan lingkup gerak sendi (Fisho & Galvao, 2010).
222
223 c. Peningkatan MMT dengan Terapi Latihan
224 Faktor yang berpengaruh yaitu pemberian gerak aktif dan latihan forced
225 passive movement dengan gerakan penguluran selama gerakan terjadi dan
226 pada akhir gerakan diberikan penekanan yang mantap sehingga dapat
227 membantu peningkatan kekuatan otot. Dengan adanya gerakan aktif maupun
228 pasif akan merangsang propiceptif dengan perubahan panjang otot pada saat
229 terjadi kontraksi otot darah bergerak ke jaringan.
230

231 PENUTUP

232
233a. Kesimpulan

234Penatalaksanaan fisioterapi yang dilakukan beberapa kali (lebih dari 4 kali) pada kasus Post
235ORIF Fraktur Radius Ulna Sinistra dapat disimpulkan yaitu Infra red dapat mengurangi nyeri
236pada kondisi fraktur radius ulna. Terapi latihan dapat meningkatkan LGS pada kondisi fraktur
237radius ulna. Terapi latiahan dapat meningkatkan aktifitas dan kemampuan fungsional pada
238kondisi fraktur radius ulna.

239
240b. Saran
241Berdasarkan pada penatalaksanaan fisioterapi di rumah sakit tentara Dr. Soedjono Magelang,
242maka penulis memberikan saran kepada pasien, keluarga dan pihak rumah sakit, sebagai
243berikut :
244
245 a. Bagi Pasien
246 Berdasarkan uraian diatas penulis memberikan saran kepada pasien agar melakukan
247 terapi secara rutin dan disaran agar berhati-hati saat melakukan kegiatan sehari-hari
248 seperti mengangkat barang atau benda berat menggunakan tangan kiri. Pasien
249 disarankan untuk melakukan stretching pada lengan bawah
250 dengan gerakan pronasi supinasi dan fleksi ekstensi. Sehingga, tujuan terapi yang sudah
251 di susun oleh fisioterapis dapat yang tercapai dengan baik.

252
253 b. Bagi Keluarga
254 Berdasarkan uraian diatas penulis memberikan saran kepada keluarga pasien agar
255 memberikan dukungan kepada pasien. Saran yang diberikan kepada keluaga pasien
256 adalah agar memberikan latihan-latihan yang telah diajarkan terapis saat terapi di
257 rumah sakit. Sehingga, tujuan terapi yang telah disusun oleh fisioterapis tercapai

9
258 dengan baik.

260

261
262 DAFTAR PUSTAKA

263 Apley, A.G. & Solomon, L. (2010) Apley’s System of Orthopaedics and Fractures.
2649th ed. England: ELBS with Butterworth-Heinmann.

265 Azlar, M. (2017). Karakteristik Gambaran X-Ray Konvensional Pada Penderita


266Fraktur Ekstremitas Atas Pada Bulan Januari Hingga Juli 2017 Di Rsup Dr. Wahidin
267Sudirohusodo Makassar. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin Makasar. Makasar.

268 Fauziah, A. (2012). Asuhan Keperawatan Pada An . W Dengan Open Fraktur Radius
269Ulna 1 / 3 Distal Sinistra Di Rso Prof . Dr . R Soeharso Surakarta Karya Tulis Ilmiah 1–17.
270Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

271 Fisho, G. M., & Galvao, M. V. (2010). Post-Traumatic Stiffness Of The Elbow, 45(4),
272347–354. Http://Doi.Org/10.1016/S2255-4971(15)30380-3

273 Fisho, G. M., & Galvao, M. V. (2010). Post-Traumatic Stiffness Of The Elbow,
27445(4), 347–354. Http://Doi.Org/10.1016/S2255-4971(15)30380-3

275 Justitiya, R. (2013). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Orif Fracture Femur
2761/3 Distal Sinistra Dengan Modalitas Terapi Latihan Di Poliklinik Bbrsbd Prof. Dr. Soeharso
277Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

278 Kurniasari, Dwi. (2010). Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Paska Operasi
279Pertrokanter Femur Dekstra Dengan Pemasangan Plate And Screw. Jurnal Pena. Vol. 19.No.1
280September 2012.

281 Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.


282(E. Karyuni, Ed.). Jakarta: Egc.

283 Ojeniweh, N., Ezema, C. I., Anekwu, E. M., Amaeze, A. A., Olowe, O., & Okoye, G.
284C. (2015). Efficacy Of Six Weeks Infrared Radiation Therapy On Chronic Low Back Pain
285And Functional Disability In National Orthopaedic Hospital , Enugu , South East , Nigeria
286Ipageifi @, 15(4).

11

Anda mungkin juga menyukai